• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan

1.1.1 Profil Perusahaan

Pioncini merupakan salah satu dari sekian pengrajin Industri Kecil Menengah sepatu yang berada di daerah Cibaduyut Bandung. Industri Sepatu Pioncini didirikan pada bulan Oktober 1998 oleh Bapak Agus. Pada awal mula berjalannya usaha ini adalah karena sebagian besar keluarga dari Bapak Agus menjalani usaha pengrajin sepatu. Oleh sebab itu, Bapak Agus terpacu untuk membuka pula usaha kerajinan sepatu yang pada saat itu cukup diminati oleh wisatawan yang datang ke sentra sepatu Cibaduyut. Pioncini berlokasi di komplek Angkasa Mekar Jalan Situ Terate nomor 210 RT006/RW01 Cibaduyut, Bandung. Pioncini merupakan Pengrajin Sepatu Cibaduyut yang memiliki spesialisasi produk pada sepatu khusus pria dengan model formal dan casual.

Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

Gambar 1.1 menunjukkan keadaan ruang produksi dari Pioncini, terlihat bahwa Pioncini memiliki ruang produksi yang sederhana dan semuanya dilakukan secara handmade (dengan tangan secara manual). Selain itu, jumlah pegawai beserta manajerial hanya sebanyak 15 orang. Itu menggambarkan bahwa Pioncini merupakan usaha yang termasuk jenis Industri Kecil Menengah (IKM).

(2)

2 1.1.2 Strategi Bisnis Saat Ini

Saat ini Pioncini menggunakan strategi yang masih tradisional. Dari segi produksi, Pioncini masih menggunakan teknik handmade untuk memproduksi produk sepatunya. Teknik tersebut sengaja dipertahankan karena teknik tersebut menjadi ciri khas dari produk sepatu Cibaduyut. Selanjutnya dari segi pemasaran, Pioncini masih mengandalkan pemasaran secara langsung kepada toko – toko dengan menawarkan produk secara langsung supaya toko yang dituju mau membeli sepatu dari Pioncini untuk selanjutnya dijual kembali kepada konsumen akhir atau pemakai. Promosi dari mulut ke mulut atau word of mouth juga masih diandalkan oleh Pioncini dalam memasarkan produk dan perusahaannya. Terobosan sudah mulai diterapkan oleh pioncini dengan mulai mencoba internet sebagai media promosi produk. Akan tetapi hasilnya masih belum terlalu baik karena media internet masih belum dikembangkan untuk menjadi strategi utama dalam pemasaran produknya.

1.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

Visi dari Industri Sepatu Cibaduyut Pioncini adalah menjadikan Pioncini sebagai pengrajin sepatu Cibaduyut yang dikenal berkualitas.

Sedangkan Misi dari Industri Sepatu Pioncini adalah:

1. Memberikan pelayanan secara maksimal dengan jujur dan terbuka.

2. Menjunjung tinggi ketekunan dan kehati-hatian dalam memproduksi produk. Tujuan usaha dari Industri Sepatu Pioncini adalah sebagai usaha yang menunjang kehidupan bagi pemilik maupun karyawan Pioncini. Serta melestarikan produk industri sepatu Cibaduyut supaya tetap bertahan melawan produk dari luar negeri.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Pada masa ini dunia usaha memasuki era globalisasi, dimana semua pihak sudah dapat secara bebas memasuki setiap pasar yang dikehendaki baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia di tahun 2015 telah menghadapi ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan diberlakukan MEA ini, maka perdagangan di ASEAN memasuki masa baru. Di ASEAN akan terjadi perdagangan bebas dengan penghilang an tarif perdagangan

(3)

3

antarnegara ASEAN dan aliran tenaga kerja antar masing-masing anggota. Kondisi tersebut memaksa persaingan yang ketat bukan lagi secara domestik, tapi sudah regional di Asia Tenggara. Sesama negara ASEAN akan berebut menjadi produsen untuk memperkuat ekonomi negaranya masing-masing. Akan ada produsen dan juga pasar (www.republika.co.id). Melihat kondisi yang demikian,

maka sudah seharusnya jika setiap bidang usaha dituntut untuk mengetahui dan mengikuti perkembangan atau perubahan iklim dari setiap kegiatan usaha. Perusahaan harus secara jelas menetapkan ke arah mana aktivitas usahanya dijalankan dan pihak – pihak mana yang menjadi sasaran dari pergerakan kegiatan usahanya atau dengan kata lain telah menetapkan arah kegiatan usahanya, serta sasaran dari penjualan produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut supaya dapat meningkatkan daya saing.

Peningkatan daya saing dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini diperlukan oleh pelaku UKM lokal untuk menghadapi persaingan usaha yang makin ketat. Sebab, pelaku UKM dapat memanfaatkan teknologi seluas-luasnya untuk mengembangkan usahanya sehingga mereka bisa cepat maju dan siap secara global. Pengamat Ekonomi KUKM Ina Primiana mengungkapkan, pada kondisi sekarang, KUKM kita belum siap untuk menghadapi persaingan MEA. Pasalnya, wawasan wirausaha dan produktivitas pelaku masih rendah. Selain itu, daya saing di sektor kualitas produk, harga, dan akses pasar juga masih sangat rendah. Maka dari itu, dibutuhkan strategi untuk menunjang aktifitas bisnis. Strategi merupakan proses yang memegang peranan penting terhadap perusahaan yang memasarkan barang atau jasa kepada konsumen karena setiap perusahaan mempunyai peluang yang sama dalam memproduksi barang atau jasa, sehingga akan terjadi persaingan antara perusahaan dengan kompetitornya dalam merebut pasar (www.republika.co.id). Untuk menajalankan aktivitas strateginya, perusahaan harus memperhatikan seluruh aspek yang terdapat pada perusahaan tersebut, yaitu Pemasaran, Operasional, Keuangan, Tenaga Kerja (SDM), dan masih banyak aspek lainnya yang berhubungan langsung. Sehingga strategi yang dijalankan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu perencanaan strategi bisnis yang tepat sangatlah penting dan krusial untuk suatu perusahaan

(4)

4

dalam bersaing mendapatkan konsumen yang baru dan mempertahankan konsumen yang telah ada sebelumnya, sehingga perusahaan tersebut dapat tetap bertahan dan berkembang dalam persaingan bisnis dengan perusahan yang sudah lama maupun perusahaan baru.

Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat, dikenal dengan peran dan fungsinya sebagai Pusat Pemerintahan, Kota Pendidikan, Kota Industri Kreatif, Kota Pelayanan Jasa/Perdagangan, Kota Tujuan Wisata dan Kota Budaya. Hal tersebut mendorong berkembangnya sentra-sentra industri di berbagai daerah di Kota Bandung. Pada tahun 2012, Bandung memiliki 30 sentra industri kecil menengah aktif dimana tujuh diantaranya telah bertumbuh besar dan menjadi salah satu tujuan alternatif untuk berwisata di Bandung, yaitu sentra industri sepatu Cibaduyut, sentra industri rajut Binong Jati, Sentra industri kaos dan sablon Suci, sentra industri perdagangan jeans Cihampelas, sentra industri tekstil dan produk tekstil Cigondewah, sentra industri tahu dan tempe Cibuntu, dan sentra industri boneka Sukamulya. Ketujuh sentra industri tersebut memiliki keunggulan masing-masing yang dapat dijadikan sebagai keunggulan bersaing (http://pikiran-rakyat.com/).

Penelitian ini fokus pada sentra industri sepatu Cibaduyut. Menurut Unit pelayanan Teknis (UPT) Persepatuan Cibaduyut Sentra ini terbentuk dari 577 unit usaha yang memproduksi berbagai jenis sepatu seperti Sepatu Kets, Pantofel, sepatu wanita, sepatu anak dll. Kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 3.114.022 pasang dengan nilai investasi Rp 19 milyar. Sentra ini telah menyerap 3.008 tenaga kerja. Keunggulan sentra industri ini yaitu teknik pembuatan sepatu secara hand made. Dalam penelitian ini peneliti memilih untuk fokus terhadap satu unit usaha sepatu Cibaduyut. Unit usaha yang akan diteliti oleh peneliti adalah industri sepatu Cibaduyut Pioncini.

Pioncini yang berdiri sejak tahun 1998 lalu masih tergolong usaha yang menganut sistem tradisional dalam memproduksi dan memasarkan produk. Hal tersebut tentu memiliki permasalahan atau tantangan yang harus dihadapi. Diantaranya tenaga kerja (SDM) yang dimiliki sangat sedikit hanya berjumlah 15 pegawai, dan untuk pelaksanaan operasional, pemasaran, dan manajerial lainnya

(5)

5

semuanya masih dikontrol langsung oleh pemiliknya. Pemasaran masih menggunakan pemasaran atau promosi tradisional yaitu menawarkan produk langsung kepada toko yang bersedia menyuplai produk pioncini dan hanya melalui mulut ke mulut seperti pelanggan atau kerabat yang pernah menjadi konsumen pioncini. Hal ini berpengaruh kepada jumlah pelanggan dan pengetahuan Masyarakat Kota Bandung terhadap usaha Pioncini. selain itu, Pioncini belum memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini dalam proses pemasaran serta kegiatan operasionalnya secara maksimal. Hal tersebut diakui oleh Bapak Agus selaku Pemilik Pioncini pada saat melakukan wawancara pendahuluan. Ini menunjukkan bahwa Pioncini belum memiliki rencana strategi yang baik dan belum siap untuk menghadapi persaingan dari para pesaingnya seperti industri sepatu Bardini dan Britanindo yang telah memanfaatkan internet terlebih dahulu sebagai strategi pemasarannya.

Untuk memiliki rencana strategi yang baik Pioncini harus melakukan tiga tahapan dalam melakukan perumusan perencanaan strategis. Tahap pertama adalah tahap input faktor Internal dan Eksternal Perusahaan. Faktor Internal perusahaan meliputi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kemudian Faktor Eksternal perusahaan meliputi peluang dan ancaman perusahaan tersebut. Setelah tahap pertama ini dilakukan maka dapat dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu tahap kedua dimana pada tahap ini dilakukan analisis dari hasil tahap pertama. Pada tahap ini menjadi titik utama penelitian peneliti untuk melakukan analisis, dimana peneliti melakukan metode analisis dengan menggunakan metode analisa Strengths Weakness Opportunities Threats (SWOT) Matrix dan Internal External (IE) Matrix untuk mengetahui kondisi internal perusahaan yang meliputi kekuatan dan kelemahan perusahaan, serta kondisi eksternal perusahaan yang meliputi peluang dan ancaman yang dimana pada hasil tahap ini akan muncul beberapa perumusan strategis dan nantinya akan di pastikan dan ditetapkan pada tahap akhir, peneliti akan memakai metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) dalam penentuan alternatif strategi bisnis yang bisa diterapkan oleh Objek penelitian penulis.

(6)

6

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Formulasi Strategi Bisnis Pioncini di Industri Sepatu Cibaduyut Periode 2016 – 2018”.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti mengidentifikasi masalah manajemen Strategi Bisnis yang dihadapi oleh Pioncini dengan menggunakan metode analisa SWOT dan IE Matriks

Masalah ini diuraikan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi bisnis Pioncini dalam Industri Sepatu Cibaduyut di tahun 2015?

2. Rencana Strategi bisnis apakah yang seharusnya dilakukan oleh pengrajin sepatu Pioncini?

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi bisnis yang telah dijalankan Pioncini dalam Industri Sepatu Cibaduyut di Kota Bandung di tahun 2015.

2. Untuk mengetahui rencana Strategi bisnis yang harus dilakukan oleh Pioncini agar mampu bersaing di Kota Bandung.

1.5 Batasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi lebih fokus terhadap objek penelitian, maka diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dibatasi pada penelitian dengan menggunakan metode analisa IFE Matriks, EFE Matriks, SWOT, IE Matriks, serta QSPM.

2. Penelitian ini dilakukan pada Pengrajin Sepatu Cibaduyut Pioncini. 1.6 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menguatkan teori yang ada, mengenai Perencanaan Strategi Bisnis di dunia bisnis secara nyata.

(7)

7 b. Kegunaan Praktis

Sebagai bahan pertimbangan untuk Pioncini dalam menentukan Strategi bisnis yang akan dijalankan untuk keberlangsungan usaha penginapan Pioncini.

1.7 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori dan penelitian terdahulu yang akan digunakan sebagai acuan dalam memahami dan menyelesaikan masalah yang diteliti, kerangka pemikiran dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, jenis penelitian, tahapan penelitian yang dilakukan, penentuan sampel dan populasi, melakukan pengumpulan data yang dilanjutkan dengan uji validitas dan reabilitas data yang diperoleh serta menjelaskan prosedur yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian secara sistematis kemudian dianalisis dengan teknik analisis yang ditetapkan dan selanjutnya dilakukan pembahasan tentang hasil analisis tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan atas hasil penelitian dan saran yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian.

(8)

Gambar

Gambar 1.1  Ruang Produksi Pioncini

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Flavonoida biasanya terdapat sebagai O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada satu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak

Pelayanan publik adalah urusan baru pada Pemerintah Kota Ambon yang dibentuk berdasarkan Perda Kota Ambon No.10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar