• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

Judul : I

b

M TEKNOLOGI CABINET TRAY DRYER UNTUK

KUALITAS PASCA PANEN RUMPUT LAUT (gracilaria sp) DARI

BUDIDAYA TAMBAK PAYAU

Ketua : Ir.MIMIT PRIMYASTANTO, MP NIP.: 196305111988021001 Anggota : Ir.M.FIRDAUS, MS NIP.: 196809192005011001

Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Program Pengabdian kepada Masyarakat

Nomor : 159/SP2H/PPM/DP2M/VIII/2010 Tanggal 24 Agustus 2010

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010

(2)
(3)

RINGKASAN

Pemerintah telah melakukan diversifikasi usaha budidaya di tambak dengan rumput laut dengan harapan bisa mencarikan solusi bagi pembudidaya. Rumput laut (gracilaria sp) mulai dikembangkan di Kabupaten Pasuruan sejak tiga tahun yang lalu, melalui kegiatan diseminasi baik dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur maupun Kabupaten Pasuruan. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah dari jenis gracilaria sp., karena jenis ini sesuai apabila dibudidayakan di areal pertambakan. Sistem yang diterapkan adalah dengan system polyculture, yaitu antara rumput laut, udang dan bandeng.

Rumput laut (gracilaria Sp) penghasil agar- agar itu juga mampu menyerap racun-racun yang terkandung dalam air tambak. Bahkan, rumput laut yang ditanam menghasilkan klekap yang biasanya menjadi makanan ikan bandeng. Bagi udang, lingkungan di sekitar rumput laut merupakan penyedia makanan berupa plankton dan jasad renik. Pada umumnya lokasi tambak yang sesuai dengan rumput laut (gracilaria sp) yang berdekatan laut, dan harus tersedia pula sumber air tawar guna menurunkan salinitas. Areal tambak juga harus terlindung dari angin dan memungkinkan terjadi pasang surut yang cukup tinggi. Tambak pun harus jauh dari limbah industri dan limbah air tanah.

Panen perdana rumput laut dilakukan setelah berusia empat bulan. Panen udang dan bandeng harus terlebih dahulu. Khusus rumput laut saat dipanen wajib dibersihkan dalam tambak. Saat itulah ujung dari tangkai rumput laut selalu patah dan jatuh ke dasar kolam. Tangkai itu kemudian tumbuh, berkembang secara baik, dan dapat dipanen dalam sebulan kemudian, dan seterusnya. Ketika panen yang kedelapan kali, barulah diganti dengan bibit yang baru. Sampai sekarang budidaya rumput laut telah berkembang mencapai 108 ha yang tersebar di Kecamatan Kraton, Rejoso dan Lekok,

Adapun kendala yang dihadapi untuk mengembangkan rumput laut (gracilaria sp) adalah bahwa : Pengeringan rumput laut yang dilakukan petani masih tradisional dengan sinar matahari Namun masalah yang timbul selama pengeringan yaitu musim hujan. Produksi menurun karena sinar matahari tidak optimal karena keterbatasan peralatan serta daya awet menyebabkan kualitas kurang baik.

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian

air dari suatu bahan pangan dengan energi panas seperti sinar matahari atau peralatan mekanis dan pengeringan juga merupakan salah satu pengawetan bahan pangan yang

(4)

konvensional dilakukan manusia agar kandungan air bahan pangan berkurang sehingga kecepatan kerusakan bahan pangan dapat diperlambat. Pengeringan mekanis merupakan pengeringan yang menggunakan alat buatan manuasia yang akan menghasilkan produk yang sanitier dan hygiene serta produk yang berkualitas. CABINET TRAY DRYER merupakan alat pengeringan serba guna yang akan diterapkan pada pengeringan rumput laut. Diharapkan pengeringan ini akan menghasilkan produk berkualitas dan bisa meningkatkan harga jual rumput laut.

Tujuan kegiatan adalah Memperkenalkan Teknologi Pengeringan kualitas yang berupa CABINET TRAY DRYER yang tahan karat berbentuk persegi panjang dan Memberikan ketrampilan kepada Pembudidaya (UMKM) Rumput Laut (Metode kegiatan yang akan digunakan dalam kegiatan penerapan IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) adalah PRA (Participatory Rural Appraisal ) yaitu melibatkan masyarakat dalam kegiatan. Pelaksanaan kegiatan ini melalui penyuluhan, pelatihan dan demonstrasi serta evaluasi untuk melihat efektivitas program sehingga program akan tersosialisasi dengan efisien.

Hasil kegiatan ini memberikan nilai positif melalui penyuluhan dan demo dan sudah merasakan manfaatnya karena alat CABINET TRAY DRYER tersebut langsung digunakan mengeringkan rumput laut dan tepung rumput laut. Dari hasil lapangan ada perkembangan bahwa pengeringan rumput laut harus rolling (pergantian rak bagian bawah yang telah berisi bahan, akan lebih kering lebih dahulu dan rak diatasnya dipindahkan bagian bawah sehingga pengeringan akan lebih merata. Suhu pengeringan diatur 60oC (dengan melihat Thermometer yang menempel dibody alat) dengan cara membuka tutup klep ventilasi dan pengaturan regulator kompor agar api yang dihasilkan terkendali. Kalau normal pengeringan berjalan 1-2 jam namun perlu diperhatikan bahwa rumput laut yang mau dikeringkan harus ditiriskan terlebih dahulu agar air yang dibawa dari tambak keluar sehingga pengeringan lebih efektif. Alat CABINET TRAY DRYER ini lebih adaptif karena alat ini mempunyai kelebihan lainnya yaitu tahan karat kap,asitas 100 kg. Alat ini yang mudah dipindah-pindahkan dan bersifat knock down.

Dampak kegiatan dalam penerapan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) bahwa alat CABINET TRAY DRYER adalah alat ini sangat adatif dan mudah dipindah-pindahkan karena ringan. Pembinaan dan Evaluasi pasca penyuluhan dilakukan selama 2 minggu sekali oleh team. Ternyata alat CABINET TRAY DRYER dari program IbM telah dicoba dan

(5)

mulai digunakan kembali oleh masing-masing anggota Budidaya Rumput laut. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan penyediaan alat ini untuk Pembudidaya Rumput laut lainnya dalam demo serta disumbangkannya hanya 1 unit dan faktor yang lain adalah jumlah alat sebaiknya diperbanyak untuk memperataan kepada anggota lain.

Faktor penghambat yang dihadapi adalah masalah pemilikan alat ini dilihat dari segi keuangan masing-masing pembudidaya Rumput laut yang mempunyai rencana ingin memiliki alat tersebut dan rencana tersebut dikonsultasikan dengan Dinas Terkait untuk dapat memiliki bersama alat tersebut melalui pembinaan dan pemantauan team LPPM-unibraw atau dicarikan program lain sehingga memotivasi mereka tetap bergairah dalam penanganan pasca panen.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1987. Budidaya Rumput Laut. Majalah Trubus Februari. Pusat Informasi Pertanian Trubus.Jakarta.

Anonymous, 1989. Pola Kehidupan Sosial Budaya Dalam Hubungan Dengan Konsep Sanitasi Pada Masyarakat Tengger. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Dirjen Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional. Proyek

Inventarisasi Dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Jakarta.

, 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.

_________, 2000. Rumput Laut. http: //www.pdii.lipi.go.id. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. Jakarta.

, 2001. Kabupaten Sumenep Dalam Angka 2001. Kerjasama BAPPEDA Dengan BPS Kabupaten Sumenep. Sumenep.

, 2001. Kecamatan Bluto Dalam Angka 2001. Kerjasama BAPPEDA Dan BPS Kabupaten Sumenep. Sumenep.

_________, 2001. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

, 2002. Data Potensi Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Sumenep Tahun 2002. Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Sumenep. Sumenep.

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan Dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Anggadireja J, S. Irawati 1996 dan Kusmiyati. 1996. Protein dan Manfaat Rumput Laut Indonesia Dalam Bidang Farmasi. Seminar Nasional Industri Rumput Laut. Jakarta 13 Juli 1996.

Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Astawan, M. 1997. Mengapa Rumput Laut Dicari Orang. Majalah Kesehatan Bulanan Sartika No. 11/November. Jakarta.

(7)

Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Diterjemahkan Oleh Muhji Muljohardo. UI Press. Jakarta.

Doty, M. S., J. F. Caddy and B. Santelices.1986. Case Studi Of Seven Commersial Seaweed Resources. FAO Fish Tech. Rome. Italy.

Hanafiah, A. M dan A. M. Saefudin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI Press. Jakarta.

Indriani. H dan Sumiarsih. E. 1995.Budidaya Pengolahan Dan Pemasaran Rumut Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Junus, P. T. 1995. Mengenal Hama Rumput Laut. Sinar Tani. 7 Agustus 1995.

Jenie, B. S. L. 1988. Sanitasi Dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Dan Gizi. IPB. Bogor.

Labina, Yacobus dan Ende. 1992. Teknologi Pasca Panen. Sinar Tani. 10 Juni 1992.

Marzuki. 1986. Metodologi Riset. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

Nawawi, H, 1983. Mtodologi Penelitian sosial. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Noor, Zulfriadi. 1996. Perdagangan Dan Industri Rumput Laut Di Dunia. Warta APBIRI Volume II Maret 1996.

Paramawati, Raffi. 2000. Perkembangan Teknologi Kemasan Pangan (Tinjauan Dari Sudut Filsafat). Makalah Pengantar Falsafah Sain (IPN 701). Program Studi Ilmu Pangan. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Risjani, Yenny dan Yunianta. 2000. Perbaikan Kultur Euchema cottoni Dalam Rangka Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Di Pantai Pulau Madura. Mitra Akademika Edisi V No. 14 Juli 2000.

Setyawati, D., B.B. Sasmita dan H. Nursyam.2000. Pengaruh Jenis Rumput Laut dan Lama Ekstraksi Terhadap Peningkatan Kualitas Karagenan. Dalam Jurnal-jurnal Ilmu Hayati Volume 12 Nomor 2. Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya. Malang.

(8)

Sigit, Suhardi. 1989. Marketing Praktis. Liberty. Yogyakarta.

Soegiarto, A., W.S. Atmaja, Sulistijo dan H. Mubarak. Rumput Laut, Manfaat, Potensi dan Usaha Budidaya. Lembaga Oseanologi Nasional. LIPI. Jakarta.

Suptijah, P. 2002. Rumput Laut : Prospek dan Tantangannya. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.

Susanto, T. 1993. Pengantar Pegolahan Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Susanto, A.B. 2001. Rumput Laut Bukan Sekedar Hidup Di Laut. Jurnal Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.

Swastha, Basu D. H. 1979. Asas-asas Marketing. Akademi Keuangan Dan Bisnis Yogyakarta.

Syarief, R. dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. PT. Mediyatama sarana Perkasa. Jakarta.

Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Zaitsev, V.J. Kiseveter, L. laguniov,T. Maharove, Minder and Podsevalov. 1969. Fish Curing and Processing. Mir Publishing. Moscow.

Referensi

Dokumen terkait

• Aerasi & agitasi merupakan hal yg penting dlm memproduksi sel-sel khamir dan bakteri. • u/ pertumbuhan secara aerobik, suplai oksigen merupakan faktor terpenting

Alim Setiawan Slamet, S.TP, M.Si, mengatakan bahwa mahasiswa yang mengikuti program dari perusahaan dapat menambah pengalaman dan soft skill sehingga setelah lulus nanti tidak

Berdasarkan hasil uji SEM kondisi fisik keluarga (-0,28) merupakan faktor yang cenderung berpengaruh nyata terbesar terhadap upaya mengubah latar belakang keluarga. Sehingga

Reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrument penelitian, instrument yang reliable adalah instrument yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang

Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui

Maserasi dilakukan selama 5 hari dengan cara serbuk simplisia kayu siwak (Salvadora persica L.) dan daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) yang telah ditimbang

Gangguan tersebut dapat terjadi akibat adanya plak atau gumpalan darah yang menghambat aliran darah pada arteri atau bila arteri rusak dan pecah sehingga jaringan

Turbin yang bergerak karena uap dipergunakan baling baling kapal dan sisa amoniak yang dari turbin menggunakan air dingin dari kedalaman laut yang suhunya C,