• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya Teknologi Informasi (TI) memegang peranan yang penting, baik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya Teknologi Informasi (TI) memegang peranan yang penting, baik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya Teknologi Informasi (TI) memegang peranan yang penting, baik

dimasa kini maupun dimasa yang akan datang. Teknologi informasi diyakini membawa

keuntungan dan kepentingan yang besar bagi negara-negara di dunia. Ada banyak hal yang

membuat teknologi informasi begitu penting dan hal itu dikarenakan bahwa teknologi

informasi memacu pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini membawa dampak kompleksitas

pada sebuah realitas virtual yang memecahkan kebuntuan yang dimiliki oleh kehidupan nyata

mengenai konsep ruang dan waktu. Realitas virtual memungkinkan orang yang berada di

dalamnya berada pada tempat dan waktu yang berbeda.

Informasi dan teknologi komunikasi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

masyarakat, aspek ekonomi, sosial, budaya. Dampak keberadaan Teknologi informasi telah

mengubah perilaku dan peradaban masyarakat global. Teknologi informasi selain

memberikan manfaat juga menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.

Salah satu dari perkembangan informasi dan teknologi komunikasi tersebut ialah media

internet. Perkembangan internet telah membawa pengaruh yang besar dalam segala aspek

kehidupan manusia dan dipakai hampir pada semua kegiatan. Perkembangan ini membawa

konsekwensi yang penting serta mempengaruhi lalu lintas hukum. Seiring dengan

perkembangan masyarakat dan teknologi, semakin lama manusia semakin menggunakan alat

teknologi digital, termasuk dalam berinteraksi antar sesamanya. Perkembangan teknologi

digital yang semakin pesat, maka tidak sepantasnya lagi dipersyaratkan suatu tatap muka di

antara pihak yang melakukan kontrak, tetapi cukup memakai internet dengan teleconfrence

(2)

sebagai alat komunikasi, penyimpanan informasi, pengolah informasi sehingga paradigma

dan perila ku masyarakat telah berubah dari yang tak tertulis kemudian menjadi tertulis dan

selanjutnya ter-elektronik. Transaksi tertulis (paper based) yang semula digunakan oleh

masyarakat pada umumnya, mulai beralih menjadi transaksi elektronik (electronic based).

Alat bukti yang berada dalam format tertulis (paper based) pun telah beralih dalam format

elektronik (digital evidance).

Respon terhadap perkembangan informasi dan teknologi komunikasi pun beragam

yaitu, transaksi elektronik (e-commerce) yang semakin tinggi, maraknya produk E-banking

dan Internet banking perbankan yang memudahkan pelayanan terhadap nasabah, tidak hanya

itu perkembangan informasi dan teknologi komunikasi telah membuat suatu sistem

pemerintahan terintegrasi melalui E-government. Banyaknya bentuk perbuatan hukum baru

juga telah berpengaruh pula pada produk hukum yang dibuat oleh para professional hukum

khusunya notaris yang biasa membuat akta suatu perjanjian bagi para pihak. Notaris sebagai

pejabat umum yang mempunyai kewenangan dalam membuat akta otentik dan kewenangan

lainnya.1 Kehadiran internet sebagai perkembangan dari teknologi informasi dan teknologi

komunikasi dapat mempercepat pengiriman dan penerimaan suatu dokumen atau informasi

yang dibutuhkan dalam transaksi elektronik, sehingga dapat mempersingkat jarak dan waktu

yang ditempuh. Notaris sebagai salah satu pilar penegakan hukum nasional melalui

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (saat ini telah dirubah dengan

Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris), berfungsi menjalankan prinsip-prinsip negara hukum yakni

menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan pada kebenaran

dan keadilan.2 Sebagai pejabat umum yang terpercaya, akta-akta yang dibuatnya harus

1Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris.

2Sunarto,Siswanto, Peranan Kode Etik Profesi Dalam Pemuliaan Jabatan Notaris, Tesis pada Sekolah Pasca

(3)

menjadi alat bukti yang kuat apabila terjadi sengketa hukum dipengadilan.3 Hal inilah yang

tidak boleh dilanggar mengingat dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, notaris wajib

membacakan akta yang dibuatnya, dihadapan para pihak serta menandatangani akta tersebut.

Penerapan teknologi informasi dan teknologi komunikasi dalam segala bidang membuat

peluang notaris dapat melayani kebutuhan masyarakat dengan cepat, praktis, serta efisien

sesuai dengan kewenangannya melalui media tersebut. Adanya sistem online, bertatap muka

secara fisik bukanlah suatu keharusan.4 Hal ini dimungkinkan karena hadirnya teleconfrence

maupun video confrence melalui perangkat 3G. Ahmad M. Ramli dalam sebuah wawancara

mengatakan5:

“…kalau di UUJN tidak disebutkan bahwa klien haruslah hadir secara fisik, maka bolehlah dilakukan transaksi secara virtual, yang terpenting orang yang bersangkutan telah teridentifikasi secara jelas.”

Kehadiran internet memungkinkan sistem kerja secara online yang dapat dikerjakan

maupun diakses kapanpun dimanapun oleh pengguna atau user tersebut berada,6 termasuk

notaris. Saat ini, internet telah dirasakan oleh notaris dalam praktek secara online melalui

Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) milik Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia dalam hal pengesahan suatu Perseroan Terbatas menjadi badan hukum, seperti yang

telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(selanjutnya disebut UUPT) pasal 9 ayat 1 dan pasal 10 ayat 6. Berdasar pada hal tersebut,

maka sistem online ini dapat dikembangkan tidak hanya notaris dengan Departemen Hukum

dan Hak Asasi Manusia, akan tetapi pemakai jasa dengan notarispun juga dapat

dikembangkan untuk diterapkan. Hingga pada saatnya nanti pada keadaan tertentu cukup

duduk dihadapan komputer dan mengumpulkan data-data dokumen yang dikirim oleh para

3Marsudi Triatmojo, 2007, “Fakultas Hukum UGM sebagai Lembaga Pendidikan Notaris”, artikel Surat Kabar

Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 4 Juni 2007.

4Imam Sjahputra, 1999, Problematika Hukum Internet Indonesia, Prenhallindo, Jakarta, hlm. 109. 5

Ahmad M. Ramli, 2997, Wawancara Majalah Berita Bulanan Notaris, PPAT, dan Hukum RENVOI dengan

Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informasi, Sebagaimana yang termuat dalam Majalah tersebut edisi No. 1. 49.

V, Juni, hlm. 58.

6

(4)

pihak agar keinginan para pihak tercapai tepat sasaran dengan mengindahkan keamanan dan

keabsahan data pada perjanjian tersebut sehingga substansi perjanjian tercakupi seluruhnya.7

Terhadap pelaksanaan tugas jabatannya notaris harus berdasar pada Undang-Undang

Jabatan Notaris dan Kode Etik Profesi Notaris serta peraturan hukum lainnya. Keberadaan

kode etik merupakan konsekuensi logis untuk suatu pekerjaan yang disebut sebagai profesi,

karena dengan tidak adanya kode etik maka harkat dan martabat sebagai profesinya akan

hilang.

Saat ini, cukup banyak penyelenggaraan jasa notaris yang memanfaatkan media

elektronik seperti media internet8 sebagai sumber informasi. Terlebih lagi masyarakat di

dunia cenderung memanfaatkan fasilitas jejaring sosial sebagai alat komunikasi tanpa batas

selain telepon dan perpesanan tak terkecuali orang-orang yang berprofesi sebagai notaris.

Bukan hal yang sulit seseorang membuat website, blog, bahkan account email di internet,

sebagai salah satu penunjang kinerja profesinya.

Beragamnya perbuatan hukum baru, seperti kontrak elektronik, dokumen elektronik,

RUPS PT yang dapat dilakukan melalui media telekonfrensi, dibutuhkan suatu lembaga pihak

ketiga yang terpercaya (trusted third party) . Di negara maju sendiri peranan notaris yang

menggunakan media informasi teknologi elektronik sudah mulai berkembang, baik negara

pada sistem common law maupun negara pada sistem civil law seperti pada negara Belanda.

Notaris tersebut lebih dikenal dengan istilah e-notary atau biasa disebut cyber notary. Cyber

notary adalah notaris yang melakukan pelayanan jasa notaris dokumen secara elektronik

dengan perangkat (tools) berupa Digital Notary Services yang membantu notaris dalam

pekerjaannya serta mengorganisir komunikasi terhadap pihak-pihak dan notaris yang

melakukan transaksi elektronik. Indonesia sendiri telah memiliki peraturan mengenai hal

7Sutan Remi Sjahdeini, 2002, ”Sistem Pengamanan E-Commerce”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 18, hlm. 6. 8

Internet, singkatan dari Interconnection Networking. Diartikan sebagai a global network of computer network atau sebuah jarinan computer untuk skala global/mendunia. Jaringan ini berskala internasional yang dapat membuat masing-masing computer saling berkomunikasi. Ibid, hlm. 247.

(5)

tersebut seperti yang diatur dalam Bab IV Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik dan Sistem

Elektronik, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik. Maka dari beberapa fenomena tersebut timbul beberapa pertanyaan. Apakah

cyber notary dapat diterapkan dalam sistem hukum di Indonesia? serta Bagaimanakah konsep cyber notary dalam sistem hukum di Indonesia setelah ditetapkannya Undang-Undang No. 2

Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris? Pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul mengingat perkembangan teknologi

informasi yang semakin cepat dan beragam, namun dalam kenyataannya belum dibarengi

dengan peningkatan sumber daya manusia yang memadai (pengetahuan dan kemampuan

notaris dalam hal Teknologi Informasi) sehingga dalam praktiknya banyak notaris yang

tadinya ingin memanfaat peluang cyber notary service menjadi salah kaprah dengan

pemanfaatan teknologi informasi yang dibuatnya karena masih belum tepat guna

menggunakan sarana ini secara profesional. Terlebih lagi belum adanya pengaturan tata

pelaksanaan cyber notary seperti yang tertuang dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3)

Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.30 Tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris dan juga kode etiknya membuat banyak pro dan kontra

terhadap penggunaan teknologi informasi elektronik oleh notaris sebagai penunjang tugas

seorang notaris di Indonesia. Salah satu ketentuan yang menjadi perhatian di kalangan notaris

adalah dengan adanya ketentuan dalam Undang Undang Perubahan UUJN mengenai sidik

jari yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c9 yang menentukan “Dalam menjalankan

jabatannya, Notaris wajib: …c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta Akta;”. Ketentuan ini masih belum mendapatkan pengaturan lebih rinci

bagaimana tata cara pelaksanaan yang tepat sebagaimana diamanatkan dalam

Undang-Undang walaupun penjelasan tersebut telah menyatakan cukup jelas. Maksud ditetapkannya

9

(6)

pasal mengenai sidik jari menurut penulis mungkin agar dapat dilakukan pembuktian

terhadap akta yang dibuat seorang notaris apakah pada saat itu seorang penghadap

benar-benar hadir secara fisik dihadapan notaris untuk menandatangani suatu akta atau tidak. Pada

umumnya sidik jari yang digunakan untuk akta tertentu diambil pada tinta basah dan

kemudian dilekatkan pada kertas atau media tertentu. Namun seiring berkembangnya jaman,

pengambilan sidik jari saat ini juga dapat digunakan dengan media elektronik sebagaimana

digunakan dalam mesin absensi atau mesin otorisasi diri. Sehingga timbul suatu pertanyaan

apakah sidik jari yang dimaksud dalam Undang-Undang dapat dilakukan secara elektronik?

Mengingat belum adanya pengaturan atau larangan jelas dalam perubahan UUJN mengenai

tata cara pengambilan sidik jari sebagaimana diamanatkan dalam pasal 16 ayat 1 huruf c

Perubahan UUJN. Maka berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti mengenai

bagaimana sebenarnya penyelenggaraan cyber notary dalam perspektif hukum di Indonesia

setelah ditetapkannya Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, saat ini beberapa Departemen

Pemerintah salah satunya Departemen Dalam Negeri yang telah menerapkan sistem informasi

terintegrasi salah satunya melalui elektronik KTP sehingga memungkinkan identifikasi sidik

jari pengahadap dalam komparisi Akta yang dibuat oleh Notaris melalui fingerprint yang

terintegrasi oleh elektronik KTP (e-KTP).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang sebelumnya, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi cyber notary service dalam praktek kenotariatan saat

(7)

2. Bagaimanakah penggunaan cybernotary dimasa yang akan setelah ditetapkannya

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai penyelenggaraan cyber notary pada profesi notaris telah beberapa

kali dilakukan, namun yang dapat ditemukan adalah penelitian yang mengupas tentang

tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum terhadap dalam pembuatan akta elektronik,

pelaksanaan kode etik notaris, pelaksanaan e-commerce, seperti beberapa judul berikut ini :

 Tinjauan Yuridis Terhadap Akta Notaris Dalam Transaksi Elektronik (suatu wacana)10, Tahun 2012, Oleh : Hijrah Aulia Marta (08/278690/PHK/5464)

Rumusan Masalah:

1. Apakah akta notaris dapat dibuat dalam bentuk akta elektronik yang memiliki

kekuatan pembuktian sebagai akta otentik?

2. Bagaimanakah konsep penerapan akta notaris dalam bentuk akta elektronik yang

diakui sebagai akta otentik di masa yang akan datang?

Kesimpulan:

1. Bahwa sampai saat ini, akta notaris yang berbentuk akta elektronik hanya diakui

sebagai akta di bawah tangan. Namun besar kemungkinannya dimasa yang akan

datang akta notaris yang berbentuk elektronik dapat diakui sebagai akta otentik.

2. Kedepannya penerapan akta notaris dalam bentuk akta elektronik yang diakui

sebagai akta otentik dapat dilakukan yaitu dengan dierlakukannya cybernotary.

10 Hijrah Aulia Marta, 2012, Tinjauan Yuridis Terhadap Akta Notaris Dalam Transaksi Elektronik (suatu

(8)

Cybernotary merupakan konsep pelayanan di bidang notaris yang dilakukan

secara online. Dimungkinkannya notaris memiliki website tersendiri dimana

notaris mempunyai akun masing-masing. Sehingga nantinya akta elektronik yang

diunggah ke website tersebut dapat diuatkan berita acara tersendiri yang nantinya

berita acara tersebut dapat dijadikan sebagai pembuktian yang kuat dipersidangan

apabila terdapat sengketa diantara para pihak.

 Kajian Tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Praktik Kenotariatan (Cybernotary) Dalam Perspektif Hukum Di Indonesia11, Tahun 2012,

Oleh : Ni Luh Putu Diantina Wulandari(10/308919/PHK/06508)

Rumusan Masalah:

1. Bagaimanakah pemanfaatan teknologi informasi dalam praktek kenotariatan yang

berkembang dan diterapkan di Indonesia?

2. Apakah dimungkinkan terselenggaranya praktek Cybernotary dilihat dari hukum

yang berlaku di Indonesia?

3. Apa saja upaya hukum dibidang kenotariatan yang relevan guna terwujudnya

praktek notaris dengan memanfaatkan Teknologi Informasi seiring dengan

kebutuhan masyarakat?

Kesimpulan:

1. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam praktek kenotariatan yang berkembang

dan diterapkan diantaranya adalah E-mail, Faximili, Scanning, Google Search,

Google Doc, Internet Banking,maupun melalui Blog-blog pribadi dan sosial media online, seperti facebook, Twitter, My Space ataupun sosia media lainnya yang

sejenis baik secara real time maupun yang dapat diakses kemudian, dan

11 Ni Luh Putu Diantina Wulandari, 2012, Kajian Tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Praktik

Kenotariatan (Cybernotary) Dalam Perspektif Hukum Di Indonesia, Tesis, Program Pascasarjana Magister

(9)

pemanfaatannya hanya sebatas korespondensi dengan para pihak sebelum akta

tersebut ditandatangani. Perkembangan teknologi tersebut sesungguhnya juga

memberi manfaat dalam hal penyimpanan informasi data para pihak serta transfer

data dalam bentuk Portable Document Format (PDF), hingga konsep penggunaan

teleconfrence, videoconfrence, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan

Terbatas (RUPS).

2. Terkait dengan penyelenggaraan praktek Cybernotary di Indonesia dilihat dari

hukum yang berlaku di Indonesia masih sulit untuk dilaksanakan karena antara

peraturan yang satu dengan peraturan yang lain terjadi kontradiksi dan

hambatan-hambatan dari Undang-Undang Jabatan Notaris itu sendiri. Pemanfaatan Teknolgi

Informasi dalam pelaksanaan tugas dan jabatan notaris tidak diatur dalam kode

etik notaris serta tidak sesuai dengan asas Tabellionis Officium Fideliter

Exercebo, khususnya jabatan notaris selaku peraturan yang identik mengatur

kewenangan notaris.

3. Sebagai landasan upaya hukum yang relevan agar dikemudian hari

penyelenggaraan jasa notaris dengan memanfaatkan Teknologi Informasi

(Cybernotary) dapat diterapkan seiring dengan kebutuhan masyarakat, maka revisi

terhadap barbagai peraturan sebagai bentuk pendekatan keamanan guna menjamin

informasi didunia maya terutama adalah pendekatan teknologi yang berkaitan

dengan tanda tangan elektronik yakni teknik kriptografi untuk mengenkripsi

jaringan maupun dengan teknik alogartima pada finger print, kemudian

penyesuaian terhadap definisi akta otentik dari dokumen elektronik, peraturan

mengenai penyimpanan dokumen maupun terkait sahnya bukti elektronik tidak

saja melihat pada ketentuan yang terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum

(10)

Notaris sebagaimana dikehendaki dalam pasal 16 huruf L, maupun

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yakni

pasal 5 ayat 4 huruf b, namun juga diharapkan dapat memperhatikan

ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan lain. Pemberlakuan konsep

Cybernotary di Indonesia harus ditunjang oleh konsep perubahan hukum efektif.

Tujuanya tidak hanya menjaga otentisitas sebuah akta melalui penerapan asas-asas

pembentukan hukum akan tetapi juga untuk meminimalisir dampak negatif dari

pemanfaatan teknologi berupa dematerialisasi dan deteritorialisasi agar konsep

hukum baru ini bersifat responsif dan dapat dierima oleh semua pihak terutama

notaris sebagai pelaksana utama peraturan kenotariatan.

 Akta Elektronik Sebagai Bagian Cyber Notary Ditinjau Dari Asas Tabellionis Officium Fideliter Exercebo12, Tahun 2014,

Oleh : Fidwal Indrajab (11/321795/PHK/06681)

Rumusan Masalah:

1. Bagaimanakah status hukum akta elektronik sebagai cyber notary dalam praktek

kenotariatan?

2. Bagaimanakah eksistensi asas Tabellionis Officium Fideliter Exercebo dengan

berlakunya konsep akta elektronik?

Kesimpulan:

1. Status hukum Akta Elektronik di Indonesia hingga saat ini belum diakui

dikarenakan belum adanya Undang-Undang yang mengatur mengenai akta otentik

yang dibuat secara elektronik, terutama dengan adanya ketentuan pasal 1868

KUHPerdata mengenai ketentuan suatu akta otenti serta pasal 1 ayat 7 UUJN

12 Fidwal Indrajab, 2014, Akta Elektronik Sebagai Bagian Cyber Notary Ditinjau Dari Asas Tabellionis

Officium Fideliter Exercebo, Tesis, Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada,

(11)

Perubahan mengenai ketentuan akta notaris yang merupakan akta otentik,

sehingga akta elektronik tidak dapat dinyatakan sebagai akta yang memiliki

kekuatan pembuktian sebagai akta otentik melainkan adalah akta dibawah tangan.

2. Hingga saat ini peraturan perundang-undangan belum memberikan kesempatan

terhadap pelaksanaan akta elektronik, tidak dapat terlaksananya akta elektronik di

dalam praktek kenotariatan hingga saat ini memberi ketegasan bahwa eksistensi

asas Tabellionis Officium Fideliter Exercebo, khususnya pada ketentuan

pembuatan akta otentik yang mewajibkan para penghadap dalam membuat akta

harus hadir dihadapan notaris secara fisik.

Dari keseluruhan judul yang ada, penelitian ini bermaksud untuk memberikan suatu

pemikiran baru dibidang kenotariatan terutama terhadap peraturan hukum kenotariatan

dengan mengacu pada hasil penelitian penelitian sebelumnya. Tujuannya adalah untuk

menemukan suatu formulasi terhadap hukum yang berlaku saat ini agar dapat mengakomodir

perkembangan hukum yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui implementasi cyber notary service di Indonesia saat ini.

2. Untuk mengetahui penerapan terhadap terciptanya cyber notary yang profesional

salah satunya terhadap implementasi penggunaan sidik jari secara elektronik melalui

E-KTP yang terintegrasi dimasa yang akan datang.

(12)

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi ilmu hukum pada umumnya dan khususnya mengenai kesalahan tulis atau ketik pada akta notaris dan

akibat hukum bagi akta notaris yang tidak dilakukan pembetulan.

 Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran yang bersifat ilmiah dan objektif, khususnya bagi para notaris dalam

Referensi

Dokumen terkait

melalui penerapan metode pengeringan menggunakan bambu, mengembangkan diversifikasi produk olahan serta memanfaatkan limbah rumput laut sebagai pupuk organik cair

Dosis tinggi akan menyebabkan banyak ikan yang mati sedangkan dosis rendah membutuhkan waktu yang sangat lama pada saat pembiusan menjelang pingsan, dan lama waktu

Penerapan Konsep Community based tourism atau pariwisata berbasis masyarakat di Desa Tambakrejo merupakan salah satu contoh konsep yang mulai banyak diterapkan

Disamping itu juga sebagai informasi dalam menyusun ransum dengan menggunakan tepung darah sebagai pakan tambahan alternatif sumber protein pada ternak kambing untuk meningkatkan

Promo Yogya merupakan aplikasi berbasis Elektronik yang menampilkan informasi promo produk, berita dan lokasi supermarket Yoya yang berada di Bandung, Jawa Barat..

Petani umumnya memilih kelapa Dalam dengan beberapa pertimbangan, yaitu: (1) walaupun potensi produksi kelapa hibrida lebih tinggi dibanding kelapa Dalam, kelapa hibrida

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini masukan berupa seluruh citra alamat tulisan tangan, dan penggunaan jaringan

Bersedia melepaskan status sebagai karyawan atau berhenti dari perusahaan/instansi tempat bekerja sebelumnya atas permintaan sendiri atau melepaskan jabatan bagi Pegawai Negeri