• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128

ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENYULUH PERTANIAN DI KECAMATAN RANOMEETO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN

Oleh: Hartina Batoa1) dan Putu Arimbawa1)

ABSTRACT

The purpose of this research were: 1) to analyzed the competence of Agricultural Extension Field (PPL) in doing counseling in BP3K West Ranomeeto District, 2) analyzing the training needs PPL in BP3K West Ranomeeto District. This research is a combination of survey research. Location of research is in the area of Occupational BP3K West Ranomeeto District. Techniques of data collection through surveys, Focus Group Discussion (FGD) and interviews. Analysis of data is using cross-tabulation and using descriptive statistical analysis. To analyze the competency, performance and training needs through a descriptive analysis of FGD techniques. Based on the results of the research can be summarized as follows : 1) most of the PPL in BP3K West Ranomeeto District not already have considerable technical competency, Especially in the field of pest control and plant diseases. 2) most of the PPL in BP3K West Ranomeeto District is less the opportunity to attend training in connection with the field work, and 3) the type of training required by the PPL in BP3K West Ranomeeto District is training of plant pests and diseases as well as training on motivating farmers in extension activities.

Key words: training needs, agricultural extension field, competence, performance.

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian masa depan dihadapkan dengan berbagai tantangan sebagai akibat dari adanya pergeseran nilai dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, lingkungan stratejik, baik dalam maupun luar negeri. Tantangan lainnya adalah pemenuhan kebutuhan pangan, persaingan pasar global, rendahnya tingkat pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan, terbatasnya penyediaan lapangan kerja dan rendahnya produktivitas angkatan kerja pertanian serta juga belum optimalnya pemanfaatan serta pelestarian sumberdaya alam dan sumberdaya lingkungan.

Salah satu langkah untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, perlu disiapkan sumberdaya manusia, sebagai pelaku pembangunan pertanian, yang tangguh, terdidik, mandiri dan mempunyai komitmen terhadap pembangunan pertanian melalui penyuluhan pertanian. Dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, peranan Penyuluh Pertanian sebagai petugas yang mempersiapkan para petani dan

pelaku usaha pertanian lain yang tangguh, sangat penting. Penyuluh adalah salah satu tenaga pendidik pada masyarakat untuk dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Soedjianto (2003).

Penyuluh adalah orang yang ditugaskan untuk melakukan kegiatan penyuluhan agar supaya petani yang disuluhnya berubah perilakunya baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga para petani mempunyai kemauan dan kemampuan dalam berusahatani yang lebih baik sesuai dengan kesempatan yang dimilikinya (Slamet, 2003). Dalam melaksanakan tugasnya, seorang penyuluh dapat melakukan teknik-teknik penyuluhan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Ada beberapa teknik penyuluhan yang dapat dilakukan anatara lain: (1) teknik penyuluhan massal, seperti ceramah, pameran, siaran pedesaan melalui radio/TV, penyebaran poster, penyebaran brosur, folder, leaflet dan majalah, dan kampanye; (2) teknik penyuluhan kelompok, seperti lomba, demontrasi/peragaan, kursus, pertemuan diskusi, temu wicara, dan widyawisata/karyawisata; dan (3) teknik perorangan seperti, kunjungan rumah 1)

(2)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128 dan tempat usaha dan magang (Dephutbun,

2000).

Disamping dilengkapi dengan teknik penyuluhan dalam melaksanakan tugasnya seorang penyuluh juga harus menyiapkan topik materi penyuluhan dan perlengkapan penyuluhan yang akan digunakan untuk memperlancar proses penyuluhan yang akan dilakukan. Khusus perlengkapan penyuluh, sangat penting untuk membantu kelancaran pelaksanaan penyuluhan maupun untuk memperjelas materi yang disampaikan agar mudah diingat dipahami oleh masyarakat sasarannya (Mardikanto, 1993; Krtasapoetra, 1994).

Sebagai lembaga penyuluhan tidak hanya memiliki spesialis pada berbagai aspek teknis di sektor pertanian, tetapi juga harus mempersiapkan bahan informasi dan program pelatihan. Dalam melaksanakan program kerja yang efektif memerlukan dukungan berupa selebaran, program radio, alat bantu audio visual, dan lain-lain. Persiapan bahan-bahan ini memerlukan keahlian yang tidak dimiliki oleh sebagian besar agen penyuluhan. Sehingga seorang penyuluh disuatu lembaga/organisasi penyuluhan diaharapkan memiliki keahlian dalam mendapatkan bahan-bahan informasi tersebut (van den Ban & Hawkins, 1999). Mengingat beberapa keahlian yang harus dimiliki penyuluh dalam melaksanakan tugasnya, seorang penyuluh adalah seorang profesional. Seorang penyuluh yang professional kompetensi yang harus dimiliki penyuluh menurut Puspadi (2003) adalah: (1) sistem sosial setempat, (2) perilaku petani, (3) analisis sistem, (4) analisis data, (5) merancang pendekatan penyuluhan, (6) perencanaan usahatani, (7) manajemen teknologi, (8) ekonomi rumah tangga, (9) mengembangkan teknologi lokal spesifik, (10) memahami cara petani belajar, (11) pengembangan kelompok dan organisasi, (12) perilaku pasar, (13) peta kognitif petani, (14) teknologi produksi, (15) teknologi pascapanen, (16) usahatani sebagai bisnis, (17) proses pembangunan pertanian dan (18) berkepribadian sesuai dengan profesinya sebagai penyuluh pertanian.

Berbagai kompetensi yang diharapkan dimiliki penyuluh akan berdampak pada knerja penyuluh. Hasil penelitian Putu Arimbawa

(2007), menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kinerja penyuluh adalah kompensasi atas pekerjaan, adanya kesempatan bagi penyuluh mengikuti kursus/pelatihan sesuai dengan bidangnya, dan dukungan fasilitas kerja seperti laboratorium lapangan. Guna mendukung kompetensi dan kinerja PPL diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkannya. Peningkatan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan baik formal maupun informal contonya melalui kegiatan penyuluhan (Mujiman H, 2009).

Berbagai peran penyuluh tersebut, diperlukan kiranya memotrat keberadaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) khususnya di BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat. Mengingat tugas dan perannya sebagai transfer informasi teknologi dan pendamping masyarakat tani diharapkan dapat menjadi motor penggerak keberdayaan masyarakat tani di perdesaan. Untuk itu, dalam menunjang perannya sebagai pendamping masyarakat agar terwujud keberdayaan masyarakat dampingannya, kompetensi PPL perlu ditingkatkan dalam menunjang profesional sebagai tenaga pendamping. Peningkatan kompetensi PPL dapat dilakukan melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Pendidikan formal dapat dilakukan melalui jalur peningkatan jenjang pendidikan, sedangkan pendidikan non formal dapat melalui pendidikan dan latihan, kursus, magang dan lain-lainya. Untuk itu, hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) peningkatan kompetensi PPL baik dari segi metode, teknik penyuluhan dan pendampingan masyarakat melalui kegiatan pelatihan sesuai kebutuhan, dan (2) peningkatan pengetahuan dan keterampilan berusahatani petani dampingan PPL. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kompetensi PPL dalam melakukan kegiatan penyuluhan di BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat, dan (2) menganalisis kebutuhan pelatihan PPL di BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat.

(3)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan populasi, yaitu seluruh PPL yang ada di BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini merupakan kombinasi penelitian survei dengan penelitian quasi-experimental, yaitu melakukan analisis kebutuhan pelatihan bagi PPL dan mendesain model pelatihannya.

Lokasi penelitian ini di BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan pada masing-masing desa dan kelurahan yang menjadi wilayah binaan PPL. Waktu Penelitian selama 3 bulan.

Penelitian ini mengkaji model pelatihan bagi PPL guna meningkatkan kompetensi dan kinerjanya. Adapun jumlah PPL yang ada di BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat adalah 7 PPL. Ke tujuh PPL tersebut dilakukan pengambilan data tentang kompetensi dan potensi yang dimiliki dan upaya untuk dapat dikembangkan melalui desain pelatihan yang tepat sasaran. Teknik pengambilan data untuk mengetahui kebutuhan pelatihan bagi PPL melalui Focus Group Disscution (FGD).

Analisis data menggunakan metode tabulasi silang (cross-tabulation) serta menggunakan analisis statistik. Untuk menganalisis kompetensi, kinerja dan kebutuhan pelatihan dilakukan analisis deskriptif melalui teknik FGD.

HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Penyuluh

1. Umur

Berdasarkan data yang di kumpulkan diketahui bahwa umur penyuluh di Kecamatan Ranomeeto Barat, berada pada kelompok umur produktif yaitu, berkisar antara 25 – 52 tahun. Masing-masing terdiri dari 1 orang penyuluh berumur 25 tahun, 2 orang penyuluh berumur 42 tahun, 2 orang penyuluh berumur 47 tahun, 1 orang penyuluh berumur 48 tahun, dan 1 orang penyuluh berumur 52 tahun. Hal ini menunjukan bahwa dari segi fisik penyuluh di Kecamatan

Ranomeeto Barat memiliki potensi untuk memaksimalkan kinerja mereka.

2. Jenis Kelamin

Identitas penyuluh menggambarkan

bahwa jumlah penyuluh laki-laki lebih banyak di bandingkan jumlah penyuluh perempuan, dimana jumlah penyuluh laki-laki sebanyak 4 orang dan penyuluh perempuan sebanyak 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan sudah cukup sebanding. Kondisi ini mengambarkan bahwa BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat sudah sesuai dengan konsep kesetaraan gender.

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah proses penggunaan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan formal adalah segenap bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus (Anonim, 2001).

Tingkat Pendidikan Penyuluh di Kecamatan Ranomeeto Barat terdiri dari SPMA, D3 dan S1, tetapi jumlah penyuluh yang berlatar belakang pendidikannya S1 lebih banyak dibandingkan SPMA dan D3, dimana penyuluh yang berlatar balakang pendidikan SPMA sebanyak 1 orang, D3 1 orang, dan S1 5 orang.

Berdasarkan tingkat pendidikan penyuluh di Kecamatan Ranomeeto Barat terlihat bahwa tingkat pendidikan penyuluh yang tertinggi di BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat adalah S1, hal ini menunjukan bahwa perlu adanya peningkatan sumberdaya manusia dalam hal ini penyuluh lapangan di Kecamatan Ranomeeto guna memaksimalkan kinerja, agar apa yang menjadi tujuan penyuluh dalam melakukan pembangunan pertanian dapat terpenuhi.

4. Lama Bekerja

Penyuluh di Kecamatan Ranomeeto Barat rata-rata adalah penyuluh memiliki masa kerja yang sudah cukup lama antara 4 sampai 30 tahun. Kondisi ini memungkinkan pengalaman dalam bekerja sudah lebih baik, artinya

(4)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128 peningkatan kualitas kinerja dapat terwujud, hal

ini sesuai dengan pendapat Van den Ban (1999) yaitu, Pada umumnya pengalaman merupakan guru yang paling baik bagi penyuluh , karena semakin banyak pengalaman yang diperoleh maka semakin baik pula penyuluh dalam melakukan penyuluhan. Pengalaman juga merupakan pendidikan yang diperoleh seseorang dalam rutinitas kehidupan sehari-hari, seperti peristiwa-peristiwa atau kenyataan-kenyataan yang dialaminya (Van den Ban, 1999).

5. Status Kepegawaian dan Bidang Keahlian

Status kepegawaian penyuluh di Kecamatan Ranomeeto Barat terdiri dari Pegawai honor 1 orang, dan PNS 6 orang dengan bidang keahlian perkebunan 3 orang, hortikultural 1 orang, peternakan 2 orang dan tanaman pangan 1 orang. Hal ini menunjukan bahwa bidang keahlian penyuluh masih sangat terbatas, karena berbicara masalah perrtanian adalah sesuatu yang sangat luas,artinya tentu masih banyak bidang keahlian lain yang perlukan oleh BP3K di Kecamatan Ranomeeto Barat misalnya, Kehutanan, spesialis hama penyakit tanaman dan lain sebagainya.

Tugas Penyuluh

Tugas penyuluh merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh penyuluh sesuai dengan rencana program kerja yang telah ditentukan. Undang-undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan menjelaskan bahwa Balai penyuluhan mempunyai tugas (1) Menyusun programa penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan programa penyuluhan kabupaten/kota, (2) Melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan, (3) Menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan dan pasar, (4) Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha, (5) Memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya, dan penyuluh swasta melalui proses pembelajaran secara bekelanjutan dan, (6) Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan

pengembangan modal usaha tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

Kegiatan penyuluhan di Kecamatan Ranomeeto Barat belum berjalan dengan maksimal sesuai dengan tugas-tugas penyuluh yang telah diprogramkan hal ini diakibatkan oleh sarana-prasarana serta kebutuhan-kebutuhan penyuluhan yang belum terpenuhi hal ini karena kurangnya perhatian dari pemerintah baik itu Kabupaten maupun provinsi, selain itu kurangnya tenaga penyuluh juga menjadi salah satu faktor penghambat kegiatan penyuluhan di Kecamatan Ranaoomeeto Barat.

Kompetensi Penyuluh

1. Jenis Kompetensi Yang Dimiliki

Jenis Kompetensi yang dimiliki oleh penyuluh sangat mentukan peningkatan kinerja penyuluh, semakin banyak jenis kompetensi yang dimiliki oleh penyuluh maka akan memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan sebagai output dari kinerja penyuluh.

Jenis kompetensi yang dimiliki oleh penyuluh di Kecamatan Ranomeeto Barat meliputi bidang, perkebunan, tanaman pangan, peternakan, dan hortikultura. Berdasarkan tabel jenis kompetensi penyuluh, Banyak jenis kompetensi penyuluh di Kecamatan Ranomeeto Barat yang perlu ditingkatkan. Hal ini menggambarkan bahwa penyuluh di Kecamatan Ranomeeto Barat dari sudut pandang sumber daya manusianya masih sangat terbatas, oleh karena itu perlu adanya suatu strategi peningkatan sumberdaya manusia(penyuluh), guna menjawab tantangan atau kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya membangun pertanian yang berkelanjutan.

2. Kendala-Kendala dalam Meningkatkan Kompetensi

Kendala dalam meningkatkan kompetensi merupakan suatu tantangan yang perlu mendapat solusi, baik itu kendala yang dihadapi penyuluh, maupun kendala yang dihadapi oleh petani. Untuk lebih meningkatkan kinerja penyuluh di Kecamatan Ranomeetto Barat, maka segala hal yang sifatnya adalah kebutuhan yang bersinergi dengan tugas penyuluh perlu dipenuhi, dengan demikian maka

(5)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128 kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam

meningkatkan kompetensi mereka sebagai petani juga dapat terjawab dengan bantuan penyuluh pertanian lapangan.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh Penyuluh pertanian Lapangan dalam peningkatan kompetensi yaitu Kurangnya mengikuti kegiatan pelatihan sehingga mengakibatkan kurangnya pengetahuan penyuluh dan kurang terampil dalam pengendalian hama penyakit, timbulnya hama penyakit di akibatkan karena kalender musim tanam yang tidak menentu. Selain itu kurangnya sarana penunjang juga menjadi faktor penentu dalam keberhasilan suatu kegiatan penyuluhan yang dilakukan, kurangnnya sentuhan tekhnologi dan inovasi-inovasi baru seperti benda-benda sebagai media penyuluhan, barang cetakan (pamphlet, leaflet, folder brosur/booklet, poster, photo, dan lain lain), gambar diproyeksikan (transparency-sheet, slide-film, movie-slide-film, video-slide-film, televisi dan lain-lain) dan lambang grafika (grafik, diagram, schema, peta, dan lain-lain) mengakibatkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani.

Jenis-Jenis Pelatihan Penyuluh

Penyuluh pertanian adalah seorang agen pembangunan pertanian dan mitra petani nelayan beserta keluarganya. Mengingat tugas dan perannya sebagai pendamping masyarakat tani diharapkan dapat menjadi motor penggerak keberdayaan masyarakat tani di perdesaan. Untuk itu, dalam menunjang perannya sebagai pendamping masyarakat agar terwujud keberdayaan masyarakat dampingannya, kompetensi PPL perlu ditingkatkan dalam menunjang profesional sebagai tenaga pendamping.

Peningkatan kompetensi PPL dapat dilakukan melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Pendidikan formal dapat dilakukan melalui jalur peningkatan jenjang pendidikan, sedangkan pendidikan non formal dapat melalui pendidikan dan latihan, kursus, magang dan lain-lainya. Peningkatan kompetensi PPL melalui pendidikan non formal seperti pelatihan diharapkan dapat secara cepat meningkatkan kompetensi/keterampilan PPL berdasarkan pada kebutuhan wilayah kerjanya.

Pelatihan yang diberikan kepada PPL harus sesuai dengan kebutuhan wilayah sasaran, sehingga selesai pelatihan para PPL dapat secara langsung mengaplikasikan di lapangan atau wilayah binaannya.

Jenis-jenis pelatihan yang pernah diikuti Penyuluh Pertanian Lapangan yang berada di Kecamatan Ranomeeto Barat yaitu Sekolah Lapang (SL) padi sawah, SL jagung dan Budidaya sapi potong, Namun demikian sebagian besar PPL yang berada di Kecamatan Ranomeeto Barat belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan sehingga kompetensi yang dimiliki juga belum maksimal hal ini sangat berpengaruh pada perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan penyuluh maupun petani dan berdampak langsung terhadap produksi pertanian. Disamping itu, pelatihan yang pernah diikuti penyuluh belum menyentuh kebutuhan petani seperti pengendalian hama dan penyakit tanaman. Hal ini terungkap dari hasil kegiatan FGD yang dilakukan dalam penelitian ini. Sebagian besar petani di wilayah kerja BP3K mengeluhkan masalah hama dan penyakit tersebut. Hal lain juga dikeluhkan oleh PPL terhadap kurangnya partisipasi petani untuk mengikuti kegiatan penyuluhan. Hal ini terjadi karena petani tidak mendapatkan solusi pemecahan masalah usahatani dalam kegiatan penyuluhan tersebut. Untuk itu peningkatan kompetensi penyuluh tentang pengendalian hama dan penyakit melalui kegiatan pelatihan-pelatihan perlu ditingkatkan intensitasnya.

Kendala Pengembangan Usahatani di

Wilayah Binaan Penyuluh

Di dalam melaksanakan tugasnya penyuluh pertanian sebagai seorang agen pembangunan di bidang pertanian, akan senantiansa dihadapkan kepada tanggungjawab berlangsungnya perubahan-perubahan yang menyangkut perilaku, prikehidupan dan nasib para petani-nelayan yang dilayaninya. Tanggung jawab tersebut bukanlah hal yang ringan dan mudah dilakukan dimana penyuluh pertanian dituntut bukan saja memiliki kecakapan tetapi juga keahlian dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi di lapangan seperti yang terjadi di Kecamatan Ranomeeto Barat yaitu kurangnya

(6)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128 kesadaran dan minat petani dalam mengikuti

kegiatan penyuluhan hal ini diakibatkan karena kesibukan mencari nafkah sehari-hari, sehingga petani menjadi kekurangan informasi. Tidak adanya dana operasional dalam kegiatan penyuluhan juga menjadi salah satu faktor penghambat sehingga petani enggan meninggalkan pekerjaannya untuk mengikuti kegiatan penyuluhan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) sebagain besar PPL di BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat belum memiliki kompetensi teknis yang cukup khususnya dalam bidang pengendalian hama dan penyakit tanaman, (2) sebagian besar PPL di BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat kurang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan sehubungan dengan bidang kerjanya, dan (3) jenis pelatihan yang dibutuhkan oleh PPL di BP3K Kecamatan Ranomeeto Barat adalah pelatihan pengendalian hama dan penyakit tanaman serta pelatihan tentang memotivasi petani dalam kegiatan penyuluhan.

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada para penyuluh agar diberikan kesempatan lebih banyak lagi untuk mengikuti pelatihan-pelatihan terkait dengan peningkatan kemampuan teknis dibidang penyuluhan. Peningkatan kemampuan teknis tersebut, sangat bermanfaat membantu petani dalam menangani masalah usahataninya. Disamping itu dengan kemampuan teknis yang baik yang dimiliki penyuluh akan dapat memotivasi penyuluh dan petani untuk ikut dalam setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan penyuluh.

DAFTAR PUSTAKA

A.W. van den Ban dan H.S. Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

A.G. Kartasapoetra, 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 2000. Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan. Edisi Kedua Kumpulan Informasi Kehutanan. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.

Ketut Puspadi, 2003. Kualitas SDM Penyuluh Pertanian dan Pertanian Masa Depan di Indonesia: Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Penyunting Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. IPB Press. Bogor.

……….., 2000. Relevansi Konsep Profesionalisme dalam Penyuluhan Pertanian Berwawasan Agribisnis Berwatak Kerakyatan: Prosiding Seminar Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Kerjasama dengan Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPS-IPB) dan Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesia (PAPPI). Editor H.R. Pambudy dan Andriyono K. Adhi. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor.

Malayu S.P. Hasibuan, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Margono Slamet, 2003. Memantapkan Penyuluhan di Indonesia: Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Penyunting Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. IPB Press. Bogor.

Mujiman Haris, 2009. Manajemen Pelatihan: berbasis Belajar Mandiri. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Putu Arimbawa, 2007. Analisis Kebutuhan Penyuluhan dalam Meningkatkan Kinerja Penyuluh pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kota Kendari. Majalah Ilmiah Agriplus, Volume 17 Nomor 03.

(7)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128 Rifai Husein, 1995. Refleksi dari Sebuah

Perjalanan: Membangun Ketangguhan Profesi Penyuluhan Pertanian. Ekstensia, Volume 2 1995.

Soedijanto, 2003. Penyuluhan sebagai Pilar Akselerasi Pembangunan Pertanian di Indonesia pada Masa Mendatang: Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Penyunting Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. IPB Press. Bogor. Siegel, S., 1994. Statistik Nonparametrik untuk

Ilmu-ilmu Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Totok Mardikanto, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata temperatur permukaan jengger, bulu dan shank yang lebih tinggi pada lokasi penelitian dengan THI = 89 dibandingkan dengan suhu permukaan jengger, bulu dan shank

Jika perbandingan antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1V harus dianggap sebagai beban horisontal

a. Komunikator : meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi komunikator adalah gabungan dari berbagai individu

Makalah ini merupakan eksplorasi terhadap potensi kewirausahaan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran Penerjemahan. Metode penelitian menggunakan penelitian

Dengan adanya keadaan keharmonisan keluarga yang berbeda-beda, ada yang harmonis dan ada yang kurang/tidak harmonis dan keadaan itu menjadi faktor ekstern yang akan

Karena hasil ES merupakan nilai delta, maka set point pada kedua kontroler tersebut merupakan nilai set point laju aliran reflux dan steam reboiler awal dan ditambahkan

tersendat-sendat, tetapi ada beberapa spesies yang tidak bisa berenang dan bergerak dengan merayap karena telah beradaptasi untuk hidup di lumut dan sampah daun-daun yang

Qui audet adipiscitur. “Siapa berani, menang.” Tampaknya, sebagai seorang yang ahli bahasa Latin, Mark Zuckerberg hidup dengan motto ini setiap hari. Visi Mark Zuckenberg yang