• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT

PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR,

JAWABARAT

SKRIPSI

NUR AMALIA SAFITRI H 34066094

PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

NUR AMALIA SAFITRI. Analisis Risiko Produksi Daun Potong Di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan BURHANUDDIN).

Perkembangan dunia agribisnis yang dijadikan andalan dalam pergerakan perekonomian Indonesia akan semakin baik dan menarik sejalan dengan berkembangnya animo masyarakat terhadap kegiatan agribisnis secara luas. Salah satu produk subsektor agribisnis yang cukup menjanjikan adalah hortikultura. Hortikultura memegang peranan penting dalam sumber pendapatan petani, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Salah produk hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional adalah tanaman hias. Tanaman hias (florikultur) merupakan komoditas yang sangat khas, dimana para pengusahanya dituntut untuk lebih memberikan perhatian khusus dalam pengusahaannya yang didasarkan atas keterampilan seni, keterampilan dalam hal penguasaan teknologi, budidaya dan kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi atau pemasaran. Para pengusaha tanaman hias juga dituntut untuk dapat memperdagangkan hasil produksinya dalam keadaan baik dan segar, serta menampilkan bentuk dan warna produksinya yang secara artistik mampu menarik calon konsumen.

Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun daun. Daun yang dihasilkan tanaman hias umumnya berupa daun potong dan tanaman hias daun dalam pot (potted plant). Seiring dengan pesatnya perkembangan trend tanaman hias membuat tanaman hias daun mulai banyak disukai oleh masyarakat. Penampilan bentuk yang beraneka ragam, corak warna daun yang bervariasi merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen tanaman hias. Daun potong adalah tanaman hias daun yang dimanfaatkan daunnya untuk pelengkap rangkaian bunga. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha daun potong adalah PT Pesona Daun Mas Asri yang dikenal dengan PT PDMA. PT PDMA dalam mengembangkan usahanya memiliki risiko yang dihadapi yaitu risiko produksi. Risiko produksi bisa di akibatkan oleh kondisi cuaca yang tidak pasti dan serangan hama penyakit yang sulit diduga sebelumnya. Pada musim hujan produk yang dihasilkan cukup baik karena kebutuhan akan air dapat tercukupi, namun saat musim kemarau datang kebutuhan akan air kurang tercukupi sehingga dapat menyebabkan daun tidak dapat berproduksi dengan baik, selain itu pada saat musim kemarau kondisi tanaman sangat rentan terhadap sinar matahari yang berlebih yang bisa mengakibatkan daun menjadi kering seperti terbakar. Adanya risiko produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap pendapatan yang akan diperoleh.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh PT PDMA dan menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi daun potong di PT PDMA. Produk yang dikaji adalah daun potong jenis Asparagus bintang dan Philodendron marble. Hal ini disebabkan karena jenis tersebut merupakan komoditas unggulan perusahaan dan banyaknya permintaan

(3)

Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada perusahaan PT Pesona Daun Mas Asri (PT PT PDMA). Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi.

Hasil analisis risiko menunjukkan adanya risiko produksi pada usaha daun potong. Adanya risiko produksi disebabkan oleh faktor iklim atau cuaca, tingkat kesuburan lahan serta serangan hama penyakit. Penilaian risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih yang diperoleh dari Asparagus bintang dan Philodendron marble. Philodendron marble mempunyai nilai variance yang lebih tinggi dibandingkan dengan Asparagus bintang yaitu 0.48. Demikian halnya dengan nilai standart deviation pada Philodendron marble mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan Asparagus bintang yaitu 0.69. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan Expected return. Nilai coefficient variation menunjukkan bahwa Asparagus bintang mempunyai nilai yang lebih rendah dibandingkan Philodendron marble. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap satu satuan yang dihasilkan ternyata Philodendron marble menghadapi risiko produksi yang lebih tinggi dibandingkan Asparagus bintang.

Menurut informasi di lapangan menunjukkan bahwa Philodendron marble sangat rentan terhadap cuaca serta hama penyakit. Karena apabila musim kemarau tiba tanaman ini rentan terhadap sinar matahari yang berlebih yang bisa mengakibatkan daun menjadi layu dan menguning seperti terbakar dan tanaman ini harus cukup akan kebutuhan air pada media tanam. Pada saat musim kemarau tiba, perusahaan menanggulanginya dengan memberikan penyiraman dua kali sehari atau sesuai dengan kelembaban media tanam tetapi hal tersebut belum bisa sepenuhnya dilakukan karena perusahaan masih memiliki kendala yaitu akan kebutuhan air yang terdapat di perusahaan.

Penilaian risiko spesialisasi juga dapat diukur berdasarkan pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap produksi yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung. Berdasarkan informasi di atas terlihat bahwa Asparagus bintang memiliki risiko produksi paling tinggi berdasarkan pendapatan bersih dibandingkan dengan Philodendron marble. Karena biaya yang dikeluarkan untuk Asparagus bintang relatif besar sedangkan produksinya tidak maksimal karena luasannya juga sedikit sehingga penerimaan yang diterima perusahaan relatif sedikit. Sedangkan Philodendron marble memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan Asparagus bintang. Hal ini dikarenakan produksi yang dihasilkan tinggi sehingga dapat memaksimalkan pendapatan.

PT. Pesona Daun Mas Asri melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usahanya. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha tersebut dinamakan dengan diversifikasi. Dengan pengusahaan secara diversifikasi maka risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Pada saat melakukan risiko portofolio, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dengan melakukan diversifikasi Asparagus

(4)

bintang dan Philodendron marble, ternyata lebih rendah jika dibandingkan risiko produksi tunggal yaitu produksi Asparagus bintang atau Philodendron marble. Hal tersebut menggambarkan bahwa risiko yang dihadapi perusahaan akan semakin berkurang dengan melakukan diversifikasi.

Berdasarkan hasil analisis risiko yang dilakukan maka pada PT PDMA mengalami risiko produksi. Risiko produksi berdasarkan produktivitas yang paling tinggi terdapat pada daun potong Philodendron marble. Sedangkan risiko produksi berdasarkan pendapatan bersih daun potong Asparagus bintang mengalami risiko yang paling tinggi. Selain melakukan kegiatan spesialisasi perusahaan pun melakukan kombinasi penanaman yang dinamakan diversifikasi. Dengan pengusahaan secara diversifikasi maka risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Dari hasil analisis risiko portofolio menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi. Strategi yang dilakukan oleh PT PDMA untuk dapat mengatasi risiko yang ada yaitu dengan diversifikasi dan pola kemitraan.

Agar dapat meminimalkan risiko produksi sebaiknya perusahaan lebih dapat mengenali risiko yang terjadi. Agar risiko yang ditimbulkan tidak terlalu besar lagi sebaiknya perusahaan melakukan penanaman dengan mengkombinasikan jenis tanaman yang berbeda yang tidak rentan terhadap hama dan penyakit atau dengan tanaman yang bisa menghambat perkembangan populasi hama dan penyakit.Untuk dapat mengantisipasi terjadinya musim kemarau yang panjang sebaiknya perusahaan perlu memperbaiki sistem pengairan yang ada sehingga tidak ada kendala lagi akan kebutuhan air. Selain itu perlu adanya perbaikan terhadap naungan atau Shading house yang rusak agar lebih dapat mengantisipasi sinar matahari berlebih.

(5)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG di PT

PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR,

JAWABARAT

NUR AMALIA SAFITRI H34066094

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

(6)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Daun Potong Di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat Nama : Nur Amalia Safitri

NIM : H34066094 Disetujui, Pembimbing Ir. Burhanuddin, MM NIP. 132 232 454 Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 131 415 082

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Daun Potong Di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Nur Amalia Safitri H34066094

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Juni1985. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muchtar Gozali dan Ibu Siti Aminah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengadilan 5 Bogor dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Negeri 5 Bogor. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2003 di SMU Negeri 6 Bogor. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur test (reguler) pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006 hingga tahun 2009.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Risiko Daun Potong Di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko yang dihadapi oleh PT Pesona Daun Mas Asri khususnya risiko produksi dan menganalisis penyebab terjadinya risiko produksi. Karena selama ini perusahaan mengalami fluktuasi produksi yang diperoleh.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009

Nur Amalia Safitri H34066094

(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai buntuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian dan penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Rahmat Yanuar, SP, MS selaku dosen penguji utama dari komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Ayah dan Bunda tercinta atas kasih sayang, dukungan dan doa yang selalu

diberikan kepada ananda.

5. Kakak dan adik-adikku tercinta atas motivasi yang telah diberikan.

6. Karina Kartika Sari atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar hasil skripsi yang telah memberikan masukan yang berarti dalam perbaikan skripsi ini.

7. Ibu ossy selaku manager PT PDMA yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan Pak Wawan selaku supervisor yang telah memberikan bantuan, arahan dan masukan selama penelitian. Serta seluruh staf dan karyawan PT PDMA atas bantuan dan kerjsamanya selama penelitian. 8. Sekretariat Program Studi Agribisnis atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Sahabat-sahabatku (Asma, Yuyun, Lisa, Tika, Desty, Putri, Cut dan Uum) yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dan atas persahabatan yang indah serta kebersamaan kita selama ini.

Bogor, Mei 2009

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 8 1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias ... 10

2.2 Karakteristik Tanaman Hias ... 11

2.3 Manfaat Tanaman Hias ... 13

2.4 Tanaman Hias Daun ... 15

2.5 Jenis-Jenis Tanaman Hias Daun Potong ... 16

2.6 Penelitian Terdahulu ... 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24

3.1.1 Konsep Risiko ... 24

3.1.2 Analisis Risiko ... 25

3.1.2 Sumber-sumber Risiko ... 27

3.1.3 Manajemen Risiko ... 27

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 33

4.3 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 34

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 38

(12)

5.2 Lokasi dan Kondisi Perusahaan ... 40

5.3 Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... 41

5.4 Sumber Daya Perusahaan... 43

5.5 Permodalan Perusahaan ... 45

5.6 Sarana dan Prasarana ... 45

5.7 Teknis dan Teknologi Produksi ... 45

5.8 Pola Tanam Usahatani ... 50

5.9 Pemasaran Daun Potong di PT PDMA ... 52

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Risiko Produksi ... 54

6.2 Strategi Penanganan Risiko ... 65

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 69

7.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor. Halaman

1. Nilai PDB Hortikultur Berdasarkan Harga Berlaku... 1

2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2006-2007... 2

3. Volume Penjualan Jenis Daun Potong Pelengkap Rangkaian di Pusat Promosi dan Pemasaran Tanaman Hias Rawa Belong JakartamTahun 2005-2006 ... 4

4. Permintaan dan Penjualan Daun Potong Asparagus bintang dan Philodendron marble di PT PDMA Tahun 2007-2008 ... 7

5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ... 23

6. Kualifikasi Jabatan di PT PDMA ... 43

7. Jenis dan Ukuran Tanaman Daun Potong di PT PDMA ... 49

8. Rata-rata Produktivitas dan Peluang Perusahaan Memperoleh Produktivitas Tertinggi, Normal dan Terendah Pada Asparagus bintang dan Philodendron marble di PT PDMA ... 54

9. Penilaian Expected Return Berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan Pada Asparagus bintang dan Philodendron marble ... 60

10. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Pada Asparagus bintang dan Philodendron marble Pada setiap Kondisi ... 61

11. Penilaian Risiko Berdasarkan Pendapatan Pada Asparagus bintang dan Philodendron marble ... 62

12. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Pada Asparagus bintang, Philodendron marble dan Portofolio Asparagus bintang dan Philodendron marble di PT PDMA ... 64

13. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan Pada Asparagus bintang, Philodendron marble dan Portofolio Asparagus bintang dan Philodendron marble di PT PDMA ... 65

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Produktivitas Daun Potong Philodendron marble dan Asparagus

bintang di PT PDMA Tahun 2007-2008 ... 7

2. Harga Jual Daun Potong di PT PDMA Tahun 2007-2008 ... 8

3. Hubunga Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan ... 25

4. Hubungan Risiko dengan Return ... 26

5. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan ... `` 29

6. Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

7. Pola Tanam Daun Potong di PT PDMA ... 51

8. Saluran Pemasaran Daun Potong di PT PDMA ... 52

9. Grafik Curah Hujan Ciawi Tahun 2007-2008 ... 57

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi PT PDMA ... 73 2. Biaya Produksi Asparagus bintang per 2.244 m2 ... 74 3. Biaya Produksi Philodendron marble per 2448 m2 ... 75 4. Analisis Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Pada Asparagus

bintang dan Philodendron marble ... 76 5. Analisis Risiko Berdasarkan Pendapatan Pada Asparagus

bintang dan Philodendron marble ... 77 6. Produktivitas Asparagus bintang tahun 2007-2008 ... 78 7. Produktivitas Philodendron marble Tahun 2007-2008... 79

(16)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia agribisnis yang dijadikan andalan dalam pergerakan perekonomian Indonesia akan semakin baik dan menarik sejalan dengan berkembangnya animo masyarakat terhadap kegiatan agribisnis secara luas. Salah satu produk subsektor agribisnis yang cukup menjanjikan adalah hortikultura. Hortikultura memegang peranan penting dalam sumber pendapatan petani, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Bahkan secara nasional komoditas hortikultura mampu memberikan sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) secara signifikan. Produk hortikultura meliputi tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman obat-obatan dan tanaman hias telah mampu meningkatkan PDB selama empat tahun ini (2003-2006).

Besarnya kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006, nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional terus mengalami peningkatan pada tahun 2004 nilainya sebesar 56.844 milyar lebih tinggi 5 persen dari tahun 2003. Pada tahun 2005 nilainya meningkat 8 persen dari tahun 2004 dan pada tahun 2006 nilai kontribusi subsektor hortikultura menjadi 68.639 milyar atau meningkat 11 persen dari tahun 2005. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik dimasa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku

Komoditas Nilai PDB (dalam Rp Milyar)

2003 2004 2005 2006 Buah-buahan 28.246 30.765 31.694 35.448 Sayuran 20.573 20.749 22.630 24.694 Tanaman Hias 4.501 4.609 4.662 4.734 Biofarmaka 565 722 2.806 3.762 Total 53.885 56.844 61.792 68.639

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultur, 2007

(17)

perhatian khusus dalam pengusahaannya yang didasarkan atas keterampilan seni, keterampilan dalam hal penguasaan teknologi, budidaya dan kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi atau pemasaran. Para pengusaha tanaman hias juga dituntut untuk dapat memperdagangkan hasil produksinya dalam keadaan baik dan segar, serta menampilkan bentuk dan warna produksinya yang secara artistik mampu menarik calon konsumen.

Meningkatnya kebutuhan akan tanaman hias yang berarti meningkatkan permintaan dan menunjukkan peluang usaha yang cukup menjanjikan. Peluang saja tidak cukup, karena suatu usaha pada akhirnya akan dinilai dari pendapatan yang dihasilkan. Sejauh mana pendapatan dari usaha tersebut dapat menutupi seluruh biaya produksi yang dikeluarkan dan dapat mendatangkan profit bagi pelaku usaha tersebut.

Keberadaan tanaman hias mulai menjadi daya tarik masyarakat untuk mengembangkan industri florikultur dalam negeri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan perkembangan luas panen dan produksi komoditas hortikultura di Indonesia.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2006-2007 Komoditas Luas Panen (Ribu Ha) Produksi (Juta Ton) Produktivitas (Juta Ton/Ribu Ha) 2006 20071 2006 20071 2006 2007

Sayuran 1007,8 964,1 9,4 9,1 0,0093 0,0094

Buah-buahan 728,2 759,9 16,2 16,8 0,0222 0,0221 Tanaman Hias 2,5 2,7 189,9* 214,1* 75,96 79,3 Biofarmaka 23,5 24,8 0,4 0,5 0,017 0,020

Keterangan : * satuan produksi yaitu juta tangkai 1angka sementara

Sumber : www.deptan.go.id (diolah)

Tabel 2 menunjukkan luas panen, produksi dan produktivitas tanaman hortikultur. Indonesia memiliki jumlah produksi dan luas panen komoditas hortikultura yang beragam. Luas panen terbesar terjadi pada jenis buah-buahan yang merupakan tanaman hortikultur yang banyak diekspor ke mancanegara. Selain itu perkembangan produksi buah-buahan merupakan yang paling tinggi sebesar (3,7%) jika dibandingkan dengan produksi sayuran (3,6%). Walaupun

(18)

demikian, tanaman hias memiliki perkembangan produksi yang cukup baik sebesar (11,3%). Sehingga tanaman hias pun memiliki potensi untuk dikembangkan karena jika dilihat dari segi luas panen tanaman hias mengalami peningkatan sebesar (8%). Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun daun. Daun yang dihasilkan tanaman hias umumnya berupa daun potong dan tanaman hias daun dalam pot (potted plant). Seiring dengan pesatnya perkembangan trend tanaman hias membuat tanaman hias daun mulai banyak disukai oleh masyarakat. Penampilan bentuk yang beraneka ragam, corak warna daun yang bervariasi merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen tanaman hias. Daun potong adalah tanaman hias daun yang dimanfaatkan daunnya untuk pelengkap rangkaian bunga.

Tanaman hias daun sebagai daun potong banyak digunakan sebagai pelengkap rangkaian bunga (filler), karena daun potong mampu menambah keindahan rangkaian bunga. Dengan daya imaginasi yang kreatif dan nilai tinggi, ketepatan memilih daun, komposisi yang baik dan serasi akan membuat rangkaian tersebut menjadi artistik. Perkembangan industri daun potong dipengaruhi oleh trend rangkaian bunga. Pada sekitar tahun 2003, trend rangkaian bunga mengalami perubahan. Daun-daun mulai dipakai untuk menambah keindahan rangkaian, tidak sekedar penutup dasar rangkaian. Bahkan dengan penataan artistik, rangkaian tersebut terlihat lebih exclusive. Biasanya daun-daun itu berfungsi sebagai latar belakang rangkaian bunga sehingga bungalah yang menjadi fokusnya, akan tetapi trend itu kini mulai berubah banyak yang menggunakan daun-daun menjadi fokus rangkaian bunga sehingga bunganya yang menjadi latar belakang rangkaian.

Daun potong sendiri dikenal exclusive karena harganya yang relatif lebih mahal. Fenomena ini baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak yang positif terhadap permintaan daun potong di pasaran, sehingga mengakibatkan permintaan dan nilai perdagangan daun potong cenderung mengalami kenaikan. Hal ini berimplikasi terhadap volume penjualan daun potong cukup tinggi di pasaran dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 menunjukkan terdapatnya peningkatan yang signifikan terhadap volume penjualan

(19)

Tabel 3.Volume Penjualan Jenis Daun Pelengkap Rangkaian di Pusat Promosi dan Pemasaran Tanaman Hias Rawa Belong Jakarta pada Tahun 2005-

2006 (ikat) No Jenis Daun Volume 2005 (ikat) % 2006 (ikat) % 1 Asparagus 153.609 5,37 183.688 4,41 2 Philodendron Selloum 203.513 7,11 384.479 9,24 3 Palem Kuning 273.772 9,56 295.420 7,10 4 Florida Beauty 238.072 8,32 256.404 6,16 5 Palm Wregu 165.853 5,79 189.604 4,56 6 Andong 185.264 6,47 216.961 5,21 7 Philodendron Monstera Deliciosa 94.780 3,31 192.443 4,62 8 Silver Dollar 91.315 3,19 171.153 4,11 9 Ruscus 81.797 2,86 91.619 2,20 10 Ivy 97.324 3,40 195.877 4,71 11 Papirus 182.234 6,36 206.758 4,97 12 Pakis 163.031 5,69 196.992 4,73 13 Song of Jamaica 100.059 3,49 192.024 4,61 14 Tricolor 68.385 2,39 100.562 2,42 15 Asparagus Bintang 103.049 3,60 196.630 4,73 16 Morea 19.234 0,67 66.367 1,59 17 Philodendron Marble 31.693 1,11 73.973 1,78 18 Silver Dust 31.969 1,12 72.479 1,74 19 Pecah Piring 39.987 1,40 71.570 1,72 20 Puring 80.657 2,82 90.662 2,18 21 Suji Putih 91.311 3,19 91.745 2,20 22 Suji Hijau 40.407 1,41 61.773 1,48 23 Suji Merah 34.388 1,20 68.580 1,65 24 Redondong 70.007 2,45 94.938 2,28 25 Kemuning 40.805 1,43 78.143 1,88 26 Culam 57.930 2,02 82.002 1,97 27 daun Anthurium 88.672 3,10 184.803 4,44 28 Kadaka 34.015 1,19 53.428 1,28 Total 2.863.132 100 4.161.077 100

Sumber : Pusat Promosi dan Pemasaran Rawa Belong Jakarta, 2008

Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha daun potong adalah PT Pesona Daun Mas Asri yang dikenal dengan PT PDMA. Komoditas yang

(20)

dihasilkan oleh PT PDMA terdiri daun potong dan daun pot. Produk yang paling banyak diproduksi dan menjadi produk unggulan perusahaan adalah daun potong yaitu sebanyak 75 persen dari volume produksi.

Daun potong merupakan komoditas florikultur yang menjanjikan untuk di budidayakan atau dikembangkan, namun disamping itu pengusahaan akan daun potong tidaklah mudah karena mengalami beberapa kendala. Di antara kendala-kendala yang dihadapi dalam pengusahaan daun potong yaitu adanya tingkat risiko. Risiko yang ada dalam pengusahaan daun potong diantaranya yaitu penurunan jumlah produksi yang dihasilkan, perubahan cuaca dan serangan hama penyakit yang terdapat pada daun potong yang mengakibatkan komoditas tersebut menjadi rusak atau cacat dan tidak dapat diproduksi.

Perubahan iklim, cuaca, kelembaban setempat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas tanaman. Mengingat negara kita termasuk negara tropis dan memiliki dua musim yang berdampak bagi pertumbuhan tanaman. Pada musim hujan tanaman daun potong akan cepat tumbuh karena tercukupinya akan ketersediaan air serta terjaganya suhu lingkungan sekitar dan sebaliknya apabila musim kemarau datang tanaman tersebut menjadi lambat pertumbuhannya karena kurangnya ketersediaan air, hal ini perlu diantisipasi karena apabila berlarut-larut dibiarkan akan menimbulkan risiko yang lebih besar lagi.

1.2 Perumusan Masalah

Pesona Daun Mas Asri (PT PDMA) merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang florikultur khususnya daun potong. Produk yang dihasilkan oleh PT PDMA beragam bentuk dan ukuran. Komoditas yang dihasilkan oleh PT PDMA terdiri beberapa jenis daun potong diantaranya yaitu Philodendron marble, Philodendron selloum, Asparagus bintang, Philodendron xanadu, Godseffiana, Baby doll, Song of jamaica, Leather leaf, Insignis, Florida beauty putih namun jenis daun potong yang saat ini digemari adalah Asparagus bintang dan Philodendron marble karena memiliki keunggulan yaitu dari segi bentuk daun yang unik, warna dan tekstur daun yang baik. Selain itu jenis tersebut

(21)

tersebut. PT PDMA bergerak dalam pembudidayaan hingga pemasaran daun potong.

PT PDMA merupakan perusahaan yang cukup potensial untuk dikembangkan karena banyaknya permintaan akan daun potong dan masih sedikitnya produsen tanaman hias yang bergerak dalam usaha daun potong. Selain itu, letak perusahaan yang berada di kota Bogor merupakan daerah pemasaran yang cukup baik dan memudahkan untuk melakukan pendistribusian daun potong.

Tanaman daun potong merupakan tanaman tahunan yang bisa bertahan hingga lima tahun apabila dilakukan perawatan yang intensif dan apabila tanaman tersebut tidak dapat menghasilkan produksi secara optimal maka perlu dilakukan peremajaan kembali untuk meningkatkan produksinya kembali. Namun walaupun tanaman ini merupakan tanaman tahunan dalam melakukan proses budidayanya tanaman ini memiliki risiko yang dihadapi dalam proses produksinya yaitu risiko produksi.

Risiko produksi dapat disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak pasti dan serangan hama penyakit yang sulit diduga sebelumnya. Pada musim hujan produk yang dihasilkan cukup baik karena kebutuhan akan air dapat tercukupi, namun saat musim kemarau datang kebutuhan akan air kurang tercukupi sehingga dapat menyebabkan daun tidak dapat berproduksi dengan baik, selain itu pada saat musim kemarau kondisi tanaman sangat rentan terhadap sinar matahari yang berlebih yang bisa mengakibatkan daun menjadi kering seperti terbakar. Adanya risiko hasil produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh.

Risiko yang dihadapi dalam proses budidaya daun potong yaitu mulai dari penanaman bibit hingga daun potong dapat di panen. Risiko yang dihadapi dalam penanaman bibit yaitu terjadinya tingkat kematian atau mortalitas tanaman yang dapat disebabkan oleh suhu lingkungan sehingga tanaman perlu beradaptasi terlebih dahulu. Pada saat melakukan perawatan pun masih terdapat kendala yang dihadapi seperti adanya serangan hama dan penyakit yang berdampak kepada perkembangan tanaman.

(22)

Adanya beberapa risiko yang terdapat dalam daun potong menyebabkan adanya perbedaan jumlah produktivitas yang berfluktuasi selama masa tanam berlangsung. Gambar 1 memperlihatkan bahwa produktivitas daun potong pada PT PDMA mengalami fluktuasi produksi. Hal ini dikarenakan daun potong sangat rentan terhadap perubahan musim sehingga mengakibatkan banyak serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Gambar1. Produktivitas Daun Potong Philodendron marble dan Asparagus bintang di PT PDMA Tahun 2007-2008

Pada saat ini PT PDMA belum dapat memenuhi permintaan konsumen akan daun potong. Menurut PT PDMA, permintaan konsumen yang dapat terpenuhi saat ini hanya sekitar 70 persen, sedangkan 30 persen belum terpenuhi. Sedangkan target penjualan pun belum tercapai, hal ini terjadi karena produksi daun potong yang dihasilkan oleh PT PDMA selalu berfluktuasi. Perkembangan permintaan dan penjualan daun potong Asparagus bintang dan Philodendron marble dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Permintaan dan Penjualan Daun Potong Asparagus bintang dan Philodendron marble di PT PDMA Tahun 2007-2008

Tahun Permintaan Asparagus (tangkai) Penjualan Asparagus (tangkai) Permintaan Philodendron (tangkai) Penjualan Philodendron (tangkai) 2007 84.370 64.900 88.432 68.025 2008 85.694 85.694 83.752 64.425 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 Ja n u a ri F e b ru a ri M a re t A p ri l M e i Ju n i Ju li A g u st u s S e p te m b e r O k to b e r N o p e m b e r D e se m b e r Produktivitas Tahun 2007 Philodendron marble Produktivitas Tahun 2007 Asparagus bintang Produktivitas Tahun 2008 Philodendron marble Produktivitas Tahun 2008 Asparagus bintang

(23)

7400 7600 7800 8000 8200 8400 8600 8800 9000 9200 2007 2008 Philodendron marble Asparagus bintang

PT PDMA melakukan diversifikasi produk yaitu dengan mengusahakan berbagai jenis tanaman. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk mengurangi risiko produksi dan harus secara maksimal dilaksanakan. Sedangkan perubahan harga produk pada PT PDMA biasanya jarang terjadi. Hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan cukup tinggi dan telah adanya kesepakatan antara perusahaan dengan konsumennya, dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Harga Jual Daun Potong di PT PDMA Tahun 2007-2008

Sumber : PT PDMA, 2008

Usaha sektor pertanian memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi terutama pada proses produksi karena sifatnya yang sangat tergantung pada kondisi alam yang tidak dapat dikendalikan atau diduga sebelumnya. Selain itu produk pertanian yang mudah rusak (perishable). Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk dapat meminimalisir risiko yang dapat mengganggu proses produksi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana risiko produksi yang di hadapi oleh PT PDMA?

2. Bagaimana strategi untuk mengatasi risiko produksi daun potong di PT PDMA?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh PT PDMA.

2. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi daun potong di PT PDMA.

(24)

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam meminimalisir risiko yang dihadapi

2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan

3. Sebagai tambahan informasi dan refrensi untuk penelitian selanjutnya 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sehubungan dengan keterbasan waktu serta kemampuan dalam melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada:

1. Produk yang dikaji adalah daun potong jenis Asparagus bintang dan Philodendron marble. Hal ini disebabkan karena jenis tersebut merupakan komoditas unggulan perusahaan dan banyaknya permintaan selain itu luasan lahan yang diusahakan untuk komoditas ini lebih besar dari pada jenis yang lain.

2. Penelitian ini menggunakan data periode selama produksi berlangsung dari tahun 2007-2008.

3. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio.

(25)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias

Agribisnis adalah suatu sistem yang utuh dan terdiri dari empat subsistem yaitu subsistem penyediaan sarana produksi, budidaya atau usahatani, pemasaran dan distribusi serta subsistem pendukung atau penunjang (Soekartawi, 1993). Subsistem penyediaan sarana produksi meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan input dan sarana produksi pertanian seperti pupuk, bibit atau benih, obat-obatan (pestisida) dan sebagainya.

Subsistem usahatani terkait dengan kegiatan produksi dan budidaya. Kegiatan yang dilakukan petani dan pengusaha tanaman hias pada umumnya hanya melakukan jual/beli bibit atau tanaman dengan ukuran siap jual dari daerah sekitarnya atau dari pusat-pusat produsen dan perdagangan tanaman hias. Setelah proses pembelian tanaman hias jenis tertentu, pengusaha kemudian memeliharanya sebelum dijual kepada konsumen. Pemeliharaan bersifat sementara hanya untuk menghindari risiko yang mungkin terjadi seperti layu daun dan bunga. Tanaman akan dilepas jika harga yang ditawarkan konsumen menguntungkan.

Subsistem pemasaran hasil pertanian merupakan serangkaian proses kegiatan yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Kegiatan yang dilakukan meliputi fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran terkait dengan kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri atas pembelian dan penjualan. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa, meliputi pengangkutan dan pengolahan. Adapun fungsi fasilitas terkait dengan kegiatan standarisasi dan grading, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Sedangkan subsistem pendukung atau penunjang meliputi peubah eksogen yang merupakan pendukung bagi berkembangnya sistem agribisnis seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian, lembaga penyuluhan, sarana dan prasarana angkutan, serta kebijakan pemerintah.

Agribisnis tanaman hias menurut produk yang dihasilkan dapat digolongkan menjadi delapan kelompok yaitu (1) tanaman hias bunga potong

(26)

seperti mawar, krisan, gladiol, sedap malam, anggrek, anthurium; (2) tanaman hias pot seperti anggrek, kaktus, petunia, adenium, Euphorbiace; (3) tanaman hias untuk replanting, beding dan taman, yaitu tanaman hias dalam unit polibag untuk ditanam di media tanah; (4) tanaman hias berupa daun, ranting, buah untuk filler karangan bunga; (5) industri perbenihan dan pembibitan (seedling and planting material) seperti pada anggrek dan krisan; (6) tanaman hias hasil alam seperti palem, pakis, Dracaena; (7) tanaman hias bonsai hasil seni bentuk dan kesabaran dan (8) industri BTH (Bunga Tanaman Hias) preservatif dengan pengeringan dan pewarnaan (Direktur Jendral Bina Produksi Hortikultura, 2004).

2.2 Karakteristik Tanaman Hias

Tanaman hias merupakan bagian dari hortikultur non pangan yang digolongkan dalam florikultur. Florikultur adalah cabang ilmu hortikultura yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, daun potong, tanaman pot atau tanaman penghias taman. Komoditi ini dibudidayakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dinikmati keindahannya (Lakitan, 1995). Menurut (Sudarmono,1997), tanaman hias didefinisikan sebagai jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun dan tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik.

Ashari (1995), menyatakan bahwa industri tanaman hias meliputi budidaya tanaman dalam pot, bunga potong, daun potong dan tanaman hias lainnya yang kebanyakan dilakukan di areal tertentu seperti rumah kaca. Keindahan tanaman tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman. Definisi lain dari tanaman hias dikemukakan oleh Rahardi (1997) yang menyatakan bahwa tanaman hias meliputi tanaman pot, bunga potong, kaktus, bonsai dan tanaman hidroponik.

Tanaman hias merupakan tanaman hortikultur non pangan, berbeda dengan sayur-sayuran atau buah-buahan, tanaman ini dibudidayakan untuk dinikmati keindahannya atau nilai estetikanya. Untuk menikmati keindahan tanaman hias dapat dilakukan dengan cara menghadirkan tanaman tersebut secara utuh di lingkungan pemukiman, misalnya dengan menanam tanaman hias tersebut di halaman rumah atau taman-taman umum. Tanaman hias selain ditanam

(27)

langsung di tanah juga dapat ditanam dalam pot. Dengan demikian, panen tanaman hias dapat dilakukan secara fisik dan hanya dengan menikmati keindahannya dengan tidak secara fisik memanen tanaman atau bagian dari tanaman tersebut (Lakitan , 1995).

Menurut Rahardi (1997), tanaman hias dibedakan menjadi dua golongan yaitu :

1. Tanaman hias dalam ruangan (indoor)

Tanaman hias yang cocok ditanam dalam ruangan adalah tanaman hias yang dapat hidup berhari-hari dalam ruangan dan mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar. Umumnya tanaman hias dalam ruangan merupakan tanaman berdaun indah. Ragam tanaman hias dalam ruangan yang populer antara lain : aglaonema, anthurium, palem dan paku-pakuan.

2. Tanaman hias luar ruangan (outdoor)

Pada dasarnya semua jenis tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias di luar ruangan, namun keberadaan jenisnya seringkali ditentukan oleh model dan sifat tanaman yang tahan atau tidak terhadap sinar matahari. Tanaman yang cocok untuk penghias luar ruangan adalah tanaman yang menyukai sinar matahari secara langsung. Tanaman hias luar ruangan umunya berwujud pohon-pohonan, misalnya palem dan sikas dan perdu-perduan, misalnya bougenvil, hibiscus, mawar dan soka.

Berdasarkan tempat tumbuhnya tanaman hias dapat dibedakan menjadi tanaman hias yang dapat tumbuh di tanah dan tanaman yang dapat hidup di air. Tanaman air adalah jenis tanaman yang cocok hidup di air atau membutuhkan genangan air yang cukup banyak dalam pertumbuhannya. Penempatan tanaman ini lazimnya pada kolam atau taman air, tetapi tanaman ini juga dapat ditanam soliter atau dipadukan dalam kombinasi yang harmonis di dalam pot yang indah. Penempatan pot yang biasanya terbuat dari gerabah dengan berbagai bentuk dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan selera konsumen dan ruangan tempat penyimpanan.

Menurut Palungkun (2002), berdasarkan jenisnya, tanaman hias yang dikenal di Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :

(28)

1. Tanaman Hias Bunga

Suatu tanaman digolongkan dalam tanaman hias bunga apabila tanaman tersebut mempunyai bunga yang menarik. Daya tarik suatu bunga dapat disebabkan oleh warna yang memikat, bentuk yang indah dan mempesona, bau yang harum atau oleh ukurannya yang istimewa. Contoh tanaman hias bunga diantaranya krisan, mawar, anyelir, anthurium bunga, bugenvil dan lain-lain. 2. Tanamana Hias Daun

Berbeda dengan tanaman hias bunga, tanaman hias daun memiliki daya tarik tersendiri pada bagian daunnya. Daya tarik jenis tanaman hias ini dapat disebabkan oleh bentuk, keadaan, warna, maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Contoh tanaman hias daun ini diantaranya aglonema, kuping gajah, meranti, sirih-sirihan dan lain-lain.

3. Tanaman Hias Batang

Seperti halnya dengan tanaman hias bunga dan daun, tanaman hias batang pun memiliki keistimewaan tersendiri. Tanaman hias batang mengandalkan keindahan batangnya dalam pajangan. Keindahan batang yang dapat ditampilkan dalam bentuk atau warnanya. Palem botol yang berukuran kecil dapat menampilkan bentuk warna yang menarik bila dipajang dalam ruangan, karena bentuknya mirip botol. Demikian pula dengan palem merah, warna merah yang menyala seolah-olah ditampilkan oleh batang, padahal berasal dari seludang yang membungkus batang. Contah lain dari tanaman hias batang ini yaitu palem kuning dan kaktus.

2.3 Manfaat Tanaman Hias

Tanaman hias berbunga dan berdaun indah telah lama dikenal masyarakat. Tanaman hias dapat dijumpai di halaman rumah, di pinggir jalan, bahkan di perkuburan. Selain sebagai komoditas estetika dalam melengkapi landskap lingkungan hunian maupun komersil, tanaman hias juga digunakan sebagai simbol dalam kehidupan sehari-hari. Simbol dapat berupa kegiatan formal adat seperti ritual keagamaan, kelahiran, dan kematian sebagai tabur bunga. Kegiatan informal dan nonformal seperti pengucapan selamat atas prestasi yang ditempuh, pengungkapan rasa. Tanaman hias juga dapat digunakan sebagai lanskap hijau

(29)

yang berfungsi menjadi filter polusi udara kota. Misalnya saja dengan keberadaan taman rumah, taman kawasan perkotaan dan taman kota.

Tanaman hias tidak hanya sebagai pelengkap saja melainkan mempunyai peran penting yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Setiap bagian dari tanaman hias seperti batang, akar, daun ataupun bunga mempunyai nilai hias tersendiri bagi pihak yang menikmatinya. Menurut Palungkun (2004), tanaman hias mempunyai beberapa fungsi seperti :

1. Keindahan

Tanaman hias yang diatur menurut komposisinya dapat membuahkan rasa indah dan puas pada individu yang memandangnya. Tanaman yang dirangkai dapat digunakan sebagai penyaluran jiwa seni,

2. Stabilitator atau pemeliharaan lingkungan

Keberadaan tanaman hias dapat meredap suara, menyaring debu, menyerap gas beracun, serta memelihara suhu udara dan kelembaban. Tanaman hias juga menyerap terik matahari sehingga menjadikan udara lebih sejuk dan nyaman. 3. Pendidikan (Edukatif)

Tanaman dapat menumbuhkan rasa cinta pada alam dan membentuk watak positif pada seseorang. Misalnya dengan melakukan kegiatan penataan taman di sekolah terutama taman kanak-kanak ataupun playgroup.

4. Pemeliharaan Kesehatan

Keindahan tanaman hias dapat menumbuhkan rasa tentram dan tenang sehingga memlihara kesehatan jiwa manusia. Proses asimilasi yang dilakukan tanaman menghasilkan gas oksigen dari penguraian gas asam arang sehingga udara tetap segar.

5. Sosial dan Ekonomi

Komoditas tanaman hias merupakan bisnis yang potensial untuk meningkatkan penghasilan. Keteraturan penataan tanaman hias pun dapat menimbulkan citra yang lebih positif pada individu yang ada disekitarnya.

6. Tanaman Obat

Tanaman hias dapat dimanfaatkan sebagai obat penyembuh penyakit. Misalnya tanaman kembang sepatu yang sari perasan bunganya dapat dijadikan

(30)

obat untuk menyembuhkan tubercolosa dan bronchitis. Selain itu tanaman mawar sebagai penyembuh diabetes dan encok.

2.4 Tanaman Hias Daun

Pada umumnya tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman hias bunga dan tanaman hias daun. Tanaman hias bunga merupakan tanaman hias dengan bagian bunga yang menarik. Menurut Prihmantoro (1997), tanaman hias daun merupakan tanaman dengan daun yang menarik. Tanaman hias daun dipilih karena penampilan aneka ragam daunnya yang berwarna-warni mulai dari berwarna tunggal seperti merah, hijau, kuning, perak, atau warna kombinasi seperti warna zebra, bintik-bintik, totol-totol merah ungu dan warna mengkilap. Daya tarik lainnya adalah penampilan bentuk tajuknya, bentuk batangnya, bentuk daunnya dan teksturnya (Sudarmono, 2002).

Keindahan tanaman hias daun dapat timbul karena bentuk dasar tanaman, tekstur, warna atau karakteristik khas lainnya. Organ daun terdiri dari pelepah, tangkai dan helaian. Ada tanaman yang memiliki pelepah menarik, masyarakat melihat yang menarik adalah batangnya. Contohnya palem merah, bagian yang berwarna merah menyala sebenarnya adalah pelepahnya bukan batang. Tanaman dengan bagian batang yang menarik juga dimasukkan dalam kelompok tanaman hias daun seperti palem botol.

Menurut Soeseno (1993), tanaman hias daun memiliki keindahan daun atau bentuk tubuh keseluruhannya. Bunga tidak ada dan kalaupun ada tidak mencolok. Tanaman hias daun memiliki dua fungsi yaitu, helaian daunnya dapat dijadikan sebagai filler untuk mengisi rangkaian bunga (daun potong) dan dapat juga dijadikan sebagai tanaman dalam pot.

Jumlah tanaman hias daun tidak dapat dihitung secara pasti karena makin banyak tumbuh liar yang dapat digolongkan menjadi tanaman hias. Contohnya rotan (Calamus ciliaris) yang dulunya liar sekarang dimasukkan dalam kelompok tanaman hias karena penampilan tanaman ketika masih kecil amat menarik. Selain itu tanaman hibrida atau hasil persilangan yang kini banyak dihasilkan berkat campur tangan manusia juga semakin menambah keragaman tanaman hias daun seperti Aglonema.

(31)

2.5 Jenis-Jenis Tanaman Hias Daun Untuk Daun Potong

Menurut Supari (1999), beberapa jenis tanaman hias daun yang dimanfaatkan untuk daun potong antara lain :

Anthurium

Anthurium atau sering dikenal dengan kuping gajah merupakan salah satu komoditas tanaman hias dari famili Araceae. Tanaman anthurium digolongkan menjadi dua, yaitu anthurium daun dan anthurium bunga. Anthurium daun mempunyai bentuk daun yang menarik sedangkan bunganya kurang menarik. Jenis anthurium daun biasa di gunakan untuk daun potong.

Tanaman Anthurium berasal dari daerah tropik dan merupakan tanaman berbentuk perdu yang tumbuh merambat dan memanjat. Akar tanaman berbentuk bulat kecil dan panjang serta mempunyai akar tunjang yang tumbuh dari pangkal batang yang menembus tanah sampai kedalaman 40 hingga 60 cm. Anthurium termasuk tanaman yang mempunyai batang lunak, basah (herbaceus) dan berbuku-buku tempat melekatnya tangkai daun. Batangnya sangat kuat dan memanjang. Daun anthurium mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda untuk setiap spesiesnya dan mempunyai tangkai daun yang panjang. Permukaan daun bagian atas umunya licin dan mengkilap. Ujung pangkal daun umumnya tumpul atau melekuk ke bagian dalam daun.

Leather Leaf Fern

` Merupakan salah satu jenis tanaman daun potong suku paku-pakuan dari famili Polypodiaceae dan genus Rumohra. Famili Polydiaceae merupakan tanaman paku-pakuan sejati yang tidak mempunyai batang yang sesungguhnya di atas tanah. Spora tanaman ini berada pada sisi bawah daun. Tanaman yang temasuk genus Rumohra mempunyai ciri penampilan tegak dimana helai daunnya tersusun simetris dan terlihat sangat cantik, sehingga cocok digunakan sebagai daun pengisi pada rangkaian bunga potong.

Leather leaf fern sebagaimana tanaman paku-pakuan lainya sangat mudah untuk tumbuh disemua tempat asalkan tempat tersebut cukup teduh dan terlindung dari sinar matahari langsung. Tanaman ini baru berproduksi setelah tanaman

(32)

berumur kira-kira 6 bulan. Daun leather leaf fern yang siap di panen adalah daun yang cukup tua berwarna hijau tua dengan bentuk tidak keriting dan tidak kering. Rascus

Rascus merupakan salah satu jenis tanaman daun potong yang mempunyai bentuk batang bulat kaku berwarna hijau dan putih pada pangkalnya. Daun berbentuk bulat telur, berujung lancip, berwarna hijau dan pada permukaan atasnya terdapat bakal tunas daun yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman. Rascus memiliki daun semu, daun yang terlihat sebenarnya batang yang menyerupai daun. Bentuk daunnya yang indah dan daya tahan yang cukup lama mengakibatkan tanaman ini cocok digunakan sebagai daun pengisi dalam rangkaian bunga.

Rascus mebutuhkan tempat yang teduh dan tidak terlalu basah dengan intensitas cahaya 70 persen. Tanaman ini siap di panen apabila daun sudah cukup tua yaitu warna daun sudah terlihat hijau agak tua dan daun sudah terasa lebih tebal dan agak keras.

Dracaena Sanderiana “Florida Beauty”

Dracaena Sanderiana “Florida Beauty” termasuk spesies dracaena yang cukup banyak digunakan sebagai tanaman hias daun. Species kelompok dracaena lainnya adalah Dracaena deremensis, Dracaena fragrans dan Dracaena marginata. Daun florida beauty memiliki ketahanan yang cukup lama, warna daun yang khas dan susun daun dalam batang yang memungkinkan untuk digunakan sebagai pengisi rangkaian bunga. Bentuk daunnya elips dengan ujung lancip, tersusun berpasangan di setiap buku dari batang kecil tapi cukup kuat. Permukaan daun mengkilap karena adanya lapisan lilin dan juga cukup tebal sehingga memiliki daya tahan cukup baik. Warna daun hijau dengan bercak-bercak putih atau kekuningan. Florida beauty merupakan tanaman tahunan sehingga bisa tumbuh terus dengan pemeliharaan yang baik.

(33)

Asparagus

Asparagus sudah lama dikenal di Indonesia. Selama ini banyak orang mengenal Asparagus sebagai sayur yaitu dengan di ambil rebungnya. Asparagus memiliki beberapa jenis yang juga sudah banyak dikenal oleh para penggemar tanaman hias daun sebagai pengisi rangkaian. Beberapa jenis Asparagus tersebut anatara lain Asparagus virgatus (Asparagus cemara), Asparagus umbellatus (Asparagus bintang), Asparagus setaceus, Asparagus meyeri dan Asparagus spengeri.

Asparagus termasuk dalam family liliaceae. Tanaman ini dapat tumbuh bertahun-tahun dan berkembang biak secara alami dengan mudah dan cepat. Daun yang terlihat berwarna hijau sebenarnya bukanlah daun melainkan ranting. Daun semu itu biasa disebut dengan cladode atau cladophyl. Daun semu ini terlihat seperti jarum-jarum kecil yang tersusun pada tangkai daun dan membentuk pola bermacam-macam tergantung pada jenisnya. Asparagus setaceus memiliki daun yang berbentuk segitiga sama sisi sedangkan Asparagus meyeri bentuk daunnya seperti pohon cemara kecil menyerupai ekor bajing sehingga orang banyak menyebutnya sebagai ekor bajing.

Tanaman Asparagus dapat tumbuh di berbagai tempat mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi sehingga boleh dikatakan bahwa temperatur udara tidak terlalu menjadi masalah pertumbuhannya. Tetapi beberapa jenis Asparagus masih terpengaruh dengan intensitas cahaya matahari. Intensitas cahaya matahari yang terlalu tinggi mengakibatkan pertumbuhan batang terhambat. Pada suasana yang cerah dengan temperatur udara yang agak tinggi yakni sekitar 30 0C ternyata menyebabkan pertumbuhan batang terhambat dan cenderung lebih cepat menghasilkan bunga serta daun tampak berwarna hijau tua. Kondisi redup dengan intensitas cahaya matahari yang berkurang 60 persen atau budidaya di bawah naungan menyebabkan pertumbuhan batang lebih panjang, daun berwarna hijau tua dan pertumbuhan bunga terhambat. Kondisi ini paling cocok untuk daun potong.

(34)

Phylodendron

Phylodendron memiliki jenis yang bermacam-macam diantaranya Phylodendron xanadu, Phylodendron ‘Pink Princess’, Phylodendron ‘Black Princess’ dan Phylodendron ‘burgundy’. Phylodenron biasa digunakan sebagai tanaman dalam pot dan daun potong. Tanaman ini umumnya tumbuh menjalar dan meroset. Philodendron xanadu memiliki bentuk daun yang unik menyerupai jantung yang bercelah dengan tepi daunnya seperti jari tangan. Warna daun hijau tua dengan semburat kecoklatan pada ruling daun. Philodendron ‘Pink Princess’ dan Phylodendron ‘Black Princess’ memiliki bentuk dan ukuran daun yang sama. Daunnya berbentuk jantung dengan ukuran daun besar. Bagian tepi daun bergelombang dengan tulang daun bersusun bergantian. Perbedaannya hanya pada warna daun. Philodendron ‘Pink Princess’ memiliki warna daun merah maroon dengan sedikit warna pink, sedangkan philodendron ‘Black Princess’ memiliki daun berwarna maroon. Philodendron dapat tumbuh pada suhu 18-22 0C dengan kelembaban cukup tinggi. Tanaman ini memerlukan intensitas sinar matahri tidak langsung sekitar 50 persen sehingga baik ditanam di bawah naungan. Media tanam harus gembur dan subur dengan PH berkisar antara 5,5-6. Phylodendron dapat dipanen jika tanaman sudah tamapak indah dan rimbun tanpa daun-daun kering.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan risiko adalah penelitian yang dilakukan oleh Merina (2004) menganalisis ”Analisis Pendapatan Tunai dan Risiko Peternakan Broiler (Kasus: Perusahaan X, Bekasi) yakni menggunakan analisis pendapatan dan analisis risiko. Berdasarkan nilai R/C rasio (0,88) bahwa biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan lebih besar dari penerimaan yang diterima sehingga perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 31.878.473. Hasil perhitungan analisis risiko menunjukkan bahwa nilai risiko yang diperoleh sebesar Rp 45.549.095,56. Nilai tersebut menunjukkan bahwa risiko yang harus dihadapi perusahaan X setiap periode di masa yang akan datang sebesar Rp 45.549.095,56, cateris paribus. Perusahaan X dapat diketahui besar risiko terendah yakni dilihat

(35)

dari besarnya nilai koefisien variasi (CV) dan batas bawah pendapatan tunai (L). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai CV sebesar 0,92 dan hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai peluang merugi pada setiap periode di masa yang akan datang. Adanya peluang merugi yang akan diterima perusahaan pada setiap periode di masa yang akan datang dapat dilihat dari nilai batas bawah pendapatan tunai (L). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai L sebesar Rp 41.351.150,21. Nilai tersebut berarti bahwa kemungkinan risiko paling rendah atau kerugian terendah yang akan dihadapi perusahaan X setiap periode sebesar Rp 41.351.150,21.

Rauf (2005) dengan skripsinya yang berjudul “ Analisis Finansial dan Risiko Usaha Ternak Sapi Perah PT X, Kecamatan Bogor Selatan”. Usaha peternakan mengalami berbagai risiko diantaranya yaitu perubahan tingkat harga, pendapatan, kondisi pasar yang tidak stabil dan perubahan iklim. Oleh karena itu, perlu adanya analisis evaluasi finansial dan risiko usahaternak sapi perah. Evaluasi finansial yang diukur berdasarkan kriteria investasi NPV, BCR dan IRR. Sedangkan analisis risiko diukur berdasarkan hasil yang diharapkan, standar deviasi, koefisien variasi dan analisis regresi digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko. Berdasarkan hasil perhitungan NPV usaha peternakan sapi perah dikatakan layak karena nilai NPV lebih besar dari nol yaitu Rp 751. 892. 074, nilai BCR yang diperoleh lebih besar dari satu. Ini berarti bahwa benefit atau manfaat yang diterima oleh usaha harus dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan. Dari analisis BCR didapat nilai 1,16 yang berarti usaha ternak sapi perah PT X layak dilaksanakan. Sedangkan nilai IRR menunjukkan tingkat suku bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diterima sam dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran. Berdasarkan analisis IRR didapat nilai 25,94 persen dimana nilai ini lebih besar daripada tingkat suku bunga sehingga usaha ini dapat dikatakan layak.

Sulistiyawati (2005) dengan skripsinya yang berjudul “ Analisis Pendapatan dan Risiko Diversifikasi Usahatani Sayur-sayuran pada Perusahaan Pacet Segar, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hasil analisis yang dilakukan adalah analisis pendapatan yang menggunakan analisis usahatani dan analisis imbangan penerimaan dan biaya sedangkan analisis risiko dilakukan melalui metode Single

(36)

Index Portofolio. Risiko portofolio yang dihadapi perusahaan menurun hingga sebesar Rp 170.926.873,77 dari risiko aktualnya sebesar Rp 192.837.937,68 atau turun sebesar 11%. Perusahaan ini sebaiknya tetap melakukan diversifikasi komoditas karena risiko yang di hadapi lebih ringan daripada melakukan spesialisasi komoditas dalam usahataninya.

Robi’ah (2006) dengan skripsinya yang berjudul ”Manajemen Risiko Usaha Peternakan Broiler (Studi Kasus di Sunan Kudus Farm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor)”. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa risiko usaha dalam beternak broiler adalah tinggi. Analisis yang digunakan adalah analisis risiko dan analisis keputusan berisiko. Tingginya tingkat risiko (1,3) yang dihadapi peternak broiler adalah karena fluktuasi harga input (pakan dan DOC) dengan struktur pasar oligopoli, fluktuasi harga output dengan struktur pasar persaingan tidak sempurna dan fluktuasi hasil produksi yang bergantung pada kondisi alam yang menyebabkan kondisi ketidakpastian yang tinggi sehingga risiko yang dihadapi tinggi. Manajemen produksi pada perusahaan juga belum dilaksanakan dengan baik sehingga perlu manajemen yang baik agar risiko produksi dapat dikurangi. Analisis keputusan berisiko pada usaha ini menunjukkan bahwa periode Lebaran expected value menambah populasi (Rp 128.969.580,-) lebih besar daripada expected value tidak menambah populasi (Rp 107.474.650,-). sedangkan pada periode tahun ajaran baru expected value mengurangi populasi (Rp 14.368.120,-) lebih kecil daripada expected value tidak mengurangi populasi (Rp 17.960.150,-).

Fariyanti (2008) yang meneliti tentang Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Analisis yang digunakan adalah analisis risiko model GARCH (1,1) dan menghitung nilai varian. Berdasarkan analisis risiko dihasilkan bahwa risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang yang disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input . input pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi, sedangkan lahan, benih dan obat-obatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Pada komoditas kubis, lahan dan

(37)

obt-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko, sementara benih, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi.

Risiko produksi pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan pada komoditas kubis sedangkan risiko harga produk pada komoditas kubis lebih tinggi dibandingkan komoditas kentang. Perilaku rumahtangga petani dengan adanya risiko produksi dan harga produk termasuk risk aversion dengan melakukan pengurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Pengurangan tertinggi input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga akibat peningkatan risiko produksi dan harga produk serta upah pada kegiatan usahatani terdapat pada rumahtangga petani lahan sempit. Demikian pula peningkatan penggunaan tenaga kerja off farm dan non farm yang paling rendah.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan alat analisis yang sama seperti yang dilakukan oleh Robi’ah (2006) yaitu dengan menggunakan alat analisis untuk menghitung Variance, Standard deviasi, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi. Persamaan dengan penelitian Fariyanti adalah sama-sama menganalisi risiko produksi. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terdapat pada komoditas yang dianalisis. Penelitian terdahulu menganalisis tentang peternakan broiler dan sayur-sayuran sedangkan pada penelitian ini menganalisis tanaman hias khususnya daun potong. Perbedaan juga terdapat pada perusahaan yang dianalisis. Selain itu penelitian ini lebih memfokuskan pada masalah risiko produksi.

(38)

Tabel 5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama

Penulis Tahun Judul Metode Analisis

Merina 2004

Analisis Pendapatan Tunai, Risiko dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler Analisis Pendapatan Tunai, Analisis Risiko, Analisis regresi

Rauf 2005 Analisis Finansial dan Risiko Usaha Ternak Sapi Perah PT. X

Analisis Risiko, Analisis Regresi

Robi’ah 2006

Manajemen Risiko Usaha Peternakan Broiler pada Sunan Kudus Farm di kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Analisis Deskritif, Analisis Risiko

Sulistiyawati 2006

Analisis Pendapatan dan Risiko Diversifikasi Sayur-sayuran pada Perusahaan Pacet Segar,

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Analisis Usahatani dan analisis imbangan, Analisis Risiko melalui metode Single Index Portofolio Anna Fariyanti 2008

Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam

menghadapi Risio Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Analisis Risiko Model GARCH dan Menghitung Nilai Varian

(39)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab -sub bab berikut.

3.1.1 Konsep Risiko

Risiko menunjukan pada situasi dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat di estimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan mengetahui semua kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Ada beberapa pengertian tentang risiko. Dalam kamus bahasa Indonesia (1993), disebutkan bahwa risiko sebagai kata benda berarti pada akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat di ukur dan didasarkan pada pengalaman. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak bisa diramalkan. Risiko merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi di masa yang akan datang sebagai akibat dari tindakan-tindakan yang telah ditempuh pada masa sekarang (Umar, 2001). Djohanputro (2006), menyatakan risiko sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya.

Menurut Kountur (2004), risiko berhubugan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya atau tidak tesedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya Kountur (2004) menjelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntugkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Oleh sebab itu risiko adalah

(40)

sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan.

3.1.2 Analisis Risiko

Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan bertindak rasional dalam pengambilan keputusan. Alat analisis yang umumnya digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model (Robison dan Barry, 1987; Moschini dan Hennessy, 1999). Dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) tetapi kepuasan (utility).

Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan dapat dilihat pada Gambar 3. Dimana jika pendapatn meningkat maka tingkat kepuasan yang akan diperoleh juga meningkat.

Gambar 3. Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan Sumber : Debertin, 1986

Jika dilihat dari sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robison dan Barry, 1987) :

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan Utility (U)

Income (I)

Margin Utility (MU)

(41)

maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.

2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan.

3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan.

Risiko juga diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dan informasi (risk as lack of information). Hal ini menunjukkan pentingnya penguasaan manajer atas informasi. Risiko sering pula diartikan sebagai bencana (risk as disaster) pada perusahaan, ini berarti risiko tersebut terjadi karena kesalahan strategi yang ditetapkan perusahaan sehingga menyebabkan kebangkrutan dan kejatuhan perusahaan itu sendiri.

Fluktuasi harga dan hasil produksi akan menyebabkan fluktuasi pendapatan. Ukuran yang dapat digunakan untuk melihat besarnya risiko yang dihadapi suatu usaha adalah dengan mengetahui besarnya ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation) dari pendapatan bersih per periode atau return. Dimana jika risiko tinggi maka return juga akan meningkat dan sebaliknya. Hubungan risiko dan return dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan Risiko dengan Return Sumber: Barron’s,1993

Risiko Return

Gambar

Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku
Tabel 3.Volume Penjualan Jenis Daun Pelengkap Rangkaian di Pusat Promosi                dan Pemasaran Tanaman Hias Rawa Belong Jakarta pada Tahun 2005-
Tabel  4.  Permintaan  dan  Penjualan  Daun  Potong  Asparagus  bintang  dan  Philodendron marble di PT PDMA Tahun 2007-2008
Gambar 2. Harga Jual Daun Potong di PT PDMA Tahun 2007-2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya sedang menghadapi ujian akhir, namun saya tidak bisa hadir dalam ujian tersebut karena sakit dan dosen saya tidak menawarkan untuk mengikuti ujian susulan.. Cuek saja

Penerapan Model Sains Teknologi Dan Masyarakat Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Kegiatan Ekonomi Masyarakat Pada Siswa Kelas IV SD N 2 Wergu Wetan Kudus.. Program

Dari tabel diatas diketahui bahwa masih banyak warga yang percaya terhadap unsur mistis dalam upacara membangun rumah, dengan berbagai alasan mereka mengemukakan

Berdasarkan hasil uji validasi booklet tentang gaya hidup hedonisme kepada ahli materi, ahli media, dan calon pengguna dalam proses pengembangan dapat ditarik

Penelitian ini bertujuan mengetahui laju pertumbuhan dan tingkat kelulusan hidup teripang pasir yang dipelihara dalam keramba jaring apung dengan perlakuan pemberian

Adanya postur kerja yang berisiko tinggi yaitu dengan skor REBA (8-10) dengan level tindakan 3 yaitu memerlukan tindakan secepatnya dari hasil pengukuran REBA,

Sesuai dengan Kompetensi Dasar Menganalisis persamaan dan perbedaan pendekatan dan strategi pergerakan nasional di Indonesia pada masa awal kebangkitan nasional,

Sesuai dengan judul skripsi penciptaan karya seni ini, Penerapan Pacing Cepat dalam Penyutradaraan Film “Halitofobia” sebagai Representasi Kegelisahan Tokoh Utama maka