• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN BRAND IMAGE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN ALFAFA SALON DAN SPA MUSLIMAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN BRAND IMAGE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN ALFAFA SALON DAN SPA MUSLIMAH SURABAYA."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN

BRAND IMAGE

TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN ALFAFA SALON DAN

SPA MUSLIMAH SURABAYA

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh :

Esti Prihattiti

NIM. B04212007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Esti Prihattiti, 2016, Kualitas Pelayanan Hubungan Brand Image Terhadap Loyalitas Pelanggan Alfafa Salon Dan Spa Muslimah Surabaya.

Saat ini salon muslimah mulai bermunculan di Surabaya,salah satunya adalah Alfafa salon dan spa mulimah. Lokasi salon ini sangat strategis, berada di daerah perkantoran dan di sekitar kampus. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait variabel kualitas pelyanan,brand image,dan loyalitas pelanggan. Fokus penelitian ini yaitu, 1.Adakah hubungan secara simultan anatara kualitas pelayanan dan brand image terhadap loyalitas pelanggan Alfafa salon dan spa muslimah? 2. Adakah hubungan secara parsial antara kualitas pelayanan dan brand image terhadap loyalitas pelanggan Alfafa salon dan spa muslimah ? 3. Variabel apa yang berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Alfafa salon dan spa muslimah Surabaya ?

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan assosiatif. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dari 84 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan metode perpusive sampling kemudian data dianalisis dengan teknik analisa regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai adjusted R square (r2) adalah sebesar 0,389. Dari nilai r2 dapat dilihat bahwa loyalitas pelanggan di pengaruhi oleh kualitas pelayanan dan brand image sebesar 0,389. Hal ini berarti loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan dan brand image sebesar 38,9% dan sisanya sebesar 61,1 % loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh variabel-variabel seperti, harga, kepuasan pelanggan, dan lainnya. Sedangkan uji simultan (Uji F) menunjukkan Fhitung 27,435, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, “kualitas pelayanan dan brand image mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Sedangkan berdasarkan uji parsial (uji T) hubungan antara kualiats pelayanan terhadap loyalitas pelanggan meunjukkan nilai kualitas pelayanan sebesar 0,612 hal tersebut berarti kualitas pelayanan tidak mempunyai hubungan terhadap loyalitas pelanggan dan tidak terdapat nilai yang signifikan terhadap loyalitas. Sedangkan hubungan brand image terhadap loyalitas pelangan sebesar 4,727 brand image mempunyai hubungan yang positif terhadap loyalitas pelanggan dan mempunyai nilai yang signifikan di setiap kenaikan 1% brand image terhadap loyaliats pelanggan.

(7)

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERESTUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI v ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR DIAGRAM DAN GAMBAR ... xv

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep ... 6

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II: KAJIAN TEORITIK ... 11

(8)

ii

B. Kerangka Teori ... 14

1. Kualitas Pelayanan ... 14

a. Pengertian ... 14

b. Dimensi Kualiats Pelayanan ... 16

2. Brand Image ... 21

a. Pengertian ... 21

b. Faktor-Faktor Brand Image ... 24

3. Loyalitas Pelanggan ... 28

a. Pengertian ... 28

b. Karakteristik Loyalitas Pelanggan ... 30

4. Hubungan Anatar Variabel ... 34

C. Kerangka Berfikir ... 36

D. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III: METODE PENELITIAN ... 37

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi Penelitian ... 37

C. Populasi, Sampel, Dan Teknik Sampling ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 39

3. Teknik Sampling ... 39

D. Variabel Dan Indikator ... 40

1. Variabel Penelitian ... 40

(9)

iii

E. Tahap-Tahap Penelitian ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Wawancara ... 45

2. Angket ... 45

3. Dokumentasi ... 46

G. Teknik Validitas Data ... 46

1. Instrumen Penelitian ... 46

2. Teknik Validitas ... 47

3. Teknik Relibelitas ... 48

H. Teknik Analisa Data ... 49

1. Teknik Pengolahan Data ... 49

2. Teknik Analisa Data ... 50

3. Analisa Koefisien Determinasi ... 50

4. Uji F ... 51

5. Uji T ... 51

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 53

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 53

1. Struktur Alfafa salon dan spa muslimah Surabaya ... 55

B. Penyajian Data... 56

1. Karakteristik Respoden ... 56

2. Deskripsi Variabel Dependen Dan Independen ... 58

a. Kualitas Pelayanan ... 59

(10)

iv

c. Loyaliatas Pelanggan ... 68

3. Pengujian Validitas Dan Realibelitas ... 71

a. Uji Validitas ... 71

b. Uji Realibelitas ... 73

4. Analisa Persamaan Regresi ... 74

C. Uji Hipotesis ... 75

1. Analisis Koefisien Determinasi ... 76

2. Uji F ... 77

3. Uji T ... 78

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

BAB V: PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran Dan Rekomendasi ... 86

C. Keterbatasan Penelitian ... 87

(11)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Tedahulu... 11

Tabel 3.1 Indikator Penelitian ... 41

Tabel 4.1 Indikator Kehandalan ... 59

Tabel 4.2 Indikator Kehandalan ... 59

Tabel 4.3 Indikator Bukti Fisik ... 60

Tabel 4.4 Indikator Daya Tanggap ... 60

Tabel 4.5 Indikator Jaminan ... 61

Tabel 4.6 Indikator Empati ... 61

Tabel 4.7 Indikator Tecnichal Quality ... 62

Tabel 4.8 Indikator Kekuatan Merek ... 62

Tabel 4.9 Indikator Keunikan Merek ... 63

Tabel 4.10 Indikator User Image ... 64

Tabel 4.11 Indikator User Image ... 64

Tabel 4.12 Indikator Citra Produk ... 65

Tabel 4.13 Indikator Citra Produk ... 65

Tabel 4.14 Indikator Pembelian Teratur ... 66

Tabel 4.15 Indikator Pembelian Teratur ... 67

Tabel 4.16 Indikator Membeli Diluar Lini ... 67

Tabel 4.17 Indikator Kekebalan Daya Saing ... 68

Tabel 4.18 Indikator Kekebalan Daya Saing ... 69

Tabel 4.19 Indikator Say Positif ... 69

(12)

vi

Tabel 4.21 Recommend Friend ... 70

Tabel 4.22 Uji Validitas ... 72

Tabel 4.23 Uji Realibelitas ... 73

Tabel 4.24 Uji Perhitungan Regresi ... 74

Tabel 4.25 Koefisien Determinasi... 76

Tabel 4.26 Perhitungan Uji F ... 77

(13)

vii

DAFTAR BAGAN

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir ... 36

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 55

DAFTAR DIAGRAM DAN GAMBAR Diagram 4.1 Karakteristik Responder Berdasarkan Usia ... 56

Diagram 4.2 Karakteristik Reponden Berdasarkan Pekerjaan ... 57

Diagram 4.3 Karakteristik Reponden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ... 58

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Loyalitas pelanggan merupakan aset dan memiliki peran penting

dalam sebuah perusahaan. Terdapat beberapa keuntungan yang akan

diperoleh perusahaan tentang pentingnya mempertahankan loyalitas

pelanggan. Mempertahankan pelanggan yang ada pada umumnya akan

lebih menguntungkan dibandingkan dengan mencari pelanggan baru,

karena biaya untuk menarik pelanggan baru biayanya mencapai lima kali

lipat dari mempertahankan seorang pelanggan yang sudah ada. Pelanggan

yang loyal memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain,

memberikan peluang pembelian ulang yang konsisten, perluasan lini

produk yang dikonsumsi, penyebaran berita yang positif, menurunya

elastisitas harga, dan menurunnya biaya promosi dalam rangka menarik

pelanggan baru.

Menurut Hurriyati loyalitas merupakan komitmen pelanggan

bertahan secara mendalam untuk berlanggan kembali atau melakukan

pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten di masa yang

akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran

mempunyai potensi untuk menyebabkan perilaku.1 Jadi dari pengertian tersebut dapat disumpulkan bahwa loyaliats adalah sebuah keinginan

1

(15)

2

pelanggan untuk melakukan pembelian ulan dan teratur meskipun ada

produk yang sama. Griffin berpendapat bahwa loyalitas pelanggan lebih

mengacu kepada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan

untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang atau

jasa suatu perusahaan yang dipilih.

Menurut Anderson, Fornel dan Lehman menyatakan bahwa apabila

pelanggan puas terhadap barang atau kualitas layanan yang diberikan,

maka akan menimbulkan loyalitas pelanggan.2 Kualitas pelayanan dalam perusahaan jasa merupakan hal yang sangat penting yang dilihat dari sudut

pandang pelanggan.

Menurut Tjiptono kualitas pelayanan merupakan pemenuhan

kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaiannya

untuk memenuhi harapan pelanggan.3 Tjiptono menyatakan bahwa

kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas

keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara

menyeluruh. Kualitas pelayanan yang optimal dapat dijadikan pemasar

sebagai strategi perusahaan untuk mempertahankan pelanggan. Kualitas

pelayanan yang baik dan optimal membuat pelanggan merasa nyaman dan

dapat memenuhi harapan dari pelanggan.

Brand image merepresentasikan keseluruhan persepsi dari terhadap

merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap

2

Antari Setiyawan, 2009, Studi Kepuasan Pelanggan Untuk Mencapai Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pada Konsumen Toko Bangunan Bangun Sumber Rejeki Semarang), Program Magister

Manajemen, Universitas Diponegoro Semarang, hal.16

3

(16)

3

merek itu.4 Menurut Schifman dan Kanuk brand image adalah persepsi yang bertahan lama, dibentuk melalui pengalaman, dan bersifat relatif

konsisten.5 Perepsi konsumen akan sebuah brand image kuat dan positif, maka perusahaan dapat merebut pelanggan untuk melakukan pembelian

sehingga dapat menciptakaan loyalitas pelanggan.6

Keterkaitan brand image dengan loyalitas menurut Keller yaitu

brand image yang positif dapat meningkatkan kemungkinan pilihan

terhadap brand tersebut. Ketika brand image positif pelanggan percaya

bahwa brand tersebut memiliki kualitas yang baik. Pelanggan yang loyal

tidak akan beralih ke produk yang lain, bahkan mereka percaya bahwa

produk yang dikonsumsi saat ini produk yang terbaik. Menurut Marhaeni

asosiasi brand image menjadi salah satu pijakan dalam keputusan

konsumen untuk loyal terhadap brand tersebut. Oleh karena itu pemasar

harus mampu membangun brand image yang baik dikalangan masyarakat

untuk menarik pelanggan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bayu

Fajarianto, brand image mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap loyalitas pelanggan.7

4

Sutisna, 2001, Prilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran,Rosda Karya,Bandung hal. 83 5

Marheni Eka Saputri, Tutut Ratna Pranata,2014, Pengaruh Brand Image Terhadap Kesetiaan Pengguna Smartphone Iphone, Jurnal Sosioteknologi Volume 13, Nomor 3, Desember 2014, Fakultas Komunikasi Dan Bisnis Universitas Telkom, hal.194

6

Ibid 194 7

(17)

4

Kecantikan yang dimiliki perempuan, merupakan bagian dari

nikmat Allah yang diberikan kepada para hamba-Nya. Oleh karena itu

perempuan, dituntut agar selalu merawat dan menjaga dirinya. Berhias

merupakan salah satu cara untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan.

Bagi seorang perempuan, berhias merupakan aktifitas yang rutin dilakukan

ketika akan pergi ke kantor, kuliah, berkumpul bersama teman dan

kelaurga. Berpenampilan menarik dihadapan orang lain merupakan suatu

cara berhias. Menjaga kesehatan rambut, kesehatan kulit dan merawat

wajah merupakan bagian dari berhias. Berhias bisa dilakukan di rumah

maupun di tempat lain seperti salon kecantikan.

Alfafa salon & spa muslimah, merupakan salah satu salon

kecantikan yang melayani wanita muslimah dan sesuai dengan syariat

Islam. Lokai Alfafa salon dan spa muslimah di Jl. Raya Menur 29D

Surabaya. Letak Alfafa salon dan spa muslimah sangat strategis yakni

berada di daerah yang dekat dengan perkantoran dan universitas. Layanan

yang disediakan oleh Alfafa meliputi totok wajah, facial,eye treatment, ear

candle,hair treatment, perawatan punggung, spa treatment, serta produk

untuk muslimah yang akan menikah yakni pra wedding package. Untuk

produk yang digunakan perawatan merupakan produk yang aman, halal

sesuai standarisasi badan LPPOM, dinas kesehatan dan sertifikasi halal

MUI. Setiap melakukan perawatan di Alafafa kosumen sekaligus berinfaq

untuk para muslimah yang kurang mampu.Jadi pelanggan tidak hanya

(18)

5

Alfafa berkerjasama dengan lembaga terkait. Sehingga pelanggan yang

melakukan perawatan di Alfafa salon dan spa muslimah juga melakukan

amal dalam satu kali waktu. Pelanggan juga akan merasakan kenyamanan

yang diberikan oleh pihak salon karna yang melakukan perawatan hanya

muslimah.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan judul

penelitian “Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Brand Image Terhadap

Loyalitas Pelanggan Alfafa Salon & Spa Muslimah Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Brand Image

terhadap Loyalitas Pelanggan Alfafa Salon and Spa Surabaya” peneliti

bisa mengambil rumusan masalah sebgai berikut :

1. Adakah pengaruh secara simultan anatara kualitas pelayanan dan

brand image terhadap loyalitas pelanggan Alfafa salon dan spa

muslimah?

2. Adakah pengaruh secara parsial antara kualitas pelayanan dan

brand image terhadap loyalitas pelanggan Alfafa salon dan spa

muslimah ?

3. Variabel apa yang berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Alfafa

(19)

6

C. Tujuan Penelitian

Memperhatikan rumusan masalah tersebut, penelitian ini mempunyai

tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara kualitas

pelayanan dan brand image terhadap loyalitas pelanggan.

2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara kualitas

pelayanan dan brand image terhadap loyalitas pelanggan.

3. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap

loyalitas pelanggan Alfafa salon dan spa muslimah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan beberapa manfaat, sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritik

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dibidang ilmu

manajemen dengan topik kualitas pelayanan, brand image dan loyalitas

pelanggan.

2. Kegunaan Praktik

Hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan masukan dalam

menerapkan strategi yang tepat dalam mengembangkan dan meningkatkan

kualitas pelayanan, brand image dan loyalitas pelanggan.

E. Definisi Oprasional

1. Kualitas

Menurut American Society for Quality Control kualitas adalah

(20)

7

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau

tersirat.8 Josep M Juran mendefinisikan kualitas sebagai sebuah kecocokan

untuk pemakaian (fitness for use) dengan pemenuhan harapan yang

dimiliki oleh pelanggan.9 Kualitas merupakan kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang

memunuhiharapan.10 Kualitas adalah suatu karakteristik produk atau jasa untuk memuaskan harapan pelanggan sesuai dengan kenyataan yang

diterima.

2. Pelayanan

Definisi layanan menurut Tjiptono adalah segala kegiatan yang

dibutuhkan untuk menerima, merespon, menyampaikan, dan memenuhi

pesanan pelanggan dan untuk menindak lanjuti setiap kegiatan yang

mengandung kekeliruan.11 Menurut Kotller dan Amstrong pelayanan merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak

kepada pihak lain. Pelayanan merupakan kegiatan yang diberikan oleh satu

pihak kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan untuk

memenuhi harapan pelanggan.

8

Philip Kotler, Kevin L Keller, 2009, Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 1, Jakarta, Erlangga, hal.143

9

Fandy Tjiptono, 2005, Prinsip-Prinsip Total Quality Service (TQS), Yogyakarta, Andi Offest, hal.11 10

Oldy Ardhana, 2010, Analisis Pengaruh Kualita Pelayanan, Harga Dan Lokasi Terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi Pada Bengkel Caesar Semarang), Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang, Hal.16

11

Septiadi santoso, 2013, Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

(21)

8

3. Kualitas Pelayanan

Menurut Wyckof kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan

(excelleetiknce) yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan

tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.12 Bisa dikatakan ada dua

faktor yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu, jasa yang diharpakan dan

jasa yang dipersepsikan. Ketika jasa yang dipersepsikan sesuai dengan

pelayanan yang diterima, maka pelanggan akan merasa puas.

4. Brand Image

Menurut Kotler dan Fox brand image (citra merek) merepresentasikan

keseluruhan persepsi dari terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan

pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Brand image adalah persepsi

dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti yang tercermin

dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen.13Brand image dapat diartikan sebagai persepsi yang ada dibenak konsumen akan sebuah

barang atau jasa berdasarkan pengalaman konsumen.

5. Loyalitas

Oliver mendefinisikan loyalitas (loyalty) sebagai komitmen yang

kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan meski pengaruh

situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih.14

Loyalitas merupakan besarnya konsumsi dan frekuensi pembelian yang

dilakukan oleh seorang konsumen terhadap suatu perusahaan.

12

Fandy Tjiptono, 2011, Pemasaran Jasa, Banyu Media, Malang, Hal.331 13

Philips Kotler, Keller Kevin L, 2007, Manajemen Pemasaran jilid 1 edisi kedua, Indeks, Jakarta, hal.388

14

(22)

9

6. Pelanggan

Pelanggan adalah seseorang yang secara kontinu dan berulang kali

datang kesuatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan

memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk

atau jasa tersebut.15 Pelanggan menurut Cambrige International

Dictionaries adalah seseorang yang membeli barang atau jasa.

7. Loyalitas Pelanggan

Menurut Sheth & Mittal, loyalitas pelangan adalah komitmen

pelanggan terhadap suatu merek, toko, atau pemasok berdasarkan sikap

yang sangat positif dan tercemin dalam pembelian ulang yang konsisten.16 Menurut Olson loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk

melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun

kesetian pelanggan terhadap suatu produk atau jasa yang dihasilakan oleh

badan usaha tersebut membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses

pembelian yang berulang-ulang tersebut.

F. Sitematika Pembahasan

Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, dibagi menjadi sub

bab, diamana antara sub bab merupakan satu kesatuan dan saling terkait.

Adapun sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari :

Bab I merupakan pendahuluan, bab ini memberikan gambaran

umum mengenai dasar penelitian yang akandilakukan, yang terdiri dari

15

Rambat lupoyadi, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktik, Salemba Empat, Jakarta, hal.143

16

(23)

10

latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab II merupakan kajian teoritik, bab ini berisi mengenai tinjuan

pustaka yang berisi perbandingan penelitian yang terdahulu, kerangka teori

yang berisi mengenai teori-teori yang digunkan dalam penulisan penelitian

serta teori dalam persepektif Islam, serta hipotesa penelitian.

Bab III metodelogi penelitian, dalam bab ini metode penelitian

yang digunkan oleh peneliti adalah metode kuantitatif. Bab ini terdiri dari,

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi, sampel dan

teknik sampling, variabel dan indekator penelitian, tahap-tahap penelitian,

tekhnik pengumpulan data, tekhnik validitas instrument penelitian dan

teknik analisa data.

Bab IV hasil penelitian, bab ini membahas tentang hasil penelitian

yan telah di dapat dan te;ah dianalisa oleh peneliti. Serta dalam bab ini

terdapat gambaran umum mengenai obyek yang diteliti, penyajian data,

pengujian hipotesis dan pembahsan hasil penelitian (analisa data).

Bab V penutup Bab, ini merupakan bab terakhir dalam penelitian

ini. Bab ini merumuskan ulang dan menyimpulkan jawaban dari rumusan

masalah.Selain itu ada kesimpulan, saran dan rekomendasi serta

(24)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Tabel 2.1

Penelitian terdahulu

No Judul Persamaan Perbedaan Hasil

1. Dyah Ayu A.P, 2012,

Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Loyalitas Konsumen Produk Oli Pelumas Pt Pertamina (Persero) Enduro 4t Di Makasar,

Skripsi Jurusan api di stasiun gambir),

(25)

3. David Harianto, Hartono

Subagio, 2013, Analisis Pengaruh Kualitas

Vu Surabaya, Jurnal

(26)

Ratna P, Pengaruh Brand

Image Terhadap

Kesetiaan Pengguna Smartphone Iphone, 2014, Jurnal

(27)

14

B. Landasan Teori

1. Kualitas Pelayanan a. Pengertian

Kualitas pelayanan jasa merupakan bentuk eavaluasi secara nyata

dalam jangka panjang yang dilakukan oleh pelanggan terhadap jasa yang

diberikan oleh perusahaan.1 Gonroos dan juga yang lainnya menunjukkan bahwa, “kualitas yang dirasakan dari pelayanan merupakan hasil dari suatu

proses evaluasi dimana pelanggan membandingkan persepsi mereka

terhadap pelayanan dan hasilnya dengan yang apa mereka harapkan”.2

Wyckof menyatakan bahwa “kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan

(excellence) yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan tersebut

untuk memenuhi keinginan pelanggan”. Menurut Dharmesta yang dikutip

oleh Putro, “ kualitas layanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan

dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi

keinginan pelanggan”.3

Konsep Islam mengajarkan bahwa dalam memberikan layanan dari

usaha yang dijalankan baik itu berupa barang atau jasa jangan memberikan

yang buruk atau tidak berkualitas, melainkan yang berkualitas kepada

1

Christoper H Lovelock & Lauren K Wright, 2005, Manajemen Pemasaran Jasa, Indeks Jakarta, hal.96

2

Christoper H Lovelock, Jochen Wirtz, Jacky Mussry, 2004, Pemasaran JasaManusia Teknologi

Strategi Jilid2, Erlangga, Jakarta, hal.152

3

(28)

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian

dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami

keluarkan dari bumi untuk kamu dan janganlah kamu memilih yang

buruk-buruk lalu kamu nafkahkan darinya padahal kamu sendiri tidak mau

mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan

ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.4

Dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa, Allah menjelaskan

bahwa barang yang dinafkahkan seseorang harus milikny yang baik, yang

disenanginya, bukan barang yang buruk, yang dia sendiri tidak

menyukainya, baik berwujud makanan, buah-buahan, atau barang-barang,

maupun bianaang ternak, dan sebagainya.5 Orang yang benar-benar

beriman, niscaya akan menafkahkan sesuatau yang baik, bila dia

bermaksud dengan infaknya itu untuk menyucikan diri dan meneguhkan

jiwanya. Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa Allah sangat

mencela bila yang disediakan itu terdiri dari barang yang buruk-buruk. Hal

4

Al-Qu ’a , Al-Baqarah ayat 267

5

(29)

16

ini bukan berarti barang yang disediakan harus yang terbaik, melainkan

yang wajar, dan orang menafkahkan itu sendiri menyukainya andaikata dia

yang diberi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebaagai berikut,

“...nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang

baik-baik....” dalam konteks pelayanan pemasar di wajibkan memberikan

pelayanan yang baik, seperti ketika pemasar memberikan nafkah yang

halal kepda keluarganya. “...dengan memicingkan mata terhadapnya...”

kata memincingkan mata mempunyai makna yang negatif, yakni bentuk

ketidak sukaan terhadap seseorang yang diekspresikan lewat gestur mata.

Artinya ketika memberikan pelayanan harus ramah, sopan dan tanggap.

b. Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Parasuraman et, al, kualitas pelayanan dipengaruhi oleh

lima dimensi pelayanan yang luas, yakni6 :

1) Kehandalan (reliability)

Menurut Lopoyadi, “kehandalan adalah kemampuan perusahaan

untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat

dan terpercaya”.7 Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketetapan waktu, pelayanan yang sama untuk semua

pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan akurasi yang

6

Fandy Tjiptono, 2011, Pemasaran Jasa, Malang : Banyu Media Publishing, hal. 346

7

Rambat Lupoyadi, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa: teori dan praktek, Salemba Empat,

(30)

17

tinggi.8 Tjiptono berpendapat bahwa “kehandalan merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera,

akurat, dan memuaskan”. Dalam hal ini perusahaan harus

memenuhi janjinya kepada pelanggan yang bersangkutan, misalnya

penyampaian pelayanan sesuai dengan jadwal yang telah

disepakati. Perusahaan juga menyediakan tenaga kerja yang handal.

2) Bukti fisik (Tangible)

Bukti fisik meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana

komunikasi, seperti seragam karyawan yang rapi dan ruang tunggu

yang nyaman. Lupoyadi menyatakan, “bukti fisik yaitu kemampuan

suatu perusahaan dalam menunjukkan eksetensinya kepada pihak

eksternal”.9 Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik

perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata

dari pelayanan yang diberikan oleh perusahaan jasa.

Bukti fisik dapat berupa penampilan fisik, peralatan, pegawai,

dan material yang dipasang. Perusahaan juga memperhatikan bukti

fisik lainnya seperti tersdiannya lahan parkir, kebersihan, kerapian,

dan kenyamanan ruangan, kelengkapan alat komunikasi, dan

penampilan karyawan.

8

Rambat Lupoyadi, A Hamdani, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa Edisi 2, Salemba Empat,

Jakarta, Hal.182

9

Rambat Lupoyadi, A Hamdani, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa Edisi 2, Salemba Empat,

(31)

18

3) Daya tanggap (responsivitas)

Daya tanggap adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh pegawai

untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif)

dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang

akurat dan jelas”10. Membiarkan pelanggan menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam

kualitas pelayanan. Dimensi ini menentukan pada kecepatan dalam

menghadapi permintaan, pertanyaan, keluhan, serta kesulitan

pelanggan. Dimensi ini dapat digambarkan dengan tanggap dalam

menghadapi keluhan, kesediaan membantu pelanggan, serta

kecepatan pelayanan.

4) Jaminan(assurance )

Lupoyadi berpendapat bahwa, jaminan merupakan pengetahuan dan

keramahan karyawan serta kemampuannya untuk memberikan kesan

dapat dipercaya dan penuh keyakinan. Tjiptono berpedapat jaminan

mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat

dipercaya yang dimiliki oleh karyawan dari bahaya, resiko atau

keragu-raguan.11 Dimensi jaminan terdiri dari beberapa komponen antara komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetansi dan sopan

santun. Pada saat persaingan sangat kompetitif, anggota perusahaan

harus tampil lebih kompeten, artinya memiliki pengetahuan dan

keahlian di bidang masing-masing. Faktor security, yaitu memberikan

10

Rambat Lupoyadi, A Hamdani, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa Edisi 2, Salemba Empat,

Jakarta, Hal.182

11

(32)

19

rasa aman dan terjamin kepada pelanggan merupakan hal yang

penting pula. Pemasar diharapkan memperhatikan kredibilitas

perusahaan dan bukan justru menipu pelanggan. Selain itu, anggota

perusahaan harus bersikap ramah dengan menyapa pelanggan yang

datang.

5) Empati(empathy)

Lupoyadi menyatakan, “empati yaitu memberikan perhatian

yang tulus dan bersifat induvidual atau pribadi yang diberikan kepada

para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan”.12

Empati meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi, yang

baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual

para pelanggan. Dalam hal ini karyawan dituntut untuk menjalin

komunikasi yang lebih intens dengan pelanggan. Perusahaan

diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan,

memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki

waktu pengoprasian yang nyaman bagi pelanggan.

Menurut Gronroos kualitas suatu jasa yang dipersepsikan pelanggan terdiri

atas dua dimensi utama yakni technical quality (outcome dimension) dan

functional quality.13

a) Technical quality, berkaitan dengan kualitas output jasa yang

dipersepsikan pelanggan. Dimensi ini menurut Ziethmal, dibagi

12

Rambat Lupoyadi, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa : Teori Dan Praktik, Salemba Empat,

Jakarta, Hal.148

13

(33)

20

menjadi tiga jenis. Pertama, search quality, dapat dievaluasi sebelum

dibeli, misalnya harga. Kedua, experience quality hanya bisa dievaluasi

setelah dikonsumsi, contohnya ketetapan waktu, kecepatan layanan dan

ketetapan hasil. Ketiga, credence quality yakni sukar dievaluasi

pelanggan sekalipun telah mengkonsumsi jasa, misalnya kualitas

operasi bedah jantung.

b) Functional quality, berkaitan dengan kualitas cara penyampaian jasa

atau menyangkut proses transfer kualitas teknik, output atau hasil akhir

dari penyedia jasa kepada pelanggan.

Model kualitas jasa yang populer dan hingga kini dijadikan acuan dalam

riset pemasaran adalah model SERVQUAL (service quality) yang dikembangkan

oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry. Dalam model SERVQUAL, kualitas jasa

didefinisikan sebagai “penilai atau sikap global berkenaan dengan superioritas

suatu jasa”. Definisi ini didasarkan pada tiga landasan konseptual utama, yaitu14 :

1) Kualitas jasa sukar dievaluasi konsumen dibandingkan dengan kulitas

barang.

2) Persepsi terhadap kualitas jasa merupakan hasil dari perbandingan antara

harapan pelanggan dengan kinerja actual jasa.

3) Evaluasi kualitas tidak hanya dilakukan atas hasil jasa, namun juga

mencakup evaluasi terhadap proses penyampaian jasa.

14

(34)

21

Model SERVQUAL meliputi analisa terhadap 5 gap yang berpengaruh

terhadap kualitas jasa15.Gap pertama, kesenjangan antara harapan konsumen dan

persepsi manajemen terhadap harapan pelanggan (knowledge gap).Gap kedua,

perbedaan antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi

kualitas jasa (standard gaps).Gap ketiga berupa perbedaan antara spesifikasi

kualitas jasa dan penyampaian kualitas jasa (delivery gap).Gap keempat berupa

perbedaan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal (communications

gap).Gap keliama yaitu kesenjangan antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang

diharapkan (service gap).

Pengukuran kualitas jasa dalam model SERVQUAL didasarkan asumsi

bahwa konsumen membandingkan kinerja atribut jasa dengan standar ideal untuk

masing-masing atribut tersebut. Bila kinerja atribut melampaui standar, maka

persepsi akan keseluruhan jasa meningkat. Pengukuran model SERVQUAL ini

didasarkan pada skala multi item yang digunakan untuk mengukur expected dan

precived service, serta gap diantara keduannya dalam dimensi-dimensi kualitas

layanan16.

15

Fandy Tjiptono, 2011, Pemasaran Jasa, Malang : Banyu Media Publishing, hal. 335

16

(35)

22

2. Brand Image

a. Pengertian

Brand image adalah persepsi pelanggan terhadap suatu merek yang

digambarkan melalui asosiasi merek yang ada didalam ingatan pelanggan.17

Menurut Mowen dalam Lutiary citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek

yang terbentuk dalam benak konsumen. Citra merek (brand image) merupakan

representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi

dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu18.Citra terhadap merek

berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu

merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan

lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.

Citra merek (brand image) merupakan representasi dari keseluruhan

persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu

terhadap merek itu.19 Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang

berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki

citra yang positif terhadap suatu mereka, akan lebih memungkinkan untuk

melakukan pembelian.

Sementara itu brand image dalam kajian syariah merupakan sebuah

identitas atau tanda pengenal terhadap suatu produ atau jasa sebuah perusahaan.

Menurut Kartaja dalam Chustina, suatu brand juga harus menciptakan

17

Aries Susanty, Najid Bangun Adisaputra, Pengaruh Brand Image Speedy TelkomTerhadap

Loyalitas Pelanggan Di Kecamatan Banyumanik Semarang, jurnal Vol VI, No 3, September ,

Program Studi Teknik Industri, Universitas Diponegoro, Semarang, hal 148

18

Dyah Ayu A.P, 2012, Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Loyalitas Konsumen Produk

Oli Pelumas Pt Pertamina (Persero) Enduro 4t Di Makassar, Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar, hal.17

19

(36)

23

karakter yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.20 Hal tersebut berarti brand tidak mengandung unsur judi, penipuan, riba dan hal-hal yang tidak

sesuai dengan syariah.

Teladan Rasulullah dalam berdagang kiranya dapat dijadikan acuan dalam

memasarkan produk perdagangannya. Menurut Alfazalurrahman yang dikutip

oleh muhammad kiat dan etika Rasulullah dalam membangun citra dagangnya

sebagai berikut :21

1. Penampilan

Penampilan dagang Rasulullah adalah tidak membohongi pelanggan, baik

menyangkut kuantitas maupun kualitas.

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang

yang merugi dan timbangan yang lurus. Dan, janganlah kamu merugikan

manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumu

ini dengan membuat kerusakan (QS. Asy-Syu’ara : 181-183)22

20

Chustina Tsalatsantyas, 2013, Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Keputusan

Konsumen Membeli Produk Pada Toko Rabbani Semarang, Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas

Sya i’ah Da Eko o i Isla , Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, hal 16

21

Muhammad, 2004, Etika Bisnis Islami, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogykarta,

hal.102

22

(37)

24

2. Pelayanan

Pelanggan yang tidak sanggup membayar kontan hedaknya diberi tempo

untuk melunasinya. Selajutnya, pengampunan (bila memungkinkan)

hendaknya diberikan jika ia benar-benar tidak sanggup membayarnya.

3. Persuasi

Cara persuasi ini dilakukan dengan cara menjauhi sumpah berlebihan

dalam menjual barang.

4. Pemuasan

Terjadi ketika ada kesepakatan bersama, dengan suatu usulan dan

penerimaan diantara penjual dan pembeli, maka penjualan akan sempurna.

Hal ini terdapat dalam surat An Nissa’ ayat 29 :



sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan saling suka sama suka diantara kamu. Janganlah kamu

membunuh dirimu, sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu. (QS

An Nissa’ : 29)23

23

(38)

25

b. Faktor-Faktor Brand Image

Menurut Keller dalam Ferrinadewi, 2009 dikutip dari Marheni,

faktor-faktor pendukung terbentuknya brand image dapat dijelaskan sebagai

berikut24.

a. Keunggulan asosiasi merek (favor-ability of brand association). Hal

ini dapat membuat konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang

diberikan oleh suatu brand dapat memuaskan kebutuhan dan

keinginan konsumen sehingga menciptakan sikap yang positif

terhadap brand tersebut.

b. Kekuatan asosiasi merek (strenght of brand association). Hal ini

bergantung pada bagaimana informasi masuk dalam ingatan

konsumen dan bagaimana informasi tersebut dikelola oleh data

sensoris di otak sebagai bagian dari brand image. Ketika konsumen

secara aktif memikirkan dan menguraikan arti informasi pada suatu

produk atau jasa, akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada

ingatan konsumen.

c. Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association). Sebuah

brand haruslah unik dan menarik sehingga produk tersebut memiliki

ciri khas dan sulit untuk ditiru para pesaing. Keunikan suatu produk

akan memberikan kesan yang cukup membekas terhadap ingatan

pelanggan akan keunikan brand. Sebuah brand yang memiliki ciri

24

Marheni Eka Saputri, Tutut Ratna Pranata,2014Pengaruh Brand Image Terhadap Kesetiaan

(39)

26

khas haruslah dapat melahirkan keinginan pelanggan untuk

mengetahui lebih jauh dimensi brand yang terkandung di dalamnya.

Beil berpendapat bahwa brand image dapat dijabarkan menjadi tiga sub

citra pendukung yakni, citra dari pembuat produk atau jasa atau citra perusahaan,

citra pemakai, citra produk atau jasa itu sendiri.25

1) Citra pembuat/citra perusahaan, sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu

barang atau jasa.26 Menurut Biel citra perusahaan merupakan kesan psikologis dan gambaran dari berbagai kegiatan suatu perusahaan

dimata khalayak publiknya yang berdasarkan pengetahuan, tanggapan

serta pengalaman-pengalaman yang telah diterimanya.27 Menurut Sutisna, citra perusahaan adalah gambaran singkat yang dimiliki oleh

perusahaan yang diciptakan melalui akumulasi pesan-pesan yang

diterima melalui pengalaman yang dirasakan oleh seluruh indera.

Berdasarkan beberapa pengertian dari beberapa ahli tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa citra perusahaan adalah sekumpulan asosiasi

yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat

25

Desi Anggraini, 2012, Penagaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Dalam

Memilih Minuman Pengganti ION Tubuh/ Isotonik Merek Mizone, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis,

Universitas Brawijaya Malang, hal.2

26

Sugiharti,2012, Membangun Citra Merek Yang Positif Dalam Rangka Menciptakan Kepuasan

Dan Kesetian Pelanggan, JBMAVol 1 No 1 Juli, hal.58

27

Made Suci Pratiwi dkk,2014, Pengaruh Citra Perusahaan, Citra Produk Dan Citra Pemakai

Terhadap Keputusan Pembelian Produk Foremost Pada Distro Ruby Soho Di Singaraja, E-Journal

Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen Volume 2, Universitas Pendidikan

(40)

27

suatu produk atau jasa.Citra pembuat meliputi popularitas, kredibilitas,

serta jaringan perusahaan.

2) User image (citra pemakai), sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan

oleh konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang

atau jasa.28 Menurut Suharta Abdul Manjid, citra pemakai adalah perasaan atau konsepsi seseorang terhadap konsumen yang

menggunakan suata produk tertentu. Sementara menurut Edward citra

pemakai adalah gambaran yang dimiliki oleh seseorang mengenai

dirinya sendiri.29 Berdasarkan beberapa pengertian dari beberapa ahli

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa citra pemakai adalah

sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai

yang menggunakan barang atau jasa, meliputi pemakai itu sendiri,

gaya hidup atau kepribadian dan status sosial.

3) Citra produk adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan

konsumen terhadap suatu produk. Buchari Alma, citra produk adalah

persepsi seseorang terhadap seperangkat atribut baik berwujud maupun

tidak berwujud. Persepsi terhadap produk merupakan persepsi

konsumen terhadap keseluruhan dari kualitas yang dimiliki oleh

sebuah produk yang berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh

konsumen. Citra produk dibangun agar menjadi positif dimata publik

28

Sugiharti,2012, Membangun Citra Merek Yang Positif Dalam Rangka Menciptakan Kepuasan

Dan Kesetian Pelanggan, JBMAVol 1 No 1 Juli, hal.58

29

Made Suci Pratiwi dkk,2014, Pengaruh Citra Perusahaan, Citra Produk Dan Citra Pemakai

Terhadap Keputusan Pembelian Produk Foremost Pada Distro Ruby Soho Di Singaraja, E-Journal

Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen Volume 2, Universitas Pendidikan

(41)

28

baik yang telah menjadi konsumen nyata maupun konsumen yang

hendak dibidik.30 Dapat disimpulkan bahwa citra produk adalah kesan,

pendapat, atau tanggapan yang dimiliki oleh konsumen terhadap suatu

objek produk tertentu. Konsumen memiliki kepentingan yang

berbeda-beda terhadap suatu produk, jadi persepsi konsumen terhadap suatu

produk berbeda pula.

Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Ayu faktor-faktor pembentuk citra

merek (brand image) sebagai berikut31 :

a) Kualitas atau mutu berkaitan denagan kualitas produk barang atau jasa

yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

b) Dapat dipercaya atau diandalakan, berkaitan dengan pendapat atau

kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk

yang dikonsumsi.

c) Kegunaan atau manfaat yang terkait dengan fungsi dari suatu produk

barang atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan.

d) Pelayanan yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani.

e) Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung rugi yang

mungkin dialami oleh pelanggan.

f) Harga, dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak

sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan pelanggan untuk

30

Made Suci Pratiwi dkk,2014, Pengaruh Citra Perusahaan, Citra Produk Dan Citra Pemakai

Terhadap Keputusan Pembelian Produk Foremost Pada Distro Ruby Soho Di Singaraja, E-Journal

Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen Volume 2, Universitas Pendidikan

Ganesha Singaraja, Bali, hal 5 31

Dyah Ayu A.P, 2012, Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Loyalitas Konsumen

Produk Oli Pelumas Pt Pertamina (Persero) Enduro 4t Di Makassar, Skripsi Jurusan Manajemen,

(42)

29

mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka

panjang.

g) Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan,

kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari

produk tertentu.

3. Loyalitas Pelanggan a. Pengertian

Loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan,

mempertahankan mereka berarti meningkatkan kinerja keuangan dan

mepertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Loyalitas pelanggan

kerapkali dikaitkan dengan perilaku pembelian ulang. Namun dalam konteks

merek loyalitas mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu.

Menurut Griffin “loyalty is defined as noon random purchase expressed over

time by some decision making unit”.32

Dari penjelasan tersebut loyalitas lebih

megacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk

melakukan pembelian secara terus menerus terhadap suatu barang atau jasa

suatu perusahan yang dipilih.

Menurut Olson loyalitas pelangan merupakan,

“perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetian pelanggan tehadap suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut membuthkan waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang tersebut”.33

32

Ratih Huriyati,2005, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Alfabeta, Bandung, hal. 129

33

Trisno Musanto, 2004, Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan Dan Loyalitas Pelanggan : Studi

Kasus Pada CV Sarana Media Adverstising Surabaya, Jurnal Ekonomi Manajemen Dan

(43)

30

Griffin berpendapat bahwa, “seorang pelanggan dikatakan setia atau loyal

apabila pelanggan tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara teratur

atau terdapat suatu kondisi dimana mewajibkan pelanggan membeli paling

sedikit dua kali selang waktu tertentu”. Sementara itu, loyalitas pelanggan

dalam konteks pemasaran jasa didefinisikan oleh Bendapudi & Berry

“sebagai respon yang terkait erat dengan janji untuk memegang teguh komitmen yang mendasari kontinuitas relasi, dan biaya tercermin dalam pembelian berkelanjutan dari penyedia jasa yang sama atas dasar dedikasi maupun kendala pragmatis”.34

Griffin mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh

perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal sebagai berikut :

a. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik

pelanggan yang baru lebih mahal)

b. Dapat mengurangi biaya transaksi

c. Dapat mengurangi biaya trun over konsumen, karena penggantian

konsumen lebih sedikit.

d. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar

pangsa pasar perusahaan.

e. Mendorong word of mounth yang lebih positif, dengan asumsi

bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.

f. Dapat mengurangi biaya kegagalan, seperti biaya penggantian.

34

(44)

31

b. Karakteristik Pelanggan Loyal

Menurut Griffin pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai

berikut :35

1. Melakukan pembelian secara teratur (make regular repeat purchase)

Tingkat frekuensi atau seringnya konsumen melakukan pembelian secara

berulang terhadap suatu merek produk perusahaan.

2. Membeli diluar lini produk/ jasa (purchases across product and service

lines)

Tingkat kesedian konsumen untuk membeli variasi produk atau jasa

sebuah perusahaan.

3. Merekomendasikan produk lain (refers other).

Meliputi tingkat frekuensi atau seringnya seorang konsumen

merekomendasikan merek produk perusahaan tersebut kepada konsumen

lain untuk ikut membeli produk dan selalu mendahulukan merek produk

ini dibanding merek produk pesaing.

4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing

(demonstrates an immunity to the full of the competition)

Konsumen menolak produk jasa dari pesaing dan kelemahan atau

kekurangan produk atau jasa akan diberitahu kepada perusahaan langsung.

Menurut Zeithaml et. Al indikator dari loyalitas pelanggan yang kuat

adalah sebagai berikut :36

35

Ratih Huriyati, 2005, Bauran Pemasaran dan Loyalitas konsumen, Alfabeta, Bandung, hal.130

36

Ida Farida, 2010, Pengaruh Penerapan Layanan Marketing Syariah dan Kepuasan Pelanggan

(45)

32

1) Say positive thing, adalah mengatakan hal yang positif tentang

produk yang telah diproduksi. Misalnya, berupa cerita atau

uraian pengalam yang positf.

2) Recommend friends, merekomendasikan produk yang sudah

dikonsumsi kepada teman. Proses ini berujung pada mengajak

pihak lain untuk ikut menikmati perusahaan penyedia jasa akibat

dari pengalama positif yang dirasakan.

3) Continue purchasing, pembelian yang dilakukan secara terus

menerus terhadap produk yang telah dikonsumsi. Hal ini dalam

artian pelanggan melakukan pembelian ulang kepada

perusahaan yang dilandasi dari kesetiaan.

Loyalitas pelanggan kerap kali dikaitkan dengan perilaku pembelian

ulang. Namun dalam konteks merek loyalitas mencerminkan komitmen psikologis

terhadap merek tertentu. Secara garis besar, literature loyalitas pelanggan

didominasi dua aliran utama yakni, aliran stokastik (behavioral) dan aliran

deterministik (sikap).37

a) Aliran stokastik (behavioral)

Bedasarkan persepektif ini, loyalitas merek diartikan sebagai pembelian

ulang sebuah merek secara konsisten oleh pelanggan. Setiap kali

seseorang membeli produk merek tertentu, bila ia membeli prodik yang

sama, maka ia dikatakan pelanggan yang setia terhadap merek tersebut.

Muamalat(Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta, hal.63

37

(46)

33

Ada tiga macam ukuran loyalitas merek behavioral yang banyak

digunakan, yakni:

(a) Ukuran proposi pembelian

Ukuran proposi pembelian meliputi, loyaliats terjadi apabila

seorang pelanggan membeli ulang hanya satu merek tertentu

(exclusive purchase).Loyalitas ditentukan berdasarkan presentase

total pembelian merek favorit (market share concept). Ukuran ini

pada dasarnya sama dengan market share concept, hanya saja

cutoff point yang dipakai hanya 75%. Loyalitas diukur berdasarkan

persentase total pembelian dua merek (dual brand loyality). Triple

brand loyalty, loyalitas ditentukan berdasrkan persentase total

pembelian tiga merek yang sering dibeli.

(b)Ukuran urutan pembelian

(1) Divide loyalty

(2) Unstable loyalty

(3) Occasional switch

(4) Brand indifference

(5) Three-in-a-row criterion

(c)Ukuran probabilitas pembelian

Ukuran ini mengkombinasikan proposi dan urutan pemelian

berdasrkan sejarah pembelian yang dilakukan pelanggan dalam

(47)

34

b) Aliran deterministik (sikap)

Dalam persepektif sikap, mengasumsikan bahwa terdapat satu

atau beberapa penyebab utama loyalitas pelanggan yang bisa

diidentifikasi.Peresepektif sikap mengukur loyalitas sebagai skala

interval atau kontinium (a dgree of loyalty). Tujuan utama

pengukuran loyalitas berdasrkan persepektif sikap bukanlah untuk

mengetahui apakah seseorang itu loyal atau tidak, namun untuk

memahami intensitas loyalitasnya terhadap merek atau toko.

4. Hubungan Antar Variabel

1. Kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Delagado dan Munuera dalam

Putro, mengemukakan bahwa ketika konsumen menerima kualitas

pelayanan yang lebih baik dari uang yang dikeluarkannya, mereka

percaya menerima nilai yang baik (good value), diamana hal ini akan

meningkatkan loyalitasnya kepada penyedia jasa38. Kualitas pelayanan yang baik merupakan faktor yang penting dalam usaha menciptakan

loyalitas pelanggan. Pelayanan dikatakan baik jika pelayanan yang

diberikan oleh perusahaan dapat memuaskan pelanggannya.

Kualitas dapat meberikan keuntungan eksternal yakni meurut Sviokla

kualitas produk (jasa) yang diberikan dapat menciptakan persepsi

38

Rizki Fajar Kusumo Putro, 2009, Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap LoyalitasPelanggan Dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Pemediasi ( Studi Pada Pelanggan Fixed-Wire Line

Phone Di Surakarta , Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret

(48)

35

positif dari pelanggan dan dapat menimbulkan kepuasan serta loyalitas

pelanggan.39

2. Brand image dengan loyalitas pelanggan

Merek yang kuat merupakan aset tak berwujud yang sangat

berharga bagi perusahaan. Merek yang kuat akan membangun loyalitas,

dan loyalitas mendorong bisnis berulang kembali. Hubungan antara citra

merek dengan loyalitas konsumen terletak pada keinginan-keinginan dan

pilihan konsumen (preference) atas suatu merek adalah merupakan sikap

konsumen. Dalam banyak hal, sikap terhadap merek tertentu sering

mempengaruhi apakah konsumen akan loyal atau tidak. Persepsi yang baik

dan kepercayaan konsumen akan suatu merek tertentu akan menciptakan

minat beli konsumen dan bahkan meningkatkan loyalitas konsumen

terhadap produk tertentu. Teori penghubung antara citra merek dengan

loyalitas konsumen dikutip dari Freddy Rangkuti dalam Dyah Ayu yang

mengatakan:

“Apabila konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu yang disebut dengan loyalitas merek”.

Kartajaya dalam Aries, berpendapat bahwa loyalitas merupakan

komitmen pelanggan untuk pembelian berulang-ulang suatu produk atau

layanan di masa akan datang dengan merek yang sama40. Berdasarkan hal

39

Rambat Lupoyadi, A Hamdani, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa Edisi 2, Salemba Empat,

Jakarta, Hal.176 40

Aries Susanty, Najid Bangun Adisaputra, Pengaruh Brand Image Speedy TelkomTerhadap

Loyalitas Pelanggan Di Kecamatan Banyumanik Semarang, jurnal Vol VI, No 3, September ,

(49)

36

tersebut, sangat menguntungkan bagi sebuah perusahaan yang mempunyai

produk dengan merek yang memiliki citra merek yang baik dimata

konsumen, sehingga harus diupayakan untuk membangun citra merek secara

terus menerus agar merek tersebut menjadi lebih dipilih dan konsumen akan

loyal terhadap merek tersebut.

C. Kerangka Berfikir

Gamabar 2.1

D. Hipotesis

Hipotesis satu :

Ha : terdapat hubungan yang signifikan secara parsial antara kualitas

pelayanan dan brand image terhadap loyalitas pelanggan.

Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan secara parsial antara kualitas

pelayanan dan brand image terhadap loyalitas pelanggan.

Huipotesis dua :

Ha : terdapat hubungan yang signifikan secara simultan antara kualitas

pelayanan dengan brand image terhadap loyalitas pelanggan.

Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan secara simultan antara

kualitas pelayanan dengan brand image terhadap loyalitas pelanggan.

BRAND IMAGE

(X2)

KUALITAS PELAYANAN (X1)

(50)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, merupakan salah satu

kegiatan penelitian yang sifatnya adalah sistemmatis, terencana, dan terstruktur

dengan jelas, sejak awal hingga pembuatan desain penelitian. Pendekatan

kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisa data bersifat

kuantitatif atau statistik, dengan tujuan menguji hipotesa yang telah ditetapkan.41

Metode penelitian kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti populasi dan sampel tertentu, sedangkan teknik pengambilan

sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisa data bersifat kualitatif dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.42 Dalam penelitian ini, jenis

penelitian yang digunakan adalah asosiatif, merupakan penelitian yang bertujuan

mengetahui hubungan atau pengaruh dua variabel atau lebih.43 Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan,

meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ALFAFA Salon & Spa Muslimah, yang

terletak di Jl. Raya Menur 29D Surabaya.

41

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, hal.8

42

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, hal.13

43

(51)

38

C. Populasi, Sampel, Dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruan objek atau subjek yang berada

dalam satu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitian, atau keseluruhan unit dalam ruang lingkup yang akan

diteliti.44 Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya45. Populasi dalam penelitian pengunjung yang

datang untuk melakukan perawatan di Alfafa salon dan spa muslimah pada

bulan Mei 2015 hingga bulan Mei 2016. Beradasarkan data Alfafa salon

dan spa muslimah, rata-rata pembeli yang datang dalam kurun stau tahun

adalah 527 pengunjung.46 Kriteria pengunjung yang menjadi responden, sebagai berikut :

Inklusi :

1) Pelanggan yang berada di tempat penelitian dan tidak buru-buru,

2) Pelanggan yang bersedia mengisi kuisoner,

3) Pelanggan yang sudah melakukan perawatan.

4) Sudah melakukan perawatan minimal dua kali.

Ekslusi :

1) Pelanggan yang buru-buru,

44

Nanang Martono, 2010, Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS, Gava Media, Yogyakarta, hal.15

45

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, hal.80

46

(52)

39

2) Pelanggan yang tidak bersedia.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri

atau keadaan tertentu yang akan diteliti atau sebagian anggota populasi

yang dipilih dengan prosedur tertentu diharapkan bisa mewakili

populasi.47 Sampel adalah bagian dari karakteristik dan jumlah yang terdapat dalam populasi. Penentuan besarnya ukuran sampel penelitian

ditentukan menggunakan rumus Solvin,48 dengan rumus sebagai berikut:

n =

n = 84 responden

di mana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = proses kelonggoran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan

sampel

3. Teknik Sampling

Dalam penelitian kuantitatif untuk mengambil berapa jumlah

sampel yang akan diambil, maka peneliti menggunakan teknik sampling.

47

Nanang Matono, 2010, Statistik Sosial, Gava Media, Yogyakarta, hal.15

48

(53)

40

Dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling dan

metode sampling purposive. Teknik nonprobability sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur anggota populasi49. Sedangkan

metode sampling purposive adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu.

D. Variabel Dan Indikator

1. Variabel

Menurut Sugiyono variabel didalam penelitian merupakan suatu

atribut dari sekelompok obyek yang diteliti yang mempunyai variasi

antara satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut50. Penelitian ini menggunakan variabel bebas (independen) dan variabel terikat

(dependen).

1) Variabel bebas (independen), variabel yang mempengaruhi

atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain. Pada

penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu, kualitas

pelayanan (X1) dan brand image (X2).

2) Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang

diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah loyalitas

pelanggan (Y).

49

Nanang Matono, 2010, Statistik Sosial, Gava Media, Yogyakarta, hal.15

50

(54)

41

a. Indikator

Indikator adalah tanda yang menunjukkan ada atau

tidak adanya konsep yang kita pelajari. Berikut adalah

indicator yang terdapat dalam penelitian ini :

Tabel 3.1

Indikator penelitian

Variabel Subvariabel Indikator

Kualitas pelayanan

dengan segera, akurat, dan

memuaskan.

Kemampuan untuk

memeberikan pelayanan

Bukti fisik, Rambat

Lupoyadi menyatakan

bukti fisik yaitu

kemampuan suatu

perusahaan dalam

menunjukkan eksetensinya

kepada pihak eksternal.

1. ruang perawatan yang

bersih

2. tempat parkir yang luas

(55)

yang cepat (responsif) dan

tepat kepada pelanggan,

dan sifat dapat dipercaya

yang dimiliki oleh

karyawan dari bahaya,

resiko atau keragu-raguan.

1. pegawai yang ramah

2. pegawai yang sopan

Empati menurut Lupoyadi

yaitu memberikan

perhatian yang tulus dan

(56)

tiga jenis yakni, search

quality, experience quality,

credence quality.

pelanggan melakukan

evaluasi terhadap jasa

yang sudah dan akan

dibeli, misalnya menilai

(strenght of brand

association). Hal ini

bergantung pada

bagaimana informasi

masuk dalam ingatan

konsumen dan bagaimana

informasi tersebut dikelola

oleh data sensoris di otak

sebagai bagian dari brand

image.

1. kekuatan brand

2. persepsi pelanggan

3. sikap positif

Keunikan asosiasi merek

(uniqueness of brand

Memiliki nama yang unik

(57)

44

association). Sebuah brand

haruslah unik dan menarik

sehingga produk tersebut

memiliki ciri khas dan sulit

untuk ditiru para pesaing

User image (citra

Citra produk, menurut Beil

citra produk adalah

secara teratur (make

regular repeat purchase)

Melakukan pembeilan

secara rutin dalam jangka

waktu tertentu

Menunjukkan kekebalan

dari daya tarik produk

1. Tetap setia pada

produk yang ditawarkan

(58)

menolak produk jasa dari

pesaing dan kelemahan

atau kekurangan produk

atau jasa akan diberitahu

kepada perusahaan

Membeli diluar lini produk/

jasa (purchases across

product and service lines),

tingkat kesedian konsumen

untuk membeli variasi

produk atau jasa sebuah

perusahaan

Membeli beberapa jenis

produk yang berbeda.

Say positive thing, adalah

mengatakan hal yang

positif tentang produk yang

telah diproduksi. Misalnya,

berupa cerita atau uraian

pengalam yang positf.

Menceritkan hal yang

positif kepada orang lain

berdasrkan pengalaman

Gambar

Tabel 4.25 Koefisien Determinasi...................................................................
Gambar 4.1 Alfafa Salon Tampak Luar  .........................................................
Tabel 2.1
 Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prevalensi kasus gizi di seluruh wilayah dalam Kota Banda Aceh adalah sebesar 0,4% balita gizi buruk dan 1,0% balita gizi kurang, karena Kota Banda Aceh

ENERGI LAB.INSTALASI LAB.PENGEMBA NGAN LAB.MIKRO LAB.ELKA KELAS. H5.401

Prosedur lain dari biopsi matriks kuku adalah dengan melakukan avulsi total atau parsial lempeng kuku terlebih dahulu, sehingga matriks dapat dieksplorasi dengan

This thesis wants to examine the motivation of Anais Nin, the main character of the novel in establishing relationship with a married couple named Henry Miller and June

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap Menururt SMA Kolese De Britto Keterangan K/1 Penghasilan Bruto Gaji Pokok Tunjangan Pajak Tunjangan lain Tunjanan Seharusnya

semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan tersebut atau. dengan kata lain, semakin baik kemampuan perusahaan

Dari proses tersebut akan timbul feedback berupa efek kognitif yang mengarah pada tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Pucang Sewu mengenai pelaksanaan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini yang