• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Persediaan Terintegrasi Pemasok-Pengecer dan Kebijakan Penetapan Harga Barang yang Berpengaruh Terhadap Permintaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Persediaan Terintegrasi Pemasok-Pengecer dan Kebijakan Penetapan Harga Barang yang Berpengaruh Terhadap Permintaan."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

Shidiq Tegar Irsanianto. 2016. MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PEMASOK-PENGECER DAN KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA BARANG YANG BERPENGARUH TERHADAP PERMINTAAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret.

Manajemen persediaan yang baik dapat dipenuhi dengan adanya integra-si pemasok-pengecer. Model persediaan terintegraintegra-si digunakan untuk memakintegra-si- memaksi-mumkan keuntungan pada sistem persediaan pemasok-pengecer, sebaliknya mo-del persediaan terpisah digunakan untuk memaksimumkan keuntungan masing-masing. Terdapat dua kebijakan penetapan harga barang pada model terpisah yaitu Stackelberg danretail fixed mark-up (RFM). Kebijakan Stackelberg adalah pemasok menetapkan harga barang terlebih dahulu dan pengecer mengikuti pe-netapan harga dari pemasok. Sementara itu, kebijakanRFM menjelaskan bahwa pemasok dan pengecer melakukan negosiasi sebelum menetapkan harga barang dan disepakati nilai mark-up (α). Nilai α merupakan keuntungan pengecer dari penjualan barang kepada konsumen (persen).

Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan model persediaan terintegrasi pemasok-pengecer, menentukan penyelesaian optimal dari banyaknya pemesan-an, harga grosir, dan harga eceran untuk model terintegrasi dan terpisah, serta penerapannya.

Hasil penelitian ini adalah model persediaan terintegrasi pemasok-pengecer dan penyelesaian optimalnya. Hasil penerapannya diperoleh kebijakan RFM de-ngan α ∈ [0.74 ,0.80] yang merupakan strategipareto efficient.

Kata Kunci: model persediaan terintegrasi, kebijakan penetapan harga barang, permintaan bergantung harga barang (price dependent demand).

(3)

ABSTRACT

Shidiq Tegar Irsanianto. 2016. AN INTEGRATED MANUFACTURER - RETAILER INVENTORY MODEL AND PRICE DEPENDENT DEMAND POLICY. Faculty of Mathematics and Natural Sciences. Sebelas Maret Univer-sity.

A good inventory management can be satisfied with the integration of manufacturer-retailer. Integrated inventory model is used to maximize profit at the manufacturer-retailer inventory system, otherwise separated inventory mo-dels are used to maximize profit of each. Pricing policies within separated momo-dels consist of Stackelberg and retail fixed mark-up (RFM). Stackelberg policy states that the manufacturer determines its wholesale price early and retailers follow the pricing from manufacturer. Meanwhile, RFM policy explains that manufac-turer and retailer negotiate before determining retailer price of the goods and the agreed value of mark-up (α). Value ofα is a retailer profits from the sale of goods to consumers (percent).

The purpose of this research is to develop an integrated manufacturer-retailer inventory model, determining the optimal solution of order quantity, wholesale price, and retail price to integrated model and separated models, as well as its application.

The result of the research obtained an integrated manufacturer-retailer in-ventory model and its the optimal solutions. The result of application obtained RFM policy with α ∈ [0.74 ,0.80] which is pareto efficient strategy.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih pe-nulis sampaikan kepada

1. Dr. Sutanto, S.Si., DEA. sebagai Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan materi, saran, dan masukan dalam penulisan skripsi ini, dan

2. Nughthoh Arfawi Kurdhi, S.Si., M.Sc. sebagai Pembimbing II yang telah memberikan saran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Surakarta, Januari 2016

Penulis

(5)

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk

(6)

DAFTAR ISI

2.2.2 Model Persediaan Terintegrasi Pemasok-Pengecer . . . 8

2.2.3 Kurva Permintaan Bergantung Harga Bersifat Iso-Elastis . 9 2.2.4 Kebijakan Penetapan Harga Barang dengan Stackelberg . 10 2.2.5 Kebijakan Penetapan Harga Barang dengan RFM . . . 10

(7)

2.2.6 Optimasi Fungsi Peubah Banyak Tanpa Kendala . . . 11

2.3 Kerangka Pemikiran . . . 14

III METODE PENELITIAN 15 IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 16 4.1 Sistem Operasi Persediaan . . . 16

4.2 Penurunan Model Persediaan Terintegrasi Pemasok-Pengecer de-ngan Kurva Permintaan Bergantung Harga bersifat Iso-elastis . . 17

4.2.1 Model Persediaan Pengecer . . . 17

4.2.2 Model Persediaan Pemasok . . . 20

4.2.3 Model Persediaan Terintegrasi Pemasok-Pengecer . . . 24

4.3 Penyelesaian Optimum . . . 24

4.3.1 Penyelesaian Optimum untuk Model Persediaan Pemasok-Pengecer Terintegrasi . . . 25

4.3.2 Penyelesaian Optimum untuk Model Persediaan Terpisah (Kebijakan Stackelberg) . . . 27

4.3.3 Penyelesaian Optimum untuk Model Persediaan Terpisah (Kebijakan RFM) . . . 29

4.4 Penerapan . . . 30

4.4.1 Analisis Sensitivitas Variasi Biaya terhadap Nilai ρ, ∆m, dan ∆r untuk Model Persediaan Terpisah . . . 34

4.4.2 Analisis Sensitivitas Variasi Biaya terhadap Nilai Q∗, p, dan w∗ untuk Model Persediaan Terintegrasi dan Terpisah 35 4.4.3 Analisis Sensitivitas Variasi Biaya Pemesanan Pengecer ter-hadap Total Keuntungan untuk Model Persediaan Terinte-grasi dan Terpisah . . . 36

4.4.4 Analisis Sensitivitas Variasi Biaya Pengadaan Pemasok ter-hadapp∗ dan Quntuk Model Persediaan Terintegrasi dan Terpisah . . . 37

(8)

5.1 Kesimpulan . . . 38 5.2 Saran . . . 39

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN 41

(9)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Mekanisme kebijakan penetapan harga barang dengan Stackelberg 10

2.2 Mekanisme kebijakan penetapan harga barang dengan RFM . . . 11

4.1 Tingkat persediaan pengecer . . . 18

4.2 Tingkat persediaan pemasok . . . 23

4.3 Kurva permintaan bergantung harga bersifat iso-elastis dengan

D(p) = 300000p−1,25 . . . . 31

4.4 Hubungan keuntungan pemasok dan pengecer terhadap variasi

mark-up dengan kebijakan Stackelberg dan RFM . . . 33

4.5 Hubungan variasi (a) biaya pemesanan pengecer dan (b) parameter

γ terhadap mark-up . . . 33

4.6 Hubungan nilaiρ(a) Stackelberg dan (b)RFM terhadap frekuensi

pada variasi parameter . . . 35

4.7 Hubungan (a) total keuntungan, (b) keuntungan pengecer, dan (c)

keuntungan pemasok terhadap biaya pemesanan pengecer . . . 36

4.8 Hubungan (a) harga eceran dan (b) banyaknya pemesanan

(10)

DAFTAR TABEL

4.1 Penyelesaian optimum dan total keuntungan tahunan dari model

persediaan terintegrasi dan terpisah pemasok-pengecer . . . 32

5.1 Nilai ρ, ∆m, dan ∆r dari variasi biaya pada kebijakan Stackelberg

dan kebijakan RFM dengan variasimark up . . . 43

5.2 Penyelesaian optimal dari variasi setiap biaya untuk model

terin-tegrasi dan terpisah . . . 44

(11)

DAFTAR NOTASI

A : biaya pemesanan tetap oleh pengecer

S : biaya persiapan tetap oleh pemasok

h : biaya penyimpanan persediaan untuk pengecer per satuan waktu

H : biaya penyimpanan persediaan untuk pemasok per satuan waktu

T : panjang siklus pemesanan

D(p) : laju permintaan bergantung pada harga per tahun

p : harga eceran per unit, variabel keputusan

w : harga grosir per unit, variabel keputusan

c : biaya pengadaan per unit yang dikeluarkan oleh pemasok

k1 : biaya produksi unit yang dikeluarkan oleh pemasok

k2 : biaya investasi yang dikeluarkan oleh pemasok

l : lama waktu tunggu

µ : rata-rata produksi oleh pemasok

Q : banyaknya barang yang dipesan pengecer kepada pemasok,

varia-bel keputusan

T Pr : total keuntungan tahunan untuk pengecer

T Pm : total keuntungan tahunan untuk pemasok

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir, banyak penelitian telah mengembangkan

masa-lah persediaan dengan menggabungkan antara pemasok dan pengecer. Pemasok

dan pengecer saling bekerjasama untuk meningkatkan keuntungan yang

dihasil-kan keduanya. Persediaan terintegrasi adalah persediaan yang memadudihasil-kan

anta-ra kebijakan dari pemasok dan pengecer. Model persediaan terinteganta-rasi

pemasok-pengecer diperkenalkan pertama kali oleh Goyal [3]. Mekanisme koordinasi

perse-diaan terintegrasi pemasok-pengecer dimulai ketika pengecer memesan sejumlah

barang kepada pemasok. Selanjutnya pemasok memproduksi sejumlah barang

dan menyimpan barang tersebut. Setelah itu, barang yang telah siap dikirimkan

kepada pengecer. Selama proses produksi bahan mentah ke barang jadi terdapat

waktu tunggu (lead time) kedatangan barang. Setelah barang tersebut diterima

oleh pengecer kemudian barang didistribusikan kepada konsumen.

Banyak penelitian model persediaan terintegrasi pemasok-pengecer dengan

permintaan barang tidak dipengaruhi oleh harga barang. Ketika terjadi

kenaik-an atau penurunkenaik-an harga barkenaik-ang, permintakenaik-an konsumen tetap sama. Contohnya

pada penelitian Rad dan Khoshalhan [8] dan Shah et al. [11]. Pada penelitian

Rad dan Khoshalhan [8] menjelaskan tentang model persediaan terintegrasi

pa-da kasus backorder dengan diasumsikan permintaan tahunan konstan. Shah et

al. [11] mengembangkan model persediaan terintegrasi pemasok-pengecer dengan

pengaruh ketersediaan stok barang terhadap permintaan tahunan konstan.

Menurut Mankiw [6], salah satu variabel yang mempengaruhi laju

permin-taan suatu barang adalah harga barang tersebut. Ketika harga barang naik,

permintaan cenderung mengalami penurunan, dan sebaliknya. Menurut

(13)

son [7], perubahan banyaknya permintaan barang diakibatkan oleh harga barang

sehingga terdapat pengaruh harga barang terhadap permintaan. Whitin [13]

mengembangkan model economic order quantity (EOQ) persediaan dengan

kebi-jakan penetapan harga barang yang berpengaruh terhadap permintaan. Dalam

penelitian Whitin [13], kurva permintaan bergantung harga bersifat linear.

Ke-mudian dilanjutkan oleh Lin dan Ho [5], yang memperkenalkan model persediaan

terintegrasi pemasok-pengecer dengan pemotongan harga barang. Rad et al. [9]

mengembangkan model persediaan terintegrasi pemasok-pengecer dengan

penga-ruh harga barang terhadap permintaan. Pada penelitian Radet al. [9] membahas

model persediaan terintegrasi pemasok-pengecer pada kurva permintaan

bergan-tung harga bersifat iso-elastis. Penetapan harga barang merupakan permasalahan

yang kompleks dan selalu dihadapi oleh pemasok dan pengecer. Dengan

demi-kian, kebijakan penetapan harga barang yang tepat mampu memaksimumkan

keuntungan pemasok dan pengecer.

Pada dasarnya, pemasok dan pengecer memiliki tujuan dan biaya sendiri

se-hingga model persediaan terpisah digunakan untuk memaksimumkan keuntungan

masing-masing. Terdapat dua macam kebijakan penetapan harga barang yaitu

kebijakan Stackelberg dan retail fixed mark-up (RFM) yang melibatkan pemasok

dan pengecer. Kebijakan Stackelberg mengasumsikan pemasok bertindak

seba-gai pemimpin (leader) dan pengecer berlaku sebagai pengikut (follower).

Pema-sok dapat menetapkan harga grosir dan memberikan informasi kepada pengecer.

Harga grosir yaitu harga yang diberikan oleh pemasok kepada pengecer dengan

pemesanan barang dalam jumlah besar. Kemudian pengecer menetapkan harga

eceran dan banyaknya pemesanan ke pemasok. Harga eceran adalah harga yang

diberlakukan oleh pengecer dengan pemesanan dalam jumlah kecil. RFM

meru-pakan kebijakan penetapan harga barang yang ditentukan dengan menambahkan

mark-up ke biaya produk oleh pemasok.

Alaei et al. [1] membahas model persediaan terintegrasi pemasok-pengecer

dengan kurva permintaan bergantung harga bersifat linear. Namun kurva

(14)

linear. Salah satu contoh kurva tak linear adalah kurva iso-elastis. Model

perse-diaan terintegrasi dengan kurva permintaan bergantung harga bersifat iso-elastis

diperkenalkan oleh Rad et al. [9].

Penelitian ini mengembangkan model persediaan terintegrasi

pemasok-penge-cer pada kurva permintaan bergantung harga bersifat iso-elastis yang mengacu

pada Rad et al. [9] serta digunakan kebijakan Stackelberg dan RFM untuk

mo-del persediaan terpisah yang mengacu pada Alaei et al. [1]. Selanjutnya

ba-nyaknya pemesanan, harga grosir, dan harga eceran optimum ditentukan untuk

memaksimumkan keuntungan berdasarkan model terintegrasi dan terpisah serta

mengintepretasikan hasilnya dalam sebuah penerapan.

1.2

Perumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan yaitu

1. bagaimana mengembangkan model persediaan terintegrasi

pemasok-penge-cer dan kebijakan penetapan harga barang yang berpengaruh terhadap

per-mintaan?

2. bagaimana menentukan penyelesaian optimum berdasarkan model yang

di-peroleh?

3. bagaimana menerapkan model tersebut, melakukan analisis sensitivitas, dan

mengintepretasikan hasilnya?

1.3

Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah

1. dapat mengembangkan model persediaan terintegrasi pemasok-pengecer dan

kebijakan penetapan harga barang yang berpengaruh terhadap permintaan,

2. dapat menentukan penyelesaian optimum berdasarkan model yang

dipero-leh, dan

(15)

3. dapat menerapkan model tersebut, melakukan analisis sensitivitas, dan

mengintepretasikan hasilnya.

1.4

Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian ini terdiri atas manfaat secara teoritis dan praktis.

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi

ilmi-ah tentang model persediaan pada kurva permintaan bergantung harga bersifat

iso-elastis. Manfaat secara praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai

per-timbangan untuk menentukan kebijakan optimum bagi pelaku usaha di industri

Referensi

Dokumen terkait

Sebenarnya dari hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Kepribadian Type A dan Peran Terhadap Stres Kerja Manajer Madya yang dilakukan Wijono (2006, jurnal online insani

Berdasarkan jenis kelamin diperoleh data bahwa dari 31 orang responden ditemukan 22 orang responden perempuan (71,0%) dan 9 orang responden laki-laki (29,0%) (Tabel 1).Dari 31

Singata Seni Karya yang bergerak dalam bidang produksi furniture rotan Pengamatan di,ini ditujukan untuk diadakan suatu perbaikan tata letak pada lantai produksi

In the next two sections we carry out the above procedure to find exact solutions of the noncommutative theory for the case of the flat expanding universe and the Schwarzschild

Non flaky crackers substitusi tepung sukun dan tepung ikan teri nasi 20%:10% memiliki kualitas paling baik ditinjau dari sifat kimia, fisik, mikrobiologis, dan

Banyaknya kasus mengenai merek khususnya berkaitan dengan kriteria kata telah milik umum dalam Pasal 5 huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek, membuat

Pengertian fasilitas olahraga dan seni indoor pada pembahasan ini adalah merupakan tempat atau wadah dimana kegiatan beberapa jenis cabang olahraga dan beberapa macam seni