• Tidak ada hasil yang ditemukan

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

OUTLOOK KELAPA SAWIT

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

2016

(4)
(5)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

OUTLOOK KELAPA SAWIT

ISSN : 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 73 halaman

Penasehat :

Dr.Ir. Suwandi, MSi. Penyunting :

Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc. Drh. Akbar Yasin, MP. Naskah :

Ir. Efi Respati, M.Si Design Sampul : Diah Indarti, SE

Diterbitkan oleh :

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

(6)
(7)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

KATA PENGANTAR

Publikasi Outlook Kelapa Sawit Tahun 2016 ini merupakan salah satu publikasi hasil analisis yang diterbitkan Pusdatin dalam rangka mengemban visi dan misinya, yakni menjadi sumber data dan informasi yang lengkap, akurat dan terpercaya untuk mendukung pembangunan pertanian. Publikasi Outlook Kelapa Sawit Tahun 2016 menyajikan keragaan data series komoditi kelapa sawit secara nasional dan internasional selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020.

Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui portal e-Publikasi Kementerian Pertanian di alamat http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/.

Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi kelapa sawit secara lebih lengkap dan menyeluruh.

Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.

Jakarta, Desember 2016 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,

Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP.19670323.199203.1.003

(8)
(9)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

RINGKASAN EKSEKUTIF ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. TUJUAN... 2

1.3. RUANG LINGKUP ... 2

BAB II. METODOLOGI ... 3

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ... 3

2.2. METODE ANALISIS ... 4

BAB III. KERAGAAN KELAPA SAWIT NASIONAL ... 7

3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA ... 7

3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia ... 7

3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia ... 9

3.1.3. Sentra Produksi Kelapa Sawit di Indonesia ... 11

3.2. PERKEMBANGAN HARGA DOMESTIK DAN HARGA DI PASAR DUNIA CPO ... 15

3.3. NILAI PRODUKSI DAN PENGELUARAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA ... 17

3.4. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA ... 18

3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR KELAPA SAWIT INDONESIA ... 19

3.4.1. Perkembangan Ekspor Kelapa Sawit Indonesia ... 19

(10)

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

3.4.3. Neraca Perdagangan Kelapa Sawit Indonesia ... 21

BAB IV. KERAGAAN KELAPA SAWIT ASEAN DAN DUNIA ... 23

4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT ASEAN DAN DUNIA ... 23

4.1.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit ASEAN ... 23

4.1.2. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit ASEAN ... 25

4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit ASEAN ... 26

4.1.4. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Dunia... 27

4.1.5. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Dunia .... 28

4.1.6. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Dunia ... 29

4.1.7. Sentra Produksi Kelapa Sawit Dunia ... 30

4.1.8. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia ... 31

4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR KELAPA SAWIT ASEAN DAN DUNIA ... 33

4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kelapa Sawit ASEAN ... 33

4.2.2. Perkembangan Volume Ekspor-Impor Kelapa Sawit Dunia .. 35

4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN KELAPA SAWIT ASEAN DAN DUNIA . 37 4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Kelapa Sawit ASEAN ... 37

4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Kelapa Sawit Dunia ... 38

BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI KELAPA SAWIT ... 41

5.1. PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA 2016-2020 ... 41

5.2. PROYEKSI KONSUMSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA 2016-2020 ... 43

5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KELAPA SAWIT DI INDONESIA 2016 - 2020 ... 44

5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN KELAPA SAWIT DI ASEAN 2014-2020 ... 45

(11)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

BAB VI.KESIMPULAN ... 49 DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN ……… ... 53

(12)
(13)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Indikator, Periode dan Sumber Data yang Digunakan ... 3 Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan, 1980-2016 .. 8 Tabel 3.2. Rata-rata Nilai Produksi dan Pengeluaran per 100 Pohon dari Usaha Perkebunan Tanaman Kelapa Sawit, Tahun 2014 ... 18 Tabel 5.1. Proyeksi Produksi Kelapa Sawit di Indonesia, 2016-2020 ... 42 Tabel 5.2. Proyeksi Konsumsi Minyak Sawit/Crude Palm Oil (CPO)

di Indonesia, 2016-2020 ... 44 Tabel 5.3. Proyeksi Surplus/Defisit Minyak Sawit/Crude Palm Oil (CPO)

Indonesia, 2016-2020 ... 45 Tabel 5.4. Proyeksi Ketersediaan Minyak Sawit di ASEAN, 2014-2020 ... 46 Tabel 5.5. Proyeksi Ketersediaan Minyak Sawit di Dunia, 2014-2020 ... 48

(14)
(15)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status

Pengusahaan di Indonesia,1980–2016 ... 7 Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Menurut Status

Pengusahaan di Indonesia, 1980-2016 ... 9 Gambar 3.3. Kontribusi Rata-Rata Produksi Minyak Sawit Menurut Status

Pengusahaan, Rata-rata 2012–2016 ... 10 Gambar 3.4. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia,

1995–2016 ... 11 Gambar 3.5. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit di Indonesia Rata-rata,

2012 - 2016 ... 12 Gambar 3.6. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Riau, 2014 ... 13 Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara,

2014 ... 14 Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Kalimantan

Tengah, 2014 ... 15 Gambar 3.9. Perkembangan Harga CPO di Pasar Domestik di Indonesia,

2012–2015 ... 16 Gambar 3.10. Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia, 2012–2015 ... 17 Gambar 3.11. Perkembangan Konsumsi Minyak Sawit Indonesia, 2002-2015 ... 19 Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor Kelapa Sawit Indonesia, 1981–

2015 ... 20 Gambar 3.13. Perkembangan Volume Impor Kelapa Sawit Indonesia, 1981–

2015 ... 21 Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca

Perdagangan Kelapa Sawit Indonesia, 2001–2015 ... 22 Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit

(16)

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 4.2. Beberapa Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Terbesar di ASEAN, Rata-rata 2010-2014 ... 24 Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit ASEAN, 1980-2014 ... 25 Gambar 4.4. Beberapa Negara dengan Produksi Minyak Sawit Terbesar

ASEAN, Rata-rata 2010-2014 ... 26 Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit ASEAN,1980-2014 ... 27 Gambar 4.6. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit

Dunia, 1980-2014 ... 28 Gambar 4.7. Beberapa Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa

Sawit Terbesar di Dunia, Rata-rata 2010-2014 ... 29 Gambar 4.8. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Dunia, 1980-2014 ... 30 Gambar 4.9. Beberapa Negara dengan Produksi Kelapa Sawit Terbesar

Dunia, Rata-rata 2010-2014 ... 31 Gambar 4.10. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia, 1980-2014 ... 32 Gambar 4.11. Beberapa Negara dengan Produktivitas Kelapa Sawit

Tertinggi di Dunia, Rata-rata 1910-2014 ... 33 Gambar 4.12. Perkembangan Volume Ekspor Kelapa Sawit ASEAN,

1980-2013 ... 34 Gambar 4.13. Perkembangan Volume Impor Kelapa Sawit ASEAN,

1980-2013 ... 35 Gambar 4.14. Negara Eksportir Minyak Sawit Terbesar Dunia, Rata-rata

2009 - 2013 ... 36 Gambar 4.15. Negara Importir Kelapa Sawit Terbesar Dunia, Rata-rata

2009-2013, ... 37 Gambar 4.16. Perkembangan Ketersediaan Minyak Sawit di ASEAN,

1980-2013 ... 38 Gambar 4.17. Perkembangan Ketersediaan Minyak Sawit di Dunia,

(17)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia

Menurut Status Pengusahaan, 1980-2016. ... 55 Lampiran 2. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Menurut

Status Pengusahaan, 1980-2016 ... 56 Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia

Menurut Status Pengusahaan, 1995-2016 ... 57 Lampiran 4. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit di Indonesia,

2012-2016 ... 58 Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Riau, 2014 ... 58 Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara,

2014 ... 59 Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Kalimantan

Tengah, 2014 ... 60 Lampiran 8. Perkembangan Harga CPO di Pasar Domestk, 2012 - 2015 ... 60 Lampiran 9. Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia, 2012 - 2015 ... 61 Lampiran 10. Perkembanga Konsumsi Minyak Sawit di Indonesia, 2002 -

2015 ... 62 Lampiran 11. Perkembangan Ekspor dan Impor Kelapa Sawit Indonesia,

1981 - 2015 ... 63 Lampiran 12. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan

Produktivitas Kelapa Sawit di ASEAN, 1980 - 2014 ... 64 Lampiran 13. Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit

Terbesar di ASEAN, 2010 - 2014 ... 65 Lampiran 14. Negara Produsen Kelapa Sawit Terbesar di ASEAN, 2010 - 2014 ... 65 Lampiran 15. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan

Produktivitas Kelapa Sawit di Dunia, 1980 - 2014 ... 66 Lampiran 16. Negara Dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit

(18)

xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 17. Negara Produsen Minyak Sawit Terbesar di Dunia 2010 - 2014 ... 67 Lampiran 18. Negara Dengan Produktivitas Minyak Sawit Terbesar di Dunia

2010 - 2014 ... 68 Lampiran 19. Perkembangan Volume Ekspor – Impor Kelapa Sawit di

Negara-negara di ASEAN, 1980 - 2013 ... 69 Lampiran 20. Perkembangan Volume Ekspor – Impor Kelapa Sawit di

Dunia, 1980 - 2013 ... 70 Lampiran 21. Negara Eksportir Minyak Sawit Terbesar di Dunia, 2009 -

2013 ... 71 Lampiran 22. Negara Importir Minyak Sawit Terbesar di Dunia, 2009 -

2013 ... 71 Lampiran 23. Perkembangan Ketersediaan Minyak Sawit di ASEAN,

1980-2013 ... 72 Lampiran 24. Perkembangan Ketersediaan Minyak Sawit di Dunia,

(19)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan data dari Buku Statistik Perkebunan Indonesia (Ditjen Perkebunan, 2014-2016), produksi kelapa sawit Indonesia di tahun 2015 tercatat sebesar 31,28 juta ton. Produksi ini berasal dari 11,3 juta ha luas areal perkebunan kelapa sawit dimana 50,77% diantaranya diusahakan oleh perusahaan swasta (PBS), 37,45% diusahakan oleh rakyat (PR) dan sisanya diusahakan oleh perkebunan besar milik negara (PBN). Sentra produksi kelapa sawit di Indonesia berdasarkan data rata-rata tahun pada tahun 2012-2016 adalah Provinsi Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat.

Harga kelapa sawit (wujud CPO) tahun 2012-2015 baik di pasar domestic (spot Medan) maupun di pasar dunia (spot Rotterdam) cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada Bulan Desember tahun 2015 harga CPO di Medan sebesar Rp. 6.691,-/kg dan di pasar dunia sebesar USD 575 /ton. Tingkat konsumsi minyak goreng per kapita pada tahun 2015 berdasarkan hasil SUSENAS - BPS sebesar 11,23 kg/kapita, sehingga total konsumsi domestic pada tahun tersebut sebesar 2,87 juta ton minyak goreng atau setara dengan 4,2 juta ton kelapa sawit.

Berdasarkan data FAO, Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di ASEAN maupun dunia, dan sekaligus menjadi negara eksportir terbesar. Negara produsen terbesar lainnya adalah Malaysia, Thailand, Nigeria, Kolombia, dan Papua Nugini.

Hasil proyeksi produksi kelapa sawit di tahun 2020 mencapai 41,32 juta ton. Sementara proyeksi konsumsi langsung kelapa sawit ditahun yang sama mencapai 4,63 juta ton. Proyeksi konsumsi ini belum menggambarkan permintaan kelapa sawit dikarenakan proyeksi disusun hanya menggunakan data konsumsi dari SUSENAS.

(20)
(21)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di dunia. Minyak yang murah, mudah diproduksi dan sangat stabil ini digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan juga bisa digunakan sebagai sumber biofuel atau biodiesel. Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini secara total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi minyak sawit dunia. Pada saat ini, Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit yang terbesar di seluruh dunia.

Industri minyak sawit di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pertumbuhan ini tampak dalam jumlah produksi dan ekspor dari Indonesia dan juga pertumbuhan luas area perkebunan sawit. Didorong oleh permintaan global yang terus meningkat dan keuntungan yang juga naik, budidaya kelapa sawit telah ditingkatkan secara signifikan baik oleh petani kecil maupun para pengusaha besar di Indonesia. Namun demikian, ada imbas negatif dari industry kelapa sawit yang besar ini terhadap lingkungan hidup serta terjadinya penurunan jumlah produksi hasil-hasil pertanian lain karena banyak

petani beralih ke budidaya kelapa sawit.

Pada saat permintaan global kuat, bisnis minyak sawit di Indonesia menguntungkan karena alasan-alasan berikut:

• Margin laba yang besar, sementara komoditas ini mudah diproduksi.

• Permintaan internasional yang besar dan terus berkembang seiring kenaikan

jumlah penduduk global.

• Biaya produksi minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia adalah yang paling

murah di dunia.

(22)

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

• Penggunaan biofuel diduga akan meningkat secara signifikan, sementara

penggunaan besin diperkirakan akan berkurang.

Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditas kelapa sawit dalam mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan perkembangan komoditas kelapa sawit serta proyeksi penawaran dan permintaan kelapa sawit untuk beberapa tahun ke depan

1.2.

TUJUAN

Tujuan disusunnya buku Outlook Kelapa Sawit ini adalah sbb.: a. Mengkaji keragaan dan prospek kelapa sawit di Indonesia b. Mengkaji keragaan kelapa sawit di dunia.

c. Melakukan analisis penawaran dan permintaan kelapa sawit di Indonesia lima tahun ke depan.

1.3.

RUANG LINGKUP

Kegiatan yang dicakup dalam penyusunan outlook komoditas kelapa sawit adalah:

 Identifikasi peubah-peubah yang dianalisis mencakup luas areal/tanaman menghasilkan, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor, impor, harga, situasi komoditas kelapa sawit di dalam dan di luar negeri.

 Penyusunan analisis komoditas pada situasi nasional dan dunia serta penyusunan proyeksi komoditas kelapa sawit tahun 2016-2020.

(23)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

BAB II. METODOLOGI

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI

Outlook Komoditas Kelapa Sawit tahun 2016 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditas (Bappebti) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Indilator, periode dan sumber data yang digunakan untuk menyusun buku ini disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Indikator, Periode dan Sumber Data yang Digunakan

No Variabel Periode Sumber Data Keterangan 1. Luas Areal Kelapa

Sawit Indonesia 1980-2016 Ditjen Perkebunan 2. Produksi Kelapa

Sawit Indonesia 1980-2016 Ditjen Perkebunan Wujud Minyak Sawit (CPO) 3. Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia 1980-2016 Ditjen Perkebunan 4. Konsumsi Minyak

Sawit Indonesia 2002-2015 - Susenas BPS - Neraca Bahan Makanan (NBM)

Konversi Minyak Sawit (CPO) ke Minyak Goreng Sawit Sebesar 68,28%

5. Harga Domestik

dan Dunia CPO 2012-2015 Bappebti 6. Ekspor Impor Kelapa Sawit Indonesia 1980-2015 BPS - Wujud CPO - Tahun 1980-1999 Sumber: BPS diolah Ditjen Bun - Tahun 2000-2015 Sumber: BPS diolah Pusdatin 7. Produksi Kelapa

Sawit Dunia 1980-2014 FAO Wujud Crude Palm Oil (CPO) 8. Ekspor Impor

Kelapa Sawit Dunia

1980-2013 FAO Wujud Crude Palm Oil (CPO)

(24)

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

2.2. METODE ANALISIS

Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas Kelapa Sawit adalah sebagai berikut:

2.2.1. Analisis Keragaan

Analisis keragaan atau perkembangan komoditas kelapa sawit dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas areal, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di pasar domestik dan pasar dunia dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional maupun dunia, dengan mengkaji presentase pertumbuhan serta kontribusi untuk masing-masing indikator.

2.2.2. Analisis Produksi

Analisis data produksi dilakukan untuk mengekspresikan penawaran komoditas kelapa sawit berdasarkan analisis deret waktu. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi tersebut dilakukan dengan pendekatan persamaan pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential

Smoothing). Model ini biasa digunakan dalam peramalan data runtut waktu

yang mengikuti suatu trend linier.

Bentuk umum yang digunakan untuk menghitung ramalan adalah: 1.

A

t

Y

t

(

1

)

A

t1 2.

A

'

t

A

t

(

1

)

A

'

t1 3.

a

t

2

A

t

A

'

t 4.

(

'

)

1

t t t

A

A

b

5. Persamaan yang digunakan untuk membuat peramalan pada periode p yang akan datang adalah:

p

b

a

Y

ˆ

tp

t

t

(25)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5 Dimana :

 At = nilai pemulusan eksponensial

 A’t = nilai pemulusan eksponensial ganda

  = konstanta pemulusan

 at = perbedaan antara nilai-nilai pemulusan eksponensial

 bt = faktor penyesuai tambahan = pengukuran slope suatu kurva

 Yt = nilai aktual pada periode t

 p = jumlah periode ke depan yang akan diramalkan

2.2.3 Analisis Konsumsi

Analisis konsumsi komoditas kelapa sawit merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap komoditas kelapa sawit yang dikonsumsi oleh rumahtangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah, telah diolah, maupun permintaan untuk kepentingan ekspor.

Sama halnya seperti pada analisis penawaran, analisis permintaan juga menggunakan pemulusan eksponensial berganda.

2.2.4 Program Pengolahan Data

Pengolahan data untuk analisis penawaran dan permintaan menggunakan software statistik Minitab Release 16. Software ini digunakan untuk pemodelan regresi berganda dan time series, seperti analisis trend atau pemulusan eksponensial berganda.

(26)
(27)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

BAB III. KERAGAAN KELAPA SAWIT NASIONAL

3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS

KELAPA SAWIT DI INDONESIA

3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia

Perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia pada kurun waktu 1980– 2016 cenderung meningkat (Gambar 3.1). Jika pada tahun 1980 luas areal kelapa sawit Indonesia sebesar 294,56 ribu hektar, maka pada tahun 2015 telah mencapai 11,30 juta hektar dan diprediksi menjadi 11,67 juta hektar pada tahun 2016. Pertumbuhan rata-rata selama periode tersebut sebesar 10,99% per tahun. Berdasarkan status pengusahaannya, perkebunan kelapa sawit dibedakan menjadi perkebunan rakyat (PR), perkebunan besar negara (PBN), dan perkebunan besar swasta (PBS). Dari ketiga jenis pengusahaan tersebut, PBS menguasai 50,77% luas areal kelapa sawit Indonesia, PR 37,45%, dan PBN hanya 11,67% (Tabel 3.1).

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status Pengusahaan di Indonesia,1980–2016

(28)

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Peningkatan luas areal kelapa sawit terbesar terjadi pada periode sebelum krisis moneter (tahun 1980-1997) dengan laju pertumbuhan sebesar 14,68% per tahun. Pertumbuhan yang signifikan terjadi pada luas areal kelapa sawit PR dan PBS masing-masing sebesar 46,85% per tahun dan 19,79% per tahun, sedangkan luas areal PBN hanya meningkat sebesar 6,09% per tahun.

Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan, 1980-2016

PR PBN PBS Indonesia PR PBN PBS Indonesia Rata-rata Pertumbuhan (%) 1980-2016*) 27.39 4.13 13.45 10.99 54.47 4.88 13.93 11.50 1980-1997 46.85 6.09 19.79 14.68 101.27 7.20 16.15 12.73 1998-2016*) 9.98 2.36 7.77 7.70 12.59 2.81 11.94 10.40 Rata-rata Kontribusi (%) 1980-2016*) 37.45 11.67 50.77 100.00 33.05 14.82 52.13 100.00 1980-1997 26.65 31.19 42.16 100.00 16.18 47.19 36.63 100.00 1998-2016*) 39.03 8.80 52.04 100.00 35.21 10.67 54.12 100.00

Sumber : Ditjen Perkebunan, diolah Pusdatin

Keterangan : Tahun 2015 = Angka Estimasi, Tahun 2016=Angka Estimasi

Produksi Luas Areal

Tahun

Dari sisi kontribusi terhadap total luas areal Indonesia, terjadi penurunan kontribusi yang cukup besar pada luas areal kelapa sawit PBN sebelum dan sesudah krisis moneter tahun 1998. Kontribusi luas areal kelapa sawit PBN tahun 1980-1997 sebesar 31,19%, sedangkan pada periode tahun 1998-2016 kontribusinya turun menjadi 8,80%. Penurunan kontribusi luas areal PBN beralih menjadi peningkatan kontribusi PR dan PBS. Hal ini disebabkan pertumbuhan luas areal kelapa sawit PBN pada periode 1998-2016 relatif sangat kecil dibandingkan PR dan PBS, yaitu hanya 2,36% (Tabel 3.1). Perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia tahun 1980 – 2016 secara rinci tersaji pada Lampiran 1.

(29)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia Seiring dengan penambahan luas areal kelapa sawit serta berkembangnya industri kelapa sawit di berbagai wilayah di Indonesia, maka produksi kelapa sawit nasional dalam wujud minyak sawit (CPO) juga terus meningkat setiap tahun (Gambar 3.2). Pada tahun 1980 produksi CPO Indonesia hanya sebesar 721,17 ribu ton, dan naik menjadi 33,50 juta ton pada tahun 2016 atau tumbuh rata-rata sebesar 11,50% per tahun. Peningkatan produksi CPO selama kurun waktu tersebut terutama terjadi pada PR sebesar 54,47% dan PBS sebesar 13,93%, sedangkan produksi dari PBN relatif lambat karena hanya naik sebesar 4,88%.

Di awal tahun 1980 hingga tahun 1993 produksi CPO lebih didominasi oleh PBN. Perluasan areal oleh PBS sekitar tahun 1990 mulai menunjukkan hasilnya setelah tahun 1993 dimana peningkatan produksi CPO dari PBS mampu melampaui produksi CPO yang berasal dari PBN. Sementara itu PR mengikuti keberhasilan PBS setelah tahun 1998. Perkembangan produksi kelapa sawit di Indonesia selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.

Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Menurut Status Pengusahaan di Indonesia, 1980-2016

(30)

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Berdasarkan kontribusinya selama tahun 2012-2016, PBS menguasai 57,76% total produksi minyak sawit Indonesia, diikuti oleh PR sebesar 34,73% dan PBN sebesar 7,51% (Gambar 3.3).

Gambar 3.3. Kontribusi Rata-Rata Produksi Minyak Sawit Menurut Status Pengusahaan, Rata-rata 2012–2016

Sementara itu perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia selama tahun 1995-2016 menunjukkan pola yang berfluktuasi. Selama periode tersebut rata-rata pertumbuhan produktivitas kelapa sawit Indonesia mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,64% per tahun, dimana penurunan produktivitas umumnya terjadi pada saat krisis moneter hingga masa pemulihan krisis. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2016 sebesar 3,82 ton/ha dan terendah tahun 2004 sebesar 2,83 ton/ha (Gambar 3.4). Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.

(31)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11 Gambar 3.4. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia, 1995–2016

3.1.3. Sentra Produksi Kelapa Sawit di Indonesia

Sentra produksi minyak sawit Indonesia terutama berasal dari 6 (enam) provinsi yang memberikan kontribusi sebesar 73,69% terhadap total produksi minyak sawit Indonesia. Provinsi Riau dan Sumatera Utara merupakan provinsi sentra produksi CPO terbesar di Indonesia dengan kontribusi masing-masing sebesar 23,75% dan 16,24% (Gambar 3.5 dan Lampiran 4) Peringkat berikutnya berturut-turut adalah Provinsi Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat dengan kontribusi masing-masing sebesar 10,96%, 9,76%, 6,39%, dan 6,60%.

(32)

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.5. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit di Indonesia, Rata-rata 2012-2016

Ketersediaan data produksi guna mengkaji sentra per kabupaten adalah tahun 2014. Kabupaten penghasil kelapa sawit di Provinsi Riau tersebar di 12 kabupaten/kota. Kabupaten dengan produksi kelapa sawit terbesar adalah Kabupaten Pelalawan sebesar 1,26 juta ton atau 18,02% dari total produksi kelapa sawit di Provinsi Riau. Diikuti dengan Kabupaten Kampar sebesar 1,18 juta ton (16,81%), Kabupaten Rokan Hulu sebesar 1,07 juta ton (15,26%), Kabupaten Siak sebesar 887,8 ribu ton (12,70%), Kabupaten Rokan Hilir sebesar 748,58 ribu ton (10,70%), dan Kabupaten Indragiri Hilir 620,62 ribu ton (8,87%) dan sisanya tersebar di Kabupaten Kauntan Sengingi, Bengkalis, Dumai, Kepulauan Meranti dan Kota Pekanbaru (Gambar 3.6 dan Lampiran 5).

(33)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13 Gambar 3.6. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Riau, 2014

Sentra produksi kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan Lampiran 6. Kabupaten dengan produksi kelapa sawit terbesar di provinsi ini adalah Kabupaten Labuhan Batu sebesar 1,81 juta ton atau 37,09% dari total produksi kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara. Diikuti oleh Kabupaten Asahan dengan produksi sebesar 639,5 ribu ton (13,13%), Kabupaten Langkat sebesar 586,99 ribu ton (12,05%), Kabupaten Simalungun sebesar 445,49 ribu ton (9,15%), Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 268,63 ribu ton (5,52%), Kabupaten Mandailing Natal sebesar 157,58 ribu ton (3,24%) dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan sebesar 135,11 ribu ton (2,77%).

(34)

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara, 2014 Provinsi sentra produksi kelapa sawit selanjutnya adalah Provinsi Kalimantan Tengah (Gambar 3.8). Sentra produksi kelapa sawit di provinsi ini terdapat di Kabupaten Seruyan yang mencapai 892,09 ribu ton (28,25%), diikuti oleh Kabupaten Kota Waringin Timur sebesar 874,17 ribu ton (22,02%), Kabupaten Kota Waringin Barat sebesar 695,31 ribu ton (15,37%), dan Kabupaten Sukamara sebesar 179,54 ribu ton (5,68%). Sementara kabupaten sentra lainnya yakni Kabupaten Lamandau, Kapuas, Barito Utara dan kabupaten ainnya berkontribus masing-masing kurang dari 4% dari total produksi minyak sawit Kalimantan Tengan tahun 2014. Produksi kelapa sawit di kabupaten sentra di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2014 secara rinci tersaji pada Lampiran 7.

(35)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15 Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah, 2014

3.2. PERKEMBANGAN HARGA DOMESTIK DAN HARGA DI PASAR DUNIA

CPO

Harga CPO di pasar domestik diambil pada spot sentra produsen di Medan sesuai pantauan yang dilaksanakan secara rutin oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Indonesia (Bappebti). Selama tahun 2012 - 2015, harga domestik CPO sangat berfluktuatif dan cenderung menurun dari bulan ke bulan, kecuali pada tahun 2013. Rata-rata harga domestik CPO selama periode tersebut mengalami penurunan sebesar 0,59% yakni dari Rp. 8.887,-/kg pada Januari 2012 menjadi Rp. 7.853,-/kg Bulan Desember 2015 (Gambar 3.9). Penurunan harga CPO pada tahun 2015 menyebabkan capaian harga pada peride ini berada di bawah tingkat harga yang terjadi tahun-tahun sebelumnya. Keragaan harga CPO di pasar domestik tahun 2012 - 2015 secara rinci tersaji pada Lampiran 8.

(36)

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.9. Perkembangan Harga CPO di Pasar Domestik di Indonesia, 2012–2015

Sementara, harga CPO di pasar global diambil pada spot pasar lelang di Rotterdam sesuai pantauan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Indonesia (Bappebti). Selama tahun 2012-2015, harga CPO di pasar global juga sangat berfluktuatif dan cenderung menurun dari bulan ke bulan. Rata-rata harga domestik CPO selama periode tersebut mengalami penurunan sebesar 1,56% yakni dari USD 1.060,-/ton pada Januari 2012 menjadi USD 742,-/ton pada Bulan Desember 2015 (Gambar 3.10). Di pasar lelang dunia, harga CPO tahun 2015 juga mengalami penurunan yang signifikan sehingga berada di bawah harga tahun-tahun sebelumnya. Keragaan harga CPO di pasar dunia tahun-tahun 2012 - 2015 secara rinci tersaji pada Lampiran 9.

(37)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17 Gambar 3.10. Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia, 2012–2015

3.3 NILAI PRODUKSI DAN PENGELUARAN USAHA PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT DI INDONESIA

Informasi analisis usaha tani kelapa sawit diperoleh dari data hasil survey yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2014. Berdasarkan survey tersebut, apabila petani mengusahakan 100 pohon maka dalam satu tahun akan mendapatkan nilai produksi sebesar Rp. 13,10 juta. Dari sebesar nilai produksi tersebut, 57,05% atau senilai Rp. 7,47 juta harus dikeluarkan untuk menopang pengeluaran usaha taninya. Pengeluaran terbesar dalam usaha perkebunan sawit adalah pengeluaran lain sebesar Rp. 3,46 juta (26,45%), yakni pengeluaran untuk sewa (16,98%), transportasi (2,55%), bahan bakar minyak (1,14%), dan penyusutan barang modal (1,00%). Pengeluaran terbesar berikunya adalah untuk upah pekerja (18,09%) dan pupuk (10,52%). Sementara pengeluaran untuk pestisida, bibit, tanaman pelindung, dan stimulan relatif kecil terhadap nilai produksi tanaman kelapa sawit.

(38)

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Apabila diproporsikan terhadap total nilai pengeluaran, maka proporsi terbesar adalah untuk pengeluaran lainnya (46,37%), disusul kemudian untuk upah pekerja (31,71%), pupuk (18,44), dan pestisida (2,33%). Sementara pengeluaran untuk bibit, tanaman pelindung, dan stimulan relatif sangat kecil, yakni dibawah 2% dari total nilai pengeluaran (Tabel 3.2).

Tabel 3.2. Rata-rata Nilai Produksi dan Pengeluaran per 100 Pohon dari Usaha Perkebunan Tanaman Kelapa Sawit, Tahun 2014

No Rincian Nilai (Rp. 000) Perestase Biaya

thd Produksi (%) Perestase Biaya thd Jumlah Pengeluaran (%) A Produksi 13,096.93 100.00 B Pengeluaran 7,470.92 57.04 100.00 1 Bibit 80.99 0.62 1.08 2 Tanaman Pelindung 1.28 0.01 0.02 3 Pupuk 1,377.81 10.52 18.44 4 Stimulan 3.83 0.03 0.05 5 Pestisida 173.81 1.33 2.33 6 Pekerja 2,369.18 18.09 31.71 7 Pengeluaran Lain 3,464.02 26.45 46.37 Sumber: BPS

3.4. PERKEMBANGAN KONSUMSI MINYAK SAWIT DI INDONESIA

Konsumsi minyak sawit/crude palm oil (CPO) di Indonesia diperoleh dari konsumsi minyak goreng sawit (kg/kapita/tahun) yang bersumber dari hasil SUSENAS – BPS dikalikan dengan jumlah penduduk sehingga dihasilkan konsumsi nasional minyak goreng sawit. Konsumsi CPO dihitung menggunakan angka konversi nasional yang digunakan pada perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) sebesar 68,28%. Secara umum konsumsi CPO di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat (Gambar 3.11). Pada tahun 2002 konsumsi minyak sawit hanya sebesar 1,69 juta ton, dan meningkat cukup tajam menjadi 4,2 juta ton pada tahun 2015 dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 7,52% per tahun.

(39)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19 Kenaikan konsumsi minyak sawit tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 25,08% yang menyebabkan konsumsi minyak sawit pada tahun tersebut naik menjadi 2,44 juta ton. Perkembangan konsumsi minyak sawit di Indonesia secara rinci tersaji pada Lampiran 10.

Gambar 3.11. Perkembangan Konsumsi Minyak Sawit Indonesia, 2002-2015

3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR KELAPA SAWIT DI INDONESIA

3.4.1. Perkembangan Ekspor Kelapa Sawit Indonesia

Ekspor- impor kelapa sawit Indonesia dilakukan dalam wujud minyak sawit, minyak sawit lainnya, minyak inti sawit dan minyak inti lainnya. Perkembangan volume ekspor kelapa sawit pada tahun 1981–2015 cenderung terus meningkat (Gambar 3.12) dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 25,35% per tahun. Jika pada tahun 1981 volume ekspor kelapa sawit Indonesia hanya sebesar 201,25 ribu ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 108,85 juta, maka tahun 2015 meningkat

(40)

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

menjadi 32,54 juta ton senilai US$ 17,36 milyar. Perkembangan volume dan nilai ekspor kelapa sawit secara rinci tersaji pada Lampiran 11.

Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor Kelapa Sawit Indonesia, 1981–2015

3.4.2. Perkembangan Impor Kelapa Sawit Indonesia

Sebagai negara eksportir utama kelapa sawit di dunia, maka impor kelapa sawit sangat kecil dibandingkan ekspornya. Realisasi volume impor kelapa sawit dari tahun 1981-2015 sangat berfluktuasi namun terjadi peningkatan volume sebesar 1.555,49% per tahun. Besarnya laju pertumbuhan volume impor kelapa sawit disebabkan oleh peningkatan impor yang sangat signifikan pada tahun 1984 dan 1987. Volume impor tertinggi sebesar 412,45 ribu ton terjadi pada tahun 1989 (Gambar 3.13 dan Lampiran 11). Setelah periode tersebut volume impor cenderung menurun. Untuk tahun 2015 volume impor kelapa sawit ke Indonesia tercatat sebesar 11,10 ribu ton dengan nilai impor mencapai US$ 10,60 juta.

(41)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21 Gambar 3.13. Perkembangan Volume Impor Kelapa Sawit Indonesia, 1981–2015 3.4.3. Neraca Perdagangan Kelapa Sawit Indonesia

Jika ditinjau dari nilainya, perkembangan nilai ekspor dan nilai impor kelapa sawit menunjukkan perkembangan yang sejalan dengan perkembangan volume ekspor maupun volume impornya.

Neraca perdagangan kelapa sawit dihitung berdasarkan selisih antara ekspor dengan impornya. Selama periode tahun 1981-2015 neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia berada pada posisi surplus, dan cenderung mengalami peningkatan (Gambar 3.14). Pada tahun 1981 surplus neraca perdagangan kelapa sawit sebesar US$ 91,35 juta dan pada tahun 2015 mencapai US$ 17,35 milyar. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia tahun 1980-2015 secara rinci tersaji pada Lampiran 11.

(42)

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan Kelapa Sawit Indonesia, 2001–2015

(43)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

BAB IV. KERAGAAN KELAPA SAWIT ASEAN DAN DUNIA

4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI

DAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT ASEAN DAN DUNIA

4.1.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit ASEAN

Berdasarkan data yang bersumber dari FAO, secara umum perkembangan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit di negara-negara di ASEAN selama periode tahun 1980–2014 cenderung meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,83% per tahun (Gambar 4.1). Total luas tanaman menghasilkan kelapa sawit ASEAN tahun 1980 hanya sebesar 998,72 ribu ha dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 12,82 juta ha. Luas tanaman menghasilkan kelapa sawit ASEAN secara rinci tersaji pada Lampiran 12.

Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit ASEAN, 1980–2014

(44)

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Negara ASEAN penghasil kelapa sawit adalah Indonesia, Malaysia, Phillipina dan Thailand. Berdasarkan data rata-rata luas tanaman menghasilkan kelapa sawit tahun 2010-2014 yang bersumber dari FAO, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit terbesar di ASEAN dengan rata-rata kontribusi sebesar 56,69% dari total luas tanaman menghasilkan kelapa sawit ASEAN. Posisi kedua ditempati oleh Malaysia dengan kontribusi luas sebesar 37,73%. (Gambar 4.2). Kedua negara tersebut memberikan kontribusi kumulatif sebesar 94,42% terhadap total luas tanaman menghasilkan kelapa sawit ASEAN. Sementara Malaysia dan Phillipina masing-masing hanya berkontribusi sebesar 5,14% dan 0,44%. Keragaan negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit terbesar di ASEAN tahun 2010-2014 tersaji secara rinci pada Lampiran 13.

Gambar 4.2. Beberapa Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Terbesar di ASEAN, Rata-rata 2010-2014

(45)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

4.1.2. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit ASEAN

Perkembangan produksi kelapa sawit dalam wujud crude palm oil (CPO) sepanjang tahun 1980–2014 menunjukkan pola yang hampir sama dengan perkembangan luas tanaman menghasilkan. Dalam kurun waktu tiga puluh tahun telah terjadi peningkatan produksi kelapa sawit ASEAN dengan rata-rata peningkatan sebesar 8,45% per tahun (Gambar 4.3). Jika pada tahun 1980 produksi kelapa sawit asean hanya sebesar 3,33 juta ton, maka pada akhir tahun 2014 produksi kelapa sawit ASEAN tercatat sebesar 49,01 juta ton. Keragaan produksi kelapa sawit ASEAN secara rici tersaji pada Lampiran 12.

Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Minyak Sawit ASEAN, 1980–2014 Produksi kelapa sawit ASEAN dikuasai oleh dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan data FAO, selama tahun 2010-2014 Indonesia berada di posisi pertama sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di ASEAN dengan rata-rata kontribusi produksi sebesar 55,34% dari total produksi kelapa sawit ASEAN, sedangkan Malaysia berada di peringkat kedua dengan kontribusi mencapai 40,68% (Gambar 4.4). Dengan demikian secara kumulatif 96,02% produksi kelapa sawit ASEAN berasal dari kedua negara tersebut. Keragaan

(46)

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

negara dengan produksi kelapa sawit terbesar di ASEAN tahun 2010-2014 secara rinci tersaji pada Lampiran 14.

Gambar 4.4. Beberapa Negara dengan Produksi Minyak Sawit Terbesar ASEAN, Rata-rata 2010-2014

4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit ASEAN

Tingkat produktivitas kelapa sawit dalam wujud tandan buah segar (TBS) di ASEAN relatif berfluktuatif (Gambar 4.5). Pada tahun 1980-2014 laju pertumbuhan produktivitas kelapa sawit mencapai 0,63% per tahun (Lampiran 12). Rata-rata tingkat produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2006 sebesar 4,20 ton/ha.

(47)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27 Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit ASEAN, 1980-2014

4.1.4. Perkembagan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Dunia

Perkembangan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia selama periode 1980-2014 cenderung meningkat (Gambar 4.6). Berdasarkan data dari FAO, tahun 1980 total luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia hanya sebesar 4,28 juta ha. Dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4,46% per tahun maka pada tahun 2014 total luas tanaman menghasilkan kelapa sawit telah mencapai 18,72 juta ha. Keragaan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia secara rinci tersaji pada Lampiran 15.

(48)

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 4.6. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Dunia, 1980–2014

Menurut FAO, kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis yang panas dengan temperatur harian selama 24 jam > 200C dan periode pertumbuhan

 270 hari per tahun (Pahan, 2006). Kondisi tersebut terdapat di daerah-daerah Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia Tenggara dan Pasifik Selatan. Indonesia, Malaysia dan Thailand merupakan negara di Asia Tenggara yang telah memanfaatkan keunggulan kondisi geografisnya untuk memperluas areal penanaman kelapa sawit, sedangkan di Afrika terdapat Nigeria dan Ghana yang juga merupakan negara penghasil kelapa sawit dunia.

4.1.5. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Dunia

Berdasarkan data rata-rata luas tanaman menghasilkan kelapa sawit tahun 2008-2014 yang bersumber dari FAO, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit terbesar di dunia dengan rata-rata kontribusi sebesar 37,82% dari total luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Malaysia dan Nigeria

(49)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29 dengan kontribusi luas masing-masing sebesar 25,17% dan 17,92% (Gambar 4.7). Ketiga negara tersebut memberikan kontribusi kumulatif sebesar 80,91% terhadap total luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia.

Selain ketiga negara tersebut di atas, masih ada negara Thailand, Ghana dan Guinea yang juga mempunyai lahan kelapa sawit dengan luas tanaman menghasilkan yang cukup besar. Thailand di urutan keempat memberikan kontribusi sebesar 3,43% terhadap luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia, diikuti oleh Ghana (2,03%) dan Guinea (1,78%). Sedangkan kontribusi dari negara-negara lainnya kurang dari 2%. Keragaan negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit terbesar di dunia tahun 2010-2014 secara rinci tersaji pada Lampiran 16.

Gambar 4.7. Beberapa Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Terbesar di Dunia, Rata-rata 2010-2014

4.1.6. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Dunia

Perkembangan produksi kelapa sawit dunia dalam wujud CPO sepanjang tahun 1980–2014 menunjukkan pola yang hampir sama dengan perkembangan luas tanaman menghasilkan. Dalam kurun waktu tiga puluh tahun telah terjadi

(50)

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

peningkatan produksi CPO dunia dengan rata-rata peningkatan sebesar 7,47% per tahun (Gambar 4.8). Jika pada tahun 1980 produksi CPO dunia hanya sebesar 29,86 juta ton, maka pada akhir tahun 2014 produksi CPO dunia tercatat sebesar 58,36 juta ton. Keragaan produksi minyak sawit dunia, 1980-2014 disajikan pada Lampiran 15.

Gambar 4.8. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Dunia, 1980–2014 4.1.7. Sentra Produksi Kelapa Sawit Dunia

Produksi kelapa sawit dunia dalam wujud produksi Crude Palm Oil (CPO). Produksi CPO dunia dikuasai oleh dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan data FAO, selama tahun 2010-2014 Indonesia berada di posisi pertama sebagai negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan rata-rata kontribusi produksi sebesar 48,44% dari total produksi CPO dunia, sedangkan Malaysia berada di peringkat kedua dengan kontribusi mencapai 35,60% (Gambar 4.9). Dengan demikian secara kumulatif 84,04% produksi CPO dunia berasal dari kedua negara tersebut. Negara-negara produsen CPO terbesar lainnya adalah Thailand dengan kontribusi sebesar 3,29% terhadap total produksi CPO dunia, diikuti oleh Nigeria (1,81%), Kolombia (1,78%), dan Papua Nugini (1%). Keragaan

(51)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31 negara produsen kelapa sawit terbesar dunia tahun 2010-2014 tersaji secara rinci pada Lampiran 17.

Gambar 4.9. Beberapa Negara dengan Produksi Kelapa Sawit Terbesar Dunia, Rata-rata 2010-2014

4.1.8. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia

Jika ditinjau dari sisi produktivitasnya, tingkat produktivitas kelapa sawit dalam wujud CPO juga memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya (Gambar 4.10). Pada tahun 1980-2014 laju pertumbuhan produktivitas kelapa sawit mencapai 2,90% per tahun (Lampiran 15). Rata-rata tingkat produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2014 sebesar 3,12 ton/ha.

(52)

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 4.10. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia, 1980-2014 Secara umum tingkat produktivitas kelapa sawit dunia belum maksimal. Beberapa negara mempunyai tingkat produktivitas yang jauh lebih tinggi dari produktivitas dunia. Dari data rata-rata produktivitas kelapa sawit dalam wujud tandan buah segar (TBS) tahun 2010-2014, Guatemala berada di peringkat pertama dengan tingkat produktivitas mencapai 21,17 ton/ha, diikuti oleh Malaysia (21,06 ton/ha) dan Nikaragua (20,68 ton/ha). Kolombia, Kamerun, dan Thailand berada di peringkat berikutnya dengan produktivitas kelapa sawit masing-masing sebesar 19,89 ton/ha, 19,14 ton/ha, dan 18,37 ton/ha. Indonesia yang merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia mempunyai tingkat produktivitas rata-rata sebesar 16,99 ton/ha dan menempati urutan ketujuh (Gambar 4.11 dan Lampiran 18).

(53)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33 Gambar 4.11. Beberapa Negara dengan Produktivitas Kelapa Sawit Tertinggi di

Dunia, Rata-rata 2010-2014

4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR KELAPA SAWIT ASEAN DAN

DUNIA

4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor-Impor Kelapa Sawit ASEAN

Berdasarkan data dari FAO, volume ekspor kelapa sawit di negara-negara di ASEAN dalam bentuk crude palm oil (CPO) menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Total ekspor kelapa sawit pada tahun 1980 hanya sebesar 3,30 juta ton, dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 8,28% per tahun maka pada tahun 2013 eskpor kelapa sawit ASEAN mencapai 36,62 juta ton. Perkembangan volume ekspor kelapa sawit di negara-negara di ASEAN tahun 1980-2013 secara rinci tersaji pada Gambar 4.12 dan Lampiran 19.

(54)

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 4.12. Perkembangan Volume Ekspor Kelapa Sawit ASEAN, 1980-2013

Sementara, perkembangan volume impor kelapa sawit di negara-negara di ASEAN dalam bentuk crude palm oil (CPO) selama periode tahun 1980-2013 menunjukkan pola sangat berfluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan (Gambar 4.13). Total impor kelapa sawit ASEAN pada tahun 1980 hanya sebesar 776,6 ribu ton. Dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 6,97% per tahun maka pada tahun 2013 impor kelapa sawit mencapai 2,62 juta ton (Lampiran 19).

(55)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

Gambar 4.13. Perkembangan Volume Impor Kelapa Sawit Asean, 1980-2013 4.2.2. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kelapa Sawit Dunia

Perkembangan volume ekspor dan impor kelapa sawit dunia dalam bentuk minyak sawit (CPO) menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data FAO, pada periode tahun 2009–2013 terdapat dua negara eksportir CPO terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 87,12% terhadap total volume ekspor minyak sawit di dunia, yaitu Indonesia dan Malaysia. Indonesia berada di peringkat pertama negara eksportir minyak sawit terbesar di dunia dengan rata-rata kontribusi sebesar 47,16% dari total ekspor minyak sawit dunia (Gambar 4.14). Rata-rata volume ekspor minyak sawit dari Indonesia mencapai 17,78 juta ton per tahun. Peringkat kedua ditempati oleh Malaysia yang memberikan kontribusi sebesar 39,96% dengan rata-rata volume ekspor 15,06 juta ton per tahun. Belanda, Papua Nugini dan Thailand berada di peringkat ketiga, keempat, dan kelima dengan kontribusi masing-masing sebesar 3,54%, 1,39% dan 0,77% dari total volume ekspor minyak sawit dunia (Lampiran 20). Jerman termasuk ke dalam negara eksportir kelapa sawit terbesar di dunia walaupun bukan negara produsen kelapa sawit.

(56)

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 4.14. Negara Eksportir Minyak Sawit Terbesar Dunia, Rata-rata 2009-2013

Sementara itu ditinjau dari sisi impor minyak sawit (CPO) dunia, pada tahun 2009–2013 terdapat sembilan negara importir CPO terbesar di dunia. Total volume impor negara-negara tersebut mencapai 59,74% dari total volume impor CPO dunia. India merupakan negara importir CPO terbesar di dunia dengan rata-rata volume impor mencapai 6,42 juta ton per tahun atau 16,92% dari total volume impor CPO dunia, diikuti oleh China (16,46%), Belanda (6,05%) dan Pakistan (5,15%). Negara-negara importir CPO lainnya mengimpor kurang dari 4% total impor CPO dunia. Malaysia yang merupakan negara eksportir terbesar CPO dunia ternyata juga menjadi negara importir CPO pada urutan ke-6 dengan rata-rata volume impor mencapai 1,31 juta ton (Gambar 4.15 dan Lampiran 21). Indonesia menempati urutan ke-85 dari negara-negara importir CPO dunia.

(57)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37 Gambar 4.15. Negara Importir Kelapa Sawit Terbesar Dunia, Rata-rata 2009-2013

4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN KELAPA SAWIT ASEAN DAN DUNIA 4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Kelapa Sawit ASEAN

Ketersediaan kelapa sawit di Asean diperoleh dari perhitungan produksi dikurangi volume ekspor ditambah volume impor dalam wujud CPO. Pada periode 1980-2013 secara umum ketersediaan CPO di ASEAN menunjukkan kecenderungan meningkat (Gambar 4.16). Pada tahun 1980 ketersediaan minyak sawit hanya sebesar 799,38 ribu ton, dan meningkat cukup tajam menjadi 14,18 juta pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 13,98% per tahun. Kenaikan ketersediaan minyak sawit tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 83,57% yang menyebabkan ketersediaan minyak sawit pada tahun tersebut naik menjadi 9,57 juta ton. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan produksi CPO di ASEAN. Perkembangan ketersediaan minyak sawit di ASEAN secara rinci tersaji pada Lampiran 23.

(58)

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 4.16. Perkembangan Ketersediaan Minyak Sawit di ASEAN, 1980-2013 4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Kelapa Sawit Sawit Dunia

Negara-negara di ASEAN merupakan sentra utama produsen minyak sawit dunia, sehingga seiring dengan peningkatan ketersediaan minyak sawit ASEAN, ketersediaan minyak sawit dunia pun mengalami peningkatan. Ketersediaan minyak sawit di dunia diperoleh dari perhitungan produksi dikurangi volume ekspor ditambah volume impor dalam wujud CPO. Pada periode 1980-2013 secara umum ketersediaan CPO di dunia menunjukkan kecenderungan meningkat (Gambar 4.17). Pada tahun 1980 ketersediaan minyak sawit hanya sebesar 5,04 juta ton, dan pada tahun 2013 meningkat cukup tajam menjadi 57,58 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 7,80% per tahun. Perkembangan ketersediaan minyak sawit di dunia tahun 1980 – 2013 secara rinci tersaji pada Lampiran 24.

(59)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39 Gambar 4.17. Perkembangan Ketersediaan Minyak Sawit di Dunia, 1980-2013

(60)
(61)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI KELAPA SAWIT

5.1. PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA, 2016 –

2020

Pemodelan produksi kelapa sawit Indonesia dalam analisis ini dalam wujud produksi minyak sawit (CPO). Data yang digunakan pada proyeksi ini bersumber dari Direktorat Jenderal Perkebunan dengan menggunakan data series tahun 1967-2016, adapun data tahun 2015 adalah data Angka Sementara dan data tahun 2016 adalah data Angka Estimasi.

Dari hasil penelusuran model estimasi maka model Double Exponential Smoothing (DES) adalah model yang terbaik. Hasil analisis Double Exponential Smoothing (DES) untuk produksi kelapa sawit tahun 2017-2020 adalah sebagai berikut:

Double Exponential Smoothing for PRODUKSI

Data Produksi Length 50.0000 NMissing 0 Smoothing Constants Alpha (level): 0.280616 Gamma (trend): 0.750747 Accuracy Measures MAPE: 5 MAD: 327199 MSD: 5.76E+11

Row Period FORE1 Lower Upper 1 51 35294462 34492824 36096100 2 52 37303695 36260380 38347011 3 53 39312928 38008412 40617445 4 54 41322162 39746601 42897723

Dengan konstanta pemulusan alpha 0,280616 dan gamma 0,750747 diperoleh MAPE 5. Berdasarkan model tersebut di atas, penawaran kelapa sawit Indonesia selama periode 2017-2020 diperkirakan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,39 % per tahun. Pada tahun 2017 produksi kelapa sawit

(62)

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

diprediksi sebesar 35,29 juta ton, hingga tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 41,32 juta ton.

Tabel 5.1. Proyeksi Produksi Kelapa Sawit di Indonesia, 2016-2020 Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan

(%) 2016*) 33,500,691 2017 35,294,462 5.35 2018 37,303,695 5.69 2019 39,312,928 5.39 2020 41,322,162 5.11 5.39

Keterangan : Tahun 2016 Angka Estimasi Ditjenbun Tahun 2017-2020 Estimasi Pusdatin

Rata-rata Pertumbuhan (%)

Peluang untuk pengembangan agribisnis kelapa sawit masih cukup terbuka di Indonesia, terutama karena ketersediaan sumberdaya alam/lahan, tenaga kerja, teknologi maupun tenaga ahli. Dengan posisi sebagai produsen terbesar kedua saat ini dan menuju produsen utama di dunia pada masa depan, Indonesia perlu memanfaatkan peluang ini dengan sebaik-baiknya, mulai dari perencanaan sampai dengan upaya menjaga agar tetap bertahan pada posisi sebagai a country

leader (Goenadi et al., 2005).

Upaya peningkatan produktivitas harus disertai dengan upaya peningkatan mutu kelapa sawit. Upaya peningkatan ini dapat dilakukan secara bertahap, baik oleh petani pekebun maupun perkebunan besar. Beberapa upaya yang ditempuh antara lain melalui program peremajaan kelapa sawit, pengembangan industri benih yang berbasis teknologi dan pasar, peningkatan pengawasan dan pengujian mutu benih, perlindungan plasma nutfah kelapa sawit, pengembangan dan pemantapan kelembagaan petani (Goenadi et al., 2005).

(63)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

5.2. PROYEKSI KONSUMSI MINYAK SAWIT DI INDONESIA 2016 – 2020

Permintaan minyak sawit merupakan representasi dari konsumsi. Cakupann konsumsi yang dianalisis merupakan konsumsi per kapita minyak goreng sawit yang bersumber dari data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1993-2015. Dimana konsumsi minyak sawit/crude palm oil (CPO) di Indonesia diperoleh dari konsumsi minyak goreng sawit (kg/kapita/tahun) yang berasal dari SUSENAS dikalikan dengan jumlah penduduk/kapita sehingga dihasilkan konsumsi nasional minyak goreng sawit (kg) kemudian dikonversikan ke dalam minyak sawit/crude palm oil (CPO) dengan membagi sebesar 68,28%. Dari hasil pengolahan data dan penelusuran model maka di dapat model tren exponential (exponential growth), dengan nilai MAPE 5,89.

Hasil Penelusuran Model dengan menggunakan exponential growth tahun adalah sebagai berikut:

Data Konsumsi Length 17.0000 NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 7.48E-02*(1.06296**t) Accuracy Measures MAPE: 5.88717 MAD: 0.00755764 MSD: 0.000080357 Row Period FORE1 1 18 0.224435 2 19 0.238566 3 20 0.253585 4 21 0.269551 5 22 0.286521

Berdasarkan model tersebut di atas, dilakukan proyeksi konsumsi minyak sawit/crude palm oil (CPO) Indonesia selama periode 2016-2020 yang diperkirakan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,99 % per tahun.

(64)

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Pada tahun 2015 konsumsi minyak sawit nasional diprediksi sebesar 3,96 juta ton, dan pada tahun 2020 minyak sawit nasional mencapai 4,63 juta ton.

Tabel 5.2. Proyeksi Konsumsi Minyak Sawit/Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia, 2016-2020 Tahun Konsumsi per kapita minya goreng sawit (kg) Jumlah Penduduk (000 Jiwa) Total Konsumsi minyak goreng sawit (Ton) Total Konsumsi CPO (Ton) Pertumbuhan (%) 2016 10.46 258,705 2,706,071 3,963,198 2017 10.79 261,891 2,824,908 4,137,241 4.39 2018 11.10 265,015 2,941,204 4,307,563 4.12 2019 11.39 267,974 3,053,381 4,471,853 3.81 2020 11.67 271,066 3,164,543 4,634,656 3.64 3.99 Rata-rata Pertumbuhan (%)

5.3. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT KELAPA SAWIT DI INDONESIA

2016 – 2020

Berdasarkan hasil proyeksi produksi dan konsumsi minyak sawit di Indonesia diperoleh surplus/defisit minyak sawit. Tahun 2016-2020 diperkirakan akan terjadi surplus minyak sawit (Tabel 5.3). Surplus tersebut merupakan ekspor nasional, karena minyak sawit merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Pada tahun 2016 surplus minyak sawit diperkirakan sebesar 29,54 juta ton, dan pada tahun 2020 surplus minyak sawit Indonesia diprediksi mengalami peningkatan menjadi 36,69 juta ton.

(65)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45 Tabel 5.3. Proyeksi Surplus/Defisit Minyak Sawit/Crude Palm Oil (CPO)

Indonesia, 2016-2020

Tahun Produksi (Ton) Konsumsi (Ton) Surplus/Defisit (Ton) 2016 33,500,691 3,963,198 29,537,493 2017 35,294,462 4,137,241 31,157,221 2018 37,303,695 4,307,563 32,996,132 2019 39,312,928 4,471,853 34,841,075 2020 41,322,162 4,634,656 36,687,506

5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN KELAPA SAWIT DI ASEAN 2014-2020

Menghadapi era perdagangan bebas di negara-negara dunia, maka diperlukan gambaran mengenai ketersediaan minyak sawit di masa yang akan datang. Menggunakan data histori dari tahun 1980 hingga 2013, dilakukan proyeksi ketersediaan minyak sawit disini akan diproyeksi dari tahun 2012 hingga 2019 sesuai dengan kesediaan data yang ada.

Ketersediaan minyak sawit Asean dalam wujud Crude Palm Oil (CPO), sementara datanya bersumber dari FAO. Dari data yang tersedia dan penelusuran model yang ada maka model yang dipakai adalah model Double Exponential

Smoothing (DES).

Hasil Penelusuran Model dengan menggunakan Double Exponential

Smoothing (DES) tahun 2014-2020 adalah sebagai berikut:

Double Exponential Smoothing for Sedia-asean

Data Sedia-asean Length 34.0000 NMissing 0 Smoothing Constants Alpha (level): 0.712372 Gamma (trend): 0.093146

(66)

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Accuracy Measures MAPE: 26 MAD: 1065133 MSD: 2.30E+12

Row Period FORE5 Lower Upper 1 35 15280023 12670446 17889599 2 36 15880595 12561777 19199412 3 37 16481167 12392543 20569790 4 38 17081739 12191261 21972217 5 39 17682311 11971414 23393209 6 40 18282883 11739982 24825785 7 41 18883455 11500880 26266030

Proyeksi ketersediaan minyak sawit negara Asean periode tahun 2014-2020 disajikan pada Tabel 5.4. Dari tabel tersebut terlihat bahwa ketersediaan minyak sawit negara ASEAN selama periode 7 (tujuh) tahun kedepan dari 2014 – 2020 diprediksikan akan terus meningkat dengan rata-rata sebesar 3,59%. Pada tahun 2012 ketersediaan minyak sawit negara ASEAN sebesar 15,28 juta ton dan meningkat menjadi 18,88 juta ton di tahun 2020.

Tabel 5.4. Proyeksi Ketersediaan Minyak Sawit di ASEAN, 2014-2020

Tahun

Ketersediaan

(Ton)

Pertumbuhan

(%)

2014

15,280,023

2015

15,880,595

3.93

2016

16,481,167

3.78

2017

17,081,739

3.64

2018

17,682,311

3.52

2019

18,282,883

3.40

2020

18,883,455

3.28

Rata-rata pertumbuhan (%)

3.59

(67)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN KELAPA SAWIT DI DUNIA 2014-2020

Untuk menghitung proyeksi ketersediaan kelapa sawit di dunia dengan wujud CPO pada tahun 2014-2020, maka perlu dilakukan analisis deret waktu yang disesuaikan dengan keragaan series data. Dengan menggunakan series data ketersediaan minyak sawit tahun 1980-2013, maka diperoleh model proyeksi yang paling bagus yakni Double Exponential Smoothing (DES).

Hasil proyeksi deret waktu untuk ketersediaan minyak sawit tahun 2014-2020 adalah sebagai berikut:

Double Exponential Smoothing

Data Sedia-dunia Length 34.0000 NMissing 0 Smoothing Constants Alpha (level): 0.851263 Gamma (trend): 0.256967 Accuracy Measures MAPE: 5 MAD: 905468 MSD: 1.91E+12

Row Period FORE5 Lower Upper 1 35 60725555 58507159 62943952 2 36 63979856 60905510 67054202 3 37 67234157 63245400 71222913 4 38 70488457 65559259 75417655 5 39 73742758 67859557 79625959 6 40 76997059 70151961 83842157 7 41 80251359 72439386 88063332

(68)

48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Dari hasil penelusuran model maka diperoleh ketersediaan minyak sawit dunia pada periode tahun 2014-2020 diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 4,76% pertahun. Jika pada tahun 2014 ketersediaan minyak sawit didunia diperkirakan hanya mencapai 60,73 juta ton maka pada tahun 2020 minyak sawit diperkirakan tersedia hingga 80,25 juta ton. Proyeksi ketersediaan minyak sawit di dunia periode tahun 2014-2020 secara rinci tersaji pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Proyeksi Ketersediaan Minyak Sawit di Dunia, 2014-2020

Tahun

Ketersediaan

(Ton)

Pertumbuhan

(%)

2014

60,725,555

2015

63,979,856

5.36

2016

67,234,157

5.09

2017

70,488,457

4.84

2018

73,742,758

4.62

2019

76,997,059

4.41

2020

80,251,359

4.23

Rata-rata pertumbuhan (%)

4.76

(69)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

BAB VI. KESIMPULAN

Indonesia merupakan produsen kelapa saawut terbesar di dunia, dengan luas areal sebesar 11,67 juta hekatar dan produksi sebesar 33,50 juta ton pada tahun 2016. Sentra produksi kelapa sawit di Indonesia adalah di Provinsi Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat. Harga domestic minyak sawit di Indonesia yang dipantau oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditas (Bappebti) adalah di spot pelelangan di Medan menunjukkan penurunan dari tahun 2012 hingga 2015, demikian pula harga dunia yang dipantau di pelelangan di Rotterdam. Hasil analisis usaha tani untuk 100 pohon menghasilkan nilai produksi sebesar Rp. 13,10,- juta per tahun dengan pengeluaran sebesar Rp. 7,47,- per tahun. Penggunaan minyak sawit untuk konsumsi langsung manusia hasil perhitungan NBM menunjukkan pola meningkat hingga mencapai 4,2 juta ton pada tahun 2015.

Berdasarkan data FAO, Indonesia menguasai pangsa sebesar 55,34% dari total produksi minyak sawit ASEAN dan 48,44% pangsa minyak sawit dunia yang menempatkan Indonesia menjadi negara produsen terbesar. Negara produsen minyak sawit dunia lainnya adalah Malaysia, Thailand, Nigeria, Kolombia dan Papua Nugini.

Proyeksi produksi kelapa sawit dengan menggunakan metode analisis deret waktu pemulusan eksponensial berganda menunjukkan bahwa produksi kelapa

sawit Indonesia akan meningkat sebesar 5,39% selama 5 tahun ke depan atau menjadi 41,32 juta ton di tahun 2020. Proyeksi produksi ini diperkirakan lebih

tinggi dibandingkan permintaan kelapa sawit ditahun yang sama. Permintaan kelapa sawit untuk konsumsi langsung hanya sebesar 4,63 juta ton di tahun 2020.

(70)

Gambar

Tabel 2.1. Indikator, Periode dan Sumber Data yang Digunakan
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status Pengusahaan  di Indonesia,1980–2016
Tabel 3.1.  Rata-rata  Pertumbuhan  dan  Kontribusi  Luas  Areal  dan  Produksi  Kelapa Sawit di Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan, 1980-2016
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Menurut Status Pengusahaan         di Indonesia, 1980-2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan peubah peubah tinggi tanaman, lingkar batang, dan luas daun pelepah ke-9, dosis optimum pupuk nitrogen untuk tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur satu

Kondisi perkebunan kelapa sawit yang sangat luas dan tersebar di berbagai lokasi yang berjauhan berdampak pada volume data serta informasi yang besar dan kornpleks yang

Rea Kaltim Plantations dibagi menjadi empat menu utama, yaitu menu Iklim dan Tanah, menu Budidaya Kelapa Sawit, menu Proteksi Tanaman, dan menu Areal Tanam dan

Dan hasil dari perhitungan proses Dempster Shafer ini, menghasilkan diagnosa penyakit yang diderita oleh tanaman kelapa sawit dengan nilai keyakinan 0.80912

Konsumsi bawang merah untuk rumah tangga biasanya untuk bumbu memasak dan bawang goreng berdasarkan data Susenas, selama periode tahun 2005-2019 berfluktuatif dengan

penggunaan varietas kelapa sawit Yangambi menghasilkan rataan tinggi tanaman dan total luas daun tertinggi pada umur 14 MST yang berbeda tidak nyata dengan PPKS540

penggunaan varietas kelapa sawit Yangambi menghasilkan rataan tinggi tanaman dan total luas daun tertinggi pada umur 14 MST yang berbeda tidak nyata dengan PPKS540

Hasil penelitian Sofian et al., 2022 menunjukkan bahwa pemberian Trichoderma sp pada bibit kelapa sawit menghasilkan pertumbuhan tinggi, diameter dan luas daun yang lebih baik