• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Pasca Sertifikasi Kompetensi Sosial Guru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi Pasca Sertifikasi Kompetensi Sosial Guru"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FASILITASI TEACHING CLINIC PASCA

SERTIFIKASI GURU

S U B D I N A S P T K N K

DINAS P DAN K PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN 2010

FASILITASI GURU SMA DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN

KOMPETENSI SOSIAL GURU PASCA SERTIFIKASI

1

Oleh Mudiyono

2

PGSD FKIP UKSW Salatiga

A.

Pendahuluan

Sebagaimana kita ketahui bahwa pemerintah Indonesia akhir-akhir ini berusaha keras untuk meningkatkan citra dan martabat guru sebagai jabatan profesional di masyarakat. Salah satu bentuk nyatanya adalah diadakannya program sertifikasi guru. Pada hakikatnya, tujuan utama guru mengikuti program sertifikasi untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi guru, bukan semata-mata untuk mendapatkan tunjangan profesi. Jadi tunjangan profesi harus kita maknai sebagai konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dituntut berdasarkan acuan standar profesionalitas kompetensi guru.

Itu berarti bahwa setelah lolos program sertifikasi pendidik, pada satu sisi, seorang guru sah menyandang sertifikat pendidik, yang berarti secara yuridis formal memiliki kompetensi guru untuk melaksanakan tugas profesional pendidik. Pada sisi lain, guru bersertifikat pendidik itu harus mampu menunjukkan kiprah nyata seorang pejabat profesional dan membuktikan produktivitas hasil kinerjanya. Untuk memper-siapkan hal yang terakhir itulah diperlukan peran dan kiprah kepala sekolah untuk mengembangkan kompetensi guru, khususnya kompetensi sosial guru. Tulisan ini dibuat guna memberi bekal kepala sekolah dalam rangka menyusun rencana tindak guna mengembangkan kompetensi guru, khususnya untuk kompetensi sosial guru.

B.

Mengenali Konsep Dasar Kompetensi Guru

Pengertian sederhana yang mendasar dari kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan (Syah, 2000:229). Kemampuan atau kecakapan yang dimaksudkan dalam kompentensi itu menunjuk pada suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kemampuan atau kecakapan kualitatif maupun yang kuantitatif (Usman, 1994:1). Lebih rinci McAhsan (1981:45) mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, kecakapan atau

1 Disampaikan pada Forum Fasilitasi Teaching Clinic Pasca Sertifikasi Guru Propinsi Jawa

Tengah tgl 14-16 Agustus 2010

(2)

keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dicapai seseorang, yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia mampu mengkinerjakan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor (konatif) tertentu secara memuaskan.

Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak pada sebuah tugas/pekerjaan. Kompetensi juga merujuk pada kecakapan seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung-jawab yang diamanatkan kepadanya dengan hasil baik dan piawi/mumpuni (Margono, 2003). Dengan demikian kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk unjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata.

Kompetensi dapat dipilah menjadi tiga aspek. Ketiga aspek yang dimaksud adalah: (1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang menjadi penciri karakteristik seseorang dalam menjalankan tugas, (2) penciri karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertama itu tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya, dan (3) hasil unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standard kualitas tertentu.

Aspek pertama sebuah kompetensi menunjuk pada kompetensi sebagai gambaran substansi materi ideal yang seharusnya dikuasai atau dipersyaratkan untuk dikuasai oleh seseorang dalam menjalanakan pekerjaan tertentu. Substansi materi ideal yang dimaksud meliputi: kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan-harapan penciri karakter dalam menjalankan tugas. Dengan demikian seseorang dapat dipersiapkan atau belajar untuk menguasai kompetensi tertentu sebagai bekal ia bekerja, misalnya kompetensi: guru, dokter, pengacara, arsitek. Substansi apa yang dipersiapkan atau apa yang diajarkan adalah materi-materi yang relevan dengan gambaran skopa tugas dan tanggung-jawabnya dalam pekerjaan tertentu itu.

Aspek kedua merujuk pada kompetensi sebagai gambaran unjuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara mumpuni. Seorang dapat berhasil menguasai secara teoritik seluruh aspek material kompetensi yang diajarkannya dan dipersyaratkan, namun begitu jika praktek sebagai tindakan nyata saat menjalankan tugas atau pekerjaan tidak sesuai dengan standard kualitas yang dipersyaratkannya maka ia tidak dapat dikatakan sebagai orang yang berkompeten, tidak mumpuni atau tidak piawi.

Aspek ketiga merujuk pada kompetensi sebagai hasil (output dan atau outcome) dari unjuk kerja berpiawian. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan, berlaku serta mahir dalam menjalankan suatu tugas untuk menghasikan tindakan kerja yang efektif dan efisien. Hasil tindakan yang efektif dan efisien merupakan produk dari kompetensi seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Keefektifan itu utamanya dinilai dari pihak di luar dirinya. Sehingga ditinjau dari unjuk hasil kinerjanya, pihak lain dapat menilai seseorang apakah dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya apakah berkompeten, efektif dan terkesan profesional atau tidak.

(3)

Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru menunjuk pada aspek kualitas guru dalam menjalankan fungsi profesionalnya mengajar dan mendidik (Majid, 2005:6). Kompetensi guru tersebut terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan profesional pada saat menjalankan fungsi utama profesinya sebagai guru. Seperangkat kemampuan yang harus dimiliki guru tersebut harus searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah (kurikulum), tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Itu berarti bahwa kompetensi guru merupakan kesesuaian antara kemampuan, kecakapan dan kepribadian guru dengan perilaku dan tindakan atau kemampuan yang mumpuni dalam melaksanakan seluruh tugas berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang menjadi tanggung-jawab fungsi profesionalnya sebagai guru.

Kompetensi guru, berdasarkan rumusan dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1), meliputi empat dimensi kompetensi. Keempat macam dimensi kompetensi guru yang dimaksud adalah: (a) komptensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi sosial, dan (d) kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam konteks tulisan ini hanya dibicarakan satu macam dimensi kompetensi guru yaitu: kompetensi sosial guru.

C.

Mengenali Kompetensi Sosial Guru

Guru adalah makhluk sosial, dalam kehidupan profesionalnya tidak dapat terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadahi, terutama terkait dengan pendidikan di luar sekolah yaitu pendidikan yang berlangsung di masyarakat.

Menurut Gozali (Mulyasa, 2007:174) profesi guru menempati posisi tertinggi dan termulia di masyarakat. Posisi itu terkait dengan dua misi yang diemban guru sekaligus yaitu misi keagamaan dan misi sosial politik. Misi keagamaan guru yaitu misi guru melakukan kebaikan dengan cara menyampaikan ilmu pengetahuan kepada manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi, terutama memberi penjernihan hati peserta didik. Guru bekerja menyempurnakan, membersihkan, menyucikan dan membawa hati itu mendekat ke kemahakuasaan Tuhan. Sedangkan misi sosiopolitik guru yaitu misi guru dalam membangun, memimpin dan menjadi teladan dalam menegakkan keadilan, keteraturan, kerukunan dan menjamin keberlangsungan masyarakat.

Kompetensi sosial guru memegang peranan penting. Nilai penting dari kompetensi sosial guru, pada satu sisi, terletak pada peran pribadi guru yang hidup ditengah masyarakat untuk berbaur dengan masyarakatnya. Untuk itu guru perlu memiliki kemampuan berbaur secara santun dan luwes dengan masyarakat, antara lain melalui kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki oleh guru agar ia dapat bergaul secara luas, leluasa, dan tidak canggung dalam bergaul.

(4)

pendapat/kritikannya itu untuk mengubah atau memperbaiki penampilannya yang kurang tepat.

Menurut Mulyasa (2007: 176) ada tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif baik di sekolah maupun di masyarakat. Ketujuh kompetensi sosial yang dimaksud adalah:

1. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama 2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi

3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi 4. Memiliki pengetahuan tentang estetika

5. Memiliki pengetahuan tentang apresiasi dan kesadaran sosial 6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan 7. Setia terhadap harkat dan martabat kemanusiaan.

Ketujuh kompetensi sosial ini penting untuk dimiliki guru, agar guru dapat melaksanakan dua fungsi sekolah dalam hubungannya dengan masyarakat. Kedua fungsi sekolah itu adalah: (a) fungsi pelestarian dan pewarisan nilai-nilai kemasyarakatan dan (b) fungsi agen perubahan. Sekolah berfungsi untuk menjaga kelestarian nilai-nilai kemasyarakatan yang positif agar pewarisan nilai-nilai kemasyarakatan itu berlangsung secara baik. Di samping itu, sekolah berfungsi sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi menuju kemajuan dan tuntutan kehidupan dan pembangunan bangsa.

Menurut penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Rumusan dalam PP itu diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dinyatakan bahwa kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat, yang memiliki kompetensi inti untuk:

1.

Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

2.

Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

3.

Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

4.

Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Ad 1. Kompetensi sosial pertama: bersikap inklusif, bertindak objektif,

serta tidak diskriminatif

(5)

a. Subkompetensi kemampuan guru untuk bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: (1) kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran, (2) kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap teman sejawat dalam melaksanakan pembelajaran, (3) kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran, (4) kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran, (5) kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap teman sejawat dalam melaksanakan pembelajaran, (6) kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.

(1) Indikator kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:

 Guru dalam melaksanakan pembelajaran menunjukkan

sikap terbuka untuk menerima semua peserta didik.

 Guru selama melaksanakan pembelajaran

mengembangkan sikap komunikasi dialogis terhadap peserta didik.

(2) Indikator kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap teman sejawat dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:

 Guru bersikap terbuka terhadap teman sejawat demi

pengembangan pembelajaran.

 Guru menyukai berbagi pengalaman dengan teman

sejawat terkait dengan pengembangan pembelajaran.

 Guru menerima kritik dan saran konstruktif untuk

pengembangan pembelajaran.

 Guru menmgembangkan komunikasi dialogis dengan

teman sejawat

(3) Indikator kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:

 Guru peduli terhadap lingkungan sekitar

 Guru memanfaatkan lingkungan sekitar untuk sumber

pembelajaran

(4) Indikator kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:

 Guru menunjukkan sikap objektif terhadap setiap dan

seluruh peserta didik

(5) Indikator kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap teman sejawat dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:

 Guru menunjukkan sikap objektif terhadap setiap dan

seluruh teman sejawat

(6) Indikator kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:

 Guru menunjukkan sikap objektif terhadap setiap dan

seluruh lingkungan sekitar

(6)

dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi. Subkompetensi ini memiliki empat indikator esensial yaitu:

(1) Indikator kemampuan guru untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi dijabarkan dalam diskriptor:

 Guru menunjukkan sikap mengasihi setiap peserta didik  Guru menunjukkan sikap adil terhadap semua peserta

didik

(2) Indikator kemampuan guru untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap teman sejawat karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi dijabarkan dalam diskriptor:

 Guru menunjukkan sikap mengasihi setiap teman

sejawat

 Guru menunjukkan sikap adil terhadap semua teman

sejawat

(3) Indikator kemampuan guru untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap orang tua peserta didik karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi dijabarkan dalam diskriptor:

 Guru menunjukkan sikap mengasihi setiap orang tua

peserta didik

 Guru menunjukkan sikap adil terhadap semua orang tua

peserta didik

(4) Indikator kemampuan guru untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi dijabarkan dalam diskriptor:

 Guru menunjukkan sikap peduli terhadap lingkungan

sekolah

 Guru menunjukkan sikap akomodatif terhadap

lingkungan sekolah

 Guru menunjukkan sikap bekerjasama dengan

lingkungan sekolah

Ad 2. Kompetensi sosial kedua: berkomunikasi dan bergaul secara efektif

Kompetensi sosial dalam bentuk kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut.

a. Subkompetensi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik ini memiliki indikator esensial: (a) berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, dan (b) bergaul secara efektif dengan peserta didik (1) Indikator berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik dijabarkan

dalam diskriptor:

 menunjukkan sikap terbuka dalam berkomunikasi dengan

peserta didik

(7)

 berkomunikasi secara objektif berdasarkan data dan

fakta

(2) Indikator bergaul secara efektif dengan peserta didik dijabarkan dalam diskriptor:

 menunjukkan perilaku supel dan simpatik dalam bergaul

dengan peserta didik

 bertindak empatik terhadap peserta didik

 memiliki kepekaan intrapersonal terhadap peserta didik

b. Subkompetensi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik ini memiliki indikator esensial: (a) berkomunikasi secara efektif dengan sesama pendidik, dan (b) bergaul secara efektif dengan sesama pendidik

(1) Indikator berkomunikasi secara efektif dengan sesama pendidik dijabarkan dalam diskriptor:

 menunjukkan sikap terbuka dalam berkomunikasi dengan

sesama pendidik

 berkomunikasi secara santun terhadap sesama pendidik  berkomunikasi secara objektif berdasarkan data dan

fakta

(2) Indikator bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dijabarkan dalam diskriptor:

 menunjukkan perilaku setia kawan, supel dan simpatik

terhadap korp pendidik

 membentuk tim kerja yang fungsional

 bertindak empatik terhadap sesama pendidik

 memiliki kepekaan intrapersonal terhadap sesama

pendidik

c. Subkompetensi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan tenaga kependidikan ini memiliki indikator esensial: (a) berkomunikasi secara efektif dengan tenaga kependidikan, dan (b) bergaul secara efektif dengan tenaga kependidikan

(1) Indikator berkomunikasi secara efektif dengan tenaga kependidikan dijabarkan dalam diskriptor:

 menunjukkan sikap terbuka dalam berkomunikasi dengan

tenaga kependidikan

 berkomunikasi secara santun terhadap tenaga

kependidikan

 berkomunikasi secara objektif berdasarkan data dan

fakta

(2) Indikator bergaul secara efektif dengan tenaga kependidikan dijabarkan dalam diskriptor:

 membina hubungan baik, supel dan simpatik dengan

tenaga kependidikan

 bertindak empatik terhadap tenaga kependidikan

 memiliki kepekaan intrapersonal terhadap tenaga

(8)

d. Subkompetensi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik ini memiliki indikator esensial: (a) berkomunikasi secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik, dan (b) bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik

(1) Indikator berkomunikasi secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dijabarkan dalam diskriptor:

 menjalin komunikasi dialogis dengan orangtua/wali

peserta didik

 menerima kritik dan saran konstruktif dari orangtua/wali

peserta didik

 mengkomunikasikan secara objektif berdasarkan data

dan fakta tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik yang bersangkutan

(2) Indikator bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dijabarkan dalam diskriptor:

 membina hubungan baik, supel dan simpatik dengan

orangtua/wali peserta didik

 bertindak empatik terhadap orangtua/wali peserta didik  memiliki kepekaan intrapersonal terhadap orangtua/wali

peserta didik

e. Subkompetensi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan masyarakat sekitar ini memiliki indikator esensial: (a) berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat sekitar, dan (b) bergaul secara efektif dengan masyarakat sekitar

(1) Indikator berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat sekitar dijabarkan dalam diskriptor:

 menjalin komunikasi dialogis dengan tokoh masyarakat

dan masyarakat sekitar

 menerima kritik dan saran konstruktif dari masyarakat

sekitar

 berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan

profesi lain secara objektif berdasarkan data dan fakta dalam rangka meningkatkan profesionalitas

(2) Indikator bergaul secara efektif dengan masyarakat sekitar dijabarkan dalam diskriptor:

 membina hubungan baik, supel dan simpatik dengan

masyarakat sekitar

 bertindak adaptif terhadap masyarakat dan budaya

sekitar

 menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan

komunitas profesi sendiri dan profesi lain

 memiliki kepekaan sosial dalam kehidupan

bermasyarakat

Ad 3. Kompetensi sosial ketiga: beradaptasi di tempat bertugas

(9)

sosial budaya ini dapat diurai dengan indikator esensial dan diskriptor sebagai berikut ini.

a. Kompetensi sosial guru dalam bentuk kemampuan guru untuk beradaptasi di tempat bertugas merupakan indikator esensial dengan diskriptor:

 Guru dapat bekerja secara optimal di tempat tugas.  Guru kerasan bekerja di tempat tugas.

 Guru menunjukkan kesehatan kerja (kewarasan) di

tempat tugas.

b. Kompetensi sosial guru dalam bentuk kemampuan guru untuk beradaptasi di tempat bertugas dijabarkan dalam indikator esensial kemampuan guru untuk beradaptasi dengan keragaman sosial budaya di tempat bertugas dengan diskriptor:

 Guru dapat menyesuaikan diri keragaman sosial budaya

di tempat bertugas.

 Guru menunjukkan sikap menghargai keragaman sosial

budaya di tempat bertugas.

 Guru menunjukkan sikap arif terhadap keragaman sosial

budaya di tempat bertugas.

Ad 4. Kompetensi sosial keempat: berkomunikasi dengan komunitas

profesi

Kompetensi sosial dalam bentuk kemampuan pendidik untuk berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain ini dapat diurai menjadi dua subkompetensi. Kedua subkompetensi sosial yang dimaksud adalah subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut ini.

a. Subkompetensi kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Subkompetensi ini ini mempunyai indikator esensial kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri baik secara lisan, tulisan maupun bentuk lain dengan diskriptor:

 Guru berperan aktif dalam asosiasi profesi guru/pendidik.  Guru berperan baik pasif (sebagai peserta) maupun aktif

(sebagai pembicara) dalam seminar pengembangan profesi.

 Guru berperan aktif dalam rangka pengembangan

loyalitas korp profesi guru/pendidik.

b. Subkompetensi kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan komunitas profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Subkompetensi ini ini mempunyai indikator esensial kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan komunitas profesi lain baik secara lisan, tulisan maupun bentuk lain dengan diskriptor:

 Guru menunjukkan peran aktif dalam bekerjasama

dengan profesi lainnya.

 Guru berkomunikasi dengan profesi lain guna

(10)

D.

Cara-cara Mengembangkan Kompetensi

Pengembangan kompetensi sosial guru

dapat

dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain:

1. Pendidikan dan latihan pengembangan kompetensi baik dilakukan secara reguler seperti mengikuti program pendidikan profesi guru maupun insidental seperti pelatihan sosial, pelatihan kearifan budaya, pelatihan kepekaan sosial.

2. Pengalaman mengembangkan kompetensi, dalam arti guru terlibat aktif untuk mengembangkan kompetensi dalam bentuk pelaksanaan program aksi pengembangan kompetensi sosial.

3. Berbagi pengalaman dari kolega atau para profesional atau pekerja sosial yang telah berhasil menerapkan teknik-teknik pengembangan kompetensi sosial ataupun berhasil mengembangkan bidang kompetensi sosial, baik dalam bentuk berbagi pengalaman good and best practice penerapan pengembangan kompetensi sosial maupun berbagi pengalaman merefleksi aktivitas pengembangan kompetensi sosial.

Adapun cara-cara untuk mengembangkan kompetensi sosial guru dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan:

1. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi atau subkompetensi sosial guru. Identifikasi kebutuhan itu pada satu sisi harus penat dibutuhkan oleh guru, dan pada sisi lain mengidentifikasi kebutuhan masyarakat. Hasil dari keduanya kita gunakan untuk merancang program kerjasama antar guru dalam sekolah, antar guru dalam satu rayon tertentu, maupun antara sekolah dengan pihak masyarakat atau orangtua siswa yang relevan dengan kebutuhan nyata para guru dan masyarakat pendukungnya, termasuk masyarakat profesi guru/pendidik.

2. Melakukan kegiatan kerjasama antar guru dalam sekolah, antar guru dalam satu rayon tertentu, maupun antara sekolah dengan pihak masyarakat atau orangtua siswa secara terprogram dalam rangka mengembangkan sekolah pada umumnya dan pengembangan kompetensi sosial guru pada khususnya dengan menitik-beratkan pada subkompetensi sosial guru yang relevan dengan kebutuhan guru yang bersangkutan maupun kebutuhan masyarakat sekitar.

3. Implementasi pengembangan kompetensi sosial guru dilakukan dengan pendampingan konsultan atau bantuan teknis dari pakar, sehingga pengembangan kompetensi sosial guru benar-benar terlaksana sebagaimana mestinya, dan selama implementasi perlu diadakan supervisi baik dari kepala sekolah maupun pengawas sekolah.

4. Segera setelah kegiatan pelaksanaan pengembangan kompetensi sosial selesai perlu dilakukan refleksi secara kolaboratif bersama guru dan masyarakat untuk menganalisis keberhasilan dan/atau ketidakberhasilan pelaksanaan pengembang-an tersebut, dpengembang-an segera dibuat laporpengembang-an hasil pengembpengembang-angpengembang-an kompetensi sosial guru dalam bentuk buku atau artikel ilmiah atau makalah laporan best and good practice pengembangan kompetensi sosial guru.

(11)

E.

Catatan Penutup

Keberhasilan kegiatan pengembangan kompetensi kepribadian dan sosial guru ini, pada satu sisi, hanya akan nyata fungsional bila benar-benar melekat dengan kebutuhan pengembangan pribadi setiap guru. Pada sisi lain, kalau program ini melekat dengan kepentingan pengembangan profesional guru maka diyakini secara programatik akan berdampak positif pada pengembangan sekolah pada umumnya dan peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan sosial guru pada khususnya.

SUMBER

Dewi. 2003. Analisis Kebijakan Pendidikan dalam Jabatan (Inservice Training) untuk Pengembangan Kinerja Guru Wanita di Sekolah Dasar. http://www. Pustekkom.go.id/ teknodik/t10/10-6.htm. (4/25/03)

Dikdasmen. 2001. Kebijakan Standarisasi Kompetensi Guru. http://www.dikdasmen. depdiknas.go.id/ html/tendik/tendik-kebijakan-STANDARISASSI%20KOMN PETENSI %20GURU.htm

Direktorat Profesi Pendidik, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru: Sertifikasi Guru.

Diwan. 2002. Improving Quality of Educational Research. New Delhi: Atlantic.

Margono. 2003. Profil kompetensi Guru dalam Mengajar di SMK (STM) Kristen Salatiga. Tesis. Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan UKSW Salatiga.

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586).

Pelangi Pendidikan. 2007, Sertifikasi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI no. 16 th 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496).

(12)

Kompetensi Sosial Guru

Berdasarkan tuntutan standar kompetensi sosial guru yang ideal,

tentukan penguasaan/kemampuan riel yang Bp/Ibu miliki dengan cara

memberi tanda centang (

V

) pada

T

jika tinggi,

S

sedang dan

R

rendah; Jujurlah pada diri sendiri, karena pengisian angket ini

bermanfaat untuk pengembangan profesi Bp/Ibu masing-masing!

Pengisian angket ini tidak mempengaruhi kondite maupun kelulusan

Sertifikasi Bp/Ibu.

Kompetensi Guru T S R

16.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.

16.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi. 17.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas

ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.

17.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik. 17.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan

masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

18.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat.

18.2 Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.

19.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

(13)

FASILITASI TEACHING CLINIC PASCA

SERTIFIKASI GURU

S U B D I N A S P T K N K

DINAS P DAN K PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN 2009

Nama

: ...

...

Unit

Kerja

: ...

...

Alamat

: ...

...

RENCANA TINDAKAN GURU SMA DALAM RANGKA

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SOSIAL PASCA SERTIFIKASI

GURU

I. Rasional / Latar Belakang

(Uraikan secara singkat hasil analisis & diagnosis dari pengisian angket dan apa keprihatinan saudara demi profesionalisme saudara di masa yang akan datang).

II. A. Tujuan / Kompetensi yang akan dikuasai

(sebutkan apa tujuan yang akan dicapai yaitu yang menunjang penguasaan kompetensi sesuai no. 1 diatas)

1B.

Indikator Keberhasilan

III. Strategi / Rencana Kegiatan

Sebutkan langkah-langkah strategi yang akan Saudara lakukan beserta kegiatan operasional / rinci, minimal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukan, alat, bahan dan materi apa yang diperlukan, fihak siapa yang akan dilibatkan dan alokasi waktu: Kebijakan, Prosedur, Personil dan organisasinya?.

(14)

11. Proses

12. Hasil

Referensi

Dokumen terkait

Kayu ( Manihot Esculenta Crantz) berbasis konservasi di Desa Cipasang, Kecamatan Cibugel, K abupaten Sumedang” ini berserta seluruh isinya benar- benar karya saya

(2002) stated that financial report conservatism may decrease opportunistic behavior regarding the dividend policy between shareholders and creditors, particularly

RINGKASAN POLA DISTRIBUSI Enterobacteriaceae PENGHASIL ESBL EXTENDED SPECTRUM β-LACTAMASE PADA BAKTERI FLORA USUS SAPI PERAH DAN PENDUDUK SEKITARNYA DI AREA RURAL DI KABUPATEN

Pada tahap ini dilakukan perancangan sistem yang diusulkan mengenai system pendukung keputusan Penyedia Jasa Angkutan Barang PT.. Dalam melakukan design penulis

Dari analisis tersebut diharapkan kinerja simpang tak bersinyal di simpang Klayatan Gang 3 yang berdasarkan ukuran- ukuran kinerja, kita bisa menemukan solusi agar

Dalam kaitan dengan tingkat suasana yang dihadirkannya, bangunan dramatik dari setiap teater dapat dilihat dalam dua aspek, pertama dari ruang suasana (sphere) berupa melodrama

1) Sejauhmanakah pihak KWSP merealisasikan kehendak akta dan peraturan- peraturan yang digubal dalam pentadbiran dan pengurusan bagi agihan caruman si mati yang tidak