HUBUNGAN KEPUASAN PERNIKAHAN DENGAN KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PASANGAN DEWASA AWAL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaraan dalam Menyelesaikan Program Strata
Satu (S1) Psikologi (S.Psi)
Siti Laila Akhadiyatur Rohmah B07212077
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
HUBUNGAN KEPUASAN PERNIKAHAN DENGAN KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PASANGAN DEWASA AWAL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaraan dalam Menyelesaikan Program Strata
Satu (S1) Psikologi (S.Psi)
Siti Laila Akhadiyatur Rohmah B07212077
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
INTISARI
Tujuan dari penelitian ini mengetahui hubungan antara
komitmen pernikahan dengan kepuasan pernikahan pada
pasangan dewasa awal. Penelitian ini merupakan penelitian
kolerasi. Instrument penelian berupa skala komitmen pernikahan
dengan kepuasan pernikahan. Dalam penelitian ini ada 64 subjek
pasangan dewasa awal.
Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan SPSS for windows dengan taraf signifikansi sebesar 0,049 < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Secara signifikansi dibuktiikan
dengan koefisiensi kolerasi Product Moment sebesar 0.045. koefisien kolerasi bertanda positif menunjukkan adanya
hubungan kedua variabel. Maka hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan komitmen pernikahan dengan kepuasan
pernikahan pada pasangan dewasa awal
x ABSTRACT
The aims to determine the relationship between the commitmen of marriage with marital satisfaction in early adult couples. This research is a correlation instrument form scale commitmen of marriage with marital satisfaction. In this study, there are 67 subjects early adul couples, with criteria for early adult couple. Have been married at least 5 years. Domiciled in jemurwonosari.
The results of this study were analyzes using SPSS for windows with a significance level of 0.049 < 0.05, then Ho is rejected and Ha accepted. By significance with product moment correlation coefficient of 0.045. correlation coefficient is positive indicate a relationship between the two variables is unidirectional or proportional. The result show that there is a relationship commitment of marriage with marital satisfaction in early adult couples
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Keaslian Penelitian... 10
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen Pernikahan 1. Pengertian Komitmen Pernikahan... 16
2. Komponen Dalam Komitmen ... 17
3. Aspek-Aspek dalam Komitmen ... 18
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Pernikahan ... 19
5. Faktor-Faktor Pembentukan Komitmen... 20
B. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Pernikahan...22
2. Aspek-aspek Kepuasan Pernikahan ... 25
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan...26
4. Komponen-Komponen Kepuasan Pernikahan...27
C. Pasangan Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal ... 28
2. Ciri-Ciri Kematangan Dewasa Awal ... 29
vi
D. HubunganKepuasan Pernikahan Dengan Komitmen Pada pasangan Dewasa
Awal ... 33
E. Kerangka Teoritis... 36
F. Hipotesis... 39
BAB III : METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian ... 40
2. Definisi Operasional... 40
B. Populasi, sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi ... 42
2. Sampel dan Teknik Sampling ... 43
C. Teknik Pengumpulan Data... 44
D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas ... 49
2. Reliabilitas ... 50
E. Analisis Data ... 59
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 63
B. Deskripsi dan Reliabilitas Data 1. Deskripsi Data... 65
C. Hasil Analisis Data 1. Uji Normalitas Data ... 70
2. Uji Linieritas ... 72
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 :Penilaian Pernyataanfavorable dan unfavorable ... 45
Tabel 2 : Blue Print Komitmen Pernikahan ... 47
Tabel 3 : Blue Print Kepuasan Pernikahan ... 48
Tabel 4 : Uji Daya Diskriminasi Item Instrumen Kepuasan Pernikahan ... 52
Tabel 5 : Reliabilitas Instrumen ... 54
Tabel 6 : Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan ... 54
Tabel 7 : Distribusi Aitem Instrumen Kepuasan Pernikahan... 57
Tabel 8 : Realibilitas Instrumen Komitmen pernikahan ... 58
Tabel 9 :Blue PrintBaru Skala Komitmen Pernikahan ... 58
Tabel 10: Data Responden Laki-Laki Berdasarkan Usia... 64
Tabel 11 :Data Responden Perempuan Berdasarkan Usia... 65
Tabel 12 :Data Responden berdasarkan Lama Menikah... 65
Tabel 13 :Deskriptif Data... 66
Tabel 14 :Deskriptif Data Subjek laki-laki bersarkan usia ... 67
Tabel 15 : Deskriptif Data Subjek Perempuan Berdarkan usia... 68
Tabel 16 :Deskriptif Data Pasangan Berdasarkan Lama Pernikahan... 69
Tabel 17 : Pengujian Normalitas... 71
Tabel 18 : Hasil Uji Linieritas... 72
viii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :Blue Print Skala Komitmen Pernikahan... 82
Lampiran 2 :Blue Print SkalaKepuasan Pernikahan ... 84
Lampiran 3 : Skala Komitmen Pernikahan ... 86
Lampiran 4 : SkalaKepuasan Pernikahan ... 89
Lampiran 5 : Tabulasi Data Mentah Uji Coba Komitmen Pernikahan ... 92
Lampiran 6 : Tabulasi Data Mentah SkalaKepuasan Pernikahan ... 94
Lampiran 7 : Skoring Aitem Uji Coba Skala Komitmen Pernikahan ... 96
Lampiran 8 : Skoring Aitem Uji Coba Skala Kepuasan Pernikahan ... 98
Lampiran 9 : Tabulasi Data Mentah SkalaKomitmenSetelah Uji Coba ... 100
Lampiran 10 : Skoring Aitem Skala Skala Komitmen Setelah Uji Coba ... 103
Lampiran 11 : Data Mentah Skala Kepuasan Pernikahan Setelah Uji Coba ... 106
Lampiran 12 : Skoring Aitem Skala Kepuasan Pernikahan Setelah Uji Coba ... 109
Lampiran 13 :Uji Validitas dan Realibilitas Uji Coba Skala Komitmen………...112
Lampiran 14: Uji Validitas Dan Realibilitas Uji Coba Skala Kepuasan…………114
Lampiran 15: Uji Reliabilitas Skala Komitmen dengan Kepuasan pernikahan.…117 Lampiran 16: Uji Normalitas Data Dengan Bantuan SPSS 16.00………..118
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri,
saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya.
Dengan sifat dan hakekat itu, manusia selalu selalu untuk memenuhi
kebutuhannya. Diantara kebutuhan tersebut adalah kebutuhan sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan sosialnya, maka mereka biasanya akan
melakukan pernikahan.
Melalui pernikahan individu beharap dapat memenuhi berbagai
kebutuhannya, baik fisik, psikologis, maupun spiritualnya. Pada
kenyataannya kehidupan dalam rumah tangga tidak selalulu harmonis.
Dalam faktanya, meskipun pernikahan membawa kebahagiaan tapi banyak
juga orang mengakhirinya dengan perceraian.
. Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kehidupan
Keagamaan Kementerian Agama (Kemenag) menyebutkan, angka
perceraian di Indonesia lima tahun terakhir terus meningkat. Pada
2010-2014, dari sekitar 2 juta pasangan menikah, 15 persen di antaranya
bercerai. Angka perceraian yang diputus pengadilan tinggi agama seluruh
Indonesia tahun 2014 mencapai 382.231, naik sekitar 100.000 kasus
dibandingkan dengan pada 2010 sebanyak 251.208 kasus. Oleh karena itu,
2
Muhamarram dalam (Kompasiana,30 Juni 2015) memaparkan data
di peroleh dari sampel pasangan suami-istri berusia maksimal 25 tahun
dan telah menikah minimal selama lima tahun “ penelitian menunjukkan pasangan muda tak mengerti bahwa menikah berarti tanggung jawab
terhadap sesama dan juga keluarga suami atau istri,”
Dari tahun ke tahun angka perceraian di jawa timur semakin
meningkat. Pada tahun 2010 silam jumlah perceraian di seluruh
pengadilan agama(PA) se-jatim masih mencapai angka 69.956. lalu tahun
2011 kasus perceraian naik hingga 6% selama rentan 2 tahun ,
kenaikannya malah mencapai 14 % sebab tahun 2012 lalu kasus perceraian
yang terjadi 81.672 kasus papar Drs Shofrowi, SH,MH
(jatim.kemenag.go.id/file/file/mimbar319/cvdw1364437394.pdf)
Data Perceraian Se-jawa Timur
Baru-baru ini salah satu berita media online, membahas bahwa
Surabaya pecahkan rekor tertinggi dalam kasus perceraian di Jawa Timur.
3
kota Kembang, Bandung dengan angka mencapai 84.084 perceraian.
Ketika itu Surabaya menduduki posisirunner updengan kasus perceraian mencapai 68.092. Demikianlah data yang diperoleh dariBadan Peradilan
Agama(Badilag), Mahkamah Agung (MA). (news-meraputih-nasional.
Rabu,21 Januari 2015)
Perceraian masih menjadi agenda besar bagi pengadilan agama
(PA) Surabaya. Kelas 1-A Surabaya pada 2015 permohonan cerai yang
masuk pengadilan mencapai 5.9996. Mulai januari-akhir desember 2015,
Rahmaniyah menyatakan banyak faktor yang mempengaruhi untuk
mengajukan perceraian. Mulai dari hak mereka yang tidak terpenuhi,
ekonomi hingga gangguan dari pihak ketiga. (jawa pos 1 januari 2016)
Dari sejumlah pernikahan yang bertahan, kualitasnya pun di
temukan tidak terlalu baik banyak orang yang sekedar “bertahan” karena
merasa bertanggung jawab dalam kehidupn pasangan kelak jika di
tinggalkan. Ada pula yang merasa harus setia dengan janji perkawinan
yang telah di ucapkan. Alasan-alasan lain yang struktural sifatnya
misalkan menjaga nama baik, ajaran agama yang melarang perceraian, dan
memikirkan dampak negatif perceraian terhadap anak. Bagi istri yang
tidak bekerja, kondisi finansial menjadi salah satu faktor penting yang
membuatnya bertahan. Perempuan umumnya juga lebih bertahan karena
tidak ingin menyandang predikat janda yang masih negatif di mata
masyarakat. Disinilah penting untuk memahami arti sebuah komitmen
4
tampaknya menekankan pada pertemanan, komitmen, kepercayaan,
dukungan sosial, kesamaan dan kebutuhan tekad yang konsisten untuk
menciptakan afek yang positif dalam Adam & johannee (1997) dalam
Baron & byrne (2005)
Menurut David & Rusbult (dalam Baron & byrne, 2005) jika
pasangan pernikahan lebih mengindikasikan kesamaan yang sesuai dengan
kenyataan yang lebih sedikit kesamaan yang di asumsikan dari pada
pasangan kencan, hal ini memberi kesan bahwa banyak pasangan
membuat keputusan yang relative bijaksana dan realistis sebelum
memutuskan untuk menikah, juga benar jika dua orang yang berkomitmen
pada suatu hubungan cenderug menggeser sikap mereka menuju kesamaan
yang semakin besar. Komitmen merupakan faktor penting dalam
pernikahan yang sehat. Komitmen memberikahan perasaan bagi suami
istri untuk dapat bertahan dari setiap masalah dalam pernikahan.
Dari beberapa penelitian salah satunya Wulandari (2010)
komitmen adalah faktor penting yang mendukung keberhasilan sebuah
pernikahan. Komitmen merupakan konstruk yang berguna dan bermanfaat
dalam menjelaskan perkembangana dan keberlangsungan hubungan, baik
yang fungsional maupun disfungsional.
Komitmen pernikahan adalah pengalaman dari pasangan suami
istri yang bersama-sama untuk tetap mempertahankan pernikahannya
sebagai fungsi, bagian, dan interaksinya (Thompson & Webb, 2004).
5
terkuat dalam menjaga stabilitas pernikahan (Clements & Swenson, dalam
Lambert & Dollahite, 2008), oleh karenanya komitmen dijadikan sebagai
strategi dalam melanjutkan hubungan dengan penuh usaha dan biaya.
Selain itu komitmen juga mengalami perubahan bahkan dari awal
pernikahan sampai yang sudah menjalani hubungan dalam waktu yang
lama (Burgoyne, Reibstein, Edmunds, & Routh, 2010)
Menurut warga sekitar pada tanggal 4 agustus 2016 berdasarkan
observasi yang peneliti lakukan, beberapa pasangan dapat bertahan lama
sampai mereka tua, mereka selalu memiliki waktu bersama baik di dalam
rumah maupun diluar rumah, adanya komitmen yang kuat sehingga
mendasari suatu hubungan agar pasangan mereka tidak lagi tertarik
dengan orang lain di luar hubungan.
Mulai Desember akhir 2015 cerai gugat yang dilayangkan kubu
istri mencapai 4.010 gugatan. Gugatan dari pihak perempuan jumlahnya
lebih banyak dari pada pihak laki-laki. Banyak faktor yang mempengaruhi
perempuan berani mengajukan perceraian salah satunya hak mereka yang
tidak terpenuhi oleh suami. Mulai masalah ekonomi hingga pihak ketiga
terus bertambah. Bahkan banyak gugatan cerai yang diajukan dengan
alasan perselingkuhan. Bukan hanya laki-laki yang memiliki wanita
idaman. Para istripun banyak yang diceraikan gara-gara pria idaman lain.
(Jawa Pos, 1 januari 2016)
Komitmen di pengaruhi oleh kekuatan daya tarik pada patner atau
6
kehadirannya. Dan merasa orang itu ramah dan gaul, maka kita akan
termotivasi untuk meneruskan hubungan kita dengan dia, dengan kata lain,
komitmen akan lebih kuat jika kepuasannya tinggi.(Rusbutl & Van
Lange,1996) dalam Taylor E. Shelley dkk. (2009:350).
Selama ini komitmen pernikahan dipahami sebatas tingkat
keinginan seseorang untuk bertahan dalam pernikahannya. Padahal
menurut Johnson (1991) dalam Wulandari (2014) penggagas teori
komitmen pernikahan dari the Pennsylvania State University, komitmen perkawinan perlu dipahami dalam tiga bentuk. Pertama komitmen
personal, kedua komitmen moral, ketiga Komitmen structural.
Meskipun Johnson menganggap ketiga komitmen ini dapat berdiri
sendiri, menarik untuk melihat kaitannya satu sama lain. Orang-orang
yang sekedar bertahan karena alasan tersebut adalah orang yang memiliki
komitmen moral dan komitmen structural yang tinggi, namun komitmen
personalnya rendah. Komitmen moral dan komitmen structural memegang
kunci ketika seseorang hendak memutuskan untuk bercerai. Kedua
komitmen tersebut dapat membuat pasangan menghindari perceraian,
namun memiliki keduannya tidak menjamin kebahagian pernikahan.
Kedua komitmen tersebut hanya menurunkan probabilitas terpilihnya
perceraian sebagai solusi. Orang yang memiliki keduanya tetapi tidak
memiliki komitmen personal, akan mengeluhkan betapa kering pernikahan
mereka. Masing-masing pihak merasa tidak puas dengan pasangan dan
7
rentan terhadap perselingkuhan. Hal ini karena seseorang yang puas
dengan kehidupan pernikahannya, akan lebih mungkin berkomitmen
dengan pernikahannya. Menjaga komitmen personal berarti menjaga
kepuasan hubungan. Kepuasan bersifat subjektif dan tergantung pada
masing-masing pasangan.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan komitmen pernikahan
dalam hubungan pernikahan adalah kualitas alternative, besarnya
investasi, dan tingkat kepuasan dalam pernikahan. (Rusbult, 1980, 1983)
dalam Taylor E. Shelley dkk. (2009:351). Beberapa penelitian juga
menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan
dalam pernikahan dengan komitmen pada pernikahan (Wulandari, 2014).
Kepuasan pernikahan adalah suatu perasaan yang subjectif akan
kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh
masing-masing pasangan suami istri dengan mempertimbangkan
keseluruhan aspek dalam pernikahan.
Burgess dan Locke (1960) dalam Ardhianita dan Andayani 2004
kepuasan merupakan suatu hal yang dihasilkan dari penyesuaian antara
yang terjadi dengan yang diharapkan, atau perbandingan dari hubungan
yang actual dengan pilihan jika hubungan yang akan di jalani akan
berakhir. Dalam suatu pernikahan seseorang akan menghadapi suatu
permasalahan serta konflik yang harus dihadapi dan di selesaikan
8
Pernikahan dapat saja langgeng selamanya atau dapat juga bercerai
di tengah perjalannya. Suatu pernikahan akan berhasil tentulah akan
diharapkan setiap pasangan. Ada beberapa kriteria yang dicetuskan para
ahli dalam mengukur keberhasilan pernikahan. Kriteria itu antara lain
awetnta suatu hubungan pernikahan, kebahagiaan suami istri, kepuasan
pernikahan, penyesuaian seksual, penyesuaian pernikahan, dan kesatuan
pasangan (Ardhianita dan Andayani, 2004)
Sebagian besar individu mencari dan menikahi seseorang yang
berbagi lebih banyak kesamaan dari pada perbedaan personality,
kepentingan dan kecenderungan perilaku. Kepuasan pernikahan
ditingkatkan dengan pilihan seperti itu karena ketika pasangan memiliki
banyak kesamaan, kemungkinan konflik dan berakhirnya pernikahan
relative rendah, jika suatu pasangan mempunyai versi yang cukup tinggi
dalam suatu hal dan rendah dalam versi yang lain, maka pasangan tersebut
memiliki kecenderungan kepuasan yang cukup rendah dalam
pernikahan.(Buss,1999) dalam Burpee, L. C dan Ellen J. L (2005).
. Kepuasan pernikahan merupakan hal yang penting karena ketika
kepuasan pernikahan tidak tercapai salah satu dampaknya adalah
perceraian. Dalam (Surya, 2013). Semua hubungan akan memiliki
mengalami masalah dan kadang mengecewakan. Cara kita merespone
kekecewaan akan menjadi sebab sekaligus akibat dari kepuasan dan
komitmen kita. Ada bukti bahwa patner yang bahagia dan berkomitmen
9
yang tak bahagia. Cara patner merespon kekecewaan akan berdampat pada
kebahagiaan mereka dimasa depan dan pada kelangsungan hubungan
mereka.(Taylor E. Shelley dkk. 2009). Ini teori berbagi asumsi komitmen
yang merupakan isu utama dalam memahami mengapa beberapa hubungan
bertahan dan lainnya tidak.
Menurut warga sekitar pada tanggal 4 agustus 2016 berdasarkan
observasi sebagian besar pasangan yang dapat bertahan dalam pernikahan
adalah mereka para pasangan bisa menjaga komunikasi dengan baik,
keterbukaan satu sama lain sehingga bisa memperkuat ikatan dalam suatu
hubungan, ekonomi yang stabil serta hubungan seksual yang sehat.
Meningkatkan kepuasan dalam suatu hubungan.
Oleh sebab itu peneliti ingin membuktikan adanya hubungan
kepuasan pernikahan dengan komitmen pernikahan pada pasangan dewasa
awal secara ilmiah. Harapannya hasil penelitian ini dapat menjadikan
masukan bagi mahasiswa psikologi dalam bersikap dan berperilaku di
tengah kehidupan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah
Apakah terdapat hubungan kepuasan pernikahan dengan komitmen
10
C. Tujuan Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, terdapat tujuan yang ingin dicapai
oleh peneliti yakni untuk mengetahui hubungan kepuasan pernikahan
dengan komitmen pernikahan pada pasangan dewasa awal
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam
pengembangan ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi sosial
mengenai permasalahan yang diteliti, baik bagi peneliti maupun
pihak lain, sebagai bahan referensi dalam peneliti dan mengkaji
tentang masalah yang terkait dengan penelitian ini.
2. Manfat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan, kontribusi
dan pengetahuan yang lebih bagi penulis sehingga bisa menambah
ilmu yang dimiliki, khusunya tentang penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan kepuasan pernikahan pada pasangan.
11
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan atau
referensi untuk peneliti-peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan
penelitian ini.
c. Bagi Institusi yang terkait
Memberikan kontribusi bagi intitusi tentang hubungan
kepuasan pernikahan dengan komitmen pernikahan pada pasangan
dewasa awal
E. Keaslian Penelitian
Guna melengkapi, penulis menggunakan pijakan dan kajian dari penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang sama dengan kajian
penulis, yaitu tentang kepuasan pernikahan dan komitmen pernikahan pada dewasa awal. Penelitian yang dilakukan tersebut antara lain dilakukan oleh:
Wardhani (2012), yang meneliti “self disclosure dan kepuasan perkawinan pada istri diusia awal perkawinan”. Penelitian ini menjelaskan tentang gambaran mengenai hubungan antara self disclosure dan kepuasan perkawinan pada istri diusia awal perkawinan. tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh self disclosure suami, melalui persepsi istri terhadap self disclosuresuami. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif uji kolerasi, Subjek yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 67 orang yaitu subjek yang
12
Sedangkan subjek yang di gunakan dalam melakukan surve awal
berjumlah 50. Hasil penelitian ini bahwa self disclosure istri dan persepsi istri terhadap self disclosure suami tidak bias dipisahkan satu sama lain. Hal tersebut menunjukkan istri lebih merasakan kepuasan
perkawinan ketika ia merasa suami memiliki keterbukaan terhadap
dirinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa self disclosure memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasasn perkawinan
pada istri di usia awal perkawinan.
Surya (2013) yang meneliti, “ kepuasan perkawinan istri ditinjau dari tempat tinggal”. Penelitian ini menjelaskan tentang gambaran
Perbedaankepuasan perkawinan stri ditinjau dari tempat tinggal yaitu tempat tinggal dengan mertua dan tinggal sendiri. Subjek penelitian ini
adalah istri-istri pada usia dewasa awal (23-40 tahun) dan bertempat
tinggal dirumah mertua dan tinggal dirumah sendiri. Metode
pengumpulan subjek snowball dan pengambilan data menggunakan angket yang diadaptasi dari ENRICH Marital Satisfaction yang digunakan oleh Tommey (2002). Hasil penelitian ini menunjukkan
tidak ada perbedan kepuasan dari subjek yang tinggal dengan mertua
dan subjek tinggal sendiri. Kepuasan perkawinan pada kedua
kelompok subjek tergolong tinggi, status tinggal dengan mertua ini
membuat mertua terlibat dalam rumah tangga subjek dan
memunculkan konflik dengan mertua namun sikap suami menjadi
13
tinggi, selain itu keterlibatan mertua tidak selalu membawa dampak
negative namun dengan adanya mertua pasangan terbantu secara
finansial juga pengasuhan anak.
Rahman (2015) yang meneliti “Komitmen Pernikahan pada Anggota Majelis Ta’lim (X) kabupaten Bandung, Studi deskriptif
mengenai gambaran komitmen pernikahan pada majlis ta’lim X kabupaten bandung” . penelitian ini menjelaskan tentang Komitmen Pernikahan . diman peneliti menyebutkan pernikahan dengan sistem perjodohan memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi dari pada
pasangan yang berpacaran sebelumnya.dikabupaten bandung terdapat
sebuah komunitas keagamaan yang mengusung program ta’aruf dan
meskipun dalam pernikahannya banyak menemukan masalah namun
semua anggotanya tidak bercerai yaitu majlis ta’lim X. metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah 7
pasangan atau 14 sanpel anggota majlis ta’lim x. Hasil penelitian
menggambarkan bahwa dari empat belas subjek yang di teliti terdapat
tiga belas subjek yang memiliki komitmen personal tinggi, komitmen
moral tinggi dan komitmen structural tinggi, komitmen moral tinggi
dan komitmen structural rendah
Wulandari (2014) yang meneliti “Komitmen pada Perkawinan
ditinjau dari Kepuasan dalam Pernikahan”. Penelitian ini menjelaskan
14
ini adalah metode Kuantitatif. Penelitian ini melibatkan 77 orang
responden. Data dikumpulka menggunakan skala kepuasan dalam
perkawinan dan skala komitmen pada perkawinan. Data kemudian
dianalisis menggunakan kolerasi product moment. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara
kepuasan dalam perkawinan dengan komitmen pada komitmen
perkawinan. Variabel kepuasan dalam perkawinan mempunyai
sumbanagan efektif sebesar 0.30 atau sebesar 30 % terhadap komitmen
dalam perkawinan.
Hasil review dari beberapa jurnal penelitian tentanng variabel
kepuasan pernikahan dan komitmen pernikahan menunjukkan bahwa
ke dua variabel tersebut sudah menjadi tema penelitian yang umum
dan banyak dilakukan, namun penelitian ini memiliki
perbedaan-perbedaan dari penelitian sebelumnya yakni terletak pada setting, dasar
teori, subjek penelitian, instrument penelitian, serta analisis data.
Dalam penelitian sebelumnya sebagian berhubungan dengan
variabel-variabel lain yang di teliti sedangkan dalam penilitian ini berfokus
pada analisa dua variabel, yakni kepuasan pernikahan dengan
komitmen pernikahan.
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yang
15
mengarah pada pasangan dewasa awal . Penelitian sebulumya juga
menggunakan subjek dewasa awal tapi tidak di jelaskan dewasa awal
lebih detail. dalam Penelitian ini di jelaskan dewasa awal lebih detail
seperti pengertian dewasa awal, tugas-tugas-tugas dewasa awal, dan
ciri-ciri dewasa awal. Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif
dengan teknik pengambilan sampel Purposif sampling dan
menggunakan kolersi product moment.
Penelitian ini dilakukan karena pentingnya kepuasan pernikahan
dan komitmen pernikahan dalam sebuah hubungan pernikahan. Dalam
setiap hubungan antara suami dan istri berharap dapat memenuhi
kebutuhan baik fisik, psikis maupun spiritual, seperti harus merasa
nyaman, merasa dilindungi, dicintai, dibutuhkan serta diperhatikan,
sehingga setiap pasangan bias merasa terlepas dari keterasingan yang
dirasakan sebelum menikah. Kenyaataan yang sering terjadi justru
pasangan pernikahan lebih sering tidak mengembangkan pola
komunikasi dengan baik, sehingga terjadi ketidak harmonisan dalam
hubungan Banyaknya angka perceraian di berbagai wilayah Indonesia,
salah satunya di surabaya yang baru-baru ini pecahkan rekor
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen Pernikahan
1. Pengertian Komitmen Pernikahan
Rusbult (1998) Theory the invesmen model dari Rusbult
menjelakan bahwa komitmen adalah beberapa besar kecenderungan
seseorang untuk melanjutkan hubungan dengan pasangannya,
memandang masa depan terus bersama pasangannya, dan adanya
kelekatan psikologis satu sama lain dengan
Agnew R . Christopher dkk (1998:940) Komitmen adalah properti
yang muncul dari ketergantungan, yang mewakili lebih dari jumlah
elemen structural yang timbul. Komitmen timbul akibat dari kepuasan
yang tinggi, kualitas alternative dan investasi dari hubungan
Orang yang sangat berkomitmen pada hubungan sangat mungkin
untuk tetap bersama “menagrungi suka duka” dan “demi tujuan
bersama”. Dalam istilah teknis, commitment in a relationship ( komitmen dalam suatu hubungan) serarti semua kekuatan, positif dan
negative, yang menjaga individu tetap berada dalam suatu hubungan.
(Johson, 1999; Surra & Gray, 2000) dalam Taylor E, Shelley
17
2. Komponen dalam Komitmen
Komitmen sendiri oleh finkel (2002) dalam wulandari (2014) di definisikn
dalam tiga komponen, yaitu
1. Kecenderungan untuk tetap ada dan bertahan
Komponen komitmen yang paling primitif adalah kecenderungan
untuk tetap bertahan atau keputusan untuk tetap bergantung pada
pasangan. Kecenderungan untuk tetap ad adalah primitif karena
tidak dengan cara ynag langsung(baik secara teoritis atau
oprasional) melibatkan kepentingan temporal yang lebih besar
mupun kepentingan interpersonal yang lebih besar.
2. Otoritasi jangka panjang
Komponen komitmen kedua melibatkan kepentingan temporal
yang lebih besar atau otoritasi jangka panjang. Individu-individu
dengan orientasi jangka pendek mungkin menerima hasil yang
relatif bagus dengan berperilaku sesuai dengan kepentingan pribadi
lansung.
3. Kepentingan pribadi atau kelekatan psikologis
Komponen komitmen ketiga melibatkan kepentingan pribdi yang
lebih besar atau kelekatan psikologis, tergantung pada persepsi
18
3. Aspek-Aspek dalam Komitmen
Menurut Rusbult (Agnew dkk,1998) dalam Wulandari (2014) terdapat
tiga aspek dalam komitmen pada perkawinan, yaitu:
1. Tingkat Kepuasan tinggi
Komitmen yang tinggi di tndai dengan kepuasan terhadap
pasangan maupun hubungan tinggi. Artinya hubungan
memenuhi kebutuhan keintiman, seksualitas dan persahabatan.
2. Mengurangi pilihan-pilihan di luar hubungan
Pilihan-pilihn lain di luar hubungan tidak terlalu menarik
individu, sehingga individu tidak akan terlalu tertarik untuk
memenuhi kebutuhan yng dianggapnya paling penting diluar
hubungan, misal keterlibatan dalam hubungan romantis dengan
orang lain atau teman aytau anggota keluarga dan bukan
dengan pasangan
3. Meningkatkan investasi
Komitmen terhadap hubungan dikatakan tinggi jika sejumlah
sumber penting secara langsung maupun tak lansung
dihubungkan dengan hubungan, seperti waktu, usah, harta, dan
jaringan persahabatan yang dulu merupakan milik pribadi kini
19
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Komitmen Pernikahan
Rusbult (1998) mendefinisikan komitmen berdasarkan tiga Faktor
yang terpisah, antara lain:
a. Kepuasan Hubungan
Individu yang merasa puasa dalam hubungan pernikahan, maka
secara psikologis akan menuntun pasangan lebih intim, tidak saling
bertengkar satu sama lain dan memperluas harapan dan visi
terhadap kualitas hubungan.
b. Kualitas Alternatif
Ketersediaan potensial, daya Tarik dan kualitas seseorang
mempengaruhi prefensi seseorang untuk berkomitmen. Salah satu
contohnya yaitu masalah finansial, keadaan finansial yang tidak
mendukung setelah perceraian dilakukan membuat seseorang
memaksakan diri untuk berkomitmen dalam hubungan.
c. Investasi dalam Hubungan
Tingkat investasi yang di berikan demi hubungan mempengaruhi
besarnya komitmen seseorang. Investasi ini dapa dilakukan secara
lansung dan tidak lansung. Yaitu waktu dan perhatian terhadap
epasangan, keterbukaan mengenai perasaan, sedangkan contoh
investasi tidak langsung yaitu pertemanan umum, kenangan
20
5. Faktor Pembentukan Komitmen
Ada tiga faktor utama yang membentuk komitmen pada suatu
hubungan (Johson,1999;Surra & Gray,2000) dalam Taylor,E shelley
dkk (2009)
1. Komitmen Personal
Komitmen di pengaruhi oleh kekuatan daya Tarik pada patner atau
hubungan tertentu. Jika kita suka pada orang lain, menikmati
kehadirannya, dan merasa orang itu ramah dan gaul, maka kita
akan termotivasi meneruskan hubungan kita dengannya. Dengan
kata lain, komitmen akan lebih kuat jika kepuasannya tinggi.
Komitmen ini dinamakan “komitmen personal” karena lebih
merujuk pada keinginan individu untuk mempertahankan dan
meningkatkan hubungan.
2. Komitmen Moral
Komitmen dipengaruhi oleh nilai dan prinsip moral kita-perasaan
bahwa kita seharusnya tetap berada dalam suatu hubungan.
Komitmen ini di dasarkan pada perasaan kewajiba, kewajiban
agama atau tanggung jawab sosial. Bagi beberapa orang, keyakinan
akan kesucian pernikahan dan keinginan menjalin komotmen
seumur hidup akan membuat mereka tidak ingin bercerai.
3. Komitmen Struktural
Komitmen didasrkan pada kekuatan negatif atau penghalang yang
21
hubungan. Faktor yang dapat menahan kita dalam hubungan atara
lain adalah adanya alternative hubungan dan investasi yang telah
kita tanamkan dalam suatu hubungan. Orang yang sudah menika
mungkin takut pada konsekuensi legal, sosial, dan finansial yang
timbul dari perceraian dan karenanya mereka merasa terperangkap
dalam suatu perkawinan yang tak bahagia,situasi ini memaksa
seseorang untuk melanjutkan suatu hubungan , ada dua tipe
penghalang penting adalah kurannya alternative yang lebuh baik
dan investasi yang sudah kita tanamkan dalam suatu hubungan.
Ketersediaan alternatif. Level perbandingan Alternatif akan
mempengaruhi komitmen kita. Kita mungkin berpacaran dengan
dengan orang yang tidak sesuai dengan selera kita karena dia
adalah satu-satunya yang mau dengan kita. Ketika kita bergantung
pada hubungan untuk mendapat hal-hal yang kita hargai dan tidak
bias mendapatkan hal itu di tempat lain, maka kita sulit untuk
meningalkan hubungan (Sttrige, Creed, & Simpson, 1992)
kurangnya alternative yang lebih baik akan meningkatkan
komitmen.
Invesasi. Komitmen juga di pengaruhi oleh investasi yang
kita tanamkan dalam membentuk hubungan (Rusbult, 1980, 1983)
dalam Taylor,E shelley dkk (2009). Investasi itu antara lain waktu,
energi, uang, keterlibatan emosiaonal, pengalaman kebersamaan,
22
suatu hubungan dan kemudian merasa hubungan itu kurang
bermanfaat akan menimbulkan disonasi kognitif pada diri kita.
B. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Pernikahan
Kartono (1992:207) Perkawinan adalah suatu peristiwa, di mana
sepasang mempelai atau sepasang calon suami-istri dipertemukan secara
formal dihadapan penghulu/ kepala agama tertentu, para saksi dan
sejumlah hadirin, untuk kemudian di syahkan secara resmi sebagai
suami-istri dengan ucapan dan ritus-ritus tertentu. Adanya ikatan lahir dan batin
dalam perkawinan, berarti bahwa sebuah perkawinan itu perlu adanya
kedua ikatan tersebut. Iktan lahir adalah merupakan ikatan yang tampak,
ikatan formal sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Peristiwa
perkawinan merupakan suatu bentuk proklamasi, dalam mana secara resmi
sepasang pria dan wanita di umumkan untuk “saling memiliki satu sama
lainnya” dan kedua pribadi yang berlainan jenis itu kemudian di paterikan
menjadi satu DWITUNGGAL atau satu WIRHEIT yang utuh.
Pernikahan merupakan suatu ikatan yang sakral dan resmi dimana
pernikahan akan belangsung dalam setiap siklus kehidupan manusia,
pernikahan dilakukan oleh dua orang dari jenis kelamin yang berbeda
dengan aturan-aturan agama dan negara. Pernikahan merupakan salah satu
kejadian penting yang akan dihadapi oleh setiap manusia dalam perjalanan
23
Hanafi (2008) dalam nurpratiwi (2010) menyatakan bahwa menikah
adalah sunnah Rasulullah Saw untuk dilaksanakn oleh umatnya. Menikah
adalah jalan kemuliaan yang di ridhoi dan dimudahkan pengaturannya
dalam islam. Dengan menikah pula banyak kebaikan dan barokah yang
dapat dinikmati oleh seseorang. Sebagaimana Allah Swt berfirman :
َ
و او ُﺣ ِﻛْﻧَأ
ْمُﻛ ْﻧِﻣ َ
و
ْن ِﻣ ْمُﻛ ِدﺎﺑ ِﻋ َ
و ْمُﻛِﺋﺎﻣ ِإ ْنِإ
َءار َﻘُﻓ
ُﷲ ْن ِﻣ
َ
و ُﷲ ٌﻊ ِﺳ او
“Hendaklah kalian menikahkan orang-orang sendirian (belum menikah) diantara kalian dan orang-orang shaleh di antara hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dengan karunian-Nya. Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui”(Q. S an-Nur:32)
Apa yang membuat hubungan menjadi memuaskan dan
membahagiakan? Menurut teori interpendensi, kita akan puas jika
hubungan kita memuaskan, yakni jika memanfaatkan lebih besar
ketimbang biaya atau kerugiannya (Rusbult,1980,1983). Biaya atau
kerugian adalah kejadian yang kita anggap tak menyenangkan, seperti
ketika penampilan kita di kecam atau kita di permalukan di depan umum.
Biaya selalu negative. Sebaliknya pengorbanan selalu berkaitan dengan
kesejateraan orang lain , pengorbanan selalu mengesampingkan diri demi
kepentingan hubungan, dan mungkin tidak tidak dianggap sebagai suatu
24
Menurut Lamme (1995) dalam wulandari (2014) kepuasan pernikahan
adalah evaluasi suami istri terhadap hubungan perkawinan yng cenderung
berubah sepanjang perjalan perkawinan itu sendiri.kepuasan perkawinan
dapat merujuk pada bagaimana pasangan suami istri mengevaluasi
hubungan pernikahan mereka apakah baik, buruk, atau memuaskan
hendrik (2004)
Ardhiani dan Andayani (2005) Kepuasan merupakan suatu hal yang
dihasilkan dari penyesuaian antara yang terjadi dengan yang diharapkan ,
atau perbandingan dari hubungan yang actual dengan pilihan jika
hubungan yang dijalani akan berakhir (Burgess dan Locke, 1960; Waller,
1952; Klemer,1970) dalam Ardhiani dan Andayani (2005) baik suami
ataupun istri dapat mengalami ketidakpuasan dalam pernikahan meskipun
tidak ada konflik dalam rumah rumah tanggahnya. Namun mereka juga
dapat merasa sangat puas dalam ikatan dengan masalah penyesuaian yang
tidak terpecahkan.
Clayton (1975) dan Snyder (1979) dalam Hidayah & Hadjam (2006)
menjelaskan bahwa kepuasan pernikahan merupakan evaluasi secara
keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi
pernikahan
Menurut Stanberg (dalam dariyo,2003) kepuasan pernikahan adanya
rasa cinta dalam individu tersebut. Stanberg menjelaskan dalam dalam
25
a. Intimacy (elemen emosional : keakrabn, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai kepercayaan).
Intimacy mengandung sebagai elemen afeksi yang menolong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan
orang yang dicintainya.
b. Passion (elemen fisiologis: dorongan nafsu biologis atau seksual). Passion merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang
ingin merasa dekat secara fisik, menikmati/merasakan sentuhan,
ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya.
c. Commitmen (elemen kognitif: tekad untuk mempertahankan hubungan cinta dengan orang lain yang di cintainya). Komitmen
adalah elemen kognitif yang mendorong individu tetap
mempertahankan keutuhan hubungan cinta dengan pasangan hidup
yang dicintainya.
2. Aspek-Aspek kepuasan pernikahan
Clayton (1975) dalam Ardhiani dan Andayani (2005) antara lain;
a. Marriage sociability (kemampuan sosial suami istri)
b. Marriage Companioship ( persahabatan dalam pernikahan)
c. Economi Affair (urusan ekonomi)
d. Marriage Power (kekuatan pernikahan
e. Exra Family Relatinship (kekuatan keluarga besar)
f. Ideological Congruence (persamaan ideologi)
26
h. Interaction Tactics (taktik interaksi)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan
Menurut Duvall & miller (1985) dalam Nurpratiwi (2010) terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan, faktor-faktor tersebut terdiri
dari masa lalu dan masa kini, yaitu:
Faktor masa lalu
1. Orang tua : Kebahagian pernikahan rang tua
2. Masa kanak kanak : Tingkat kebahagiaan yang tinggi pada masa
kanak-kanak
3. Disiplin : Disiplin yang cukup tetapi dengan hukuman
yang moderat
4. pendidikan seks : Pendidikan seks yang memadai dari orang
tua
5. pendidikan : Minimal lulus sekolah lanjut
6. pergaulan : Cukup waktu untuk bergaul sebelum
menikah
Faktor masa kini
1. afeksi : Ekspresi afeksi yang terbuka
2. kepercayaan : Saling percaya satu sama lain
3. equalitarian
(keseimbangan)
: Tidak ada pasangan yang
mendominasi pasangan lainnya,
27
bersama
4. komuikasi : Komunikasi yang bebas dan
terbuka
5. seks : Saling menikmati hubungan seks
6. kehidupan sosiall : Berpartisipasi bersama dalam
kegiatan di luar rumah, memiliki
teman bersama
7. tempat tinggal : Relative menetap
8. keuangan keluarga : Penghasilan yang memadai
4. Komponen-Komponen Kepuasan Pernikahan
Fizpatrik (dalam Bird & Melvi,1994) dalam Nupratiwi, A (2010).
Menjelaskan Bahwa Penelitian Kepuasan Pernikahan Secara umum
memberikan pertanyaan mengenai:
a. Jumlah konflik pasangan
b. Tingkat kecocokan pasangan mengenai pentingnya sebuah
keyakinan tertentu, pandangan-pandangan dan nilai-nilai.
c. Berapa sering pasangan melakukan sesuatu bersama-sama
d. Seberapa bahagia pasangan menilai pernikahan mereka
28
C. Pasangan Dewasa Awal
1. Pengertian Dewasa Awal
H.S Becker dalam Mappier (1983) Dewasa awal adalah
suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru,
dan harapan-harapan sosial yang baru Masa dewasa awal dimulai
pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun. Saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
masa-masa reproduktif.
Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang
harus di hadapi seseorang, masalah-masalah baru ini dari segi
utamanya berbeda dari masalah-masalah yang sudah dialami
sebelumya. Dengan menurutnya tingkat usia kedewasaan secara
hukum menjadi 18 tahun pata tahun 1970, anak-anak muda telah
dihadapkan pada banyak masalah dan mereka tidak siap untuk
mengatasinya. Meskipun mereka sekarang dapat memberikan
suaranya, memiliki harta benda, kawin tanpa persetejuan orang tua,
serta dapat melakukan berbagai hal yang tidak dapat dilakukan
orang muda ketika ketentuan usia dewasa secara hukum masih 21
tahun, jelas pula bahwa “ kebebasan baru ini menimbulkan
masalah-masalah yang tidak dapat diramalkan oleh orang dewasa
yang masih muda itu sendiri maupun oleh kedua orang tuannya”.
Penyesuaian diri terhadap masalah-masalah masa dewasa dini
29
masa transisi untuk menjadi dewasa menjadi sangat pendek
sehingga anak-anak muda hamper-hampir tidak mempunyai waktu
untuk membuat peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Hurlock (1993)
Kedewasaan disini merupakan suatu norma bagi kesehatan
psikis dengan begitu Erikson (dalam Monks, Knoers &
Haditono,2001:242) mengemukakan bahwa seseorang yang
digolongkan dalam usia dewasa awal yang tidak dapat berhasil
dalam tugas-tugas perkembangan akan mengalami isolasi( merasa
tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri sendiri
karena berbeda dengan orang lain.
2. Ciri-Ciri Kematangan Dewasa Awal
Dewasa awala adalah masa kematangan fisik dan psikologis.
Menurur Anderson ( dalam Mappiare : 17) terdapat ciri
kematangan psikologi, ringkasan sebagai berikut :
a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego’ minat orang
matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakan, dan
tidak condong pada perasaan diri sendiri atau untuk
kepentingan pribadi.
b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang
efisien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang
30
didefinisikan secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak
serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat
menyetir perasaan-perasaan sendoiri dan tidak dikuasai oleh
perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu dan
berhadapan dengan orang-orang lain, tetapi
mempertimbangkan pula dengan perasaan-perasaan orang lain.
d. Keobjectifan ; orang matang memiliki sikap objektif yaitu
berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian
dengan kenyataan,
e. Menerima kritik dan saran : orang matang memiliki kemauan
yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar,
sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang
lain demi peningkatan dirinya.
f. Penanggung jawaban terhadap masalah-masalah pribadi ; orang
yang matang mau memberi kesempatan pada orang-orang lain
membantau usaha-usaha untuk mencapai tujuan. Secara
realistis diakui bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak
selalu dapat dinilai secara sungguh-sungguh, sehingga untuk itu
dia menerima bantuan orang lain, tetapi tetap dia bertanggung
jawab secara pribadi bertanggung jawab secara pribadi
31
g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru ; orang
yang matang memiliki ciri yang fleksibel dan dapat
menempatkan diri seirama dengan kenyataan-kenyatan yang
dihadapinya dalam situasi-situasi baru.
3. Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Sebagian besar dewasa awal telah menyelesaikan pendidikan
sampai taraf universitas dan kemudian mereka memasuki jenjang
karir dalam pekerjaan. Kehidupan psikososial dewasa awal
semakin komplek dibandingkan dengan masa remaja.
Harvighust(Turner dan Helms,1995) dalam Dariyo (2003;105)
mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda,
diantaranya:
a. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda
semakin memiliki kematangna fisiologis (seksual) sehingga
mereka siap malakukan tugas reproduksi.
b. Membina kehidupan rumah tangga
Papilia, Olds, Feldman (1998;2001) menyatakan bahwa
golongan dewasa awal berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini
dianggap rentang yang cukup panjang, golongan dewasa muda
yang berumur diatas 25 tahun, umumnya sudah menyelesaikan
32
rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai
kebahagian hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan
bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing.
c. Meniti karir daam rangka memantapkan kehidupan ekonomi
rumah tangga
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU,
akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki
dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka
berupaya menekuni karir sesuai dengan minat dan bakat yang
dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang
baik. Dengan mencapai prestasi kerja yang baik mereka akan
mampu memberi kehidupan yang makmur-sejatera bagi
keluarganya.
d. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang
yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah
masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang
taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang
berlaku.
Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan
yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma
sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang
33
mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian, yaitu
mencari pasangan hidup dan bagian B membina hubungan
rumah tamgga. Baik disadari atau tidak, bagian C dan D, setiap
orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan
tersebut dengan baik.
D. Hubungan Kepuasan Pernikahan dengan Komitmen Pernikahan Pada Pasangan Dewasa Awal
Johson dkk (1999) dalam Shelly E. taylor dkk (2009) Dari
sejumlah perkawinan yang bertahan, kualitas yang di pertemukan tidak
terlalu baik. Banyak orang yang sekedar bertahan, kualitaspun ditemukan
tidak terlalu baik. Banyak orang yang sekedar bertahan karena merasa
bertanggung jawab pada kehidupan pasangan kelak jika ditinggalkan,
banyak juga alasan-alasan yang bersifat struktual . Oleh sebab itu disinilah
pentingnya sebuah Kepuasan Pernikahan pada setiap pasangan untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
Kepuasan pernikahan menurut Lemme (1995) dalam wulandari
(2014) adalah evaluasi suami istri terhadap hubungan perkawinan yang
cenderung berubah sepanjang perjalanan perkawinan itu sendiri. Kepuasan
pernikahan dapat merujuk pada bagaimana pasangan suami istri
mengevaluasi hubungan pernikahan mereka, apakah baik, buruk, ataukah
memuaskan. Kepuasan pernikahan dapat tercapai sejauh mana kedua
34
masing dan sejauh mana kebebasan dari hubungan yang mereka ciptakan
memberi peluang untuk mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dan harapan-harapan yang merekabawa sebelum pernikahan terlaksana.
David O. sears.dkk(1994:243) besarnya kepuasan tergantung pada
besarnya keuntungan yang diterimah dari suatu hubungan, namun
penilaian terhadaphubungan tidak hanya di dasarkan pada tingkat absolut
dari setiap keuntungan , tetapi juga dari tingkat perbandingan. Bagaimana
perbandingan antara hubungan tersebut dengan harapan atau keinginan
kita. Meskipun hubungan itu memimbuahkan keuntungan yang berlimpah,
kita belum tentu merasa puas sepenuhnya karena kita mengetahui bahwa
kita telah di perlakukan tidak adil.
Semua Hubungan akan memiliki masalah dan kadang
mengecewakan. Cara kita merespone kekecewaan akan memnjadi sebab
sekaligus akibat dari kepuasan dan komitmen kita. Ada bukti bahwa patner
yang bahagia dan berkomitmen saling memperlakukan pasangannya
dengan cara yang berbeda dengan patner yang tak bahagia. Cara patner
merespone kekecewaan akan berdampak pada kebahagiaan mereka di
masa depan dan pada kelangsungan hubungan mereka. Periset mulai
mengungkapkan bagaimana pemikiran dan perilaku dapat memengaruhi
hubungan.
Agnew R . Christopher dkk (1998:940) Komitmen adalah properti
35
structural yang timbul. Komitmen timbul akibat dari kepuasan yang tinggi,
kualitas alternative dan investasi dari hubungan.
Rusbult (1998) Theory the invesmen model dari Rusbult
menjelakan bahwa komitmen adalah beberapa besar kecenderungan
seseorang untuk melanjutkan hubungan dengan pasangannya, memandang
masa depan terus bersama pasangannya, dan adanya kelekatan psikologis
satu sama lain dengan pasangan ( kepuasan di peroleh dari hubungan).
Pada bagian diatas dapat dilihat bahwa kepuasan pernikahan menentukan
tinggih rendahnya komitmen seseorang terhadap hubungannya. Komitmen
merupakan keputusan multifacet yang dapat dihasilkan dari pengaruh
positif dan negative pada setiap determinan pembentukannya. Suatu
hubungan akan mampu bertahan jika individu merasa puas dengan
hubungannya, memiliki kualitas alternative yang rendah, serta adanya
investasi bersama baik secara moril maupun materil.
Selley E. Taylor (2009:353) Komitmen akan tinggi jika patner
merasa hubungannya memberi daya Tarik positif, apabila meraka lebih
banyak berinvestasi dalam hubungan itu dan merasa tidak banyak
anternatif tersedia.
Untuk memahami sumber komitmen dalam hubungan yang kurang
memuaskan, para periset membandingkan pengalaman mereka yang
berbeda dalam pernikahan yang tidak bahagia yang ingin mempertahankan
pernikahan dengan orang yang mempertimbangkan untuk bercerai. Secara
36
semakin besar kemunkinan mereka bertahan dan punya anak. Heaton &
Albercht (1991) dalam Selley E. Taylor (2009:352)
Faktor lain dalam kepuasan pernikahan adalah usia yang matang.
Usia yang matang memasuki pernikahan merupakan salah satu aspek yang
berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Karena dengan usia yang
matang, seorang individu dapat berfikir dalam menyesuaikan setiap
masalah yang dihadapi. Selain itu dengan matangnya usia seseorang, maka
mereka akan mampu mengambil keputusan atau
pertimbangan-pertimbangan yang sehat dan berdasarkan dalam memutuskan suatu
masalah, dapat menimbang baik dan buruknya dengan ilmu yang
memadai, serta dapat bersikap mandiri. Dan cara berfikir yang baik
sehingga dengan mudah menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi
dalam kehidupan maka akan menciptakan kepuasan dalam pernikahan.
E. Kerangka Teoritis
Untuk memperjelas penelitian dan sekaligus untuk mempermudah dalam
pemahaman, maka perlu di jelaskan suatu kerangka pemikiran sebagai
landasan dan pemahaman yang menjekaskan hubungan kepuasan
37
Adapun kerangka teoritik dapat digambarkan sebagai berikut:
Hasil Studi pendahuluan yang sudah dilakukan dilapangan, dari
sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan, dan
yang paling menonjol dalam penelitian ini adalah Komitmen pernikahan
dan pasangan dewasa awal.
Dengan adanya fakta bahwa sebagian besar orang pada saat menikah dan
bahwa separuh atau lebih dari pernikahan-pernikahan tersebut gagal
karena berbagai faktor-faktor yang membedakan antara pasangan yang
sukses dan yang tidak sukses.
Kepuasan pernikahan adalah evaluasi subjetif terhadap suatu
hubungan. Sandra Murray (1999) menunjukkan bahwa “kepuasan yang
lama stabilitas hubungan akan bergantung anggapan positif yang
berlebihan dari individu yang memandang komitmen mereka—
menginterprestasikan dan menata bukti yang tersedia untuk mendukung
pandangan yang paling positif.
Banyak Pasangan membuat keputusan yang relative bijaksana dan
realistis sebelum memutuskan untuk menikah. Juga benar jika dua orang
Kepuasan
Pernikahan
38
yang berkomitmen pada suatu hubungan cenderung menggeser sikap
mereka menuju kesamaan yang semakin besar (Davis & Rusbult, 2001)
dalam Baron A, Robert & byrney ,B (2005)
Bentuk komitmen pernikahan ada tiga yaitu komitmen personal,
moral, dan struktural. Komitmen struktural muncul bila komitmen
personal dan moral rendah (Johnson, Caughlin, & Huston, 1999). Faktor
yang mempengaruhi perkembangan komitmen pernikahan dalam
hubungan pernikahan adalah kualitas alternatif, besarnya investasi, dan
tingkat kepuasan (Gonzalez, 2011)
Dalam meninjau minat-minat individu untuk membentuk hidup
berkeluarga, dapat dimulai dalam meninjau perkembangan individu dalam
hal ketertarikannya dengan lawan jenis
Pada umumnya, pasangan yang menika akan menyesuaikan diri
dengan baik dalam pernikahan setelah 3-4 tahun pernikahan. Penyesuaian
yang baik mendukung meningkatnya kepuasan pernikahan (Hurlock,1953)
dalam Ardianita dan andayani (2005)
Menurut Rysbash dkk (1991) Ardianita dan andayani (2005)
kepuaan pernikahan berpuncak pada 5 tahun pertama pernikahan
kemudian menurun sampaiperiode ketika anak-anak sudah menginjak
remaja/dewasa. Setelah anak meninggalkan rumah, kepuasan pernikahan
meningkat tetapi tidak mencapai tahap seperti 5 tahun awal pernikahan.
Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang
39
berbeda dari masalah-masalah yang sudah dialami sebelumya. Dengan
menurutnya tingkat usia kedewasaan secara hukum menjadi 18 tahun pata
tahun 1970, anak-anak muda telah dihadapkan pada banyak masalah dan
mereka tidak siap untuk mengatasinya. Meskipun mereka sekarang dapat
memberikan suaranya, memiliki harta benda, kawin tanpa persetejuan
orang tua, serta dapat melakukan berbagai hal yang tidak dapat dilakukan
orang muda ketika ketentuan usia dewasa secara hukum masih 21 tahun,
F. HIPOTESIS
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
Ho :Tidak terdapat hubungan kepuasan pernikahan dengan komitmen
pernikahan pada pasangan dewasa awal
Ha : Terdapat hubungan kepuasan pernikahan dengan Komitmen
40 BAB III
METODE PENELITIAN Penelitian Kuantitatif
Menurut Sugiono (2008:14) data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka.
Margono (2007:105) penelian kuantitatif adalah suatu proses
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka
sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita
ketahui.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
dan berupa penelitian hubungan atau penelitian kolerasi.Dalam bab ini
peneliti akan menjelaskan mengenai metode dan hal-hal yang
menentukan penelitian, sebagai berikut: variabel dan devinisi
oprasional, populasi, sampel dan teknik sampling, teknik pengumpulan
data, validitas, reliabilitas, dan analisis data.
A. Variabe Penelitian dan Devinisi Oprasional
1. Variable Penelitian
Margono (2007:133) variabel adalah konsep yang
mempunyai variasi nilai, variabel juga dapat diartikan sebagai
pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih
Kidder ( dalam Sugiono,2008), menyatakan bahwa variable
adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik
41
adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk mempelajari dan kemudian disimpulkan
Dari sini diketahui dan di tetapkan oleh penelitih, bahwa
dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
a.) Variabel bebas (X) adalah variabel penyebab atau variabel
oprasional yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas
pada penelitian ini adalahKepuasan Pernikahan
b.) Variabel terikat (Y) adalah variabel akibat atau yang
ditimbulkan variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini
adalahKomitmen Pernikahan.
2. Definisi Oprasional
1.) Komitmen Pernikahan
Komitmen pernikahan adalah ketergantungan
subjektif pada pasangan terhadap suatu hubungan berupa
perasaan kelekatan secara psikologis terhadap pasangan
yang di iringi keinginan untuk memelihara hubungan
Aspek –aspek dalam komitmen yang diukur menggunakan
skala likert mencakup beberapa hal. tingkat kepuasan
tinggi, mengurangi pilihan-pilihan di luar hubungan,
42
2.) Kepuasan Pernikahan
Kepuasan pernikahan adalah suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hubungan
pernikahan yang telah di jalani oleh pasangan suami istri.
Kepuasan pernikahan ini di ukur menggunakan skala likert
mencakup perasaan dan sikap yang di dasarkan pada faktor
dari dalam diri individu yang memengaruhi interaksi atau
hubungan dalam sistem perkawinan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kepuasan Pernikahan ini ada dua, yakni
faktor masa lalu dan faktor masa kini.
B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini para pasangan dewasa
awal yang berdomisili di daerah kelurahan jemurwonosari
kecamatan wonocolo kota Surabaya. Para pasangan dewasa
awal tersebut berjumlah 78 pasangan.
Sarwono (2006), sampel merupakan bagian atau
sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi
yang diteliti secara rinci. Apabila responden dalam populasi
lebih dari 100 maka sampel yang diambil 10%-15% atau
20%-25% atau lebih. Maka semua responden dalam
populasi diambil sebagai sampel sehingga penelitiannya
43
2. Sampel dan Teknik Sampling
Margono (2007:128) Adapun teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah . menggunakan teknik
Purposive sampling. Didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan
ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.Dimana
peneliti menentukan sampel berdasarkan individu yang
sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan oleh
peneliti yang menjadi karakteristik sampel pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Dewasa awal laki-laki atau perempuan yang menikah,
Berusia 18 sampai 40 tahun terikat dalam suatu
hubungan pernikahan.
2. Tinggal di wilaya jemur wonosari-wonocolo-surabaya
3. Usia pernikahan minimal 5 tahun
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah metode skala. Metode skala yang digunakan penulis adalah
skala likert. Skala likert adalah skala yang dapat dugunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
44
Angket tersebut menggunakan skala likert yang biasanya menggunakan kategori SS, S, TS, STS. Skalalikertini meniadakan kategori jawaban di tengah (R) berdasarkan tiga alasan :
1) Kategoriundecideditu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep asli
bisa diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau
bahkan ragu-ragu).
2) Tersedianya jawaban di tengah itu menimbulkan kecenderungan
jawaban ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu atas arah jawabannya ke arah setuju ataukah ke arah
tidak setuju.
3) Maksud kategori jawaban SS, S, TS, STS adalah terutama untuk
melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau ke
arah tidak setuju.
Oleh karena itu peneliti menghilangkan jawaban R (ragu-ragu).
Dikhawatirkan responden yang belum bisa memutuskan untuk
memberikan jawaban netral akan menimbulkan kecenderungan
jawaban ke tengah. Selain itu untuk melihat kecenderungan jawaban
ke arah setuju dan tidak setuju.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan dua kelompok aitem
45
Sedangkan pada unfavorable dilakukan sebaliknya yaitu SS=1, S=2, TS=3, STS=4.
Tabel 1
Penilaian pertanyaanfavorabledanunfavorable
Kategori Jawaban Favorable Unfavorable
Menurut Rusbult (Agnew dkk,1998) dalam Wulandari (2014) terdapat
tiga aspek dalam komitmen pada perkawinan, yaitu:
1. Tingkat Kepuasan tinggi
Komitmen yang tinggi di tndai dengan kepuasan terhadap
pasangan maupun hubungan tinggi. Artinya hubungan
memenuhi kebutuhan keintiman, seksualitas dan persahabatan.
2. Mengurangi pilihan-pilihan di luar hubungan.
Pilihan-pilihan lain di luar hubungan tidak terlalu menarik
individu, sehingga individu tidak akan terlalu tertarik untuk
memenuhi kebutuhan yng dianggapnya paling penting diluar
46
orang lain atau teman aytau anggota keluarga dan bukan
dengan pasangan
3. Meningkatkan investasi
Komitmen terhadap hubungan dikatakan tinggi jika
sejumlah sumber penting secara langsung maupun tak lansung
dihubungkan dengan hubungan, seperti waktu, usah, harta, dan
jaringan persahabatan yang dulu merupakan milik pribadi kini
meningkat menjadi milik dan dilakukan bersama pasangan.
Berikut blue print skala Komitmen Pernikahan yang disusun oleh peneliti untuk mengukurKomitmen Pernikahan.
Tabel 2
Blue PrintKomitmen Pernikahan
Aspek Indikator Aitem Bobot Skor
F UF
Tingkat
kepuasan tinggih
Kebutuhan
keintiman 1,2,3,4 5 16% 5
Kebutuhan
seksualitas 6,7 8 10% 3
Kebutuhan
47
2) Skala Kepuasan Pernikahan
Menurut Clayton (1975) dalam Ardhiani dan Andayani (2005) antara
lain;
a. Marriage sociability (kemampuan sosial suami istri)
b. Marriage Companioship ( persahabatan dalam pernikahan)
c. Economi Affair (urusan ekonomi)
d. Marriage Power (kekuatan pernikahan)
e. Exra Family Relatinship (kekuatan keluarga besar)
f. Ideological Congruence (persamaan ideologi)
g. Marriage Intimacy (keintiman pernikahan)
h. Interaction Tactics (taktik interaksi)
Berikut blue print skala Kepuasan Pernikahan yang disusun oleh peneliti untuk mengukurKepuasan Pernikahan.
Mengurangi
Harta bersama 24,25 26 10% 3
Mengetahui teman satu
sama lain
27,28,29 30 13% 4
48
Tabel 3
Blue Print Kepuasan Pernikahan
Aspek Indikator Aitem Bobot Total
49
Taktik-taktik interaksi (Interaction
Tactics)
31,32,33 34 11 % 4
Jumlah 26 8 100% 34
D. Validitas dan Reliabilitas Data
1. Uji Validitas
Azwar (1999; 51) Dalam psikodiagnostika, validitas
seringkali dikonsepkan sebagai sejauh mana tes mampu
mengukur atribusi yang seharusnya diukur. Dalam teori skor
murni klasik, pengertian validitas dinyatakan sebagai sejauh
mana skor tampak X dapat mendekati besarnya skor-murni T.
skor-tampak X tidak akan sama dengan skor murni T. kecuali
apabila alat ukur yang bersangkutan mempunyai validitas yang
sempurna atau melakukan pengukuran tanpa error.
Suatu alat ukur tinggi validitasnya akan menghasilkan eror
pengukuran yang kecil, artinya skor setiap subjek yang
diperoleh oleh alat ukur tersebut tidak jauh berbeda dengan dari
skor yang sesungguhnya. Dengan demikian secara keseluruhan
alat tes yang bersangkutan akan menghasilkan varians eror
yang kecil pula.
Valaiditas merupakan suatu ketepatan dalam mengukur
erdasarkan fungsinya. Yang bertujuan mengetahui sejauh mana