• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menurut UU No 20 Tahun 2003, pendidikan. merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menurut UU No 20 Tahun 2003, pendidikan. merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menurut UU No 20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pada pendidikan kenyataan menunjukan bahwa pelajaran matematika salah satu pelajaran yang diberikan di semua sekolah baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Pelajaran matematika yang diberikan diseluruh jenjang pendidikan, memiliki peran penting dalam kehidupan karena berpengaruh dalam mengembangkan potensi seorang anak, agar memiliki sumber daya mamnusia yang berkualitas.

Matematika dalam perkembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga sebagai landasan ilmu yang penting dalam bidang tersebut. Namun pada kenyataannya di lapangan masih banyak siswa yang tidak menyukai matematika karena merasa matematika itu sulit. Hal tersebut tidak akan terjadi jika siswa memiliki kemampuan matematis yang baik. Kemampuan matematis yang baik akan memaksimalkan hasil belajar siswa dimana salah satu target penting dalam mencapai hasil belajar

(2)

2

tersebut yaitu dengan memaksimalkan pembelajaran pada kemampuan memecahkan masalah. Hal ini senada dengan Sumarno (1994) yang menyatakan kemapuan pemecahan masalah merupakan salah satu hasil belajar yang akan dicapai dalam pengajaran matematika ditingkat sekolah manapun (Kumala Sari, 2011, h, 221).

Tujuan pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah menurut Permendiknas No. 20 tahun 2006 (Depdiknas, 2006) adalah agar siswa mampu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algorisma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, penyelesaikan model, dan menafsirkan solulsi yang diperoleh; (4) Mengkonsumsikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(3)

3

Berdasarkan wawancara pada bulan Agustus tahun 2018 terhadap guru matematika khususnya pada siswa kelas VIII SMPN 1 Terbuka TKBM An-Nahdhiyin Kab. Tangerang menunjukan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah untuk materi pola bilangan dan salah satu masalah yang sering dirasakan sulit oleh siswa dalam pembelajaran matematika .

Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor berikut, kemampuan matematis siswa yang masih kurang, kurangnya pemahaman siswa dalam menentukan strategi penyelesaian, serta kesulitan dalam menganalisis soal. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah dalam materi pola bilangan yaitu siswa kesulitan memahami jenis-jenis pola bilangan, menentukan rumus untuk menjelaskan masalah, membedakan jenis soal semisal antara barisan dan deret antara aritmatika dan geometri, juga langkah-langkah perhitungan dalam menyelesaikan soal. Siswa juga kadang melakukan kesalahan dalam penulisan pangkat pada rumus geometri pada soal pola bilangan dalam bentuk gambar atau soal cerita, siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal karena belum memahami konsepnya

Adapun rendahnya kemampuan pemecahan masalah maatematis menurut Charles dan Laster dalam Safitri (2014) diantaranya (1) faktor pengalaman, baik lingkungan maupun personal seperti usia, isi pengetahuan (ilmu), pengetahuan tentang

(4)

4

strategi penyelesaian, pengetahuan tentang konteks masalah dan isi masalah; (2) faktor efektif, misalnya minat, motivasi, tekanan kecemasa, toleransi terhadap ambiguinitas, ketahanan dan kesabaran; (3) faktor kognitif, seperti kemampuan membaca, berwawasan, kemampuan menganalisis, keterampilan menghitung dan sebagainya.

Berdasarkan pemaparan di atas, pemecahan masalah matematika sangat penting dalam pembelajaran matematika khususnya pola bilangan, maka guru perlu menganalisis dana mengevaluasi hasil pembelajaran siswa tentang penguasaan keterampilan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal guru juga diharapkan dapat melatih siswa supaya berpikir lebih kritis dan mampu menemukan pola atau menguasai konsep dalam menyelesaikan masalah agar mendukung kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi lebih meningkat. Dari uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian tentang “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada Pola Bilangan”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti dapat membatasi dan memfokuskan pembahasan yang akan di angkat dalam peneliti ini sebagai berikut: Bagaimana menganalisis kemampuan pemecahan masalah matamatis pada materi pola bilangan.

(5)

5

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah proses mengerjakan soal matematika.

2. materi yang di teliti adalah materi pola bilangan siswa kelas VIII SMPN 1 Terbuka TKBN An-Nahdhiyin Kab. Tangerang?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian tersebut, rumusan dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi pola bilangan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi pola bilangan.

E. Manfaat Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat di ambil yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengetahuan dalam ilmu pendidikan, terutama materi pola bilangan.

(6)

6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa, dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pola bilangan dan kemampuan pemecahan masalah pada siswa sehingga mampu memberikan pembelajaran yang efektif dan berkualitas.

b. Bagi Guru, dengan mengetahui profil kemampuan siswanya dalam memecahkan masalah, guru menjadi tahu letak kesulitan siswa sehingga dapat mempersiapkan model pembelajaran yang baik dan efektif.

c. Bagi Siswa, dengan mengetahui profil kemampuan dalam memecahkan masalah, siswa dapat membuat atau mempertimbangkan strategi belajar yang tepat agar pada bagian-bagian yang dirasa kurang, dapat diperbaiki. Sehingga tidak ada masalah lagi ketika dihadapi dengan suatu masalah yang serupa.

(7)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis a. Pembelajaran Matematika

Hudojo (2011) mendefinisikan pembelajaran matematika berarti pembelajaran tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut (h.135)

Pembelajaran matematika Susanto (2016) mendefinisikan suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika (Marzuki, 2017, h. 13)

Suherman (1986) mendefinisikan bahwa dalam pembelajaran matematika para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (Abdullah, 2016, h. 55).

Kesimpulan dari para ahli pembelajaran matematika adalah bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan antar konsep dan

(8)

8

struktur yang di bangun oleh guru agar bisa mengembangkan kreativitas berpikir siswa dan siswa juga dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki atau yang tidak dimiliki sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir yang baik terhadap materi matematika.

b. Definisi Pemecahan Masalah Matematis

Pembelajaran matematika pada dasarnya seseorang tidak terlepas dari masalah karena berhasil atau tidaknya seseorang dalam matematika di tandai adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menurut Gordan (2012, h. 264) kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk merumuskan masalah dari situasi sehari-hari ke dalam model matematika, menerapkan strategi untuk imenyelesaikan berbagai masalah sejenis maupun yang baru, menjelaskan hasil yang diproleh sesuai dengan permasalahannya serta memeriksa kembali kebenaran jawaban (Rizkia, 2014, h. 17). Kemampuan pemecahan masalah matematika menurut Susanto (2013) “ Merupakan proses penerapan pengetahuan (knowledge) yang diproleh siswa sebelumnya kedalam situasi yang baru” (Rohila, 2014, h. 13) Kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Soejadi adalah suatu keterampilan pada diri peserta didik agar mampu menggunakan kegiatan matematika

(9)

9

untuk memecahkan masalah dalam ilmu dan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Fadillah, 2009, h. 1).

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan kemampuan pemecahan masalah matematis adalah proses penerapan pengetahuan siswa dengan keterampilan diri agar mampu merumuskan masalah, menerapkan strategi masalah matematis, serta menjelaskan hasil proses sesuai dengan permasalahannya.

c. Indikator Pemecahan Masalah Matematis

Pembelajaran matematika salah satu target penting dalam mencapai hasil belajar tersebut adalah dengan memaksimalkan pembelajaran pada kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah dalam suatu pembelajaran matematika merupakan satu indikator dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Berdasarkan prinsip-prinsip dan standar dari NCTM (2000) , dinyatakan bahwa ada empat indikator dari pemecahan masalah matematis yaitu: 1) Siswa membangun pengetahuan matematis baru melalui pemecahan masalah, 2) Siswa menyelesaikan masalah yang menyelesaikan masalah yang muncul dalam matematika dan dalam bidang lain, 3) Siswa menerapkan dan menyampaikan strategi yang cocok untuk memecahkan masalah, 4) Siswa mengamati dan mengembangkan proses pemecahan masalah matematis (Rahayu, 2014, h. 14).

(10)

10

Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Sumarno dalam Fauzan (2011) indikator pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut: a) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan dan kecukupan unsur yang diperlukan, b) Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika, c) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam atau luar matematika, d) Menjelaskan atau menginterpeksikan hasil permasalahan menggunakan matematika secara bermakna (Yarmayani, h. 15-16).

Indikator menurut Rizkia (2014) bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam; 1) Memahami masalah, yaitu mengetahui maksud dari soal/masalah tersebut dan dapat menyebutkan apa yang diketahui ditanyakan dari masalah. 2) Memilih strategi penyelesaian masalah yang akan digunakan dalam memecahkan masalah tersebut, misalnya apakah siswa dapat membuat sketsa/gambar/model, rumus atau algoritma yang digunakan untuk memecahkan masalah. 3) Menyelesaikan masalah dengan benar, lengkap sistematis, teliti. 4) Kemampuan menafsirkan solusi, yaitu menjawab apa yang ditanyakan, menarik kesimpulan, serta mengecek kembali hasil yang diproleh (h. 22).

Berdasarkan indikator di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kemampuan pemecahan masalah matematis adalah; 1) Memahami masalah 2) Menerapkan strategi penyelesaian yang sesuai dengan

(11)

11

masalah 3) Menyelesaikan masalah 4) Kemampuan menafsirkan solusi.

d. Materi Pola Bilangan

Barisan bisa memiliki pola bilangan tertentu dan umunya pola bilangan yang dikenal di antaranya;

1. Barisan Bilangaan Segitiga adalah barisan bilangan yang mnyembentuk pola segitiga. Barisan bilangan itu di antaranya; Pola : 1, 1 + 2, 1+ 2 +3, 1 + 2 + 3 + 4,… Barisan : 1, 3, 6, 10, …

Deret : 1 + 3 + 6 + 10 + … Suku ke-n : = n( n + 1 )

Jumlah Suku : = n (n + 1)(n + 2)

2. Barisan Bilangan Persegi adalah barisan yang membentuk pola persegi. Barisan bilangan itu di antaranya:

Pola : , , , ,… Barisan : 1, 4, 9, 16, 25, … Deret : 1 + 4 + 9+ 16 +…

Suku ke-n : =

Jumlah Suku : = n (n + 1) (2n + 1)

3. Barisan Bilangan Kubik adalah barisan bilangan yang dipangkatkan tiga. Barian bilangan iitu di antaranya:

Pola : , , ,… Barisan : 1, 8, 27, 64, …

(12)

12

Deret : 1 + 8 + 27 + 64 +…

Suku Ke-n : =

Jumlah Suku : = (n + 1

4. Barisan Bilangan Persegi Panjang adalah barisan bilangan yang membentuk pola persegi panjang. Barisan bilangan itu di antaranya: Pola : (1 x 2), (2 x 3), (3 x 4), (4 x 5),… Barisan : 2, 6, 12, 20, … Deret : 2 + 6 + 12 + +,… Suku Ke-n : = n(n + 1) Jumlah Suku : = n(n + 1)(n + 2)

5. Barisan Bilangan Genap adalah barisan bilangan yang habis di bagi 2. Barisan bilangan itu di antaranya:

Pola : (2 x 1), (2 x 2), (2 x 3), (2 x 4),… Barisan : 2, 4, 6, 8, …

Deret : 2 + 4 + 6 + 8 +,…

Suku Ke-n : = 2n

Jumlah Suku : = + n

6. Barisan Bilangan Ganjil adalah barisan yang dimulai dari 1, kemudian bilangan berikut di antaranya ditambah 2.

Pola : 2(1) -1, 2(2) -1, 2(3) -1, … Barisan : 1, 3, 5, 7, …

(13)

13

Suku Ke-n : = 2n – 1 Jumlah Suku : =

7. Barisan Fibonacci adalah yang suku-sukunya didapat dari menjumlahkan dua suku sebelumnya. Barisan bilanagan itu di antaranya:

Pola : 2(1) -1, 2(2) -1, 2(3) – 1, … Barisan : 1,, 1, 2, 3, 5, 8, 13, … deret : 1 + 1 + 2 + 3 + 5 + 8 +… Suku Barisan Ke-n : = + n

8. Barisan dan Deret Aritmatika

a. Barisan Aritmatika

1) Barisan Bilangan

Barisan bilangan adalah bilang-bilangan yang diurutkan menurut suatu aturan tertentu. Bentuk umum barisan dituliskan sebagai berikut.

, , , , …,

2) Barisan Aritmatika

Barisan aritmatika adalah barisan bilangan dengan selisih setiap suku dengan suku sebelumnya selalu sama. Selisih dua suku berurutan disebut beda (b). Bentuk umum suku ke-n barisan aritmatika dituliskan sebagai berikut.

(14)

14

= a + (n-1)b

dengan : : suku ke-n a : suku pertama b : beda

n : suku banyak

b. Deret bilangan

1) Deret Bilangan

Deret adalah penjumlahan dari suku-suku yang berurutan suatu barisan.

Bentuk umum deret dituliskan sebagai berikut. + + + + … + =

2) Deret Aritmatika

Deret aritmatika adalah penjumlahan dari sukku-suku suatu barisan aritmatika. Bentuk umum jumlah n suku pertama seret aritmatika dituliskan sebagai berikut.

= [2a + (n-1) b] atau = (a + )

dengan: : jumlah n suku pertama

n : banyak suku

a : suku pertama

b : beda

: suku ke-n

(15)

15

(1) Rumus suku tengah untuk n ganjil, berikut. = (a + ) atau =

(2) Rumus suku ke-n = -

dengan : : suku tengah a : suku pertama

: suku ke-n

: jumlah n suku pertama : jumlah (n-1) suku pertama

c. Barisan Geometri

Barisan geometri adalah barisan bilangan dengan perbandingan setiap suku dengan suku sebelumnya selalu sama. Perbandingan setiap dua suku berurutan tersebut disebut rasio (r). Bentuk umum suku ke-n barisan geometri dituliskan sebagi berikut.

=

dengan : : suku ke-n a : suku pertama r : rasio

(16)

16 d. Deret Geometri

Deret geometri adalah penjumlahan dari suku-suku suatu barisabn geometri. Bentuk umum jumlah n suku pertama deret geometri dituliskan sebagai berikut.

=

atau =

dengan: : jumlah n suku pertama a : suku pertama

r : rasio

n : banyak suku

e. Deret Geometri Tak Hingga

Deret geometri tak hingga terdiri atas dua jenis. 1) Deret geometri konvogen (memusat)

Jika -1 < r < 1 maka =

2) Deret geometri divergen (memencar) Jika r < -1 atau r > 1 maka = ±

f. Rumus Suku Tengah ( ) dan Suku ke-n ( )

1) Rumus suku tengah Untuk n ganjil, berlaku:

=

2) Rumus suku ke-n

= -

dengan : : suku tengah

(17)

17

: suku ke-n

: jumlah n suku pertama : jumlah (n-1) suku pertama

B. Penelitian Relavan

1. Dewi Puspita Sari (2013) dalam skripsi Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Materi Bangun Datar yang berkaitan dengan Teorema Pytagoras di SMP Negri 10 Langsa, mendapati bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negri 10 Langsa pada materi bangun datar yang berkaitan dengan teorema pytagoras tergolong cukup baik, hal ini didasarkan pada kategori kurva normal sesuai nilai rata-rata dan simpangan baku dimana nilai rata-rata tes siswa kelas VIII memecahkan masalah bangun datar yang berkaitan dengan teorema Phytagoras di SMP Negri 10 Langsa adalah pada tahap pembuatan rumus atau gambar. Presentasenya adalah; 9,35% rata-rata siswa salah menentukan segitiga, dan 12,25% rata-rata siswa salah menurunkan rumus, dan jika ditotalkan diperoleh hasil bahwa 21,61 rata-rata siswa kelas VIII SMP Negri Langsa rata-rata salah dalam membuat rumus atau gambar dari tes kemampuan pemecahan masalah matematis materi bangun datar yang berkaitan dengan teorema Phytagoras.

(18)

18

Untuk penelitian yang peneliti lakukan mempunyai persamaan dengan penelitian yang diatas adalah: Merupakan penelitian deskriptif kualitatif, Menganalisis kesalahan pada materi pola bilangan.

Untuk penelitian ini, memiliki persamaan dengan peneliti pada pendekatan dan jenis metode penelitian yaitu deskriptif kualitatif, serta memiliki persamaan dalam materi analisis kemampuan pemecahan masalah matematis spldv. Perbedaan antara penelitan yang peneliti lakukan terletak pada subyek penelitian, dan penelitian di atas meneliti semua jenis kesalahan pada analisis kemampuan pemecahan masalah matematis faktorisasi aljabar, sedangkan peneliti hanya melakukan peneliatian pada kesalahan konsep dalam materi pola bilangan.

2. Sepriana Liliana (2017) terdapat 8 profil kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan masalah pada soal cerita menyangkut materi segiempat yaitu: a) Mampu menuliskan apa yang diketahui dan dinyaatakan dengan tepat, melakukan langka penyelesaian dengan tepat, jawaban benar serta menarik kesimpulan. b) Mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan tepat, melakukan langka penyelesaian dengan tepat hanya saja terjadi kesalahan perhitungan, jawaban salah, menarik kesimpulan. c) Mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan tpat, namun langka penyelesaian kurang

(19)

19

tepat, dan jawaban salah. d) Mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan tepat, namun tidak melakukan langka penyelesaian. e) Menuliskan data soal tetapi lengkap, namun langka penyelesaian tepat, jawaban benar dan menarik kesimpulan. f) Menuliskan informasi tidak sesuai dengan soal, melakukan langka penyelesaian tetapi kurang sempurna, jawaban kebetulan benar, menarik kesimpulan. g) Tidak menuliskan data soal/menuliskan tetapi tidak sesuai dengan data soal tetapi tidak sesuai/menuliskan data soal tetapi tidak lengkap, melakukan langka penyelesaian yang kurang tepat, jawaban salah. h) Tidak menuliskan data soal/ menuliskan data soal tetap tidak lengkap serta tidak melakukan langka penyelesaian.

Adapun peneliti mempunyai persamaan dengan penelitian yang di atas pada pendekatan dan jenis metode penelitian yaitu penelitian deskripti kualitatif, dan menganalisis dalam kesalahan konsep (miskonsepsi). Perbedaan antara penelitiaan yang peneliti lakukan pada subyek penelitian yang berbeda, dan materi peneliti, jika penelitian ini meneliti pada materi soal cerita segiempat, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada materi soal cerita pola bilangan.

3. Ria Rizkia (2014) pad penelitian “ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Think-Talk-Write Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 10 Tangerang”,

(20)

20

sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Adapun peneliti mempunyai persamaan dengan penelitian di atas adalah sama-sama meneliti pada kemampuan pemecahan masalah matematis, dan meneliti pada materi pola bilangan. perbedaan antara penelitian ini dengan peneliti dalah metode penelitian, dimana penelitiian ini menggunakan penelitian Quasi Eksperimen dengan design eksperimen Nonequivalent Control

Group Design, sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian

(21)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana menurut Ghony & Almanshur (2012) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal terpenting suatu barang atau jasa. sedangkan menurut Moleong (2012) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau kuantifikasi lainnya. Jelas bahwa pengertian ini mempertanggungkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif (h. 6)

Penelitian kualitatif menurut Ghony & Almanshur (2012) memiliki dua tujuan utama, yaitu “ pertama, menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore); kedua, menggambarkan dan menjelaskan (to

describe and axpalin). Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif

dan penjelasan” ( h. 29). Berdasarkan paparan di atas penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian kualitatif jenis deskriftif. Adapun keterangan dari tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakn ini, penelitian jabarkan sebagai berikut:

(22)

22

1. Tahap perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan membuat pedoman penskoran instrumen berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.

b. Melakukan validasi instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan menghitung reliabilitas untuk mengetahui butir soal yang memenuhi validitas dan reliabilitas, maka menggunakan rumus sebagai berikut. 1). Uji validitas

Menurut Arikunto (2015), ”Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajarananatar hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk menegtahui kesejajaran adalah teknik korelasi product

moment yang dilakukan oleh Pearson”. Pada penelitian ini

penelitian menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar.

Rumus korelasi prosuct moment dengan angka kasar:

(23)

23

dimana :

= koefisien korelasi antara x dan y, dua variabel yang

dikorelasikan. (Arikunto, 2015, h. 87).

Adapun interprestasi mengenai besarnya koefesien korelas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Interprestasi Korelasi Validitas

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Sangat rendah Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (Arikunto,2015, h. 89) 2). Uji reliabilitas

Soal pada tes tidak hanya memenuhi validitas tetapi juga harus memiliki reliabilitas atau tingkat keajekan hasil pengukuran yang tinggi atau dengan kata lain tes tersebut menghasilkan hasil pengukuran yang tetap, tes tersebut baru bisa digunakan. Pada kegiatan evaluasi atau tes hasil belajar yang dimaksud ajek atau tetap tidak selalu mengandung konotasi sama, tetapi mengikuti perubahan

(24)

24

secara tetap atau ajek. Berikut adalah rumusan yang diigunakan untuk menghitung reliabilitas.

Rumus yang digunakan adalah rumus alpha sebagai berikut:

=

Di mana:

= reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total (Arikunto, 2015, h. 122)

Adapun koefisien reliabilitas yang didapat, di interprestasikan kedalam derajat reliabilitas menurut Guilford, yaitu:

Tabel 3.2

Interprestasi Korelasi Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 < < 1,00 Sangat tinggi 0,60 < < 0,80 Tinggi 0,40 < < 0,60 Sedang 0,20 < < 0,40 Rendah 0,00 < < 0,20 Sangat rendah ( Zamroni, 2015, h.22) c. Menganalisis hasil validasi reliabilitas instrument tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi

(25)

25

pola bilangan kemudian merevisi instrument jika kurang layak.

d. Membuat pedoman wawancara berdasarkan indikator pemecahan masalah matematis, kemudian di validasi oleh dosen pembimbing. Pedoman tersebut berupa garis besar pertanyaan yang akan di ajukan kepada subjek penelitian. Tujuannya adalah untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang apa, mengapa, dan bagaimana yang berkaitan dengan permasalahan yang di berikan.

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam penyelesaian ini meliputi: a. Memberikan hasil tes kemampuan pemecahan masalah

matematis kepada siswa kelas VIII. b. Menganalisis hasil tes

c. Memiliki subjek penelitian berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah hasil tes tersebut akan di kelompokan kedalam tiga kelompok, yaitu siswa dari kelompok tingkat tinggi dipilih satu siswa, kelompok tingkat sedang dipilih satu siswa, kelompok tingkat rendah dipilih satu siswa, ketiga subjek tersebut akan dijadikan subjek penelitian.

(26)

26

3. Tahap setelah penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: a. Mengolah data penelitian yang didapat.

b. Menyusun hasil data tersebut sebagai hasil data penelitian. c. Memberikan kesimpulan dari hasil penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Terbuka TKBM An-Nahdhiyin Kab. Tangerang yang berlamatkan di Jl. komplek garuda kec. Teluk Naga Kab. Tangerang.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2018 sampai September 2018. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Waktu

1 Pengajuan Judul Agustus 2016

2 Bimbingan Proposal Agustus 2018 3 Seminar Proposal Skripsi Oktober 2019 4 Bimbingan dan Revisi

hasil seminar

Oktober 2019

5 Pembuatan Instrumen Penelitian

(27)

27

6 Pengumpulan Data November 2019 7 Pengolahan dan analisi

data

November 2019

8 Ujian Skripsi November 2019

C. Sumber dan Jenis Data Penelitian

Menurut Loftland (1984), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (moleong, 2011, h. 157). Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau di wawancarai merupakan sumber utama dalam dalam penelitian kualitatif. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes.

Jenis data dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua, yaitu data Primer dan Skunder.

1. Data Primer

Menurut Fadholi (2015) data primer adalah “data yang didapatkan dari hasil tes wawancara dengan informan yang sesuai dengan fokus masalah yaitu siswa yang melakukan tes dan wawancara” (h. 36). Pada pen elitian ini data primer adalah nilai yang didapatkan dari hasil tes tertulis dengan indikator kemampuan pemecahan masalah dan wawancara.

(28)

28

Data sekunder menurut Fadholi (2015) adalah “data-data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, tetapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua atau ketiga” (h. 36). Data ini digunakan untuk mendukung informasi dari data primer yang di peroleh dari wawancara,maupun dari keadaan langsung di lapangan. Peneliti juga menggunakan data sekunder ialah dokumentasi, seperti data dari sekolah, foto-foto, rekaman dan dokumen pendukung lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti yang digunakan dalam pengumpulan data.

1. Observasi

Menurut Yatim Riyanto (2010) observasi adalah metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Observasi dibagi menjadi 2 macam yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung. Penelitian ini akan menggunakan observasi langsung karena observasi langsung itu mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap subjek yang diselidiki, pengamatan itu dapat dilakukan di dalam situasi yang sebenernya maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus di buat.

(29)

29

Observasi ini akan dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data-data tentang berbagai kekeliruan dan kesulitan belajar subjek penelitian tentang materi pola bilangan. Catatan lapangan, perekaman dan pemotretan akan dilakukan dalam observasi ini selama penelitian berlangsung untuk dijadikan bahan analisis lebih lanjut.

2. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan mngukur kemampuan dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2012, h. 67). Tes yang akan digunakan untuk penelitian adalah tes terbentuk uraian. Tuujuannya diberikan tes tersebut untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi pola bilangan.

Data tes dari seluruh siswa yang melaksanakan tes tertulis yang digunakan untuk menganalissis jawabana dari hasil kerja siswa. Peneliti membahas lembar jawaban yang merupakan hasil tes tertulis agar memperoleh data tentang tingkat penguasaan kemampuan pemecahan masalah matematis.

3. Wawancara

Pada penelitian ini wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(30)

30

(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu wawancara terhadap siswa bertujuan untuk menegtahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam mengerjakan tes.

4. Studi Dokumen

Yatim Riyanto (2010) menjelaskan bahwa studi dokumen merupakan cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Data-data itu meliputi buku-buku yang relevan, peraturan yang ada di tempat penelitian, laporan-laporan kegiatan, video pembelajaran dan data lain relevan agar peneliti mendapatkan data yang semakin aktual dan objektif.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian itu adalah penelitian sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sangat jelas. Ia sekaligus perencana, pelaksaan pengumpulan data, analisi, penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Maka diperlakukan wawancara yang luas, yang sesuai dengan focus penelitian. Untuk instrumen dasar dalam penelitian ini adalah tes, wawancara, pada fokus masalah yaitu analisis pemecahan masalah matematis pada materi pola bilangan.

(31)

31

Berikut instrumen penelitian yang akan digunakan oleh penelitian sebagai berikut:

1. Instrumen Soal (Tes) a. Lembar Tes Tulis

Soal tes yang digunakan sebanyak 5 butir soal berbentuk uraian atau essay. Soal tes dalam penelitian ini berbentuk soal cerita yang berkaitan dengann materi pola bilangan, soal tes ini didasarkan dari kisi-kisi yang telah dibuat oleh peneliti. Beikut kisi-kisi yang digunakan dalam penelitian ini ialah:

Tabel 3.4

Kisi – kisi Instrumen Soal Tes Fokus

Penelitian

Indikator Soal Indikator Fokus Nomor Soal Ranah Kemampuan pemecahan masalah matematis Menentukan rumus pola bilangan Siswa dapat memahami masalah 1 C2 Siswa dapat menerapkan strategi penyelesaian yang sesuai dengan masalah 2 C3 Menggunakan rumus pola bilangan dalam Siswa dapat menyelesaikan masalah 3 C3 Pemecahan masalah Kemampuan menafsirkan solusi 4 C4

Berdasarkan tes kemampuan pemecahan masalah yang mencakup keseluruhan indikator yang digunakan untuk dianalisa lebih lanjut.

(32)

32

b. Memberi skor atau menskor

Menskor adalah pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilaian. Nama dari menskor adalah memeberi angka (Arikunto, 2012, h. 259). Skor yang didapat siswa adalah hasil tes untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah. Pedoman penskoran berdasarkan indikator yang akan diteliti sebagai berikut:

Tabel 3.5

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Skor Indikator Memahami masalah Strategi penyelesaian Menyelesaikan masalah Menyimpulkan

0 Tidak ada jawaban

1 Hanya dapat menyebutkan sedikit unsur yang diketahui, ditanyakan pada soal. Hanya sedikit menentukan cara menyelesaikan rumus. Hanya sedikit menyelesaikan masalah. Hanya sedikit kesimpulan yang benar. 2 Menyebutkan unsure yang diketahui, ditanyakan dan kecukupan unsur yang diperlukan tetapi kurang lengkap. Menentukan cara penyelesaian rumus tetapi solusi yang diperoleh masih salah. Menentukan cara menyelesaikan masalah masih rendah. Hanya sebagian kesimpulan yang benar. 3 Menyebutkan unsur yang diketahui, ditanyakan dan Menentukan cara penyelesaian rumus dengan mendapatkan Mencari dalam menyelesaikan rumus yang ada masih sedikit paham Kesimpulan yang diberikan kurang lengkap.

(33)

33 kecukupan unsur yang diperlukan tetapi kurang lengkap dan benar solusi yang benar 4 Menyebutkan unsur yangdiketahui, ditanyakan dengan lengkap, benar Menentukan cara penyelesaian rumus dengan mendapatkan solusi yang lengkap dan benar. Menentukan cara menyelesaikan masalah Kesimpulan yang diberikan tersusun secara rapih dan benar. (Mudrika ike,2017, h. 45) Nilai akhir = x 100

Setelah dilakukan tes diperoleh data yang kemudian dianalisis dengan menggunakan rata-rata (mean) dan persentase. Rata-rata (mean) digunakan untuk menghitung niali rata-rata hasil belajar siswa dari data yang dikumpulkan berupa nilai tes yang diperoleh siswa terdapat pengajaran matematika pada materi pola bilangan. 2. Instumen Wawancara

Pedoman wawancara yang digunakan dibuat oleh penulis untuk memperkuat hasil dari pengumpulan data yang dilakukan dengan metode tes dan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah.

(34)

34 F. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis data deskriptif kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2016) data berarti dapat merangkum. Memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya (h. 247). Jadi pada tahap ini peneliti mereduksi data dari hasil tes yang sudah di koreksi sesuai dengan pedoman penskoran yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian dengan menganalisis haisl tes tersebut. Tahap prediksi selanjutnya adalah wawancara terhadap subjek penelitian terpilih untuk memngetahui lebih dalam mengenai kemungkinan pemecahan masalah matematis siswa pola bilangan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk beberapa uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori data flowchart. Diantaranya dengan memaparkan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi serta merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Pada penelitian ini tahappenyajian datanya adalah foto hasil

(35)

35

pekerjaan siswa yang telah di pilih sebagai subjek penelitian, selanjutnya transkip hasil wawancacra subjek penelitian tersebut. 3. Menarik Kesimpulan

Sugiyono (2016) mengemukakan kesimpulandalam penelitian kkualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat hubungan kasual atau interaktif, hipotesis atau teori (h. 253).

G. Keabsahan Data

Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan data kepercayaan penelitian kulaitatif dapat tercapai. Penelitian ini untuk mendapat keabsahan data dilakukan dengan tringulasi. Adapun tringulasi sebagai pengecekan data dari berbagai member dengan berbagi cara dan berbagai waktu, tringulasi dibagi menjadi tiga yaitu tringulasi sumber, tringulasi teknik dan trigulasi waktu.

Keabsahan data penelitian ini dilakukan dengan cara trigulasi teknik. Trigulasi dengan teknik yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu hasil tes dan wawancara. Apabila ditemukan data yang berbeda-beda maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin

(36)

36

semuanya benar karna sudut pandang yang berebeda beda. Uji keabsahan data penelitian ini adalah kesahihan internal (credibility).

Kredilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lalin dilakukan dengan perpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan, tringulasi, analisis kasus dan member check. Kesahihan internal yang digunakan penelitian adalah tringulasi teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda.

(37)

37

DAFTAR PUSTAKA

Benediktus. (2017). Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Alat

Peraga dan Lembaga Kerja Siswa (LKS) Terhadapa Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Persegi Panjang dan Persegi Pada Siswa Kelas VII D SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

Sari. (2013). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Pada Materi Bangun Datar Yang Berkaitan Dengan Teorema Pytagoras di SMP Negri 10 Langsa.

Liliana. (2017) Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Kleas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Pada Soal Cerita Segiempat.

Mudrika. (2017). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Dengan Penerapan Model Penemuan Terbimbing Pada Siswa SMA Negri 2 Kab. Tangerang. Universitas Muhammadiyah

Tangerang.

Permendiknas RI No. 23 Taahun 2003 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasan dan

(38)

38

Menengah. Diakses dari

https://akhmadsudrajat.fikeswordpress.com/2012/01/nomor-23-Tahun, 2006. pdf(diakses 14 desember 2016).

Permendiknas RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaga Negara RI Tahun 2003 Nomor. 78. Tambahan Lembaga Negara RI Nomor 4496).

Rohila. (2014). Pengaruh Penerapan Metode Tutor Sebaya Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.

Sari. (2017) Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Segitiga dan

Segiempat Pada Pembelajaran Matematika SMP.

Susanto. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, Jakarta: Prenada Media Group.

Yarmayani. (2011). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa Kelas XI MIPA SMA Negri 1 Kota Jambi. (Jurnal Ilmiah

Dikdaya), Skripsi Tidak Di Terbitkan Sarjana: Universitas Batang

Hari Dapat Diakses https:

//dikdaya.unbari.ac.id/index.php/dikdaya/article/view/g Pada Tanggal 4 Juni 2017.

(39)

39

Lampiran 1

SOAL Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VIII

Sekolah : SMPN 1 Terbuka TKBN An-Nahdhiyin Petujuk :

1.Tulislah nama, nomor absensi, dan kelas pada lembar jawaban yang telah disediakan.

2. Selesaikan soal tersebut pada lembar jawaban yang telah disediakan.

1. Suatu bakteri dapat membelah diri menjadi tiga setiap 13 menit. Jika banyak bakteri mula – mula berjumlah 20, diperlukan waktu t agar jumlah bakteri menjadi 14.580. Jika bakteri tersebut membelah diri menjadi tiga setiap 26 menit, banyaknya bakteri setelah waktu t adalah

2. Dalam ruang sidang terdapat 15 baris kursi, baris paling depan terdapat 23 kursi, baris berikutnya 2 kursi lebih banyak dari baris di depannya. Jumlah kursi dalam ruang sidang tersebut adalah ….

3. Seutas tali dibagi menjadi enam bagian, sehingga bagian-bagiannya membentuk barisan geometri. Jika panjang tali terpendek 9 cm dan panjang tali terpanjang 288 m, maka panjang tali mula-mula adalah ….

(40)

40

4. Sebuah lidih dipotong menjadi 5 bagian yang ukurannya membentuk deret geometri. Jika panjang potongan lidih terpendek 4 cm dan panjang potongan lidih terpanjang 324 cm, maka panjang lidih semula adalah ….

(41)

41 Lampiran 2 JAWABAN SOAL No Jawab Skor 1. Diketahui  U1 = a = 20  Un = 14.580  r1 = 3 (setiap 13 menit)  r2 = 3 (setiap 26 menit) Ditanya:

Menghitung banyaknya n kali pembelahan yang terjadi untuk pembelahan yang terjadi dengan r1 = 3

setiap 13 menit: jawab: 4

(42)

42

Pembelahan terjadi sebanyak = 7 – 1 = 6 kali pembelahan. Sehingga, lama waktu pembelahan yang terjadi adalah selama 6 × 13 = 91 menit.

Banyaknya n pembelahan yang akan terjadi adalah sebanyak = 78 : 26 = 3 (mencari suku ke – 4)

Banyaknya bakteri setelah terjadi 3 kali pembelahan (U4) : Un = a × rn – 1 U4 = 20 × 34 – 1 U4 = 20 × 33 U4 = 20 × 27 U4 = 540 2. Diketahui :

Baris pertama 23 kursi (a = 23 kursi)

Beda kursi setiap baris adalah 2 kursi (b = 2 kursi)

Ditanya:

Mencari jumlah kursi dalam ruang sidang tersebut adalah

(43)

43 Dijawab 3. Diketahui: Tali terpendek 9 cm Tali terpanjang 288 m Mencari rasio: 4

(44)

44

Ditanya:

Mencari panjang tali mula-mula:

Jawab:

Tali terbagi menjadi 6 (enam) bagian, sehingga suku barisan tersebut tersusun atas 6 suku. Panjang tali mula-mula sama dengan jumlah 6 suku pertama barisan geometri. 4. Diketahui:

Lidih membuat Barisan geometri seperti terlihat pada gambar di bawah.

(45)

45

dengan:

 U1 adalah lidih terpendek = 4 cm

 U5 adalah sampai terpanjang = 324 cm

Sehingga, Ditanya:

Mencari panjang lidih semula:

(46)

46

Jadi, panjang lidih semula adalah 484 cm.

Lampiran 3

Pedoman Wawancara dalam Penelitian Awal

Narasumber : Peserta didik kelas VIII SMPN 1 Terbuka TKBN An-Nahdhiyin Kab. Tangerang.

No Aspek-aspek yang diwawancarai

Pertanyaan

1 Siswa dapat memahami masalah dari persoalan yang diberikan

a. Apakah memahami soal tersebut?

(47)

47

soal?

c. Apa yang ditanyakan dari soal?

d. Apakah keterangannya yang diebrikan cukup untuk mencari apa yang ditanyakan?

2 Siswa dapat menentukan strategi penyelesaian masalah

a. Bagaimana proses kamu mengerjakan soal tersebut? b. Apakah kamu melaksanakan perhitungan sesuai dengan strategi

penyelesaian yang kamu buat?

c. Apakah ada kesulitan dalam proses

perhitungannya? 3 Siswa dapat menyelesaikan

masalah dengan benar dan teliti

a. Apakah kamu bisa menyelesaikan masalah dari soal tersebut? b. Langkah apa yang kamu

susun untuk

menyelesaikan soal tersebut?

4 Siswa dapat menyimpulkan penyelesaian masalah dari persoalan yang disajikan

a. Informasi penting apa saja sudah teridentifikasi saat kamu

mengerjakannya?

b. Apa simpulan akhir yang kamu peroleh dari soal tersebut?

Lampiran 4

LEMBAR VALIDASI PEDOMAN WAWANCARA

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada Materi Pola Bilangan Nama Mahasiswa : Nurlaeni

(48)

48

No Induk Mahasiswa : 1384202134

Program Studi : Pendidikan Matematika A. Permohonan Validasi Instrumen

1. Saya mohon agar Bapak/Ibu memberi Penilaian ditinjau dari beberapa aspek dan saran-saran untuk merevisi lembar validasi pedoman wawancara.

2. Pedoman wawancara ini bertujuan untuk mengetahui penyebab siswa melakukan kesalahan konsep dan menyelesaikan soal matematika pola bilangan.

3. Pengisisan tabel validasi, dimohon untuk Bapak/Ibu memberikan tanda

 Pada kolom penilaian yang sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu.

4. Pengisian saran-saran revisi, Bapak/Ibu dapat langsung menuliskannya pada naskah yang perlu direvisi, atau menuliskannya pada kolom saran yang kami sediakan. B. Tabel Validasi

No Aspek yang diamati Nilai Pengamatan

1 2 3 4 5

1. Tujuan wawancara terlihat jelas.

2. Urutan pertanyaan dalam tiap bagian secara sistematis.

(49)

49

menggambarkan arah tujuan yang dilakukan penulisan. 4. Butir-butir pertanyaan tidak menimbulkan penafsiran ganda. 5. Butir-butir pertanyaan mendorong respon memberikan penjelasan tanpa tekanan. 6. Butir-butir pertanyaan mengarah responden untuk menjelaskan mengapa terjadi kesalahan konsep dalam menyelesaikan soal.

C. Simpulan Validator/Penilai

Mohon diisi dengan melingkari jawaban berikut ini sesuai dengan kesimpulan Bapak/Ibu:

1. Dapat digunakan tanpa revisi

2. Dapat digunakan dengan sedikit revisi 3. Dapat digunakan banyak revisi

(50)

50

D. Komentar/Saran perbaikan

Tangerang,………. Validator/Penilai,

Gambar

Tabel 3.3  Jadwal Penelitian

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

3.4 Membedakan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks deskriptif lisan dan tulis dengan memberi dan meminta informasi terkait tempat

Pengaruh yang signifikan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok pesawat sederhana kelas VIII semester I

Pada diagram di bawah ini dapat disimpulkan bahwa acuan berperan dalam membantu informan untuk memahami leksem berkonsep emosi sebagaimana terlihat bahwa sebesar 72 % (5

Berdasarkan hasil dari analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)Tidak terdapat hubungan antara adversity quotient dengan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran

Uji hipotesis ketiga, hasil dari analisis uji regresi linier ganda yang secara simultan atau mayor dapat dilihat dari diterimanya hipotesis 3, yang mana menunjukkan bahwa

Skripsi ini bertujuan untuk menjawab permasalahan tentang (1) Bagaimana perencanaan supervisi kunjungan kelas di MTs Darul Ulum Semarang (2) Bagaimana pelaksanaan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul

Tujuan dari evaluasi pengunaan antibiotik ini adalah Mengetahui profil penggunaan antibiotik dan ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih