• Tidak ada hasil yang ditemukan

2016 06 02 01 31 23 27 Mei 2016 Seminar Kodifikasi PB NU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2016 06 02 01 31 23 27 Mei 2016 Seminar Kodifikasi PB NU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU PENEGAKAN HUKUM PEMILU

GEDUNG PB NU

Jl. Kramat Raya No. 164 Senen, Jakarta Pusat 27 Mei 2016 Pukul 12.30 WIB

Keynote Speech K.H. Masdar F. Mas’udi

Pemilu masih jauh dari yang diharapkan. Sesungguhnya secara konsep normatif, negara ini sudah memiliki hal yang ideal, tetapi disparitas antara yang riil dan ideal masih besar.

NU sudah memutuskan Pancasila dan UUD 1945 sudah final, tinggal konsentrasi mengimplementasikan nilai-nilai ideal itu dalam kenyataan, termasuk norma-norma kepemiluan.

Distorsi di lapangan dalam pemilu misalnya money politic yang menjadi problem utama.

Komitmen dan kepedulian bersama adalah menjadikan pemilu yang secara riil bermartabat dan melahirkan pemimpin yang baik.

Sesungguhnya berdasarkan prasangka baik, semua orang punya nurani dan ketika memilih orang sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan, yang dilakukan tinggal mengawal saja agar konsep yang dibawa oleh pemimpin dapat terwujud.

Pemilu yang baik dan jurdil hanya satu langkah, selebihnya adalah pengawalan hasil pemilu itu sendiri. Semua calon sudah diseleksi melalui berbagai prosedur, tetapi distorsi masih terjadi. Pemilihan di tingkat kades/lurah pun tidak lepas dari tindakan-tindakan yang tidak semestinya. Yang lebih penting adalah mengawal kepentingan kepemimpinan agar dapat mewujudkan komitmen yang telah disepakati bersama, tidak hanya mengawal pemilunya saja.

(2)

terjadi distorsi. Sebenarnya yang menjadi pengawas sejati adalah nurani sendiri. Rakyat harus belajar berpemilu yang bersih dimulai dari pemilu tingkat paling bawah. kalau dari awal belajar sudah kotor, maka bisa saja menganggap hal yang kotor itu sebagai hal yang biasa.

Pemilu yang jurdil merupakan keniscayaan. Asumsi money politic, karena rakyat miskin sehingga suara bisa dibeli. Kemiskinan biasanya berkelindan dengan tindakan-tindakan rendah. Pegiat pemilu perlu menjadikan pemilih itu bersih sehingga dapat menjadikan pemilu yang bersih.

Pemaparan Naskah Akademik oleh Kurniawan Zein

Masyarakat Sipil menyusun Buku Kodifikasi Undang-Undang Pemilu berdasarkan adanya perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang terkait dengan pemilu legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan pilkada. Undang-Undang Pemilu seharusnya punya sifat yang koheren, lestari, tidak parsial, applicable untuk melakukan pendidikan politik, sehingga masyarakat sipil menawarkan kepada pemerintah Kodifikasi Undang-Undang Pemilu. Naskah akademik dibuat berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.

Elemen dasar Kodifikasi Undang-Undang Pemilu: 1. Asas Pemilu

2. Tujuan Pemilu

3. Prinsip Penyelenggaraan Pemilu

Masyarakat sipil berhasil menyusun 8 Buku: 1. Ketentuan Umum

2. Aktor

3. Sistem Pemilu 4. Pelaksanaan

5. Penegakan Hukum 6. Partisipasi Masyarakat 7. Ketentuan Sanksi 8. Ketentuan Lainnya.

Asas pemilu: langsung, umum bebas, rahasia, jujur dan adil, khususnya berlaku dalam pemungutan dan penghitungan suara.

(3)

1. Pemilu Nasional (Presiden, DPR, DPD) 2. Pemilu Daerah (Kepala Daerah dan DPRD) Tujuan Pemilu

1. Proses  berjalan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil

2. Hasil  terpilih Presiden, DPR, DPD, Gubernur, DPRD Provinsi, Bupati/Walikota, DPRD Kabupaten/Kota

Variabel Sistem Pemilu

1. Waktu penyelenggaraan

2. Besaran Daerah pemilihan: 3-6 kursi 3. Metode Pencalonan

4. Metode Pemberian Suara: memilih calon 5. Ambang batas 1%

6. Formula perolehan kursi: Divisor St Lague atau webster 7. Penetapan calon terpilih: suara terbanyak

Prinsip penyelenggaraa pemilu 1. Penyusunan peraturan

2. Perencanaan dan penganggaran 3. Persiapan

4. Pelaksanaan 5. Pengawasan

6. Penegakan hukum 7. Pelaporan dan Evaluasi Penegakan Hukum:

1. Pelanggaran (kode etik, pelanggaran administrasi, tindak pidana pemilu)

2. Perselisihan (perselisihan administrasi dan perselisihan hasil)

Penyelesaian Perselisihan Pemilu oleh Titi Anggraini Rekayasa sistem pemilu yang baik dan demkratis:

1. Rekayasa perundang-undangan yang mampu melahirkan konsep pemilu yang menjamin pemilu bersih, dan

(4)

Salah satu standar Internasional pemilu demokratis adalah kepatuhan dan penegakan hukum pemilu.

Kerangka hukum harus menyediakan mekanisme efektif dan baik bagi kepatuhan hukum dan penegakan hak-hak sipil.

Elemen sistem keadilan pemilu (electoral justice) 1. Pencegahan

2. Sistem penyelesaian sengketa pemilu (korektif dan punitif) 3. Penyelesaian sengketa pemilu alternatif.

Keadilan pemilu muncul sebagai paradigma untuk menegakkan hak pilih warga negara.

Jika hak pilih warga negara termanipulasi oleh peserta pemilu atau penyelenggara pemilu maka keadilan pemilu harus mengembalikan hak pilih tersebut.

Prinsip-prinsip penyelesaian sengketa dan masalah hukum pemilu 1. Pengaturan yang transparan, jelas dan sederhana

2. Mekanisme yang efektif dan komprehensif 3. Bebas dan biaya wajar

4. Kerangka hukum dan peradilan cepat

5. Hak-hak untuk pembelaan atau mendengar dalam proses hukum 6. Ketepatan waktu penegakan hukum dan keputusan

7. Konsistensi dalam penafsiran dan penerapan hukum pemilu Seven Standar EDR

1. Hak untuk memperoleh pemulihan pada keberatan dan sengketa pemilu

2. Sebuah rezim standar dan prosedur pemilu yang didefinisikan secara jelas

3. Arbiter yang tidak memihak dan memiliki pengetahuan

4. Sebuah sistem peradilan yang mampu menyelesaian putusan dengan cepan

5. Penentuan beban pembuktian dan standar bukti yang jelas 6. Ketersediaan tindakan perbaikan yang berarti dan efektif 7. Pendidikan yang efektif bagi para pemangku kepentingan. 5 Masalah hukum pemilu:

(5)

Pemilu Nasional dan Pemilu Daerah:

1. Menyeimbangkan beban penyelenggaraan 2. Menghemat anggaran negara

3. Menekan biaya politik tinggi

4. Menghindari konflik partai berkelanjutan 5. Mendorong pemilih bersikap rasional Penyelesaian perselisihan administrasi:

1. Sidang sanggahan: KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/kota  Partai politik dan calon mengajukan sanggahan atas keputusan KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/kota yang merugikan; KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/kota menggelar sidang sanggahan dan memutus dalam 2 hari.

2. Sidang Perselisihan: Majelis Adhoc Pemilu di MA dan Pengadilan Tinggi  partai politik atau calon yang tidak puas atas keputusan sanggahan mengajukan gugatan perselisihan ke majelis hakim adhoc pemilu. Perselisihan hasil pemilu nasional dan pemilu daerah diselesaikan oleh MK Majelis Hakim Adhoc Pemilu di Pengadilan Tinggi terdiri atas 1 hakim karier dan 2 hakim non karier.

Semua kasus perselisihan administrasi harus selesai sebelum pemungutan suara. Setelah pemungutan suara menjadi ranah Mahkamah Konstitusi.

Pelanggaran dan Sengketa Pemilu dan Penyelesaiannya oleh Prof. Dr. Topo Santoso, SH, MH

Buku 1 s.d. 8 mencakup hal yang sangat penting dalam pemilu di Indonesia. Kodifikasi akan membantu banyak pihak, baik penyelenggara, peserta pemilu, penegak hukum. Kodifikasi berisi seluruh rules of the game, sehingga mendukung agar draf Kodifikasi ini dibahas oleh Pemerintah dan DPR.

Lembaga terkait pemilu: KPU, Bawaslu, DKPP, sistem peradilan pidana, PTUN, Mahkamah Konstitusi.

(6)

Adanya pelanggaran pemilu bukan menunjukkan kelemahan sistem pemilu, justru merupakan bagian dari penyelesaian kasus. Sengketa pemilu adalah sesuatu yang melekat pada pemilu.

Penanganan tindak pidana pemilu yang dibatasi waktunya bisa menjadikan faktor orang lolos dari sanksi karena telah lewat waktu.

Tiga isu fundamental dalam penyelesaian sengketa pemilu: 1. Validitas hasil pemilu

2. Tindakan administratif penyelenggara pemilu untuk mengkoreksi masalah sehingga memulihkan hak yang dilanggar

3. Penuntutan pidana terhadap mereka yang melakukan tindak pidana pemilu.

Tidak ada kode etik penyelenggara di negara-negara Skandinavia karena penyelenggara pemilu sangat menghargai reputasi sebagai tokoh. Di Indonesia soal kode etik penyelenggara masih bermasalah sehingga ada DKPP.

Jenis pelanggaran/sengketa:

1. Pelanggaran administrasi pemilu 2. Pelanggaran pidana pemilu 3. Pelanggaran kode etik 4. Perselisihan hasil pemilu 5. Sengketa hukum lainnya 6. Sengketa dalam proses

Pengawasan Dana Politik oleh Donal Faris

Isu ini menjadi salah satu aspek yang cenderung terabaikan. Dana politik:

1. Rezim pemilu: dana kampanye, money politic, candidacy buying

2. Rezim di luar pemilu: Keuangan partai politik, iuran anggota partai, sumbangan eksternal, bantuan APBN dan APBD.

Problem integritas pemilu:

(7)

3. Penggunaan fasilitas negara dan daerah sebagai instrumen pemenangan.

Politik uang menggerus pemilu sebagai sesuatu yang ideal. Pengertian politik uang (Edward Aspinal, Daniel Bumke)

1. Vote buying 2. Vote broker 3. Korupsi Politik.

Politik uang dari pemilu ke pemilu - 1999: 62 kasus

- 2004: 113 kasus - 2009: 150 kasus - 2014: 313 kasus

Adanya ambang batas dalam pengajuan permohonan sengketa hasil pilkada menjadikan MK seolah menutup mata bahwa kasus politik uang itu masif dan terstruktur.

Pilkada seharusnya masuk dalam rejim pemilu. Problem dana kampanye di Indonesia:

1. Buruknya aspek kepatuhan dalam laporan 2. Manipulasi penerimaan

3. Manipulasi pencatatan belanja

4. Audit yang lemah (hanya 30 hari)  seharusnya tidak dibatasi, psot election masih bisa diproses hingga 1-2 tahun.

Keuangan Partai Politik 1. Iuran anggota

2. Sumbangan yang sah menurut hukum 3. Bantuan keuangan dari APBN/APBD Problem Keuangan Partai:

1. Partai masih tertutup

2. Laporan keuangan masih bersifat administratif 3. Penerimaan dana dari sumber illegal

(8)

1. Rezim pemilu

2. Rezim di luar pemilu Rekomendasi:

1. Dana politik harus diintegrasikan walaupun dalam rezim yang berbeda, karena keduanya saling berkaitan

2. Perlu lembaga dan kewenangan khusus untuk melakukan pengawasan keduanya  Bawaslu

3. Pintu masuk terhadap hal tersebut bisa melalui Kodifikasi Undang-Undang Pemilu dan Revisi Undang-Undang-Undang-Undang Partai Politik.

Kelembagaan Penegakan Hukum Pemilu oleh Masykuruddin Hafidz Demokrasi Indonesia menjadi khas, karena semakin banyak lembaga yang mengurus pemilu. Ada 3 hal mengapa pemilu selalu menarik:

1. Pemilu dijadikan alat bergerak, pemilu sebagai gerakan sosial. 2. Pemilu dijadikan sarana toleransi dan multikulturalisme

3. Pemilu sebagai wahana advokasi.

Selain punya ciri khas, Indonesia memiliki kebanggaan demokrasi  oksidentalisme pemilu.

Tanya Jawab Wendie Razif

Masalah hukum terkait dengan pengawasan, pengawasan sulit jika partai politik sangat besar/tidak dibatasi. Ambang batas turun menjadi 1%, padahal inginnya dinaikkan (5%). Kalau peserta pemilu misalnya menjadi 30, surat suara akan sangat besar sehingga akan menyulitkan pemilih.

Heri

(9)

Ibnu (PSHK)

Penyelesaian hasil pilkada dikembalikan kepada MK, tapi kalau bicara konteks konstitusional, Putusan MK sudah mengeluarkan pilkada dari pemilu, sehingga berpotensi judicial review, kecuali ada perubahan Undang-Undang Dasar mengenai kewenangan MK. mengapa tidak dikembalikan saja ke Mahkamah Agung. Bagaimana antisipasi apabila terjadi judicial review?

Jawaban Prof. Topo Santoso

Bukan semua persoalan administrasi dan pidana harus panjang, tetapi harus dipilah. Untuk sengketa hasil harus diselesaikan secara cepat. Yang di jalur lambat adalah tindak pidana pemilu, karena ada yang berkorelasi dengan pembatalan calon. Dalam tindak pidana pemilu yang dicari adalah kebenaran materiil.

Karena hasil pemilu adalah hal yang sangat penting, harus ada lembaga yang menyelesaikan sengketa hasil pemilu. Jika Pilkada adalah pemilu maka penyelesaian sengketa hasilnya di Mahkamah Konstitusi. Hukum acara harus mengabdi pada hukum materiil, hukum acara dapat diatur dalam Peraturan MK, yang penting adalah melindungi suara rakyat.

Jawaban Titi Anggraini

Ambang batas 1% di dalam RUU Pemilu yang diusulkan digunakan untuk: 1. Menjadi salah satu syarat kepesertaan pemilu berikutnya

2. Menjadi syarat ambang batas perolehan kursi di parlemen.

Ambang batas tidak terlalu signifikan untuk menyederhanakan sistem kepartaian, sehingga ambang batas diturunkan menjadi 1%.

Variabel yang digunakan untuk menyederhanakan sistem kepartaian adalah besaran daerah pemilihan diusulkan 3-6 dan metode konversi suara menjadi kursi St Lague.

(10)

pemilu serentak, MK akan lebih tertib dalam case management system. Mengapa tidak MA? Karena ingin sinkronisasi pilkada sebagai rezim pemilu. Mohon dorongan media agar Presiden dan DPR segera membahas Undang-Undang Pemilu. Pembahasan RUU Pilkada sekarang berlarut-larut.

Referensi

Dokumen terkait

Masih sedikitnya penelitian mengenai tumbuhan Karamunting yang memiliki khasiat sebagai antidiabetes, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas

Apabila memahami dan mencermati persiapan dan perencanaan yang telah dilakukan oleh Kepala Madrasah, para guru, dan tenaga Tata Usaha MTsN Malang III dalam

PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 ATAS HONORARIUM YANG JUMLAHNYA TIDAK DIHITUNG ATAS DASAR BANYAKNYA HARI YANG DIPERLUKA UNTUK MENYELESAIKAN JASA YANG DIBERIKAN, TERMASUK

Penulis yang akan menyerahkan naskah ke redaksi jurnal BACA harus memperhatikan persyaratan umum di bawah ini. 1) Naskah yang ditulis harus berkaitan dengan bidang

Rate per aktivitas primer setiap produk pelayanan yang dijumlahkan berdasarkan kategori unit activity digunakan sebagai biaya tidak langsung dalam perhitungan biaya

 Bersiaplah dengan kejutan atau ekspresi yang tercetus dari kebutuhan yang tersembunyi.  Amati informasi

a. Ide dasar penciptaan motif pelepah pohon pisang. Pohon pisang memiliki manafaat yang sang banyak diantaranya daun, pelepah pisang hingga batang pohon pisang. Dalam