• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN BELAJAR 7-8 : VAKSIN DAN VAKSINASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEGIATAN BELAJAR 7-8 : VAKSIN DAN VAKSINASI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN BELAJAR 7-8 : VAKSIN DAN VAKSINASI

PENDAHULUAN A.Diskripsi Singkat

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang diperoleh dari agen menular pada ternak sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular tersebut.

Vaksin diklasifikasikan menjadi dua klas, yaitu vaksin hidup dan vaksin mati serta vaksin recombinan. Vaksin hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi (keganasannya). Pengurangan virulensi dikenal dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya : Vaksin kolera unggas (Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan yang kekurangan zat makanan.

Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies yang tidak sesuai untuk tumbuhnya, contoh : virus rinderpest yang patogen terhadap sapi, dilemahkan dengan menumbuhkannya pada kambing. Cara etenuasi lainadalah menumbuhkan virus mamalia pada telur atau menumbuhkan pada telur lain jenis, misalnya :virus influenza pada ayam dilemahkan pada telur burung dara. Cara etenuasi yang umum adalah dengan memperpanjang masa pembiakannya di jaringan pembiak. Meskipun jaringan pembiak dapat diperoleh dari berbagai jenis, umumnya menggunakan sel biakan dari jenis hewan yang akan divaksinasi guna mengurangi efek samping akibat pemasukan jaringan asing.

Baik vaksin hidup maupun vaksin mati memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihannya vaksin hidup merupakan kekurangannya vaksin mati dan sebaliknya kekurangannya vaksin hidup merupakan kelebihannya vaksin mati.

Kelebihan vaksin hidup antara lain adalah kekebalan yang dihasilkan sama dengan kekebalan yang diperoleh karena infeksi alami. Merangsang pembentukan antibodi yang lebih tahan lama dan juga memberi perlindungan pada pintu-pintu masuk antigen dan tidak perlu adjuvan. Kekurangan vaksin hidup, antara lain adalah adanya bahaya pembalikan menjadi lebih virulen selama multiplikasi antigen dalam tubuh ternak yang divaksin. Penyimpanan dan masa berlaku

(2)

vaksin yang terbatas, dperlukan stabilisator dalam penyimpanan. Tingginya resiko tercemar dengan organisme yang tidak diinginkan.

Kelebihan vaksin mati dibandingkan vaksin hidup antara lain adalah tidak menyebabkan penyakit akibat pembalikan virulensi dan mudah dalam penyimpanan. Kekurangan vaksin mati, antara lain adalah perlu perhatian yang luar biasa pada saat pembuatan guna memastikan bahwa tidak tersisa virus virulen aktif di dalam vaksin. Kekebalan berlangsung singkat, sehingga harus ditingkatkan kembali dengan pengulangan vaksinasi yang mungkin menimbulkan reaksi-reaklsi hipersensitifitas. Pemberian secara parenteral memberikan perlindungan yang terbatas. Resistensi lokal pada pintu-pintu masuk alamiah/multiplikasi utama infeksi virus tidak terjadi. Memerlukan adjuvan untuk meningkatkan antigenisitas yang efektif.

B.Petunjuk Belajar

Pelajarilah materi modul ini dengan baik. Selanjutnya untuk mendapatkan pemahaman dan ketrampilan yang lebih baik, maka lakukan praktek ke peternakan. Amati ayam ayam yang divaksin dan setelah divaksin. Buat catatan tentang kasus infeksi dan kematian pada ayam petelur sebelum dan sesudah di vaksin.

INTI

A.Capaian Pembelajaran

Tujuan Instruksional dari pokok bahasan ini adalah setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan konsep-konsep dasar tentang vaksin dan vaksinasi pada ternak secara baik dan benar. Mahasiswa memahami dan dapat melakukan proses pelaksananaan kegiatan program vaksin dan vaksinasi pada ternak unggas yang dipelihara padan kandang system closed house sehingga mahasiswa memiliki ketrampilan dalam membedakan ayam yang sehat yang sudah di vaksin dan yang tidak sehat. Mahasiswa juga dapat mengevaluasi keuntungan apa saja yang diperoleh dari suatu peternakan jika menerapkan progam vaksin dan vaksinasi dengan tepat.

B.Pokok Pokok Materi 1. Vaksin

2. Cara aplikasi vaksin (vaksinasi) pada ayam petelur 3. Antibodi Maternal pada ayam

(3)

4. Cold Storage (pendingin)

5. Kemampuan Membentuk Antibodi. 6. Kegagalan Vaksinasi

A. Uraian Materi

Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau sudah dimatikan dengan prosedur tertentu, digunakan untuk merangsang pembentukan zat kekebalan tubuh, dan dapat menahan serangan penyakit. Vaksinasi adalah usaha pengebalan hewan dengan menggunakan vaksin yang merupakan pertahanan ke dua dalam upaya mengendalikan dan memberantas wabah penyakit. Vaksinasi/ imunisasi adalah usaha memancing daya tahan atau pertahanan tubuh seseorang, sehingga dengan demikian vaksinasi/imunisasi tidak ada hubungannya dengan peningkatan daya tahan tubuh. Sedangkan vaksin adalah suatu bahan yang diyakini dapat melindungi Vaksin dibuat dari virus atau bakteri patogen yang menyebabkan terjadinya penyakit. Substansi pathogen inilah yang bila disuntikan ke dalam tubuh diharapkan dapat membantu memerangi penyakit. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa tujuan vaksin adalah suatu usaha untuk merangsang daya tahan tubuh dengan memasukkan bibit penyakit yang dilemahkan dan dicampur dengan bahan lain. Pada masa lalu pembuatan vaksin banyak menggunakan serum binatang, namun kemudian penggunaan bahan ini dilarang karena dampak buruk yang ditimbulkan tidak terbendung. Pada masa sekarang ini pembuatan vaksin dengan menggunakan virus dan bakteri.

Prinsip dasar pengendalian penyakit adalah mengutamakan pencegahan dibandingkan dengan upaya pengobatan. Vaksinasi merupakan salah satu pilar penting pada pemeliharaan kesehatan ternal, selain biosecurity dan manajemen pemeliharaan yang baik. Hal tersebut disebabkan oleh tantangan penyakit di lapangan saat ini sudah sangat kompleks. Untuk penyakit viral sendiri sampai saat ini hanya dapat ditanggulangi dengan cara vaksinasi yang didukung dengan biosecurity yang ketat. Vaksinasi dilakukan berdasarkan status epidemiologi penyakit dan kondisi farm setempat. Vaksin yang diberikan bisa berupa vaksin aktif maupun inaktif. Agar penanganan dan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tersebut berhasil tentunya kita harus melakukan vaksinasi dengan cara yang benar.

(4)

Beberapa tindakan untuk mengatasi kegagalan program vaksinasi yang perlu diketahui adalah (1) vaksin harus diperoleh dari sumber terpercaya, periksa batas waktu pemakaian dan pilih vaksin yang masih panjang batas waktu pemakaiannya (2) selama transportasi vaksin, hindarkan vaksin dari kontaminasi dan cahaya matahari. Tindakan yang paling aman adalah menyimpan vaksin dalam termos atau ice box (3) apabila vaksin disimpan, usahakan temperatur penyimpanan sesuai petunjuk pabrik. Baca secara hati-hati petunjuk penyimpanan. Kadang-kadang antara vaksin dengan pengencernya terpisah dan harus harus disimpan pada temperatur yang berbeda (4) vaksinasi dilakukan saat udara dingin, yaitu pada pagi hari atau sore hari untuk mencegah stres (5) monitoring kualitas pakan, jangan sampai mengandung mikotoksin, karena mikotoksin dengan kadar 30 ppb akan menunrunkan immunocompetence (6) pada vaksin yang dicampur air minum, maka perhitungan volume air yang digunakan harus tepat, hal ini disesuaikan dengan umur ayam dan kondisi iklim, karena konsumsi air bervariasi tergantung cuaca dan umur. Air yang mengandung chlor atau desinfektan, harus dihindari. Vial vaksin harus dibuka di dalam air minum untuk menghindari kontaminasi udara (7) dianjurkan diberi obat cacing pada ayam grower dan finisher, kira-kira seminggu sebelum vaksinasi untuk mencapai hasil yang optimal (8) bisa diberikan adjuvant atau immunomodulator untuk mencapai immunocompetence yang diharapkan.

1. Vaksin.

Pembatasan life span (masa berlaku) vaksin yang sudah lewat atau kadaluwarsa menyebabkan vaksin tidak berguna apabila digunakan karena tidak akan menghasilkan imunitas yang diharapkan. Apabila temperatur pada saat penyimpanan dan transportasi vaksin di atas 4 derajat celcius, maka vaksin akan kehilangan potensinya. Demikian pula vial dan bahan asal vial yang tidak memenuhi syarat. Bahan pengencer yang disediakan berkualitas rendah. Seringkali digunakan bahan pengencer berupa air sumur, air destilasi atau garam fisiologis, hal ini tidak dibenarkan. Perlu dicatat bahwa bahan pengencer yang digunakan adalah yang telah disediakan oleh pabrik pembuat vaksin. Bahan pengencer tidak boleh dicampur atau ditambahkan zat apapun.

- Live Vaccine Adalah strain yang secara alami mengalami rekayasa genetik menjadi bentuk yang lebih jinak(mild) dari strain lapang nya.

- Killed Vaccine adalah keseluruhan virus atau bakteri yang dimatikan selama proses produksi dan diformulasi menjadi produk

(5)

- Recombinant adalah Memakai virus atau bakteri hidup sebagai vektor yang mengirimkan kode genetik untuk antigen protektif dari agen infeksius kedua dari kekebalan yang diinginkan.

2. Cara Vaksinasi.

Pengenalan praktis vaksinasi secara baik dan benar terutama pada dunia perunggasan, baik yang dilakukan di hatchery maupun di lapangan(kandang). Vaksinasi yang benar adalah bagian yang sangat penting dan menjadi salah satu kunci keberhasilan dari program manajemen perunggasan yang baik. Secara khusus dosis dan cara/route pemberian vaksin tertentu sudah ditetapkan oleh produsen pembuat vaksin. Apabila hal tersebut dilakukan tidak sesuai aturan maka terjadilah kegagalan vaksin. Jarum suntik dan dropper yang tidak steril dan tidak stabil akan mengurangi potensi vaksin. Salah dosis, kekurangan dosis vaksin akan menimbulkan imunitas yang kurang. Kelebihan dosis akan menimbulkan immunotolerant dan harga vaksin menjadi mahal. Bahan pengencer yang tidak steril menjadikan vaksin tidak murni lagi. Kadang-kadang peternak menggunakan bahan pengencer berupa air ledeng yang mengandung chlorin, sehingga vaksin kurang menghasilkan potensi antigenisitasnya dan menyebabkan timbulnya antibodi yang kurang. Route pemberian vaksin yang sering digunakan antara lain : intra muskuler (injeksi serabut otot), tetes hidung (intra nasal), tetes mata (intra oculer), subkutan (di bawah kulit). Route pemberian vaksin harus dilakukan sesuai petunjuk produsen vaksin. Kesalahan route pemberian vaksin menyebabkan potensi imunitas yang dihasilkan kurang memuaskan. Jadwal pemberian vaksin seringkali tidak diperhatikan peternak. Beberapa vaksin harus diulang pemberiannya dan dikenal dengan istilah booster. Apabila rangkaian pemberian vaksin yang mungkin terdiri dari booster I dan booster II dan seterusnya tidak lengkap dilakukan , maka imunitas yang diharapkan tidak akan tercapai.

(6)

Gambar 1. Vaskinasi wing web

Vaksinasi live massal Water

» Harus habis kurang dari 2 jam(ayam harus kondisi haus,pagi saat ada sinar pertama,hitung konsumsi air)

» Dosis setiap ayam sama? » Tepat dosis?

» Volume residu air di pipa? » Kontaminasi saluran air? » Butuh stabilizer

Spray

» Dua macam spray: coarse(AE,ST.ET,IBD can) dan fine(ND/IB ke 3-4) spray

» cahaya minim, target diatas kepala ayam, lebih banyak air lebih baik(rata), matikan kipas(hindari angin)

» Campur vaksin dengan aqua destilata + dye + stabilizer Vaksinasi live individu

(7)

Wing web

» Pox(hanya wing web), AE/Pox, CAV, Live Cholera » Biasanya diatas 6 minggu

» Butuh 2 operator

» Livability pox 2jam, AE 1jam; 1 operator 1 jam = 500 ayam, » Ada marker(wing web stick)

» Evaluasi dengan ada tidaknya pembengkakan(nodul,takes) beberapa hari stlh vaksinasi, target = 95% dari 100 ayam)

Gambar 2. Vaskinasi wing web

Eye Drop » ILT, MG » 1 tetes / 1 dosis

» Biasanya handling dilakukan bersamaan dengan vaksinasi pox dan atau vaksinasi killed » ILT live > 1 jam

» Evaluasi dari warna biru pada lidah Vaksinasi killed

Intramuscular (im)

» Injeksi pada dada, kaki, paha

» Lebih mudah injeksi pada massa otot

» Dapat timbul lesi residu pada ayam tua yang akan dikonsumsi Subcutaneous (Sq)

(8)

» Lebih sulit melakukan injeksi yang tepat (kadang ada ayam yang mengalami mis-vaksinasi)

» Lebih mudah melihat indikasi dari warna biru dibawah kulit » Untuk vaksin Marek dye(pewarna) 1-2 cc per 500 ml Vaksinasi Di Hatchery

In – Ovo Injection

saat transfer HE dari setter ke hatcher (hari ke 18-19), melalui tusukan di amniotik atau intraembrionik.

Marek

Vaksinasi Marek diaplikasikan SC, Live Vaccine yang berbentuk “kering beku” & disimpan dalam tangki nitrogen cair; di thawing & mix diluent sebelum digunakan

Subcutaneous (SC) Injection

Injeksi dilakukan dibawah kulit, di leher bagian belakang(tengkuk); Killed Vaccine Intramuscular (IM) Injection

Injeksi dilakukan di bagian paha; Killed Vaccine Spray Vaccination

Dilakukan menggunakan alat spray dalam suatu kabinet(box); Live Vaccine(ex: IB, ND,cocci) Vaksinasi Di Kandang

Water Vaccination

Disebut juga drinking water(DW) vaccination, Live vaccine, In hatchery, at day 18 of embryos orange.

Subcutaneous (SC) Injection

Injeksi dibawah kulit (leher & inguinal fold)

(9)

Intramuscular (IM) Injection

Injeksi pada muskulus (masuk kedalam otot/daging) paha, dada, atau ekor

Gambar 4. Vaksinasi Injeksi pada muskulus (masuk kedalam otot punggung dan paha)

Gambar 5. Vaksinasi Injeksi pada muskulus (masuk kedalam otot dada)

Spray Vaccination Dengan sprayer punggung Wing Web Vaccination

Dengan alat needle aplicator,Injeksi dilakukan pada tengah sayap, biasanya sebagai aplikasi vaksin ILT, POX, AE, Live Cholera, CAV

Intraocular(eye drop), Oral, atau Nasal Drop

(10)

Gambar 5. Vaksinasi Intraocular (eye drop, Oral, Nasal Drop)

3. Antibodi Maternal. Antibodi maternal adalah antibodi yang berasal dari induk yang diturunkan kepada anak, kalau pada ayam melalui kuning telur pada waktu telur masih ada di ovarium. Kegunaan antibodi tersebut adalah untuk ketahanan tubuh anak terutama pada awal-awal kehidupannya. Antibodi ini diperoleh secara pasif. Vaksinasi yang dilakukan pada saat antibodi maternal masih ada dalam darah sirkulasi, artinya belum secara total dikatabolisme, maka vaksin yang diberikan akan percuma, karena dinetralisir oleh antibodi maternal. Hasil penelitian Zalizar dan Rahayu (1997), menunjukkan bahwa setelah pemberian vaksin ND La Sota ke-I pada ayam umur 8 hari, titer HI (Hemaglutinasi Inhibisi) menurun sangat drastis sampai 78,75% dari antibodi maternalnya, hal ini disebabkan masih ada campur tangan antibodi maternal terhadap keberhasilan vaksinasi. Titer HI setelah pemberian vaksin ND La Sota ke-II, yaitu pada umur 18 hari, ternyata jauh lebih tinggi daripada titer HI vaksinasi ke-I. Demikian pula titer HI setelah vaksinasi ke-tiga, pada umur 28 hari, lebih tinggi daripada titer HI vaksinasi ke-I dan ke-II. Antibodi maternal secara efektif mencegah keberhasilan vaksinasi sampai antibodi tersebut habis, yaitu sekitar 10 – 20 hari setelah ayam menetas.

4. Cold Storage (pendingin). Vaksin harus dipertahankan tetap dingin dari mulai dikeluarkan oleh pabrik pembuat sampai pada saat akan diberikan kepada ternak. Vaksin dan bahan pengencer kadang-kadang menjadi satu tempat, akan tetapi kadang juga terpisah dengan temperatur penyimpanan yang berbeda, hal ini tergantung dari pabrik pembuat vaksin. Tindakan yang lebih hati-hati adalah apabila selama transportasi vaksin ditempatkan di ice box sehingga temperatur yang rendah dapat selalu dipertahankan.

(11)

Gambar 6. Penyimpanan vaksindalam vaccine carrier

5. Kemampuan Membentuk Antibodi. Vaksin yang diberikan akan berhubungan langsung dengan status imun ayam yang menerima vaksin. Immunocompetence adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan kemampuan membentuk antibodi yang dimiliki oleh ternak. Immunocompetence sangat dipengaruhi oleh faktor kongenital (bawaan lahir) dan faktor lingkungan. Faktor kongenital yang banyak berperan adalah organ-organ limfoid, yang terdiri atas : bursa fabricius pada ayam, thymus, lien yang akan menghasilkan sel-sel limfosit. Bursa fabricius merupakan tempat pendewasaan dan deferensiasi sel-sel limfosit B yang berperan dalam antibodi humoral, sedangkan thymus berperan sebagai tempat pendewasaan sel-sel limfosit T yang berperan bagi pembentukan antibodi seluler. Apabila ada gangguan pembentukan antibodi oleh organ-organ limfoid di atas maka kekebalan tubuh yang terbentukpun akan terganggu. Faktor lingkungan yang berperan menentukan immunocompetence ternak adalah status nutrisi dan penyakit. Nutrisi yang jelek terutama kandungan protein yang rendah akan menurunkan immunocompetence. Temperatur yang tinggi dan tingginya curah hujan juga akan menyebabkan stress pada ternak yang akan menurunkan juga immunocompetence. Penyakit-penyakit strategis pada ayam yang sering menyebabkan hambatan imunitas (immunocompetence) adalah IBD (gumboro) dan ND 6. Kegagalan Vaksinasi

Perlu diingat bahwa vaksinasi adalah salah satu program pengendalian penyakit pada ternak yang bertanggung jawab terhadap kerugian ekonomis yang cukup tinggi apabila dalam pelaksanaanya ternyata menemui kegagalan. Adanya kegagalan vaksinasi menyebabkan angka pesakitan (morbiditas) ternak yang tinggi, penurunan produksi dan tingginya biaya yang harus

(12)

dikeluarkan. Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan vaksinasi adalah menyangkut life span vaksin, cara vaksinasi, antibodi maternal, kemampuan membentuk antibodi pada ternak, mikotoksin dan kontaminan lain, seperti limbah industri, pupuk kimia, rodentisida, asap mobil, cat dan herbisida.

7. Upaya Mengatasi Kegagalan Vaksinasi

Beberapa tindakan untuk mengatasi kegagalan program vaksinasi yang perlu diketahui adalah (1) vaksin harus diperoleh dari sumber terpercaya, periksa batas waktu pemakaian dan pilih vaksin yang masih panjang batas waktu pemakaiannya (2) selama transportasi vaksin, hindarkan vaksin dari kontaminasi dan cahaya matahari. Tindakan yang paling aman adalah menyimpan vaksin dalam termos atau ice box (3) apabila vaksin disimpan, usahakan temperatur penyimpanan sesuai petunjuk pabrik. Baca secara hati-hati petunjuk penyimpanan. Kadang-kadang antara vaksin dengan pengencernya terpisah dan harus harus disimpan pada temperatur yang berbeda (4) vaksinasi dilakukan saat udara dingin, yaitu pada pagi hari atau sore hari untuk mencegah stres (5) monitoring kualitas pakan, jangan sampai mengandung mikotoksin, karena mikotoksin dengan kadar 30 ppb akan menunrunkan immunocompetence (6) pada vaksin yang dicampur air minum, maka perhitungan volume air yang digunakan harus tepat, hal ini disesuaikan dengan umur ayam dan kondisi iklim, karena konsumsi air bervariasi tergantung cuaca dan umur. Air yang mengandung chlor atau desinfektan, harus dihindari. Vial vaksin harus dibuka di dalam air minum untuk menghindari kontaminasi udara (7) dianjurkan diberi obat cacing pada ayam grower dan finisher, kira-kira seminggu sebelum vaksinasi untuk mencapai hasil yang optimal (8) bisa diberikan adjuvant atau immunomodulator untuk mencapai immunocompetence yang diharapkan.

B. Forum Diskusi

Bagaimana cara menerapkan manajemen vaksinasi pada ayam petelur, dan bagaimana dalam monitoring keberhasilan vaksinasi

PENUTUP C. Rangkuman

Vaksinasi merupakan salah satu program penting yang akan menentukan keberhasilan suatu pengendalian penyakit. Keberhasilan program vaksinasi ditentukan

(13)

oleh (a) pemahaman manajemen dalam memahami kondisi endemi dan atau epidemi lokal dan regional, (b) pemilihan dan penanganan vaksin yang tepat, (c) proses penanganan dan pelaksanaan vaksinasi, (d) penanganan ternak pasca vaksinasi, dan (e) keputusan dalam menentukan status titer antigen dan antibodi sebagai dasar untuk melakukan vaksinasi. Bahan dasar vaksin atau sering disebut antigen vaksin ini adalah berasal dari kuman atau bakteri, juga virus yang patogen, yang bisa berjangkit dan menimbulkan penyakit bagi manusia atau hewan oleh karena itu perlakuan terhadap vaksin harus benar-benar hati-hati. Untuk memperoleh antigen sebagai bahan dasar pembuat vaksin, bisa dilakukan secara langsung dari bahan tubuh yang terinfeksi oleh bibit penyakit atau dengan cara menanam bibit penyakit ini didalam media pembiakan yang disiapkan secara khusus. Bakteri atau kuman bisa hidup dialam, diluar tubuh makhluk hidup, atau juga dimedia pembiakan yang sesuai dilaboratorium, namun virus hanya bisa hidup didalam sel makhluk hidup, atau dalam media pembiakan virus yang dibuat khusus terdiri dari sel hidup. Jenis vaksin atau bentuk vaksin dapat dibuat dalam berbagai produk yaitu vaksin hidup (live) atau tidak aktif (kill vaccine/dibunuh). Beberapa vaksin hidup disusun dari mulai yang tingkat virulensinya rendah atau ringan. Vaksin aktif diperoleh dari pelemahan mikroorganisme. Sediaan vaksin aktif biasanya dalam bentuk kering beku. Sehingga pada aplikasi atau pemakaiannya harus dilarutkan dahulu menggunakan pelarut, misalnya, air biasa (minum) atau aqua destilata. Saat pemakaian vaksin aktif adalah virus vaksin harus segera menemukan sel inang (masuk ke dalam tubuh ternak) terutama setelah dilarutkan, karena mikroorganisme/ virusnya hanya dilemahkan (mati suri). Oleh karena itu vaksinasi harus dilakukan secepat mungkin, dalam waktu 2-4 jam harus habis terkonsumsi. Setelah vaksin diberikan, maka virus akan menuju ke target organ kekebalan untuk bermultiplikasi kemudian menuju ke organ limfoid untuk mengertak pembentukan kekebalan

D. Tes Formatif

1. Jelaskan prinsip-prinsip dasar penanganan vaksin?

2. Jelaskan keberhasilan program vaksinasi yang ada di Indonesia? 3. Jelaskan hubungan antara vaksinasi dan peta epidemiologi ? 4. Jelaskan keuntungan penerapan program vaksinasi?

(14)

Daftar Pustaka

Anonimus, 1998. Cleaning and Disinfection of Premises. Maintaining Livestock Health after a Flood. Missisippi State University Extension Service.

Defra. 2002. Risk management strategy – Section 4: Assessing risks. http://www.defra.gov.uk/corporate/busplan/riskmange/section4.htm. Department for Environment, Food and Rural Affairs, UK. Accessed February 2006

Dwidjoseputro, 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan.

EUROPEAN COMMISSION (2006). The Rules Governing Medicinal Products in the European Union. Eudralex. Volumes 1–9. European Commission Enterprise and Industry DG; Directorate F – Consumer goods. Latest versions only available at http://pharmacos.eudra.org/F2/eudralex/index.htm.

FAO. 2011. Challenges Of Animal Health Information Systems And Surveillance For Animal Diseases And Zoonoses. Fao Animal Production And Health Food And Agriculture Organization Of The United Nations Rome, 2011

GAY C.G. & ROTH H.J. (1994). Confirming the safety characteristics of recombinant vectors used in veterinary medicine: a regulatory perspective. Recombinant vectors in vaccine development. Dev. Biol. Stand., 82, 93–105

Jones, 1998. Staphylococcus aureus Mastitis : Cause, Detection and Control. Virginia-Maryland Regional College of Veterinary Medicine, Virginia Tech.

Murtidjo, BA., 1995. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Penerbit Kanisius.

OIE. Animal Health In The World. 2013. Update On Highly Pathogenic Avian Influenza In Animals (Type H5 and H7)

PASTORET P.P., BLANCOU J., VANNIER P. & VERSCHUEREN C., EDS (1997). Veterinary Vaccinology. Elsevier Science, Amsterdam, The Netherlands.

Rahayu, ID., Kunci Sukses Mengatasi Kegagalan Program Vaksinasi. Poultry Indonesia, Mei – 2000.

Rahayu, ID., 2001. Mengatasi Mikotoksin Sebagai Kontaminan Bahan Pakan Ternak. Poultry Indonesia, April 2001.

ROTH H.J. & GAY C.G. (1996). Specific safety requirements for products derived from biotechnology. In: Veterinary Vaccinology, Pastoret P.-P., Blancou J., Vannier P. & Verschueren C., eds. Elseviers Science Publishers B.V. Amsterdam, The Netherlands.

Shane, SM.1998. Buku Pedoman Penyakit Unggas. (Terjemahan). Alih Bahasa : Tangenjaya dkk.. American Soybean Association.

(15)

Singh, B. P. & Chauban, R. S., 1999. Vaccine Failures. Poultry International. September, 1999.

Subronto dan Tjahadjati, 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press.

Tizard, 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Terjemahan Masduki Partodiredjo.. Penerbit Universitas Airlangga.

Todar, Kenneth, 2000. Controlling Growth with Chemical Agents.University of Wisconsin-Madison.

Zalizar, L dan Rahayu, ID., 1997. Pengeruh Pemberian Vaksin Newcastle Disease (ND) La Sota Terhadap Titer Hemaglutinasi Inhibisi (HI) pada Ayam Broiler. Laporan Penelitian. Laboratorium Kesehatan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Muhammadiyah Malang.

Gambar

Gambar 1. Vaskinasi wing web  Vaksinasi live massal
Gambar 2. Vaskinasi wing web  Eye Drop
Gambar 3. Vaksinasi Injeksi dibawah kulit (leher & inguinal fold)
Gambar 4. Vaksinasi Injeksi pada muskulus (masuk kedalam otot punggung dan paha)
+3

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,