• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab utama atas sosialisasi anak anaknya dan pemenuhan kebutuhan pokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab utama atas sosialisasi anak anaknya dan pemenuhan kebutuhan pokok"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah kelompok berdasarkan pertalian sanak – saudara yang memiliki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak – anaknya dan pemenuhan kebutuhan pokok tertentu lainnya (Cohen,1983: 172). Dimana, secara ideal keluarga terdiri dari suami, istri, dan beberapa orang anak. Keluarga merupakan kelompok orang – orang yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, hubungan darah, yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain melalui perannya masing – masing sebagai anggota keluarga (Gunarsa, 1993: 210). Dimana, di dalam suatu rumah tangga (keluarga), tugas ayah (suami) sebagai pencari nafkah utama dalam memenuhi perekonomian keluarganya. Sedangkan, tugas ibu (istri) dalam rumah tangga (keluarga) melaksanakan pekerjaaannya di sektor domestik, baik itu dalam mengurus suami, melahirkan dan merawat anak – anak serta dalam pengelolaan rumah tangga baik itu dalam merawat kebersihan dan keindahan rumah tangga. Hampir sebagian besar masyarakat kita menganggap bahwa pekerjaan dalam sektor domestik merupakan ‘kodrat wanita’ ( Fakih, 1996: 11).

Namun, dewasa ini cukup banyak istri (ibu) ikut terjun ke dalam sektor publik (dunia kerja). Ada berbagai alasan istri ikut terjun di dalam sektor publik, diantaranya sebagai berikut:

a. Suami memang berhalangan seacara total karena sakit yang berkepanjangan atau meninggal dunia;

(2)

c. Memang telah ditempa sejak masih remaja sebagai wanita yang bekerja di luar rumah (sektor publik), baik sebagai pekerja dalam perusahaan sendiri atau milik orang lain (Yacub, 1996: 26-27).

Berkaitan dengan ketiga hal tersebut di atas, secara tidak langsung wanita mempunyai peran ganda sekaligus beban ganda (double bourden) di dalam keluarganya (rumah tangganya), yaitu di dalam sektor domestik (ibu rumah tangga) dan sektor publik (dunia kerja). Namun hal ini, bagi keluarga golongan menengah keatas (golongan kaya), beban kerja itu kemudian dilimpahkan kepada pembantu rumah tangga (domestik workers) (Fakih, 1996: 21-22).

Pada keluarga golongan menengah ke bawah, akibat situasi kemiskinan

(deprivation trap) yang melanda keluarganya/rumah tangganya menuntut istri terjun ke dalam sektor publik (diluar rumah) untuk membantu keuangan suami yang tidak memadai dalam memenuhi tuntutan kebutuhan hidup keluarganya sehari – hari

sehingga dapat menunjang perekonomian keluarganya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Bambang Sudibyo dalam (Rais, 1995: 9), situasi kemiskinan

(deprivation trap) merupakan suatu kondisi deprivesi terhadap sumber – sumber

pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pangan, perumahan, kesehatan, dan pendidikan dasar. Dengan kata lain, situasi kemiskinan (deprivation trap) adalah

sudah tidak adanya sumber-sumber ekonomi yang cukup untuk menjamin/memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari di dalam keluarga tersebut, baik itu pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan dasar.

Sesuai dengan paparan yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat topik permasalahan yang berkaitan tentang peran istri yang bekerja di luar

(3)

rumah (sektor publik), yakni sebagai buruh perkebunan di PT.Socfindo, Kebun Mata Pao, Kabupaten Sergei dalam rangka untuk membantu perekonomian suami/keluarga yang dirasakan sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari dalam keluarganya, baik itu pangan, pendidikan anak – anak mereka, pemeliharan kesehatan keluarganya, dan sebagainya.

Wawancara awal yang dilakukan peneliti kepada para wanita yang telah berumah tangga yang bekerja sebagai buruh perkebunan di PT. Socfindo Mata Pao, Kabupaten Sergei. Dimana mereka rata – rata memutuskan untuk ikut terjun bekerja di sektor publik, yakni dengan menjadi buruh/karyawan perkebunan yang selama enam hari berturut – turut tiap minggunya melaksanakan ’kerja bawah’, seperti: BTP (Batang Penggangu) yang tugasnya membongkar tumbuhan batang penggangu yang ada di pohon sawit, penyemprotan pestisida untuk mematikan hama rumput di pohon sawit, dan juga pemupukan dikarenakan penghasilan suami sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangganya (keluarganya) yang pada umumnya bekerja sebagai karyawan pabrik, karyawan lapangan, satpam perusahaan, buruh perkebunan, centeng malam, dan lain sebagainya dirasakan sangat tidak mencukupi untuk dapat memenuhi perekonomian keluarganya yang dari hari ke hari semakin meningkat tajam, baik itu untuk biaya makan untuk istri dan anak – anaknya setiap bulannya, biaya sekolah anak – anaknya, dan lain sebagainya. Namun tidak hanya itu saja, ia juga menjalankan tugasnya setiap harinya di dalam rumahnya sebagai ’ratu rumah tangga’ yang berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga (keluarganya) yang harus mengurus segala urusan pekerjaan rumah tangganya, baik itu melayani suami, mengasuh anak – anaknya, memasak makanan yang sehat dan

(4)

(peran domestik/reproduktif). Dimana, sebelum ia berangkat ke tempat kerjanya di perkebunan sawit itu, ia harus bangun pagi – pagi subuh untuk menyiapkan sarapan pagi bagi suami dan anak – anaknya, mencuci peralatan rumah tangganya yang masih kotor, mencuci pakaian keluarganya, menyapu lantai rumahnya, dan lain sebagainya. Setelah itu, sekitar pukul 06.00Wib pagi ia berangkat dari rumahnya menuju tempatnya yang tidak begitu jauh dari rumahnya, tetapi sebelum itu anak – anaknya yang masih kecil (belum bersekolah) dititipkannya pada ibu mertuanya ataupun saudaranya yang terdekat yang bertempat tinggal tidak jauh dari rumahnya. Dan jika tidak ada saudara yang bisa menjaga anaknya yang masih kecil selama ia bekerja di perkebunan sawit itu, ia menitipkannya pada Balai Penitipan Anak ’Pajak Babu’ yang disediakan perusahaan perkebunan tersebut selama jam kerja. Setelah itu, sekitar pukul 06.30Wib pagi ia langsung memulai pekerjaannya di perkebunan sawit tersebut. Di sisi lain, tak dapat dipungkiri kalau saja ia terkadang terlambat datang ke tempat kerjanya bahkan bisa jadi ia tidak hadir ke tempat kerjanya dikarenakan ada sesuatu masalah yang tidak bisa dielakkannya, seperti: dia menderita sakit karena kelelahan bekerja, merawat anaknya yang sedang sakit yang tentunya membutuhkan perhatian yang intensif darinya sebagai ibu, misalnya: membawanya untuk berobat ke klinik/puskesmas, merawatnya agar kesehatan anaknya tersebut segera pulih kembali, dan lain - lainnya. Tetapi, hal tersebut tidak sering dilakannya dikarenakan sudah merupakan konsekuensi dari istri/ibu rumah tangga yang menjalankan dua (2) peran sekaligus, yakni sebagai istri dan ibu rumah tangga yang mengurus segala pekerjaan di dalam rumah tangganya (keluarganya) setiap harinya tanpa hentinya (peran domestik/reproduktif) dan juga menjalankan pekerjaanya sebagai buruh/karyawan perkebunan sawit dari hari Senin s/d Sabtu setiap minggunya

(5)

yang lebih banyak membutuhkan fisik, tenaga, dan otot yang kuat dibandingkan menggunakan pikiran untuk melaksanakan pekerjaannya di perkebunan sawit tersebut. Dari hasilnya bekerja sebagai buruh/ karyawan di perkebunan sawit tersebut, dirinya menerima upah/gaji setiap bulannya dari perusahaan perkebunan tempatnya bekerja.

Dimana, upah/ gaji yang diterimanya dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari di dalam rumah tangganya (keluarganya) agar dapat menunjang perekonomian rumah tangganya (keluarganya).

Maka, mengacu pada gambaran realita di atas, peneliti melihat adanya peran ganda yang dilakukan sang istri, di satu sisi ia harus menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga (sektor domestik), namun di sisi lain ia juga harus menjalankan tugasnya di sektor publik, yakni sebagai buruh/karyawan perkebunan guna menunjang perekonomian rumah tangganya tersebut.

Selanjutnya kondisi tersebut juga diperkuat oleh hasil pengamatan secara langsung oleh Kennorton Hutasoit yang dituturkannya melalui tulisan yang mana dipublikasikannya melalui Harian Media Indonesia yang terdapat juga pada sebuah situs internet yang berkenaan dengan buruh dimana sebagai gambaran realita yang ditemuinya adalah adanya seorang buruh perempuan bernama Karti (25 tahun) yang setiap harinya bekerja di kebun pembibitan sawit pada PT.Socfindo tersebut untuk mencari nafkah guna menunjang perekonomian rumah tangganya.

Kenyataan dimana pendapatan suaminya sebagai buruh harian lepas atau yang dikenal juga dengan sebutan anemer, sebagaimana yang dialamatkan kepada para buruh harian lepas untuk laki-laki di perkebunan tersebut masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga mereka membuat Karti tak bisa mengelakkan

(6)

pekerjaannya. Dalam hal ini, pendapatan suaminya, Rosidi (28 tahun) setiap bulan hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka selama seminggu dimana hanya berpendapatan maksimal Rp 250.000 tiap bulan sehingga dapat dikatakan keluarga pasangan Rosidi dan Karti yang dikaruniai dua anak ini tergolong rumah tangga miskin.

Pendapatan Karti yang hanya tak lebih dari Rp 4.500 tiap hari dan paling banyak Rp 90.000 tiap bulannya ternyata tak sebanding dengan pengorbanannya yang harus meninggalkan anaknya di babuan (tempat penitipan anak di kebun). Dimana pada kenyataannya, pengeluarannya bisa lebih besar ketika anaknya sakit demam karena kurang dirawat oleh baby sitter kebun tersebut.

Dalam hal ini, pendapatan rumah tangga mereka tiap bulan ternyata masih lebih kecil daripada Rp 500.000. Dimana mereka terpaksa harus menggunakan satu-satunya kayu bakar untuk memasak dan rumah kebun yang ditempati mereka hanya berdinding papan serta atapnya sudah banyak bocor. Penerangannya dengan lampu teplok. Sumber air minumnya dari sungai. Buang hajat (buang air besar) mereka-pun terpaksa sembarangan di areal kebun, karena tak ada fasilitas jamban. Sementara, kalau beli susu atau daging, pendapatan mereka sebulan hanya cukup untuk seminggu. Dimana agar tak mati kelaparan, mereka-pun makan nasi campur kerupuk sambal dengan hidup yang sangat sederhana seperti yang dipaparkan Karti kepada Harian Media Indonesia di areal Kebun Socfindo tersebut tahun lalu.

Kondisi perekonomian yang sangat memprihatinkan yang dialami rumah tangga

Rosidi dan Karti tersebut hanyalah merupakan salah satu realitas dari sekian banyaknya

keluarga yang tergolong sebagai rumah tangga golongan menengah ke bawah di perkebunan tersebut.

(7)

Oleh karena itu, si peneliti bermaksud untuk meneliti bagaimana peran ganda istri yang bekerja sebagai buruh perkebunan di PT.Socfindo, Kebun Mata Pao, Kabupaten Serdang Bedagai tersebut dalam menunjang perekonomian di dalam rumah tangganya (keluarganya).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana dilemma peran ganda istri yakni sebagai ibu rumah tangga (peran domestik) dan sebagai buruh/perkebunan (peran publik)?

2. Bagaimana cara pengalokasian penghasilan/pendapatan istri yang bekerja sebagai buruh/karyawan perkebunan setiap bulannya agar dapat menunjang perekonomian rumah tangganya (keluarganya)?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengacu pada Latar Belakang Masalah dan Perumusan Masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengalokasian dari penghasilan istri yang diterima setiap bulannya dari hasil ia bekerja sebagai buruh perkebunan guna membantu keuangan suami yang tidak memadai dalam memenuhi tuntutan kebutuhan hidup keluarganya sehari – hari sehingga dapat menunjang perekonomian keluarganya.

(8)

2. Untuk mengetahui tentang sejauh mana peran ganda istri yang melaksanakan dua pekerjaan sekaligus, yakni sebagai ibu rumah tangga (sektor domestik) dan buruh perkebunan (sektor publik) di lingkungan keluarganya.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi perkembangan ilmu sosiologi, khususnya sosiologi gender dan keluarga dan dapat diharapkan menjadi sebuah kajian ilmiah yang penting bagi masyarakat, akademisi, dan instansi terkait (baik pemerintah maupun swasta).

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dan masukan serta pertimbangan bagi pihak – pihak maupun institusi – institusi yang terkait untuk melihat realita kehidupan suatu keluarga (rumah tangga), dimana dari pihak istri melaksanakan dua (2) peran sekaligus (peran ganda), yakni sebagai istri dan ibu rumah tangga dalam rumah tangganya/keluarganya (peran domestik) dan bekerja di luar rumah sebagai buruh/karyawan perkebunan (peran publik) agar dapat menunjang perekonomian rumah tangganya/keluarganya dan sebagai bahan komparatif dalam penelitian yang sejenis di kemudian hari.

1.4.3. Manfaat Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada penulis yang juga sekaligus peneliti mengenai sejauh mana kepotensialan peran ganda wanita yang telah berumahtangga yang melaksanakan dua kerja sekaligus, yaitu peran domestik

(9)

(sebagai istri dan ibu rumah tangga) dan peran publik (bekerja sebagai buruh/karyawan perkebunan) guna membantu keuangan suaminya yang tidak memadai untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup keluarganya sehari – hari yang semakin lama semakin meningkat pula sehingga dapat menunjang perekonomian rumah tangganya (keluarganya). Dan penelitian ini diharapkan dapat mempertajam kemampuan si peneliti dalam mengungkap gejala – sosial dan dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada dan timbul di tengah – tengah masyarakat.

1.5. Defenisi Konsep

Agar dapat lebih memahami kajian dalam penelitian ini secara lebih terarah, maka perlu diadakan pembatasan konsep dengan cara mendefenisikan konsep-konsep inti berkenaan dengan variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini secara operasional, sebagaimana yang dijabarkan secara singkat, terarah dan jelas berikut ini:

1.5.1. Peran Ganda

Sebagaimana yang tertera pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 854), defenisi peran ganda adalah dua macam tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa.adalah Berkenaan dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan peran ganda dalam penelitian ini adalah mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh perempuan yang telah berumahtangga dan sudah mempuyai anak yang melaksanakan dua (2) pekerjaan sekaligus, yaitu sebagai istri dan ibu dalam rumah tangganya/keluarganya (peran domestik) setiap harinya dan bekerja sebagai buruh/karyawan perkebunan PT. Socfindo Kebun Mata Pao, Kabupaten Sergei (peran publik) dari hari Senin s/d hari Sabtu setiap minggunya agar dapat menunjang perekonomian dalam rumah tangganya, dimana pada perkebunan sawit itu, dirinya

(10)

melaksanakan ’kerja bawah’ , seperti: melakukan pemupukan, penyemprotan pestisida (pembasmi hama), mencari anak anak kayu, mencari BTP (Batang Tumbuhan Penggangu) pada pohon – pohon sawit yang terdapat di dalam perkebunan itu yang benar – benar sangat memerlukan fisik, otot dan tenaga yang kuat untuk dapat melakukan pekerjaannya di perkebunan sawit itu. Konsekuensi dari peran ganda yang dilakukannya itu menghasilkan beban kerja yang yang berlebih yang (double bourden) bagi dirinya sendiri dan merupakan tanggung jawab sang istri yang melakukan peran ganda tersebut yang tidak bisa dihindari atau dielakkan. Menurut Chrysanti Hasibuan – Sedyono (1991) dalam (Gardiner, dkk., 1996 :220), peran ganda perempuan merupakan masalah yang sering dihadapi perempuan yang bekerja di sektor publik (domain public), khususnya bagi perempuan yang telah berumah tangga (berkeluarga) dan bahkan setelah dirinya mempunyai anak – anak yang juga melaksanakan peranan domestiknya sebagai istri dan ibu bagi anak – anaknya di dalam rumah tangganya (keluarganya).

1.5.2. Istri Yang Bekerja

Istri adalah wanita yang telah diiikat melalui proses pernikahan yang sah. Setelah lahir anak dari hasil pernikahan itu, maka statusnya bukan hanya menjadi istri, namun juga sebagai ibu bagi anak – anaknya (Yacub, 1996: 5). Istri/ibu memiliki peran gender dalam mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga yang terbentuk dalam suatu kontruksi kultural dalam suatu masyarakat tertentu (Fakih, 1996:11). Yaumil Achir dalam (Munandar, 1983: 72) mendefinisikan bekerja sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu dengan tujuan yang jelas, yaitu

(11)

untuk menghasilkan atau mendapatkan dalam bentuk uang, benda, jasa maupun ide. Berkenaan dengan penelitian ini, yang dimaksud istri yang bekerja dalam penelitian ini adalah wanita yang telah berumahtangga dan mempunyai anak yang tidak hanya menjalankan peran gendernya sebagai ibu rumah tangga(sektor domestik), tetapi juga bekerja di luar rumah (sektor publik), yakni sebagai buruh perkebunan di PT. Socfindo Indonesia, Kebun Mata Pao, Kabupaten Sergei, dari hasil ia bekerja ia memperoleh penghasilan/pendapatan berupa uang yang diterimanya setiap bulannya dari perusahaan tempat ia bekerja yang digunakannya guna membantu keuangan suami yang tidak memadai untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup keluarganya sehari – hari sehingga dapat menunjang perekonomian keluarganya.

1.5.3. Buruh

Menurut Ma’roof Pane dalam (Batam Post, 5 Oktober 2004), bahwasanya defenisi buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan cara menerima upah, dimana upah yang diterimanya dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepadanya yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang – undangan atas suatu pekerjaan yang telah atau akan dilakukannnya.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan buruh adalah wanita yang telah menikah dan berumahtangga yang tidak hanya berperan sebagai istri dan ibu di dalam rumah tangganya/keluarganya, namun juga bekerja di sektor publik, yakni sebagai buruh/karyawan perkebunan di PT. Socfindo Indonesia, Kebun Mata Pao, Kabupaten Serdang Bedagai yang menerima penghasilan/pendapatan setiap bulannya dari hasil ia bekerja sebagai buruh/karyawan dalam perusahaan tersebut.

(12)

1.5.4. Perekonomian Keluarga

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 287), defenisi perekonomian adalah berkenaan dengan ”tindakan atau cara berekonomi”. Sementara defenisi ekonomi adalah segala aturan ataupun urusan keuangan rumah tangga (keluarga, organisasi, negara dan sebagainya). Sedangkan, keluarga dapat didefenisikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi. Keluarga merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami – istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, dan merupakan pemelihara kebudayaan bersama (Khairuddin, 1997: 7).

Yang dimaksud dengan perekonomian keluarga dalam penelitian ini adalah segala urusan yang menyangkut urusan keuangan rumah tangga yang berkaitan/berkenaan dengan pemenuhan tuntutan kebutuhan hidup sehari – hari di dalam keluarga, seperti: kebutuhan pangan, perumahan, pemenuhan kesehatan keluarga, biaya pendidikan formal(sekolah) bagi anak – anaknya, dan lain sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

13 tahun 2003 pasal 87 ayat 1 tentang ketenagakerjaan yang berisi bahwa “Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jika nyawanya masih banyak (melebihi batas yang ditetapkan, dalam hal ini 20 atau 40% dari nyawa maksimum pemabuk) dan pemabuk masih menggunakan tangan kosong,

Sementara itu, disinfeksi dengan teknik penyemprotan dengan menggunakan sprayer dianggap sebagai metode yang paling efektif dan praktis bila jarak tempat pencetakan

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Oka Susila, Rinda Suardika, 2015) dengan hasil penelitian menyatakan adanya pengaruh model pembelajaran

Berdasarkan jenis kelamin, tabel di atas menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini kebanyakan berjenis kelamin Perempuan yaitu sebanyak 55 (55.0%), sedangkan

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Sebelum dan

F. Peserta diberikan waktu pengerjaan sesuai dengan yang telah diberikan oleh panitia. Peserta yang telat mengumpulkan dari waktu yang telah ditentukan dianggap

Dalam penelitian pra- eksperimen ini dilakukan beberapa tahapan yaitu pre test , proses belajar mengajar dengan menggunakan model instruksional DDFK (Definisi, Desain,