• Tidak ada hasil yang ditemukan

14779 18788 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " 14779 18788 1 PB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WAKTU FERMENTASI LIMBAH PADAT TAPIOKA TERHADAP

PRODUKSI BIOHIDROGEN MELALUI PHOTOFERMENTATION DENGAN

KULTUR Rhodospirillum Rubrum

EFFECT OF FERMENTATION TIME ON TAPIOCA RESIDUE FERMENTATION

TO PRODUCE

BIOHYDROGEN THROUGH PHOTOFERMENTATION USING

Rhodospirillum Rubrum

Donny A. Wibisono* dan Rudiana Agustini

Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural sciences State University of Surabaya

Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761 *Corresponding author, email: donnyardiyanto@outlook.com

Abstrak. Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh lama fermnetasi limbah padat tapioka terhadap produksi biohidrogen melalui photofermentaton dengan kultur Rhodospirillum rubrum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi waktu fermnetasi terhadap produksi biohidrogen melalui proses photofermentation dengan kultur Rhodospirillum rubrum. Tahap penelitian menerapkan metode fermentasi dengan sistem batch yang diakukan melalui pencahayaan outdoor conditions dan menggunakan instrumen kromatografi gas dalam mengukur kadar biohidrogen. Variabel yang diujikan adalah waktu fermentasi 1, 2, 3, 4 dan 5 jam Analisa data berdasarkan uji statistik anova satu jalur memperlihatkan nilai signifikasnsi sebesar 0.000 atau kurang dari 0,05 yang berarti waktu fermentasi mempengaruhi kadar produksi biohidrogen. Waktu fermentasi optimum untuk menghasilkan bohidrogen adalah Selama 2-4 jam dengan kadar biohidrogen sebesar 14,86% - 18,35 %.

Kata kunci:Biohidrogen, Limbah padat tapioka, Fotofermenasi, Rhodospirillum rubrum

Abstract. The effect of fermentation time on tapioca residue fermentation to produce biohydrogen through photofermentation using Rhodospirillum rubrum were investigated. This study aimed to assign effect of light intensity to produce biohydrogen through photofermentation using Rhodospirillum rubrum. The process of research used a fermentation method in batch system with outdoor conditions irradiance. Hydrogen concentration were determined by using gas chromatoghraphy method. Variable test were fermentation time for 1, 2, 3, 4 and 5 hour. The result of statiscal annova one way showed the significance point (p = 0.000 < 0.05), it was mean the fermentation time has affect to biohydrogen production. The fermentation time optimum to produce biohydrogen was 2-4 hour with biohydrogen yield are 14,86% - 18,35 %

(2)

PENDAHULUAN

Energi fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara masih memegang porsi besar dari total konsumsi energi global [1]. Energi fosil merupakan jenis energi tak terbarukan yang bila terus digunakan akan mengancam

ketahanan energi di masa depan, disamping itu, energi fosil menghasilkan emisi karbon yang dapat menimbulkan permasalahan lingkungan.

Pola ketergantungan manusia terhadap energi fosil harus dminimalisir dengan memanfaatkan jenis energi terbarukan, salah satu yang bisa dikembangkan adalah energi berbasis biomassa. Biomassa

merupakan sumber daya biologi yang dapat dikonversi menjadi sumber daya energi (SDE). Bioidrogen adalah salah satu produk yang bisa dihasilkan dari proses fermentasi biomassa [2]. Hidrogen sangat potensial sebagai energi masa depan, karena selain tergolong energi

yang bersih dan efisien, hidrogen juga memiliki kandungan energi tinggi [3].

Limbah padat tapioka (onggok) merupakan limbah pertanian yang termasuk dalam ragam klasifikasi biomassa. Onggok masih memiliki kandungan

karbohidrat yang tinggi, serta sedikit protein, serat kasar, amilum dan kadar air, kandungan karbohidrat

kompleks onggok dapat dihdirolisis menjadi karbohidrat sederhana, sehingga mampu

dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi

hidrogen [4]. Produksi

fermentasi

hidrogen dapat dilakukan dengan 2 metode, yakni fermentasi gelap (dark

fermentation) dan fermentasi terang (photofermentatio n), kedua metode ini dibedakan atas ketergantungannya terhadap cahaya. Proses

fotofermentasi secara normatif menghasilkan 12

molekul hidrogen dari 1 molekul glukosa, berbeda halnya dengan fermnetasi gelap

yang hanya

menghasilkan 4 molekul hidrogen dari 1 mol glukosa, sehingga taraf efektifitas

fermentasi terang dinilai lebih baik dibandingkan fermentasi gelap [5].

Mikroorgani sme yang kerap digunakan dalam metode

fotofermentasi adalah dari jenis purple bacteria seperti

Rhodospirillum rubrum atau Rhodobacter sphaeroides. R.rubrum dapat memanfaatkan cahaya dengan spektrum panjang gelombang yang luas (373-805 nm) [6].

Hasil kadar biohidrogen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis mikroorganisme, substrat, suhu dan waktu fermentasi. Lamanya

fermentasi akan

mempengaruhi kondisi medium fermentasi dan berdampak pada jumlah

biohidrogen yang dihasilkan. Oleh karena itu pada penelitian ini proses

fotofermentasi dilakukan dengan variasi waktu fermentasi untuk mengetahui kadar biohidrogen optimum yang dihasilkan.

BAHAN DAN

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan dalam proses photofermentation adalah sebagai berikut: Aquades, limbah padat tapioka, NB (natrium brot), yeast, alkohol 70%, spiritus, agar pasar, biakan Rhodospirillum rubrum

Alat

(3)

ukur 100 ml, beakerglass 1 liter dan 250 mL, kompor penangas listrik, kasa, termometer, sentrifudge 50 ml dan 20 ml, laminar, pembakar spiritus, plastic warp. Botol fermentor yang terbuat dari kaca berukuran 500 ml dilengkapi dengan penutup karet,

PROSEDUR KERJA

Proses Persiapan Sampel

Tahap persiapan sampel diawali dengan pengambilan limbah pada tapioka yang berada di home industry

pembuatan tepung tapioka desa tawangrejo,

kecamatan

ngadiluwih kediri, sebelumnya onggok sudah dikeringkan selama 2 hari di bawah matahari langsung. Onggk kering kemudian di giling dan di ayak dengan ayakan 100 mesh. Onggok

yang lolos ayakan adalah sampel

yang akan

digunakan pada tahap selanjutnya.

Proses Preparasi Hidrolisat

Tepung limbah onggok yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit pada suhu 1500 C. Tepung onggok yang ssudah di oven ditimbang 35

gram dan

dimasukkan ke dalam botol. Botol yang terisi tepung onggok

dimasukkan air aquades sebanyak 100 ml dengan suhu 680 C, kemudian diaduk rata dan ditutup dengan rapat. Hasil hidrolisat ini akan digunakan pada proses selanjutnya.

Pembiakan bakteri Rhodosirillum rubrum

Tahap

awal yang

dilakukan adalah meremajakan starter

Rhodospiirllum

rubrum pada media padat ayang dibuat dari campuran 1,5 gram agar, 2,3 gram NB (nutrienth broth) dan 0,5 gram yeast. Sebelum tahap permajaan, bahan-bahan tersebut disterilisasi

terlebih dahulu menggunakan autoklaf selama 15 menit pada set temperatur 1210C.

Media padat yang telah siap dibiarkan lebih dahulu selama 48 jam, untuk memastikan apakah terdapat adanya

kontaminan, setelah dipastikan bebas kontaminan, dilakukan

inokulasi dengan memindahkan dalam media padat kemudian

menginkubasinya pada suhu 300 C selama 48 jam

Biakan Rhodospirillum rubrum yang ada

pada media padat kemudian

dipindahkan ke dalam media cair yang terbuat dari campuran 0,5 gram yeast, 2,3 gram NB dan 100 mL akuades. Proses pemindahan atau peremajaan ini dilakukan pada laminar flow. R.rubrum yang sudah di remajakan pada media cair didiamkan selama 15 menit sebelum dimasukkan ke dalam hidrolisat onggok.

Tahap Penetuan Kadar Hidrogen Proses fermentasi Tahap fermentasi diawali dengan Hidrolisat onggok yang

diinokulasikan biakan R.rubrum (media cair) sebanyak 2 mL Botol kemudian ditutup dan diisolasi, kemudian botol fermentasi diletakkan pada salah satu sudut pencahayaan ruang yang berasal dari

lampu LED

(4)

selama 1, 2, 3, 4 dan 5 jam. Hidrolisat yang telah difermentasi akan diuji melalui instrumen gas kromatografi yang akan menghasilkan data berupa peak area gas hidrogen

sampel. Luas peak area sampel ini akan dibandingkan dengan luas peak gas hidrogen murni untuk

mendapatkan nilai persentase kadar biohidrogen dari fermentasi HASIL DAN

PEMBAHASAN

Pengaruh waktu fermentasi

terhdapa produksi biohidrogen

Proses fermentasi yang

berlangsung telah dilakukan dengan 5 variasi waktu yang berbeda yakni 1, 2, 3, 4 dan 5 jam. Hasil data biohidrogen menunjukkan waktu fermentasi tertinggi diperolah

pada waktu

fermentasi 3 jam dengan rata-rata kadar hidrogen

18,35 %,,

perolehan ini lebih tinggi

dibandungkan waktu fermentasi 1, 2, 3, 4 dan 5 jam yang menghasilkan rata-rata hidrogen sebesar 1,27 %,

berdasarkan anova satu jalur (tabel 2) mennampilkan nilai signifikansi 0,000 atau kurang dari 0,05 yang berarti

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar hidrogen yang sginfikan antar perlakuan lama fermentasi atau dengan kata lain waktu fermentasi dapat

mempenagaruhi

diperoleh pada waktu fermentasi 2-4 jam

Data hasil dari perlakuan setelah 3 jam menunjukkan adanya penurunan kadar biohidrogen, hal ini tak lepas kaitannya dari perubahan kondisi medium akibat aktivitas metabolik bakteri,

Rhodospirillum rubrum

menghasilkan senyawa samping seperti asam asetat dan format dalam kondisi anaerob [7], keberadaan asam organik menyebabkan potensi penurunan pH pada medium dan menghambat produksi

biohidrogen [8], keterhambatan ini berhubungan dengan aktivitas enzim nitrogenase yang terganggu akibat penurunan pH.

Tabel 1. Kadar Biohidrogen dalan

variasi waktu fermentasi

waktu fermentasi

(jam)

Pengamatan Kadar Biohidrogen (%)

1

1 1.52 1,28

2 12,98 18,46 17,22 3 17,28 19,45 18,32 4 16,32 12,44 15,82 5 5,94 8,32 6,98

Tabel 2. Kadar Biohidrogen dalam

variasi waktu fermnetasi

Tabel 3. Notasi Perbedaan kadar Biohidrogen dalam

Variasi Waktu Fermentasi

Nitrogenas e merupakan enzim essensial yang mengakatalis perubahan N2 menjadi Hidrogen dan amoniak.

Enzim pada

umumnya

memiliki rentang pH yang sempit, sehingga

penuranan pH dibawah kondisi optimalnya akan mempengaruhi waktu fermentasi tidak hanya mempengaruhi

kondisi pH

medium, tapi juga ada potensi Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 613.992 4

153.49

30.758 10 3.076

Total 644.750 14

Waktu fermentasi

(jam)

Kadar

(5)

penurunan nutrien akibat digunakan bakteri sebagai

sumber zat

metabolik.

Fermentasi yang terus berlangsung, akan

mengakibatkan penurunan kadar glukosa akibat aktivitas mikrobial bakteri,

berkurangnya kadar glukosa sebeagai nutrien mengakibatkan pennuruanan akitiviatas

nitrogenase yang ditunjukkan dengan penurunan kadar hidrogen [8] [9].

Kesimpulan Analisis data yang telah dilakukan melaui uji statistik annova satu jalur untuk penentuan

optimum intensitas cahaya melalui fermentasi terang dengan kultur Rhodospirillum rubrum adalah sebesar 0,000 yang berarti kurang dari 0,05. Berdasarkan nilai signifikasi tersebut dapat

disimpulkan

bahwa ada

pengaruh waktu fermentasi

terhadap produksi biohidrogen dari limbah padat tapioka melalui proses

Photofermentation dengan kultur Rhodospirillum rubrum. Waktu fermentasi

optimum untuk produksi

biohidrogen dari limbah padat tapioka melalui photofermentation menggunakan kultur

Rhodospirillumn rubrum 2-4 jam dengan kadar rata-rata biohidrogen 14,86 % - 18,35 %

hingga-2035/.

Diakses pada tanggal 4 maret 2014

2. Yokoyama, S 2008. Buku panduan biomassa asia. The Japan Institute of

4. Agustini, Rudiana., Suyatno., Aisyah E.P., Amaria. 2009. Pengembangan Biofuel Ramah Lingkungan

penelitian tidak

dipublikasikan. Production of Hydrogen From Biomass. Energy Conversion And

Management 52:1778-1789 Hydrogen from Waste Water of

a Sugar

Refinery by

Biotechnology. 23:147-151

7. Schultz, E,J and Weaver, P.F. 1981.

(6)

onas capsulate. Solar Energy Research Institutte, Golden, Colorado

8. Budiarmi, M dan Gulton, T. 2011. Pengaruh Variasi Waktu Fermentasi dan Berat Ragi Terhadap Kadar Alkohol Pada

Pembuatan Bioetanol Limbah Padat Tapioka

(onngok). Yogyakarta. Jurusan pendidikan Kima, Fakultas

dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta

9. Reungsang, A, et.al. 2006. Biohydrogen Production from Cassava Starch

Gambar

Tabel 2. Kadar

Referensi

Dokumen terkait

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah habitat peneluran penyu yang meliputi Penyu Hijau ( C.mydas ), sedimen, suhu, kemiringan pantai, panjang dan

1) Kelebihan beban kerja (role overload) merupakan kondisi dimana pegawai memiliki terlalu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan atau di bawah tekanan jadwal

Pelepah tanaman pisang biasa dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat di Indonesia sebagai obat luka, beberapa bagian lain dari tanaman pisang telah diteliti manfaatnya

Mengoptimalkan penggunaan IT dan sarana prasarana dalam pelayanan 9 Kepastian (assurance): Kemampuan Pengelola (jajaran fakultas/ dekanat) untuk memberi keyakinan kepada

KPU RI mengeluarkan Surat Nomor 234/KPU/III/2017 yang menyatakan bahwa rekapitulasi hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Para Teradu pada tanggal 15 Maret 2017

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, adanya potensi akumulasi Pb dalam organ ikan patin jambal yang dipelihara di kolong tua melalui jalur rantai makanan

Jawab : Untuk penambahan aset buku ditentukan oleh pihak library sebagai pengelola aset buku dan untuk penentuan perolehan buku hingga penentuan harga beli aset buku sesuai