• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten / kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena :

1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat.

2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda.

3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa.

4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif.

5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:

1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan

2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi

3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi

(2)

2 1.3 Metodologi

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten.

Adapun metodologi dalam pelaksanaan Studi EHRA sebagai berikut : 1. Persiapan studi EHRA, langkah-langkah dalam pelaksanaan :

- Kesepahaman tentang studi EHRA; Pokja perlu mengadakan pertemuan yang melibatkan seluruh anggota yang menganggendakan membahas mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat studi EHRA

- Melakukan pembentukan tim studi EHRA mencakup; penanggungjawab studi, koordinator studi, anggota tim pelaksana studi EHRA, koordinator kecamatan, supervisor, tim entri data, tim analisis data dan enumerator yang akan ditugaskan untuk pengumpulan data

- Metode pelaksanaan studi EHRA; menyepakati metode yang cocok untuk digunakan dalam pelaksanaan studi EHRA di Kabupaten.

2. Penentuan area studi EHRA, yang bertujuan untuk : - Menetapkan desa/kelurahan lokasi area studi

- Menetapkan jumlah dan nama desa/kelurahan terpilih sebagai target area studi - Menetapkan RT/RW dan jumlah responden untuk tiap desa/kelurahan target area

studi

3. Pelatihan supervisor, enumerator dan petugas entri data, tujuannya ; - Teridentifikasinya supervisor, enumerator dan petugas entri data

- Terlaksananya pelatihan untuk supervisor, enumerator dan petugas entri data - Tersusunnya rencana studi EHRA

4. Pelaksanaan studi EHRA, output ;

- Terisinya questioner dengan lengkap oleh enumerator - Terisinya lembar spotcheck oleh supervisor

(3)

3 - Terisinya laporan harian dan rekap harian oleh supervisor

5. Pengolahan dan analisa studi EHRA, tujuannya ;

- Tersedia qustioner yang siap untuk dientri dengan menggunakan software epi data versi 3.1

- Dihasilkannya data hasil entri yang siap untuk dianalisis engan menggunakan software SPSS

- Dihasilkannya tabel hasil analisis studi EHRA sampai penentuan Indeks Resiko Sanitasi (IRS)

(4)

4

Bab 2 Metodologi dan Langkah Studi EHRA

2.1 Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten

EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 1 ( satu ) hari. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen.

Sampel adalah bagian dari populasi, dimana anggota sampel adalah anggota yang dipilih dari populasi. Oleh karena itu pengambilan sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area studi. Desa/kelurahan area studi, RT (Rukun Tetangga) area studi maupun responden/sampel studi EHRA diharapkan bisa mempresentasikan/mewakili sifat dari populasi yang mewakilinya.

Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh.

Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut:

1. Penanggung jawab : Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi 2. Koordinator Survey : Pokja Dinas Kesehatan

3. Anggota : Staf Bidang Promkes Kesling Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi

4. Koordinator wilayah/kecamatan : Kepala Puskesmas 5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas 6. Tim Entry data : Dinas Kesehatan

7. Tim Analisis data : Pokja Kabupaten Muaro Jambi

(5)

5 2.2 Penentuan Strata Desa/Kelurahan

Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Strata. Hasil strata ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Muaro Jambii mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.

Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:

1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa.

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:

3.

(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)

Angka kemiskinan = --- X 100% ∑ KK

4. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat

5. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.

Berdasarkan kriteria di atas, strata wilayah Kabupaten Muaro Jambi menghasilkan katagori klaster sebagaimana diperlihatkan pada tabel 1 .Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area

(6)

6 survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Muaro Jambi.

Tabel 2.1. Katagori Strata berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori

Klaster Kriteria

Klaster 0 Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.

Klaster 1 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 2 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 3 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 4 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Strata wilayah di Kabupaten Muaro Jambi menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada tabel 2 . Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.

(7)

7 Tabel 2.2 Hasil strata desa/ kelurahan di Kabupaten Muaro Jambi

Klaster Jumlah Desa / Kelurahan

Kecamatan Desa / Kelurahan

0 14 Desa /Kelurahan ( 7 Kecamatan)

Sekernan 1. Tunas Baru

2. Bukit Baling

Kumpeh Ulu 3. Kasang Lopak Alai 4. Kasang Kota Karang Jambi Luar Kota 5. Pioan

6. Muhajirin

Mestong 7. Sebapo

8. Naga Sari Sungai Gelam 9. Talang Belido

10. Mekar Jaya Sungai Bahar Utara 11. Talang Bukit Sungai Bahar

Tengah

12. Panca Bakti 13. Panca Mulia

14. Marga Manunggal Jaya 1 13 Desa

/Kelurahan ( 6 Kecamatan )

Sekernan 1. Suak Putat

Jambi Luar Kota 2. Pematang Gajah

3. Senaung 4. Kademangan 5. Sungai Bertam Mestong 6. Tempino 7. Desa Baru 8. Pelempang 9. Pondok Meja Sungai Gelam 10. Petaling Jaya

11. Kebon.IX Sungai Bahar 12. Bakti Mulia

Maro Sebo 13. Setiris

2 15 Desa / Kelurahan ( 7 Kecamatan )

Sekernan 1. Sekernan

Kumpeh Ulu 2. Arang-arang 3. Sipin Teluk Duren

(8)

8 Klaster Jumlah Desa /

Kelurahan

Kecamatan Desa / Kelurahan

Kumpeh 4. Pulau Mentaro

5. Petanang 6. Sungai Bungur 7. Tanjung Sungai Gelam 8. Tangkit Baru

Maro Sebo 9. Jambi Tulo

10. Mudung Darat Taman Rajo 11. Kunangan

12. Kemingking Luar

Jambi Luar Kota

13. Sungai Duren 14. Sarang Burung 15. Mendalo Laut 3 9 Desa /Kelurahan

( 8 Kecamatan )

Sekernan 1. Rantau Majo

Kumpeh Ulu 2. Tarikan

Kumpeh 3. Pematang Raman

4. Londrang

Maro Sebo 5. Niaso

Taman Rajo 6. Dusun Mudo

Sungai Gelam Sungai Bahar Utara Jambi Luar Kota

7. Gambut Jaya 8. Markanding 9. Pematang Jering

Hasil strata wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Muaro Jambi yang terdiri atas 155 desa menghasilkan distribusi sebagai berikut :

1. Klaster 0 sebanyak 9,03 % 2. Klaster 1 sebanyak 8,38 %, 3. Klaster 2 sebanyak 9,67 %, 4. Klaster 3 sebanyak 5,16 %, 5. Klaster 4 sebanyak 0,00 %,

(9)

9 2.3 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi

Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 50 desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke- 50 desa/ kelurahan disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut

:

Tabel 2.3

Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2013 Kabupaten Muaro Jambi

No Klaster Kecamatan Desa/Kel Terpilih Jumlah RT Jml RT terpilih Jumlah Responden

1 0 Sekernan 1. Bukit Baling 5 5 40

2. Tunas Baru 7 7 40

2 Mestong 1. Sebapo 23 8 40

2. Naga Sari 14 8 40

3 Sungai Gelam 1. Talang Belido 10 8 40

2. Mekar Jaya 15 8 40

4 Jambi Luar Kota 1. Pijoan 11 8 40

2. Muhajirin 8 8 40

5 Kumpeh Ulu 1. Kasang Lopak Alai 11 8 40

2. Kasang Kota Karang 8 8 40

6 Bahar Utara 1. Talang Bukit 10 8 40

7 Bahar Tengan 1. Panca Bakti 8 8 40

2. Marga Manunggal

Jaya 10 8 40

3. Panca Mulia 8 8 40

1 1 Sekernan 1. Suak Putat 9 8 40

2 Mestong 1. Tempino 40

2 .Desa Baru 10 8 40

2. Pelempang 12 8 40

4. Pondok Meja 28 8 40

3 Sungai Bahar 1. Bakti Mulia 10 8 40

4 Sungai Gelam 1. Petaling Jaya 35 8 40

2. Kebon.IX 28 8 40

5 Jambi Luar Kota 1. Pematang Gajah 13 8 40

2. Senaung 10 8 40

3. Kademangan 9 8 40

4. Sungai Bertam 10 8 40

(10)

10 No Klaster Kecamatan Desa/Kel Terpilih Jumlah

RT Jml RT terpilih Jumlah Responden 1 2 Sekernan 1. Sekernan 11 8 40

2 Sungai Gelam 1. Tangkit Baru 10 8 40

3 Kumpeh Ulu 1. Arang-arang 14 8 40

2. Sipin Teluk Duren 9 8 40

4 Kumpeh 1. Sungai Bungur 7 7 40

2. Petanang 5 5 40

3. Pulau Mentaro 6 6 40

4. Tanjung 8 40

5 Maro Sebo 1. Jambi Tulo 7 7 40

2. Mudung Darat 9 8 40

6 Taman Rajo 1. Kunangan 6 6 40

2. Kemingking Luar 3 3 40

7 Jambi Luar Kota 1. Sungai Duren 9 8 40

2. Sarang Burung 13 8 40

3. Mendalo Laut 6 6 40

1 3 Sekernan 1. Rantau Majo 8 8 40

2 Kumpeh Ulu 2. Tarikan 12 8 40

3 Kumpeh 1. Pematang Raman 8 8 40

2. Londrang 6 6 40

4 Maro Sebo 1. Niaso 4 4 40

5 Bahar Utara 1. Markanding 17 8 40

6 Jambi Luar Kota 1. Pamatang Jering 8 8 40

7 Taman Rajo 1. Dusun Mudo 4 4 40

2.4 Penentuan RT dan Responden di Area Studi

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Pemilihan RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT untuk desa / kelurahan yang RTnya sama dengan 8 atau lebih.

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri.

Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa minimal 40

(11)

11 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT

Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala

kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:

Dimana:

n adalah jumlah sampel N adalah jumlah populasi

d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)  Asumsi tingkat 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.

Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 88.843 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 112. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil strata, Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jamb metetapkan jumlah kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 50 ( lima puluh ) desa / kelurahan sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 50 X 40 = 2000 responden.

2.5 Karakteristik Enumerator dan Supervisor Serta Wilayah Tugasnya

Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.

(12)

12 Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi . Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.

Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.

(13)

13

Bab 3 Hasil Studi EHRA

3.1 Informasi Responden

Tabel 3.1 Informasi Responden

Kluster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 n % n % n % n % n % Kelompok Umur Responden <= 20 tahun 5 ,9 10 2,1 14 2,4 9 2,5 38 1,9 21 - 25 tahun 39 7,0 41 8,6 46 7,7 49 13,7 175 8,8 26 - 30 tahun 107 19,3 79 16,6 120 20,2 77 21,6 383 19,3 31 - 35 tahun 126 22,7 98 20,6 84 14,1 64 17,9 372 18,8 36 - 40 tahun 111 20,0 91 19,1 136 22,9 64 17,9 402 20,3 41 - 45 tahun 58 10,5 64 13,4 104 17,5 26 7,3 252 12,7 > 45 tahun 109 19,6 93 19,5 91 15,3 68 19,0 361 18,2

B2. Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini?

Milik sendiri 473 84,8 405 84,4 509 84,8 291 80,8 1678 84,0 Rumah dinas 3 ,5 3 ,6 4 ,7 2 ,6 12 ,6 Berbagi dengan keluarga lain 5 ,9 7 1,5 2 ,3 15 4,2 29 1,5 Sewa 13 2,3 5 1,0 2 ,3 3 ,8 23 1,2 Kontrak 12 2,2 8 1,7 11 1,8 2 ,6 33 1,7 Milik orang tua 48 8,6 50 10,4 72 12,0 37 10,3 207 10,4 Lainnya 4 ,7 2 ,4 0 0,0 10 2,8 16 ,8 B3. Apa pendidikan terakhir anda? Tidak sekolah formal 26 4,7 70 14,6 48 8,0 59 16,4 203 10,2 SD 199 35,7 155 32,3 287 47,8 142 39,4 783 39,2 SMP 160 28,7 127 26,5 153 25,5 88 24,4 528 26,4 SMA 130 23,3 101 21,0 85 14,2 56 15,6 372 18,6 SMK 21 3,8 9 1,9 12 2,0 3 ,8 45 2,3 Universitas/A kademi 22 3,9 18 3,8 15 2,5 12 3,3 67 3,4 B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? Ya 77 13,8 67 14,0 157 26,2 118 32,8 419 21,0 Tidak 481 86,2 413 86,0 443 73,8 242 67,2 1579 79,0 B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? Ya 120 21,5 95 19,8 159 26,5 116 32,2 490 24,5 Tidak 438 78,5 385 80,2 441 73,5 244 67,8 1508 75,5 B6. Apakah ibu mempunyai anak? Ya 526 94,3 435 90,6 548 91,3 322 89,4 1831 91,6 Tidak 32 5,7 45 9,4 52 8,7 38 10,6 167 8,4

(14)

14 Dari tabel 3.1 diatas, menjelaskan informasi responden dari sampel di desa/kelurahan terpilih pelaksanaan studi EHRA, untuk kelompok umur <=20 tahun diambil sampel sebanyak 1,9%. Kelompok umur 21 – 25 tahun sebanyak 8,8%, kelompok umur 26 – 30 tahun sebanyak 19,3 %, kelompok umur 31 – 35 tahun sebanyak 18,8%, kelompok umur 36 – 40 tahun sebanyak 20,3%, kelompok umur 41 – 45 tahun sebanyak 12,7%, kelompok umur >45 tahun sebanyak 12, 7%. Jumlah persentase masing-masing kelompok umur merupakan jumlah persentase dari total keseluruhan sampel yang diambil.

3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Gambar 3.1 Grafik Pengelolaan Sampah

Gambar 3.1 grafik yang menjelaskan mengenai pengelolaan sampah berdasarkan strata di Kabupaten Muaro Jambi, dari keseluruhan jumlah hasil survey menerangkan terdapat beberapa perilaku pengelolaan sampah di tingkat masyarakat antara lain; dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang hanya sebanyak 0,3%. Sampah dibuang ke dalam lubang dan di tutup dengan tanah hanya sebanyak 0,8%. Sampah dibiarkan saja sampai membusuk sebanyak 1,3%. Sampah ditumpuk dan dibuang ke TPS hanya sebanyak 2,2% masyarakat saja, sampah dibuang ke lahan

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 0 1 2 3

Strata Desa/Kelurahan Total

0,0 ,4 0,0 ,8 ,3 3,8 1,9 1,8 ,8 2,2 82,9 82,1 54,2 62,0 70,7 1,3 ,8 ,9 0,0 ,8 9,4 7,8 5,9 4,8 7,2 ,5 2,7 28,8 26,2 13,9 1,3 1,9 1,3 ,6 1,3 ,5 2,3 6,8 2,0 3,0 ,4 0,0 ,2 ,3 ,2 0,0 0,0 0,0 2,5 ,5

PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN STRATA DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Tidak tahu Lain-lain

Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk

Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah

Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah

Dibakar

Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang

(15)

15 kosong/kebun/hutan dan di biarkan sampai membusuk sebanyak 3%, sampah dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sebanyak 7,2%. Sampah dibuang ke saungai/kali/laut/danau sebanyak 13,9% masyarakat melakukannya. Dan perilaku pengelolaan sampah yang mempunyai nilai pengaruh yang sangat besar yaitu sampah di bakar, hal ini merupakan permasalahan yang paling utama dalam pengelolaan sampah di tingkat masyarakat Kabupaten Muara Jambi.

Gambar 3.2 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga

Masing-masing strata untuk praktik pemilahan sampah oleh rumah tangga di Kabupaten Muaro Jambi kebanyakan sampah tidak dipilah/dipisahkan. Pencapaian nilai persentase yang paling tinggi untuk pemilahan sampah ada pada Strata 2, yaitu sebanyak 21,5% masyarakat yang melakukan pemilahan sampah, sedangkan sebanyak 78,7% masyarakat tidak melakukan pemilahan. Secara keseluruhan total masyarakat yang melakukan pemilahan sampah hanya sebanyak 14,4% dan sebagian besar yaitu sebanyak 85,6% masyarakat tidak melakukan pemilahan sampah.

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 0 1 2 3

Strata Desa/Kelurahan Total 14,7 4,3 21,3 12,5 14,4 85,3 95,7 78,7 87,5 85,6

PRAKTIK PEMILAHAN SAMPAH OLEH RUMAH TANGGA DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Tidak di pilah/dipisahkan Dipilah/dipisahkan

(16)

16 Tabel 3.2 Area Beresiko Persampahan Berdasarkan Studi EHRA

Kluster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 n % n % n % n % n % 3.1 Pengelolaan sampah Tidak memadai 534 96,2 464 97,7 545 98,2 349 98,3 1892 97,5 Ya, memadai 21 3,8 11 2,3 10 1,8 6 1,7 48 2,5 3.2 Frekuensi pengangkutan sampah Tidak memadai 0 0,0 4 100,0 2 100,0 3 75,0 9 90,0 Ya, memadai 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 25,0 1 10,0 3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah

Tidak tepat waktu 0 0,0 2 100,0 0 0,0 3 100,0 5 100,0

3.4 Pengolahan sampah setempat

Tidak diolah 393 70,4 418 87,1 436 72,7 268 74,4 1515 75,8

Ya, diolah 165 29,6 62 12,9 164 27,3 92 25,6 483 24,2

Dapat dipahami, bahwa tabel 3.2 tersebut diatas menjelaskan bahwa area berisiko persampahan berdasarkan studi EHRA yang telah dilakukan untuk pengelolaan sampah di Kabupaten Muaro Jambi masih dikatakan tidak memadai, yaitu sebanyak 97,5% pengelolaan persampahan tidak memadai dan hanya 2,5% pengelolaan sampah yang memadai itupun dengan cara melakukan pengumpulan sampah dan dibuang sendiri ke TPS terdekat. Frekuensi pengangkutan sampahpun tidak memadai yaitu sebanyak 90% masyarakat tidak terlayani oleh pengangkutan sampah dan hanya 10% masyarakat saja yang terlayani oleh pengangkutan sampah. Sedangkan untuk ketepatan waktu pengangkutan sampah 100% tidak tepat waktu. Untuk pengolahan sampah setempat hanya sebanyak 24,2% saja dan itupun tidak sebanding dengan tingginya angka sampah setempat yang tidak diolah.

(17)

17 3.3 Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja

Gambar 3.3 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar

Masyarakat di Kabupaten Muaro Jambi memang sudah banyak yang memiliki jamban pribadi, yaitu sebanyak 71,1%. Akan tetapi, masih terdapat masyarakat yang buang air ke sungai yaitu sebanyak 19,8% dan sebanyak 11,5% masyarakat membuang air besar ke MCK umum, sebanyak 4,5% masyarakat masih buang air besar ke WC helikopter, sebanyak 2,7% masyarakat masih buang air besar ke lubang galian, sebanyak 2,4% masyarakat masih buang air besar ke kebun/pekarangan. Angka ini menunjukkan masih tingginya angka/jumlah masyarakat yang BABS.

Tempat penyaluran akhir tinja sebagian besar masyarakat Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 54% menggunakan tanki septik, sebanyak 14,6% masyarakat menggunakan penyaluran akhir tinjanya langsung ke cubluk/lubang tanah. Sebanyak 2,6% tempat penyaluran akhir tinja masyarakat langsung ke sungai. Penjelasan mengenai tempat penyaluran akhir tinja di Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada gambar 3.4 dibawah ini :

71,1 11,5 4,5 19,8 2,4 1,6 2,7 1,2 ,8

PERSENTASE TEMPAT BUANG AIR BESAR DI KABUPATEN MUARO JAMBI

A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan F. Ke selokan/parit/got G. Ke lubang galian H. Lainnya, I. Tidak tahu

(18)

18 Gambar 3.4 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja

Gambar 3.5 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik

54,0 1,4 14,6 ,5 2,6 ,2 ,4 26,3

TEMPAT PENYALURAN AKHIR TINJA DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Kebun/tanah lapang Tidak tahu 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 0 1 2 3

Strata Desa/Kelurahan Total 11,9 1,1 4,8 ,7 6,2 2,6 3,0 4,4 2,9 3,2 1,4 4,2 2,0 ,7 2,1 0,0 1,1 0,0 ,7 ,4 70,0 67,9 74,7 86,9 72,7 14,1 22,6 14,1 8,0 15,4

WAKTU TERAKHIR PENGURASAN TANKI SEPTIK DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Tidak tahu Tidak pernah Lebih dari 10 tahun

Lebih dari 5-10 tahun yang lalu 1-5 tahun yang lalu

(19)

19 Dari gambar 3.5 diatas, menunjukkan grafik waktu terakhir pengurasan tanki septik di Kabupaten Muaro Jambi. Secara keseluruhan, masing-masing strata desa/kelurahan rata-rata masyarakatnya tidak pernah melakukan penyedotan tinja. Dengan jumlah total dari keseluruhan masyarakat yang tidak pernah melakukan penyedotan tinja sebanyak 72,7%. Hanya sedikit masyarakat yang melakukan penyedotan tinja dengan rentang waktu 0 – 12 bulan yang lalu sebanyak 6,2%, 1 – 5 tahun yang lalu sebanyak 3,2% dan bahkan lebih dari 10 tahun yang lalu sebanyak 0,4%.

Gambar 3.6 Grafik Praktik Pengurasan Tanki Saptik

Dilihat dari masing-masing strata desa/kelurahan yang melakukan praktik pengurasan tanki septik, untuk strata 0 jumlah masyarakat yang melakukan pengurasan tanki septik yang memanfaatkan layanan sedot tinja sebanyak 50%, pada strata 1 masyarakat yang memanfaatkan layanan sedot tinja sebanyak 4,7%, pada strata 2 masyarakat yang melakukan praktik sedot tinja dengan memanfaatkan layanan sedot tinja sebanyak 15,9%, pada strata 3 masyarakat yang melakukan praktik sedot tinja dengan memanfaatkan layanan sedot tinja sebanyak 16,7%. Dengan jumlah total dari seluruh strata desa/kelurahan yang melakukan praktik sedot tinja dengan memanfaatkan layanan sedot tinja sebanyak 27,6%. Selebihnya masyarakat membayar tukang untuk melakukan sedot tinja sebanyak 4,8%, masyarakat yang melakukan penyedotan tinja sendiri sebanyak 9,2% dan tanki septik masyarakat yang bersih karena banjir sebanyak 2,4%.

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 0 1 2 3

Strata Desa/Kelurahan Total 50,0 4,7 15,9 16,7 27,6 1,6 3,5 11,1 11,1 4,8 1,6 20,0 12,7 0,0 9,2 ,8 0,0 4,8 16,7 2,4 46,1 71,8 55,6 55,6 56,1

PRAKTIK PENGURASAN TANKI SEPTIK BERDASARKAN STRATA DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Tidak tahu Bersih karena banjir Dikosongkan sendiri Membayar tukang Layanan sedot tinja

(20)

20 Gambar 3.7 Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman

Secara keseluruhan, lebih dari separoh masyarakat yang mempunyai tanki septik suspek aman seperti yang di tunjukkan pada gambar 3.7 diatas yaitu sebanyak 74,2% sedangkan tanki septik yang tidak aman hanya sebanyak 25,8%. Masing-masing strata juga menunjukkan persentase tanki septik dengan suspek aman jumlahnya lebih banyak dari tanki septik suspek tidak aman. Dapat dilihat, pada strata 0 tanki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 60%, pada strata 1 tanki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 71,5%, pada strata 2 tanki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 83,3% dan pada strata 3 jumlah tanki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 84,4%.

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 0 1 2 3

Strata Desa/Kelurahan Total 40,0 28,5 16,7 15,6 25,8 60,0 71,5 83,3 84,4 74,2

TANKI SEPTIK SUSPEK AMAN DAN TIDAK AMAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Suspek aman Tidak aman

(21)

21 Tabel 3.3 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Kluster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 n % n % n % n % n % 2.1 Tangki septik suspek aman Tidak aman 223 40,0 137 28,5 100 16,7 56 15,6 516 25,8 Suspek aman 335 60,0 343 71,5 500 83,3 304 84,4 1482 74,2 2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik Tidak, aman 64 50,0 81 95,3 53 84,1 15 83,3 213 72,4 Ya, aman 64 50,0 4 4,7 10 15,9 3 16,7 81 27,6 2.3 Pencemaran karena SPAL Tidak aman 203 36,4 270 56,3 353 58,8 152 42,2 978 48,9 Ya, aman 355 63,6 210 43,8 247 41,2 208 57,8 1020 51,1

Tabel 3.3 diatas menunjukkan bahwa area berisiko air limbah domestik itu dipengaruhi oleh tanki septik suspek aman dan tanki septik suspek tidak aman, dengan jumlah persentase tanki septik suspek aman sebanyak 74,2%, sedangkan tanki septik suspek tidak aman sebanyak 25,8%. Selain itu area berisiko air limbah domestik di masyarakat juga dipengaruhi oleh pencemaran karena pembuangan isi tanki septik, dengan jumlah persentase pencemaran yang aman hanya sebanyak 27,6% saja, sedangkan pencemaran karena pembuangan isi tanki septik yang tidak aman sebanyak 72,4%. Dan juga pencemaran karena saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang tidak aman secara keseluruhan sebanyak 48,9%, pencemaran karena SPAL yang aman hanya sebanyak 51,1%.

3.4 Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir

Gambar 3.8 dibawah ini menunjukkan grafik persentase rumah tangga yang pernah mengalami banjir di Kabupaten Muaro Jambi. Pada strata 0, sebanyak 90% masyarakat tidak mengalami banjir sama sekali, hanya terdapat masyarakat yang mengalami banjir sekali dalam setahun sebanyak 5,2%, mengalami banjir beberapa kali dalam setahun sebanyak 2,2%. Pada strata 1 masyarakat yang tidak pernah mengalami banjir sebanyak 89%, masyarakat yang mengalami banjir sekali dalam setahun sebanyak 0,8%, masyarakat yang mengalami banjir beberapa kali dalam setahun sebanyak 9%. Pada strata 2, masyarakat yang tidak pernah mengalami banjir sebanyak 26,8%, masyarakat yang mengalami banjir sekali dalam setahun sebanyak 62,7%, masyarakat yang mengalami banjir beberapa kali dalam setahun sebanyak 8,1% dan masyrakat yang mengalami banjir sekali atau beberapa dalam sebulan sebanyak 1,3%. Desa/kelurahan yang selalu mengalami banjir sekali dalam setahun terdapat pada strata 2 dan strata 3. Dengan jumlah total dari keseluruhan desa yang mengalami banjir sekali dalam setahun tersebut sebanyak 32,1%.

(22)

22 Gambar 3.8 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir

Gambar 3.9 dibawah ini, grafik yang menunjukkan persentase jumlah rumah tangga yang mengalami banjir rutin menjelaskan bahwa secara keseluruhan dari jumlah strata desa/kelurahan sebanyak 49,6% rumah tangga mengalami banjir rutin, sedangkan rumah tangga yang tidak mengalami banjir rutin sebanyak 50,4%.

Gambar 3.9 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 0 1 2 3

Strata Desa/Kelurahan Total 90,0 89,0 26,8 21,1 58,4 5,2 ,8 62,7 64,4 32,1 2,2 9,0 8,2 8,1 6,7 0,0 0,0 1,3 1,9 ,8 2,7 1,3 1,0 4,4 2,2

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG PERNAH MENGALAMI BANJIR DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Tidak tahu

Sekali atau beberapa dalam sebulan Beberapa kali dalam

Sekali dalam setahun Tidak pernah 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 0 1 2 3

Strata Desa/Kelurahan Total 19,6 75,5 45,3 57,4 49,6 80,4 24,5 54,7 42,6 50,4 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI BANJIR RUTIN

DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Tidak Ya

(23)

23 Gambar 3.10 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir

Lama air menggenang jika terjadi banjir di Kabupaten Mauro Jambi telah dijelaskan pada gambar 3.10 tersebut diatas; yaitu grafik yang menunjukkan persentase lama genangan air jika terjadi banjir. Dari keseluruhan strata desa/kelurahan, lama genangan banjir yang kurang dari 1 jam sebanyak 3,1%, lama genangan banjir antara 1 sampai 3 jam sebanyak 1,4%, lama genangan banjir selama setengah hari sebanyak 1,4%, lama air banjir menggenang jika terjadi banjir selama 1 hari sebanyak 3,9. Sedangkan lama genangan banjir yang lebih dari 1 hari apabila terjadi banjir sebanyak 82,2%. Dan ini terjadi mencakup diseluruh wilayah strata desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi.

Gambar 3.11 dibawah, grafik lokasi genangan di sekitar rumah menjelaskan bahwasanya sebanyak 58,6% genangan disekitar rumah terjadi di halaman rumah. Kemudian, genangan disekitar rumah yang sering terjadi juga di dekat dapur, yaitu sebanyak 25,6% dari total jumlah seluruh strata desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Begitu juga di dekat kamar mandi, terdapat sebanyak 22,4% rumah yang mengalami genangan apabila terjadi banjir. Dan di dekat penampungan terjadi sebanyak 11,2% disekitar rumah.

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 0 1 2 3

Strata Desa/Kelurahan Total 15,0 4,2 3,3 0,0 3,1 5,0 0,0 1,9 0,0 1,4 5,0 4,2 ,5 1,9 1,4 30,0 29,2 ,5 0,0 3,9 25,0 58,3 83,8 95,2 82,2 20,0 4,2 10,0 2,9 8,1

LAMA AIR MENGGENANG JIKA TERJADI BANJIR DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Tidak tahu Lebih dari 1 hari Satu hari Setengah hari Antara 1 - 3 jam Kurang dari 1 jam

(24)

24 Gambar 3.11 Grafik Lokasi Genangan di Sekitar Rumah

Gambar 3.12 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL

58,6 25,6 22,4 11,2 4,3 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 Dihalaman rumah Di dekat dapur Di dekat kamar mandi Di dekat bak penampungan Lainnya

LOKASI GENANGAN DI SEKITAR RUMAH

17,4

82,6

PERSENTASE KEPEMILIKAN SPAL DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Ya Ada Tidak Ada

(25)

25 Seperti yang dijelaskan pada gambar 3.12 diatas, bahwa di Kabupaten Muaro Jambi persentase masyarakat yang memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) hanya sebanyak 17,4%. Dan sebanyak 82,6% masyarakat di seluruh strata desa/kelurahan tidak ada saluran pembuangan air limbah (SPAL).

Gambar 3.13 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga

Seperti yang dijelaskan pada gambar 3.13 diatas, akibat tidak memiliki SPAL rumah tangga berdasarkan strata desa/kelurahan secara keseluruhan di Kabupaten Muaro Jambi terdapat sebanyak 17,4% terjadi genangan di lingkungan rumah masyarakat. Dan tidak terjadi genangan akibat tidak mempunyai SPAL sebanyak 82,6%.

Gambar 3.14 dibawah, merupakan grafik yang menjelaskan persentase SPAL yang berfungsi berdasarkan strata desa/kelurahan. Pada strata 0, SPAL masyarakat yang berfungsi sebanyak 79% sedangkan pada strata 1 terdapat sebanyak 66,5% SPAL yang berfungsi. Di samping itu pada strata 2 terdapat 57,7% SPAL masyarakat yang berfungsi dengan baik, dan pada strata 3 terdapat sebanyak 70% SPAL masyarakat yang berfungsi dengan baik. Persentase keseluruhan dari masing-masing strata terdapat SPAL yang berfungsi dengan baik yaitu sebanyak 68%.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0 1 2 3 Total Strata Desa/Kelurahan 12,4 11,9 22,2 24,7 17,4 87,6 88,1 77,8 75,3 82,6

AKIBAT TIDAK MEMILIKI SPAL RUMAH RUMAH TANGGA BERDASARKAN STRATA

Tidak ada genangan Ada genangan

(26)

26 Gambar 3.14 Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi

Gambar 3.15 Grafik Pencemaran SPAL 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0 1 2 3 Total Strata Desa/Kelurahan 79,0 66,5 57,7 70,0 68,0 4,3 11,0 11,5 4,7 8,2 1,8 1,9 2,3 1,7 2,0 14,9 20,6 28,5 23,6 21,9

PERSENTASE SPAL YANG BERFUNGSI BERDASARKAN STRATA

Tidak ada saluran

Tidak dapat dipakai, saluran kering Tidak Ya 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0 1 2 3 total Strata Desa/Kelurahan 36,4 56,3 58,8 42,2 48,4 63,6 43,8 41,2 57,8 51,6

PENCEMARAN SPAL BERDASARKAN STRATA DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Pencemaran karena SPAL Tidak Pencemaran karena SPAL Ya

(27)

27 Gambar 3.15 tersebut diatas menjelaskan bahwa pada strata 0 desa/kelurahan mempunyai 36,4% terjadi pencemaran oleh SPAL, hanya sebanyak 63,6% saja tidak terjadi pencemaran oleh SPAL. Pada strata 1, terdapat sebanyak 56,3% terjadi pencemaran karena SPAL dan tidak terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 43,8%. Pada strata 2, terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 58,8% dan tidak terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 41,2%. Sedangkan pada strata 3 desa/kelurahan yang terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 42,2% dan tidak terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 47,8%. Secara keseluruhan nilai persentase rata-rata dari masing-masing strata terdapat 48,4% terjadi pencemaran oleh SPAL dan tidak terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 51,6%.

Tabel 3.4 Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Kluster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3

n %

n % n % n % n %

4.1 Adanya genangan air

Ada genangan air (banjir)

110 19,7 92 19,2 458 76,3 311 86,4 971 48,6

Tidak ada genangan air

448 80,3 388 80,8 142 23,7 49 13,6 1027 51,4

Berdasarkan hasil Studi EHRA, mengenai area berisiko genangan air yang tercantum pada tabel 3.4 diatas menjelaskan bahwa adanya genangan air secara keseluruhan di strata desa/kelurahan terdapat sebanyak 48,6% dan tidak terdapat genangan sebanyak 51,4%.

3.5 Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

Terdapat banyak sumber air yang dapat diakses oleh masyarakat di seluruh strata desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Seperti air botol kemasan, air isi ulang, air ledeng dari PDAM, air hidran umum dari PDAM, air kran umum dari PDAM maupun proyek-proyek lain, air sumur pompa tangan, air sumur gali terlindungi, air sumur gali tidak terlindungi, mata air terlindungi, mata air tidak terlindungi, air hujan, air dari sungai dan air dari waduk/danau. Semua itu dijelaskan aksesnya bagi masyarakat pada gambar 3.16 dibawah ini :

(28)

28 Gambar 3.16 Grafik Akses Terhadap Air Bersih

Untuk lebih jelasnya lagi, mengenai sumber air minum dan memasak di Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada gambar 3.17 dibawah ini. Pada grafik tersebut menjelaskan bahwa sumber air minum dan memasak yang paling banyak di akses oleh masyarakat adalah air sumur gali terlindungi. Untuk memasak, air sumur gali terlindungi masyarakat yang memanfaatkan sebanyak 46,1%, sedangkan untuk minum air sumur gali terlindungi dimanfaatkan sebanyak 39,5% oleh masyarakat. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 6,4 39,4 4,4 ,5 1,0 8,1 39,5 20,0 2,1 1,5 2,0 3,1 ,4 1,2 13,5 6,5 ,7 1,8 11,4 46,1 22,6 2,1 1,6 3,1 3,4 ,3 ,3 1,8 6,4 ,7 1,8 12,5 47,3 23,3 2,2 1,7 2,8 8,6 ,6 ,2 1,7 6,3 ,7 1,8 12,5 46,4 22,8 2,1 1,7 2,9 10,3 ,6 ,2 2,0 6,3 ,6 1,9 12,2 46,8 22,8 2,2 1,7 2,8 8,6 ,5 GRAFIK PENGGUNAAN SUMBER AIR

DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2013

Gosok gigi Cuci pakaian Cuci piring&gelas Masak

(29)

29 Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak

Berdasarkan hasil studi EHRA, mengenai area berisiko sumber air di Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini. Pada tabel tersebut menjelaskan untuk sumber air terlindungi terdapat sumber air yang berisiko tercemar sebanyak 48,2% sedangkan sumber air terlindungi yang tidak tercemar sebesar 51,8%. Penggunaan sumber air tidak terlindungi dan yang tidak aman terdapat sebanyak 48,7%. Kelangkaan air yang pernah terjadi dialami oleh sebanyak 24,2% masyarakat di Kabupaten Muaro Jambi.

6,4 39,4 4,4 ,5 1,0 8,1 39,5 20,0 2,1 1,5 2,0 3,1 ,4 1,2 13,5 6,5 ,7 1,8 11,4 46,1 22,6 2,1 1,6 3,1 3,4 ,3 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 50,0 Air botol kemasan

Air isi ulang Air Ledeng dari PDAM Air hidran umum - PDAM Air kran umum -PDAM/PROYEK Air sumur pompa tangan Air sumur gali terlindungi Air sumur gali tdk terlindungi Mata air terlindungi Mata air tdk terlindungi Air hujan Air dari sungai Air dari waduk/danau

SUMBER AIR MINUM DAN MEMASAK DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Masak Minum

(30)

30 Tabel 3.5 Area Beresiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi Ehra

Kluster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3

n %

n % n % n % n %

1.1 Sumber air terlindungi

Tidak, sumber air berisiko tercemar

266 47,7 214 44,6 270 45,0 213 59,2 963 48,2

Ya, sumber air terlindungi

292 52,3 266 55,4 330 55,0 147 40,8 1035 51,8

1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi.

Tidak Aman 170 30,5 234 48,8 345 57,5 225 62,5 974 48,7

Ya, Aman 388 69,5 246 51,3 255 42,5 135 37,5 1024 51,3

1.3 Kelangkaan air Mengalami

kelangkaan air

109 19,5 125 26,0 180 30,0 69 19,2 483 24,2

Tidak pernah mengalami

449 80,5 355 74,0 420 70,0 291 80,8 1515 75,8

3.6 Perilaku Higiene dan Sanitasi

Gambar 3.18 dibawah ini merupakan grafik yang menjelaskan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting di seluruh strata desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Sebanyak 65,3% masyarakat tidak melakukan CTPS di lima waktu penting dan hanya sebanyak 34,7% saja masyarakat yang melakukan CTPS di lima waktu penting.

Gambar 3.18 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting

65,3 34,7

CTPS DI LIMA WAKTU PENTING

Tidak Ya

(31)

31 Gambar 3.19 dibawah ini, menjelaskan persentase masyarakat melakukan CTPS, masyarakat yang melakukan CTPS sebelum ke toilet sebanyak 12%, ibu-ibu yang melakukan CTPS setelah menceboki anak/bayi sebanyak 54,4%, masyarakat yang melakukan CTPS setelah buang air besar melakukan CTPS sebanyak 77,8%, masyarakat yang melakukan CTPS sebelum makan sebanyak 76%, masyarakat yang melakukan CTPS setelah makan sebanyak 59,1%, masyarakat yang melakukan CTPS sebelum menyuapi makan anak sebanyak 48%, masyarakat yang melakukan CTPS sebelum menyiapkan masakan sebanyak 48,9%, masyarakat yang melakukan CTPS setelah memegang hewan sebanyak 62,9% dan masyarakat yang melakukan CTPS sebelum sholat sebanyak 45,5%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.19 grafik di bawah ini :

Gambar 3.19 Grafik Waktu Melakukan CTPS

Gambar 3.20 dibawah ini, grafik yang menjelaskan persentase dari jumlah masyarakat yang masih melakukan BABS di Kabupaten Muaro Jambi. Sebanyak 55,1% masyarakat masih melakukan BABS dan 44,9% sudah tidak melakukan BABS lagi.

12,0 54,4 77,8 76,0 59,1 48,0 48,9 62,9 45,5 2,1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sebelum ke toilet Setelah menceboki bayi/anak Setelah dari buang air besar Sebelum makan Setelah makan Sebelum memberi menyuapi anak Sebelum menyiapkan masakan Setelah memegang hewan Sebelum sholat Lainnya

(32)

32 Gambar 3.20 Grafik BABS

Tabel 3.6 dibawah ini menjelaskan jumlah persentase area berisiko perilaku higiene berdasarkan hasil studi EHRA. Sebanyak 65,3% masyarakat tidak melakukan CTPS dilima waktu penting. Pada lantai dan dinding jamban terdapat 70% rumah tangga yang bebas dari tinja. 64,8% dari jumlah keseluruhan jamban masyarakat bebas dari kecoa, penggelontor kotoran yang berfungsi dengan baik di masyarakat sebanyak 69,4%, masyarakat yang mempunyai sabun di dalam atau di dekat jamban sebanyak 66,8%, terdapat sebanyak 83,4% pada wadah penyimpanan dan penanganan air tidak tercemar. Perilaku BABS masyarakat yang masih tinggi, yaitu sebanyak 55,1% masyarakat masih melakukan perilaku BABS.

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 0 1 2 3

Strata Desa/Kelurahan Total 43,4 55,4 66,3 54,2 55,1 56,6 44,6 33,7 45,8 44,9 PERSENTASE PRAKTIK BABS DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Tidak Ya, BABS

(33)

33 Tabel 3.6 Area Beresiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Kluster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3 n % n % n % n % n % 5.1 CTPS di lima waktu penting Tidak 374 67,0 406 84,6 279 46,5 245 68,1 1304 65,3 Ya 184 33,0 74 15,4 321 53,5 115 31,9 694 34,7

5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?

Tidak 144 25,8 152 31,7 220 36,7 82 22,8 598 29,9

Ya 414 74,2 328 68,3 380 63,3 278 77,2 1400 70,1

5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? Tidak 121 21,7 190 39,6 252 42,0 140 38,9 703 35,2 Ya 437 78,3 290 60,4 348 58,0 220 61,1 1295 64,8 5.2.c. Keberfungsian penggelontor. Tidak 78 14,0 132 27,5 282 47,0 119 33,1 611 30,6 Ya, berfungsi 480 86,0 348 72,5 318 53,0 241 66,9 1387 69,4 5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban?

Tidak 164 29,4 189 39,4 204 34,0 106 29,4 663 33,2

Ya 394 70,6 291 60,6 396 66,0 254 70,6 1335 66,8

5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air

Ya, tercemar 69 12,4 88 18,3 105 17,5 69 19,2 331 16,6

Tidak tercemar

489 87,6 392 81,7 495 82,5 291 80,8 1667 83,4

5.4 Perilaku BABS Ya, BABS 242 43,4 266 55,4 398 66,3 195 54,2 1101 55,1

Tidak 316 56,6 214 44,6 202 33,7 165 45,8 897 44,9

3.7 Kejadian Penyakit Diare

Berdasarkan hasil studi EHRA yang telah dilakukan, dapat dijelaskan kejadian diare pada penduduk masing-masing strata desa/kelurahan di Kabupaten Muaro Jambi. Untuk lebih jelasnya mengenai kejadian diare dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini :

(34)

34 Tabel 3.7 Kejadian Diare Pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Kluster Desa/Kelurahan Total

0 1 2 3

n %

n % n % n % n %

H.1 Kapan waktu paling dekat anggota keluarga ibu terkena diare

Hari ini 0 0,0 1 ,2 4 ,7 9 2,5 14 ,7

Kemarin 3 ,5 3 ,6 4 ,7 5 1,4 15 ,8

1 minggu terakhir 15 2,7 3 ,6 28 4,7 12 3,3 58 2,9

1 bulan terakhir 35 6,3 6 1,3 38 6,3 13 3,6 92 4,6

3 bulan terakhir 48 8,6 8 1,7 27 4,5 15 4,2 98 4,9

6 bulan yang lalu 46 8,2 24 5,0 31 5,2 18 5,0 119 6,0

Lebih dari 6 bulan yang lalu

55 9,9 65 13,5 56 9,3 39 10,8 215 10,8

Tidak pernah 356 63,8 370 77,1 412 68,7 249 69,2 1387 69,4

A. Anak-anak balita Tidak 110 54,5 89 80,9 115 61,2 72 64,9 386 63,2

Ya 92 45,5 21 19,1 73 38,8 39 35,1 225 36,8

B. Anak-anak non balita

Tidak 183 90,6 99 90,0 165 87,8 95 85,6 542 88,7

Ya 19 9,4 11 10,0 23 12,2 16 14,4 69 11,3

C. Anak remaja laki-laki Tidak 185 91,6 97 88,2 156 83,0 94 84,7 532 87,1

Ya 17 8,4 13 11,8 32 17,0 17 15,3 79 12,9

D. Anak remaja perempuan

Tidak 181 89,6 97 88,2 160 85,1 98 88,3 536 87,7

Ya 21 10,4 13 11,8 28 14,9 13 11,7 75 12,3

E. Orang dewasa laki-laki Tidak 158 78,2 78 70,9 137 72,9 87 78,4 460 75,3 Ya 44 21,8 32 29,1 51 27,1 24 21,6 151 24,7 F. Orang dewasa perempuan Tidak 167 82,7 81 73,6 137 72,9 97 87,4 482 78,9 Ya 35 17,3 29 26,4 51 27,1 14 12,6 129 21,1

(35)

35 3.8 Indeks Resiko Sanitasi

Indeks resiko sanitasi merupakan nilai yang menentukan batas bawah dan batas akhir dari kategori daerah berisiko sanitasi, indeks ini di dapatkan dari hasil surney studi EHRA. Adapun kategori dari daerah berisiko sanitasi itu terdiri dari kurang berisiko, berisiko sedang, berisiko tinggi dan berisiko sangat tinggi.

Dari hasil pengolahan/analisis studi EHRA, di Kabupaten Muaro Jambi terdapat tiga (3) kategori daerah berisiko sanitasi yaitu; strata 0 merupakan daerah kurang berisiko, strata 1 merupakan daerah berisiko tinggi, strata 2 dan strata 3 merupakan daerah berisiko sanitasi sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya, mengenai indeks resiko sanitasi di Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada gambar 3.21 grafik indeks resiko sanitasi dibawah ini ;

Gambar 3.21 Grafik Indeks Resiko Sanitasi

29 36 41 40 42 60 53 47 42 96 68 87 20 19 76 86 36 48 43 43 50 100 150 200 250 300 350

CLUSTER 0 CLUSTER 1 CLUSTER 2 CLUSTER 3 INDEKS RESIKO SANITASI KABUPATEN MUARO JAMBI

1. SUMBER AIR

2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 3. PERSAMPAHAN. 4. GENANGAN AIR.

(36)

36

Bab 4 Penutup

Dari pemaparan yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Manfaat Studi EHRA dari aspek promosi dengan keterlibatan kader/petugas kesehatan adalah sebagai pembelajaran bagaimana mengumpulan data dari rumah ke rumah serta mengetahui bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga, jamban keluarga, sumber–sumber air serta pilihan sarana CPTS.

2. Rencana pemanfaatan hasil Studi EHRA sebagai bahan advokasi pembangunan sanitasi di Kabupaten Muaro Jambi adalah untuk memahami kondisi sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga serta pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai dengan tingkat kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih Sanitasi, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten ( SSK ).

3. Studi EHRA ideal dilaksanakan secara berkala dan studi pertama merupakan pengalaman atau pembelajaran untuk studi EHRA selanjutnya.

Agar pelaksanaan studi EHRA lebih optimal, maka disarankan untuk melakukan beberapa hal, antara lain :

1. Pemilihan supervisor dan enemurator untuk melaksanakan Studi EHRA haruslah tepat.

2. Supervisor serta Enemurator harus memahami tata cara pelaksanaan survey, pemahaman kuesioner, teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar, agar pengisian tidak terdapat kesalahan.

3. Menganggarkan kegiatan studi Ehra untuk pelaksanaan Ehra yang akan datang.

4. Supervisor menjamin proses pelaksanaan survey sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan serta berkoordinasi dengan Enemurator.

Gambar

Tabel 2.1. Katagori Strata berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko  Katagori
Gambar  3.1  grafik  yang  menjelaskan  mengenai  pengelolaan  sampah  berdasarkan  strata  di  Kabupaten  Muaro  Jambi,  dari  keseluruhan  jumlah  hasil  survey  menerangkan  terdapat  beberapa  perilaku pengelolaan sampah di tingkat masyarakat antara la
Gambar 3.2 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga
Gambar 3.3 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artikel ini menyajikan ekstraksi tabel dilihat dari struktur logik-nya yaitu dengan algoritma yang sudah dikembangkan pada tabel HTML dan suatu tinjauan pustaka yang akan

Metode analisis regresi least square atau trend line digunakan untuk mendapatkan kurva rata- rata dari data hasil ukur yang kemudian dibandingkan dengan model

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, sumber segala kebenaran, sang kekasih tercinta yang tidak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi hamba-Nya, Allah Subhana Wata‟ala

Melalui kegiatan observasi di kelas, mahasiswa praktikan dapat. a) Mengetahui situasi pembelajaran yang sedang berlangsung. b) Mengetahui kesiapan dan kemampuan siswa dalam

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar