• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PERMAINAN BEBENTENGAN UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KERJASAMA DAN FAIR PLAY DALAM PEMBELAJARAN PENJAS : penelitian tindakan kelas Pada Siswa Kelas V SDN 13 Sijuk Kabupaten Belitung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI AKTIVITAS PERMAINAN BEBENTENGAN UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KERJASAMA DAN FAIR PLAY DALAM PEMBELAJARAN PENJAS : penelitian tindakan kelas Pada Siswa Kelas V SDN 13 Sijuk Kabupaten Belitung."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PERMAINAN BEBENTENGAN UNTUK

MENINGKATKAN PERILAKU KERJASAMA DAN FAIR PLAY DALAM

PEMBELAJARAN PENJAS

( Penelitian tindakan kelas Pada Siswa Kelas V SDN 13 Sijuk Kabupaten Belitung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi PGSD Penjas

Oleh

ANDRIYANTO SAPUTRA

1103174

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PERMAINAN

BEBENTENGAN UNTUK MENINGKATKAN

PERILAKU KERJASAMA DAN FAIR PLAY DALAM

PEMBELAJARAN PENJAS

( Penelitian tindakan kelas Pada Siswa Kelas V SDN 13 Sijuk Kabupaten Belitung)

Oleh

Andriyanto Saputra

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi PGSD Penjas

© Andriyanto Saputra 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Implementasi Aktivitas Permainan Bebentengan Untuk Meningkatkan Perilaku Kerjasama Dan Fair play Dalam Pembelajaran Penjas Pada Siswa Kelas V SDN 13 Sijuk Kab.Bellitung. Pembimbing I : Dr.Bambang Abduljabar M.Pd, Pembimbing II :

Arif Wahyudi S.Pd, Andriyanto Saputra NIM : 1103174

Tujuan penelitian untuk menemukan bukti empirik mengenai impelementasi permainan bebentengan dalam meningkatkan kerjasama dan fair play di SDN 13 Sijuk, Kab. Belitung. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Instrumen yang digunakan adalah Observasi dan catatan lapangan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDN 13 Sijuk. Sampel penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 26 siswa. Penelitian ini menggunakan analisis data persentase. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa ; 1) Bahwa Implementasi Aktivitas Permainan Tradisional Bebentengan dapat meningkatkan kerjasama dan fair play siswa kelas V dengan jumlah perilaku kerjasamanya 80.76% dan Fair playnya berjumlah 76.92% ; 2) Bahwa dengan upaya guru memodifikasi permainan tradisional dengan menambahkan hal yang menyangkut dengan nilai sosial dapat meningkatkan kerjasama dan fair play, siswa; 3) Interaksi yang harus dilakukan oleh guru dengan siswa adalah dengan masuk kedalam aktivitas yang mereka lakukan, interaksi yang dimaksud adalah bisa membuat hubungan antara guru dengan siswa bisa lebih baik. Guru penjas di sekolah harus bisa bahwa dengan memodifikasi permainan dapat meningkatkan perilaku sosial siswa yang ada disekolah, agar siswa terdidik secara dini untuk bekal dimasa yang akan datang.

(5)

ABSTRACT

Implementation Activities Games Bebentengan To Enhance Cooperation Behavior And Fair play in Learning Penjas In Grade Students of V SDN 13 Sijuk Kab.Bellitung . Supervisor I : Dr.Bambang Abduljabar Pd , Advisor II : Arif Wahyudi

S.Pd , Andriyanto Saputra NIM : 1103174

The aim of research to find empirical evidence regarding the implementation of the game bebentengan in enhancing cooperation and fair play in SDN 13 Sijuk , Kab . Belitung. The method used is classroom action research . The instruments used are observation and field notes . The population in this study were students of SDN 13 Sijuk . Samples were students in grade V , totaling 26 students. This study uses data analysis percentage.Based on the results, it can be concluded that ; 1 ) That the Implementation Activities Traditional Games Bebentengan can improve cooperation and fair play fifth grade students with a number of cooperation behavior 80.76 % and amounted to 76.92 % Fair play ; 2 ) That the efforts of teachers to modify the traditional game by adding matters relating to the social value can increase cooperation and fair play , the student ; 3 ) Interaction to be done by teachers and students are to enter into activities they do , the interaction in question is able to make the relationship between teachers and students could be better .Physical education teacher at the school should be that by modifying the game can enhance students' existing social behavior in schools , so that students educated at an early stage to equip the future.

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menjadi sangat penting bagi suatu bangsa, karena keberhasilan dan kemajuan bangsa sangat bergantung kepada pendidikan yang ditekankan kepada penduduknya, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka, mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Kusuma dan Somarya (2009, hlm. 4) menjelaskan bahwa:

Pengertian pendidikan secara memadai memang kompleks sebab dapat dipandang dari berbagai bentuk aspek unsur, dipandang dari setiap disiplin ilmu, dasar falsafatnya tetapi tidak merisaukan, yang penting adalah makna pengertian pendidikan yang tertuju pada upaya pengembangan sumber daya manusia.

(7)

2

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individual secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional, di mana pendidikan jasmani mengandung unsur game dan fun, melalui pendidikan jasmani guru bisa mengajarkan banyak hal kepada siswa, Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada perguruan tinggi, hal ini sudah bisa menjadi angapan dasar bahwa pendidikan jasmani sangat penting dalam proses pendidikan.

Salah satu hal terpenting yang harus dicapai dari pembelajaran pendidikan jasmani ialah siswa mampu melakukan kerampilan gerak dasar dan mampu menbentuk karakter anak yaitu nilai-nilai sosial, Menurut Bucher (dalam Rahayu 2013, hlm. 3) menjelaskan bahwa:

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organic, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional.

Sedangkan definisi selanjutnya yang dikemukakan oleh Freman (dalam Rahayu 2013, hlm. 5) menyatakan bahwa :

Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal,yaitu : beberapa aktivitas fisikal atau bebrapa tipe gerakan tubuh. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu,tetpai secara umum mencakup berbagai aktivitas gross motorik dan keterampilan yang tidak selalu harus didapat perbedaan yang mencolok. Meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal ini, tetapi keuntungan bagi siswa tidak selalu harus berupa fisikal, non-fisikal pun bisa di raih seperti : perkembangan intelektual, sosial, dan estetika,seperti juga perkembangan kognitif dan afektif.

(8)

Menurut Mahendra (2009, hlm. 10) menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan jasmani adalah:

1. Mengembangkan pengertahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial.

2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasamani.

3. Memperoleh dan mempertahan kan derajat kebugaran jasamani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasamni baik secara kelompok maupun perorangan.

5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosisal yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang

6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktifitas jasmani, termaksud permainan olahraga.

Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani bisa dengan melakukan berbagai aktivitas jasmani yang mencakup keruang lingkup pendidikan, demi mencapai tujuan yang di inginkan. Implikasinya diharapkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, paling tidak pendidikan jasmani dapat diarahkan agar siswa memiliki kebugaran tubuh, kesenangan melakukan aktivitas fisik dan olahraga (gaya hidup yang aktif dan sehat), memilki prestasi yang sesuai dengan tahapan, dan memperoleh nilai-nilai pendidikan sosial yang diperlukan siswa untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka masing-masing.

(9)

4

Berdasarkan dari situasi dan kondisi yang telah dijelaskan bahwa pendidikan jasmani bisa menjadi solusi alternatif dalam mendidik dan menanamkan pendidikan nilai sosial bagi anak, aktivitas permainan menjadi solusi dalam menanamkan pendidikan nilai sosial tersebut, karena di dalam permainan banyak mengandung unsur game and fun, jadi siswa akan melakukan permainan tersebut dengan rasa gembira dan menyenangkan, siswa tidak sadar padahal di dalam permainan tersebut sedang melakukan aktivitas permaian dan gerak, selain itu kondisi lingkungan sangat berpengaruh bagi siswa itu sendiri untuk perilaku anak tersebut, sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menghadirkan lingkungan yang menyenangkan bagi siswa dan menumbuhkan kenyamanan seolah-olah sedang bermain padahal sebenarnya sedang belajar. Menurut Arikunto (dalam Ariani 1997, hlm. 7) menjelaskan bahwa:’Eratnya anak dengan dunia bermain maka secara tidak langsung permainan anak dapat digunakan sebagai penentu jalan hidupnya serta membentuk kepribadianya’.

Dari pendapat yang dijelaskan penulis berpendapat bahwa dengan bermain bisa mewujudkan kepribadian anak yang mengarah pada perilaku sosial, dengan cara bermain anak dapat teransang untuk mengembangkan dirinya sebagai sarana dalam proses sosial, dan juga bisa melatih anak untuk berpikir secara rasional, melatih ketangkasan serta melatih anak untuk bertangung jawab dalam semua aktivitas yang anak lakukan. Menurut Budhisantoso (dalam Dharmamulya 1992, hlm. 14) mengatakan bahwa :

Permainan anak-anak merupakan salah satu sarana kegiatan pendidikan diluar sekolah yang sangat penting artinya dalam proses sosialisasi. Anak-anak belajar mengenal nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan sebagai pedoman untuk pergaulan sosial dan memainkan peran sesuai dengan kedudukan sosial yang nantinya mereka lakukan.

(10)

dengan aktivitas permainan tradisional bisa membantu dalam proses meningkatkan perilaku sosial. Jadi dapat dikatakan aktivitas permainan tradisional sangat cocok dalam proses meningkatkan perilaku sosial anak.

Menurut Uhamisastra (2010, hlm. 1) menjelaskan bahwa permainan tradisional adalah “Permainan yang dimainkan oleh anak-anak dengan alat yang sederhana, tanpa mesin, asalkan anak tersebut sehat maka ia bisa ikut bermain’. Permainan tradisional sebenarnya banyak memiliki manfaat bagi siswa, selain tidak mengeluarkan banyak biaya dan bisa juga menyehatkan badan. Permainan sangat baik untuk melatih fisik dan mental anak. Secara tidak langsung, anak akan di rancang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan dan perilaku sosialnya. Salah satu permainan yang cocok untuk pembelajaran penjas dalam meningkatkan pendidikan sosial adalah dengan permainan tradisional bebentengan. Adapun tujuan dari permainan tradisional dalam membentuk karekter anak diantaranya :

1. Menyediakan pengalaman gerak yang menyenangkan. 2. Menyediakan rasa aman secara psikologis dan sosial anak.

3. Menyediakan partisipasi aktif anak untuk berinteraksi dengan teman. 4. Memberikan anak kesempatan untuk tumbuh secara fisik, emosional,

spiritual, melalui partisipasi dalam aktifitas bermain.

(11)

6

kekuatannya dengan menyentuh tiang benteng agar bisa menagkap musuh yang berada lebih lama di luar bentengnya.

Permainan bebentengan banyak mengandung perilaku kerjasama dan fair

play, dengan modifikasi sesuai pembelajaran pasti dapat dengan cepat dalam

mencapai nilai-nilai sosial. Tanpa kerjasama dan fair play permainan ini tidak dapat dimainkan dengan baik, di mana kalau siswa hanya bermain sendirian (individu) tanpa ada bantuan dari temanya mungkin permainan tidak akan meyenangkan karena terlalu berfokus secara individu saja, melalui permainan bebentengan siswa dapat mengembangkan kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotor siswa sehingga bisa menumbuhkan perilaku kerjasama, empati, simpati dan toleransi terhadap teman ataupun lawan, adanya proses belajar mengajar dalam permainan ini dan saling membutuhkan satu sama lain, siswa akan mampu berpikir dan belajar dalam kelompok kecil maupun besar, serta mendapatkan pengalaman dalam aktivitas permainan ini dan dari segi aspek sosialnya bisa membentuk. Apabila siswa telah memahami nilai yang terkandung dalam aktivitas permainan bebentengan seperti kerjasama dan fair play, di dalam lingkunganya siswa sudah terbiasa menerapkan perilaku yang baik, jadi siswa mampu berinteraksi dalam lingkungannya baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Permainan bentengan membuat siswa menjadi kaya akan bergerak serta memiliki kemampuan untuk bersosialisasi, berkerjasama serta menumbuhkan fair

play. Sugono (dalam Hawadi 2006, hlm. 81) menjelaskan bahwa: ’Kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan ,oleh beberapa orang (menolong, membantu, menghargai dan mengajak) utuk mencapai tujuan bersama’. Memang kerjasama dalam susatu permainan sangat dibutuhkan, permainan apapun pasti menerapkan sistem kerjasama yang baik antar individu dan kelompok.

Dalam pebelajaran sehari-hari kita juga sering mendengar kata sportif

(fair-play) dalam pertandingan yang paling sering didengar, kalau hanya dengan

(12)

menghormati dan menghargai teman dan lawan. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menimbulkan kerjasama dan fair play, harus ada suatu interaksi yaitu interaksi sosial dan belajar sosial yang akan menimbulkan interaksi tersebut, proses ini akan membuat siswa mampu berinteraksi dalam melakukan suatu aktivitas. Seperti yang dikemukakan oleh Johnson (1988, hlm. 214) mengatakan bahwa interaksi sosial adalah:”suatu hubungan timbal balik antara individu dengan individu lainya individu dengan kelompok dan sebaliknya”. Serta Menurut teori Bandura (dalam Panen 2005, hlm. 1) menyatakan bahwa:’Manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri

(self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan,

menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkahlakunya sendiri’. Artinya kerjasama dan fair play dapat terjadi karena adanya suatu proses interaksi melalui hubungan antar individu yang satu dengan yang lainya.

Kurikulum 2006 (KTSP ) kelas lima semester dua yang standar kompetensi dan kompetensi dasarnya sudah megarah pada peningkatan nilai-nilai sosial, dimana standar kompetensi mengatakan bahwa : mempraktikan berbagai variasi gerak dasar kedalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang di modifikasi dan nilai-nilai yng terkandung didalamnya, serta kompetensi dasarnya yang mengatakan bahwa mempraktikan variasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga bola besar, serta nilai-nilai kerjasama, sportivitas dan kejujuran. Melihat dari kurikulum 2006 yang sudah menekankan pada pendidikan nilai sosial, pendidik hanya butuh strategi untuk menerapkan nilai sosial itu melalui aktivitas permainan bebentengan.

(13)

8

Kegiatan-kegiatan yang bersifat kelompok, khususnya yang bersifat tradisional dan mengandung nilai kearifan lokal masih sangat jarang dilakukan di sekolah tersebut. Kegiatan hanya berkisar pada aktifitas individual dan klasikal di kelas. Realita tersebut apabila tidak segera mendapat penanganan maka dikhawatirkan anak-anak tersebut akan mengalami hambatan dalam interaksi sosial pada tahap pendidikan dan perkembangan selanjutnya, untuk itulah perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut khususnya untuk meningkatkan kemampuan kerjasama anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan bermain.

Hal ini dipilih karena kegiatan permainan dinilai sangat tepat dan efektif diterapkan untuk anak usia dini. Kegiatan bermain ini dapat menggunakan permainan-permainan yang menyenangkan untuk anak. Permainan tradisional dapat menjadi salah satu alternatif permainan menyenangkan yang dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak. Interaksi sosial antar anak juga terdapat dalam permainan tradisional sehingga akan meningkatkan keakraban masing-masing anak yang bila dilakukan secara kontinyu dinilai akan dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak. Permainan-permainan tradisional juga dipilih selain karena dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak, permainan ini tergolong sederhana, mudah dimainkan, serta memiliki nilai budaya dan kearifan lokal yang sudah selayaknya untuk dilestarikan.

Permainan Tradisional akan dikenalkan dahulu dengan cara rutin mengajak anak terlibat dalam permainan-permainan tersebut secara langsung. Anak diharapkan akan terbiasa dengan permainan dan terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya sehingga dapat merangsang dan meningkatkan kemampuan kerjasama atau sikap kooperatif. belajar di pengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi.

(14)

perkembangan diri yang optimal dalam lingkungan sosialnya. Tetapi dalam kenyataannya, tidak selamanya siswa dapat berinteraksi sosial dengan baik, hal tersebut dikarenakan siswa mengalami banyak hambatan dalam proses perkembangan diri di lingkungan sosialnya.

Rendahnya kemampuan interaksi sosial yang di alami siswa ditunjukkan dari perilaku siswa seperti siswa membentuk kelompok kecil yang bisa disebut dengan geng, saling mengejek antar teman, siswa hanya bersedia belajar bersama teman kelompoknya saja, siswa sering memandang kedudukan sosial antara kaya dan miskin, siswa sering berdebat etika berselisih pendapat sehingga menjadikan kelas menjadi gaduh, komunikasi antar siswa kurang baik dan terlihat menggerombol ketika di kelas. Jika dibiarkan terus menerus hal ini bisa menyebabkan siswa menjadi tidak kompak yang nantinya dapat menyebabkan kondisi kelas menjadi tidak nyaman dan sangat mempengaruhi proses belajar dikelas. Teori Bandura dapat dikatakan sebagai social learning (belajar sosial), anak belajar dari meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain sehingga lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku, meskipun proses kognitif juga tidak kalah pentingnya manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan polanya sendiri. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi aktivitas permainan bebetengan untuk meningkatkan perilaku kerjasama dan fair play dalam

pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar Negeri 13 Sijuk Kabupaten Belitung”.

B. Rumusan Masalah

(15)

10

mencari jawaban masalah yang dirumuskan. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan oleh penulis maka dapat dirumuskan : 1. Permainan bebentengan sebagai variabel bebas (X),

2. Kerjasama dan fair play sebagai variabel terikat (Y)

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya guru mengembangkan perilaku kerjasama dan fair play melalui situasi permainan tradisional bebentengan pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 13 Sijuk Kabupaten Belitung ?

2. Bagaimana peningkatan perilaku kerjasama dan sikap fair play pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 13 Sijuk Kabupaten Belitung ketika mendapatkan pengajaran permainan tradisional bebentengan ?

3. Bagaimana interaksi guru kepada siswa dalam mengajarkan kerjasama dan

fair play melalui pengajaran permainan tradisional bebentengan pada siswa

kelas V di Sekolah Dasar Negeri 13 Sijuk Kabupaten Belitung ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam Penelitian ini penulis ingin mengetahui perilaku apa saja yang ingin dibina melalui permainan tradisional yang bisa dijadikan sebagai pembentukan kepribadian anak dan yang terpenting untuk meningkatkan kerjasama dan fair-play siswa melalui permainan tradisional bebentengan, Tujuan yang disusun secara sistematis akan megarahkan penelitian sesuai rencana menurut Sugiyono (2009, hlm. 282).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana upaya guru mengembangkan perilaku kerjasama dan fair play melalui situasi permainan tradisional bebentengan pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 13 Sijuk Kabupaten Belitung.

(16)

3. Mengetahui bagimana interaksi guru kepada siswa dalam mengajarkan kerjasama dan fair play melalui pengajaran permainan tradisional bebentengan pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 13 Sijuk Kabupaten Belitung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang di lakukan oleh penulis ialah:

1. Secara Teoritis

a. Sebagai penguat teori-teori yang sudah ada.

b. Mengungkap teori baru dan mengembangkan nilai-nilai kerjasama dan fair-play kepada siswa di sekolah dasar.

c. Mengembangkan pengetahuan guru dalam memodifikasi permainan

2. Secara Praktis

a. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran bagi guru untuk lebih kreatif dan inovatif, selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi umpan balik bagi guru dalam menyusun bahan pembelajaran yang lebih meyenangkan dan diharapkan dapat bermanfaat untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional di sekolah dasar.

b. Bagi Siswa

Siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan pengetahuan pemahaman materi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani, serta diharapkan penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan motivasi untuk menyukai permainan tradisional.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui salah satu alternative pembelajaran mata pembelajaran pendidikan jasmani, yaitu dengan menggunakan modifikasi pembelajaran permainan tradisional, untuk mengetahui seberapa besar minat siswa dalam pembelajaran penjas setelah mengikuti pelaksanaan pembelajaran. d. Bagi Sekolah (SDN)

(17)

12

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Gambaran singkat mengenai seluruh sitematika penulisan skripsi sebagai berikut:

a. Bagian awal, berisi: judul skripsi, lembar pengesahan, lembar pernyataan keaslian skripsi dan bebas plagiarisme motto dan persembahan, ucapan terima kasih, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

b. Bagian isi skripsi, meliputi:

Bab 1 : Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan garis besar sistematika skripsi.

Bab 2 : Landasan Teori, berisi tentang teori mengenai pendidikan jasmani, nilai-nilai kerjasama dan fair play serta permainan tradisional.

Bab 3 : Metode dan Prosedur Penelitian, menjelaskan tentang jenis penelitian, rancangan penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, fokus penelitian, metode pengumpulan data, keabsahan data, dan analisis data.

Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Bab 5 : Penutup, yang berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi.

(18)

BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa melalui aktivitas permainan tradisional bebentengan dapat meningkatkan perilaku kerjasama dan fair play, di SDN 13 Sijuk, Kabupaten Belitung . Hasil pelaksanaan pembelajaran melalui aktivitas bermain permainan tradisional dapat dilihat melalui tingkat keberhasilan di setiap tindakan yang telah dilakukan pada setiap tahapan siklus yang mengalami peningkatan.

Secara umum permainan tradisional di sekolah dasar belum dapat dilaksanakan secara terencana dan terjadwal, mengingat permainan tradisional setiap daerah sangat minim dan walaupun ada, sulit untuk menyesuaikan dengan tingkat dan usia anak. Namun walau bagaimanapun penerapan permainan tradisional bebentengan telah mampu meningkatkan perilaku kerjasama dan fair

play, serta pengaruh positif terhadap siswa kelas V SDN 13 Sijuk, Kabupaten

Belitung.

Dari uraian serta hasil analisa data yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bahwa Implementasi Aktivitas Permainan Tradisional Bebentengan dapat meningkatkan perilaku kerjasama dan fair play siswa kelas V SDN 13 Sijuk, Kabupaten Belitung.

2. Bahwa dengan upaya guru memodifikasi permainan tradisional dengan menambahkan berbagai hal yang menyangkut dengan pendidikan sosial dapat meningkatkan perilaku kerjasama dan fair play, siswa kelas V SDN 13 Sijuk, Kabupaten Belitung.

(19)

144

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengemukakan implikasi sebagai berikut :

Pembelajaran permainan bebentengan, merupakan salah satu pembelajaran yang harus diajarkan disekolah-sekolah dan tentunya harus dapat diperhatikan pembelajaranya agar lebih variatif dan tidak mononton. Pembelajaran permainan bebentengan termaksud permainan tradisional yang harus dilestarikan. Permainan bebentengan yang dilaksanakan secara terprogram dan disusun terperinci yaitu dengan tahapan-tahapan pembelajaran yang variatif setiap pertemuanya yang dapat meningkatkan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam permainan tersebut akan memberikan dampak positif pada perilaku siswa sendiri. Pentingnya nilai-nilai sosial bagi siswa, ini dirasa bisa membekali mereka saat berada dalam lingkungan luar, intinya dengan permainan bisa membuat dan merubah perilaku anak yang akan di terapkan dalam kehidupannya.

C. Rekomendasi

Penelitian ini memiliki beberapa rekomendasi bagi guru, peneliti dan sekolah. Adapun rekomendasi dalam penelitian ini adalah bagi :

1. Guru

Dalam pembelajaran sosial emosional, khususnya untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan fair play guru dapat menerapkan aktivitas bermain permainan tradisional.

2. Sekolah

(20)

kegiatan pembelajaran yang bersifat klasikal dan memberikannya sesuai porsi.

3. Peneliti Selanjutnya

(21)

146

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar dan Darajat. (2013). Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung: UPI.

Abduljabar, B.(2011). Pedagogi Olahraga: Seri Konsep dan Pendekatan Pengajaran. Bandung: UPI.

Ariani, C. dkk.(1997). Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat Daerah

Istimewa Yogyakarta. DIY: Depdikbud.

Arikunto, S.(2013).Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmani J.M dkk (2011). Tuntunan lengkap metodologi praktis Penelitian

Pendidikan. Wonosari, baturetno.Yogjakarta: DIVA Press (anggota IKAPI)

Ayana.(2013).Denah permainan bebentengan[Online]. Tersedia http;//Indonesian traditionalgames.wordpress.com. Diakses pada 26 Mei 2015 Pukul 13.20 WIB

Bandura, A., (1989). Human Agency In Social Cognitive Theory. American Psychologist 44(9):1175.

---. (1991). Social Cognitive Theory Of Self-Regulation* 1. Organizational Behavior and Human Decision Processes 50(2):248-287.

---. (2001). Social Cognitive Theory: An Agentic Perspective. Annual Review Of Psychology 52(1):1-26.

Davis.(2006).Indikator Kerjasama. [Online]. Tersedia Dewi,http;//indikator,kerjasama .com Diakses pada 11 Mei 2015 Pukul 09.20 WIB

Dharmamulya, S. dkk.(2005). Permainan Tradisional Jawa. Purwanggan: KEPEL PRESS.

Dharmamulya, S. dkk.(1992). Transformasi Nilai Melalui Permainan Rakyat Daerah

Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Depdikbud.

Friedman, Howard S., and Miriam W. Schustack. 2008. Kepribadian: Teori Klasik

dan Riset Modern. Terjemahan Ikarinim Fansiska Dian, dkk. 2006. Personality: Classic Theories and Modern Research. Jakarta: Erlangga.

(22)

Bekerjasama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kusmaedi & Husdarta (2004) Pertumbuhan dan Perkembangan Sepanjang Rentan

Kehidupan. Bandung UPI.FPOK

Kusnadi, H.(2009). Pengertian Kerjasama.[Online]. Tersedia dihttp;//idshoovng.com 1943506-pengertian-kerja-sama.Diaksespada 12 Mei 2015 Pukul 14.20 WIB

Kun Maryati dan Juju Suryawati, (2009), Sosiologi, Jakarta : Erlangga.

Linda, N.Eyre, Richard. (1995). Teaching Your Children Values. New York: Simons and Chuster.

Lutan, R.(2001). Olahraga dan Etika Fair Play. Jakarta: Depdiknas.

Mahendra, Agus.(2009).Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani.Bandung

Megawangi (2006) Pendidikan karakter. Jakarta. Yayasan Obor

Mayke. S. Tedjasaputra. (2001). Bermain Dan Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grasindo.

Panen, Paulina, dkk. (2005). Belajar dan Pembelajaran 1. Jakarta: UniversitasTerbuka.

Padmuji (1985) Kumpulan teori kerjasama http:// al-bantany -112./ kumpulan-teori-kerjasama. html. Diakses pada 17 Mei 2015 Pukul 10.50 WIB

http://indosdm.com/kamus-kompetensi-kerjasama-team-work.html. Diakses pada 17 Mei 2015 Pukul 10.30 WIB. Diakses pada 17 Mei 2015 Pukul 11.50 WIB

Rahayu, E. T. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung :Alfabeta.

Risna.(2013).Permainan tradisional [Online]. http: //inspiring- aya. blogspot.com/2013/05/5-permainan-tradisional-yang-nyaris.html. Diakses pada 28 Mei 2015 Pukul 15.30 WIB

Sanjaya, H. W.(2009).Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Santosa, Selamet. (2004). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara

(23)

148

Siagawati, dkk. (2006). Mengungkapkan Nilai-nilai dalam Permainan Tradisional

Gobak Sodor. Skripsi(tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi.

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Slavin, Robert E. (2008). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Terjemahan

Samosir, Marianto. (2006). Educational Psycology: Theory and Practice. Jakarta: PT Indeks.

Soekanto, Soejono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sopiah. (2008). Perilaku Organisasional. Yogyakarta: ANDI.

Soeparwoto, dkk. (2007). Psikologi Perkembangan.Semarang: UPT MKK UNNES

Sugiyono (2010).Metoda Penelitian Pendidikan. Bandung :Alfabeta.

Sukintaka, (1992), Teori Bermain. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyo. (2005). Komunikasi Antar Pribadi. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep dan

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Tillman, Diane & Hsu, Dianna. 2004. Living values for children ages 3 – 7. Grasindo.

Jakarta

Uhamisastra (2010) permainan tradisional.UPI BANDUNG

Referensi

Dokumen terkait

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANT. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

[r]

Mata pelajaran gambar konstruksi beton adalah salah satu mata pelajaran yang dapat menggunakan media berbasis animasi untuk menunjang proses pembelajaran karena

Peneliti juga akan meneliti bagaiman respon mahasiswa yang menjadi informan ini ketika mendapatkan kritikan atau pujian dari follower Instagram mereka terhadap foto yang

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia

Tugas kader pada saat hari buka saja (5 meja). Merencanakan kegiatan, melakukan komunikasi, menggerakkan masyarakat, memberikan pelayanan, melakukan pencatatan, melakukan

Persepsi Siswa Terhadap Prosedur Pembelajaran Yang Digunakan Guru PAI Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Mereka Pada Bidang Studi PAI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pengaruh Implementasi Electronic Procurement (E- Proc) Dalam Pengadaan Barang/ Jasa Terhadap Perwujudan Good Governance Di Balai Besar Wilayah Sungai