• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match terhadap Mata Pelajaran IPA Kelas V di SD N Kalinegoro 5 Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match terhadap Mata Pelajaran IPA Kelas V di SD N Kalinegoro 5 Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2014/2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1.1 Hakikat Model Make A Match

Model pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994 dalam Miftaul Huda, M.Pd (2013:251). Tujuan dari strategi ini antra lain, pendalaman materi, penggalian materi dan edutainment. Tata laksananya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan model pembelajaran Make A Match. Beberapa persiapannya antara lain:

a. Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari kedalam kartu pertanyaan.

b. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat kedalam kartu jawaban.

c. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal. (membuat aturan bersama-sama siswa)

d. Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran prestasi.

Pada dasarnya, model pembelajaran ini melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Dalam hal ini guru berperan sebagai pemonitor dan fasilitator. Model pembelajaran Make A Match ini cocok diterapkan dalam segala jenis mata pelajaran dan semua jenjang pendidikan.

Langkah-langkah penerapan model Make A Match sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

(2)

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

g. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Dari langkah-langkah tersebut yang harus disediakan guru adalah kartu soal dan kartu jawaban. Pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model Make A Match ini menuntut siswa untuk dapat aktif dalam mencari pasangan kartu dalam suasana yang menyenangkan dan penuh dengan persaingan. Model pembelajaran Make A Match memiliki kelebihan, yaitu:

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik,

b. Karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan,

c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarindan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,

d. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi, e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu.

Adapun kelemahan model pembelajaran Make A Match, yaitu sebagai berikut:

a. Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang,

b. Pada awal-awal penerapan model, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya,

c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan,

d. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu,

(3)

2.1.2 Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nawawi dalam K. Brahim (2007:39) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Ahmad Susanto (2013:5) yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru mrnrtapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Macam-macam hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitf), ketrampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Menurut Bloom (1979:89) dalam Ahmad Susanto (2013:6) pemahaman konsep (aspek kognitif) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa benar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

(4)

dimunculkan, maka belum tampak secara jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya.

Wasliman dalam Ahmad Susanto (2013:12), hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa, ketepatan model mengajar yang digunakan, dan keberhasilan siswa dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya, penilaian dibagi menjadi dua yaitu tes dan non tes. Ada macam teknik tes meliputi tes tertulis, tes lisan, dan tes tes praktik/perbuatan. Sedangkan teknik non tes meliputi penugasan, produk, dan portopolio.

Dalam pembuatan alat ukur, hendaknya kita juga membuat kisi-kisi yang berupa matriks pemetaan soal yang menggambarkan berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar (KD), indikator, dan jenjang kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah penilaian karena kisi-kisi dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Kisi-kisi meliputi :

(5)

c. Proses berfikir (C1-C6)

d. Tingkat kesukaran soal (rendah, sedang, tinggi) e. Bentuk instrumen soal

2.1.3 Mata Pelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social science (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya scuence sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi (Jujun Suriasumantri dalam Trianto, 2012).

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Salah satu disiplin ilmu yang dikembangakan di SD adalah mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA diberikan kepada para peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI di tingkat SD, sesuai dengan kurikulum yang dibakukan pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2004, serta lebih disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Suplemen Kurikulum 2006. Proses belajar mengajar yang berlangsung di SD termasuk mata pelajaran IPA harus mengacu pada kurikulum 2006.

(6)

Menurut Kurikulum 2006, sesuai Permendikbud No 22 Th 2006 Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

2.1.4 Sintak Model Make A Match

Langkah-langkah penerapan model Make A Match sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

(7)

f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

g. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

2.2.Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasar pada penelitian yang dilakukan oleh Esti Parwanti (2012) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match Dengan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Ipa Materi Sumber Daya Alam Siswa Kelas IV Sd Negeri 2 Kertosari Kabupaten Temanggung”, menunjukkan bahwa penggunaan media gambar pada pembelajaran Make A Match terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Kertosari kabupaten Temanggung Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen sebesar 65.28 lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok kontrol sebesar 55.28 dengan besarnya nilai t adalah 3,432 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002, karena besarnya t hitung 3,432 dengan probabilitas signifikasi 0,002 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar untuk pembelajaran yang di awal proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan media gambar, dengan pembelajaran yang konvensional (ceramah).

(8)

siswa terhadap hasil akhir PBM (proses belajar mengajar). Indikator kinerja dalam penelitian ini diharapkan 80 % dari jumlah keseluruhan 37 siswa mencapai nilai diatas KKM 65. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran Make-A Match sangat baik digunakan oleh guru pada saat proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, karena dengan model pembelajaran ini terbukti dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dengan lebih jelas pada hasil evaluasi siklus I 70 % siswa tuntas atau dengan jumlah 26 siswa, dan siklus II 89 % atau 33 siswa tuntas. Sesuai dengan data temuan hasil analisis peningkatan hasil prestasi belajar siswa, terlihat bahwa penelitian telah dilaksanakan dengan baik karena semakin sedikit jumlah siswa yang nilai matematikanya dibawah KKM.

Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian di atas hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Perbedaannya yaitu pada mata pelajaran dan pengaruh dari model yang akan digunakan. Penelitian ini terfokus pada hasil belajar siswa. Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan model Make A Match dalam proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian di atas mendukung penelitian ini.

2.3 Kerangka Pikir

Penggunaan model pembelajaran dengan model Make A Match diharapkan dapat membantu kesulitan siswa dalam menyerap materi pembelajaran karena pembelajaran ini didesain lebih menyenangkan dari pada pembelajaran konvensioanal pada umumnya. Dalam pembelajaran ini, siswa lebih aktif karena mereka membangun pengalaman dengan mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang yang berupa kartu soal atau kartu jawaban daan juga berdiskusi dengan beberapa variasi.

(9)

yang dapat kita gunakan adalah model Make A Match. Dengan model pembelajaran tersebut, guru dapat mengetahui pengaruh hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Penelitian

Dari kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : terdapat pengaruh signifikan pada hasil belajar IPA dengan penggunaan model pembelajaran Make A-Match terhadap siswa kelas V SD N Kalinegoro 5 Semester II Tahun 2014/2015.

a. Ho : artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Make A Match ditinjau dari hasil belajar IPA kelas V SD semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak metanol umbi bit tidak memiliki aktivitas sitotoksik terhadap cell line T47D yang ditandai dengan nilai % kehidupan sel pada berbagai seri konsentrasi

Sistem adalah seperangkat eleme n yang membentuk kegiatan atau suatu prosedur pengolahan yang mencari suatu tujuan atau tujua n-tujuan bersama dengan mengo perasikan data atau

Hasil pada penelitian ini mengatakan bahwa citra merek, iklan, promosi penjualan dan penjualan personal memiliki pengaruh yang signifikan pada keputusan pembelian,

a) Akar Imajiner, dapat terjadi jika &#34; nilai diskriminannya kurang dari 0 (D &lt; 0), maka persamaan kuadrat, tidak mempunyai dua akar imajiner &#34;. b) Determinan, yang

Professionalism in carrying out the task, the teacher shall: (1) learning plan, implement quality learning process, as well as assessing and evaluating learning

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Nusa Tenggara Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2011-2013

Dari kedua partikel tersebut memiliki sifat-sifat yang sangat bertolak belakang , sehinggga keduanya sulit disatukan.Usaha penyatuan medan boson dan medan fermion

Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja fabrikasi, bekisting dan pengecoran di PT X memiliki karakteristik pekerja yaitu usia sebagian besar memiliki usia dengan