• Tidak ada hasil yang ditemukan

T-Matrix dengan Spin Total 1 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "T-Matrix dengan Spin Total 1 2"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

T-Matrix dengan Spin Total

1

2

Kini kita perhitungkan juga spin sistem, dan sebagai contoh, kita lihat hamburan dengan spin total s = 12.

1

Spin

12

Ambillah sebagai keadaan eigen spin 12 yaitu ˆzλ , dengan ˆz menyatakan sumbu kuantisasi1 dan λ = ±12. Keadaan ˆzλ memenuhi persamaan nilai eigen (dengan spin bernilai 12):

s2 ˆzλ = 3 4 ˆzλ dan sz ˆzλ = λ ˆzλ . (3)

Sebagai keadaan eigen operator besaran fisika, ˆzλ bersifat ortogonal dan komplit, dengan or-togonalitas dan relasi kekomplitan (completeness relation) sebagai berikut:

ˆzλ0 ˆzλ = δλ0λ dan 1 2 X λ=−12 ˆzλ ˆzλ = 1 . (4)

2

Keadaan basis (basis states)

Untuk menghitung hamburan dengan spin total s = 12 kita gunakan keadaan basis pλ , yang diperoleh sebagai perkalian (perkalian tensor) keadaan bebas dengan momentum relatif p, yaitu

p , dan keadaan eigen spin total ˆzλ :

pλ ≡ p ⊗

ˆzλ ≡ p ˆzλ . (5)

Ortogonalitas dan relasi kekomplitan pλ diperoleh sebagai berikut:

p0

λ0 pλ = ˆzλ0 p0 p ˆzλ

= δ(p0− p)δλ0λ (6)

1Ingat kembali kuliah Mekanika Kuantum tentang momentum angular. Sebagai momentum angular, spin s

dapat diuraikan dalam tiga komponennya, yaitu sx, sy, dan sz. Ketiga komponen ini komut dengan s:

[s2, sx] = [s2, sy] = [s2, sz] = 0 , (1)

namun antar ketiganya tidak komut:

[sj, sk] = ijklsl , (jkl= simbol Levi-Civita) . (2)

(2)

1 2 X λ=−12 Z dp pλ pλ = 1 2 X λ=−12 ˆzλ ˆzλ Z dp p p = 1 . (7)

Dalam basis pλ elemen T-matrix dinyatakan sebagai berikut (serupa juga untuk elemen matriks potensial):

Tλ0λ(p0, p) ≡p0λ0 T pλ . (8)

3

Elemen matriks potential

Elemen matriks potensial dalam basis pλ , yaitu Vλ0λ(p0, p), diberikan sebagai berikut:

Vλ0λ(p0, p) ≡ p0λ0 V pλ = ˆzλ0 p0 V p ˆzλ = ˆzλ0 V (p0, p) ˆzλ , (9)

dengan V (p0, p) adalah potensial dalam ruang (representasi) momentum. Untuk kasus spin total s = 1 2 struktur umum V (p 0, p) adalah: V (p0, p) = f0(p0, p, ˆp0 · ˆp) + f1(p0, p, ˆp0· ˆp) s · ˆp0  s · ˆp , (10)

dengan fi(p0, p, ˆp0· ˆp) suatu fungsi yang tidak bergantung pada spin. Elemen matriks potensial

V (p0, p) di Eq. (10) bersifat invarian rotasional (rotational invariant ) dan memenuhi kekekalan paritas (parity conservation). Selain itu, V (p0, p) bersifat invarian terhadap pembalikan waktu (time-reversal invariant ), asalkan fi(p0, p, ˆp0· ˆp) , (i = 0, 1) bergantung pada p0 dan p secara

simetrik:2

fi(p0, p, ˆp0· ˆp) = gi(p0, p, ˆp0 · ˆp) + gi(p, p0, ˆp0 · ˆp) , (i = 0, 1) . (13)

2Pembalikan waktu membuat perubahan pada momentum dan spin sebagai berikut: p → −p0, p0→ −p, dan

s → −s. Jelas bahwa fi(p0, p, ˆp0· ˆp) di Eq. (13) bersifat time-reversal invariant. Adapun s · ˆp0



s · ˆp juga bersifat time-reversal invariant seperti ditunjukkan berikut ini, yaitu dengan menggunakan persamaan identitas:

s · ˆp0 s · ˆp =1 4pˆ 0· ˆp + 1 2is · ˆp 0× ˆp , (11) sehingga diperoleh: (−s) · (−ˆp) (−s) · (−ˆp0) = 1 4(−ˆp) · (−ˆp 0) +1 2i(−s) ·(−ˆp) × (−ˆp 0) = 1 4pˆ 0· ˆp + 1 2is · (ˆp 0× ˆp) = s · ˆp0 s · ˆp . (12)

(3)

Elemen matriks potensial Vλ0λ(p0, p) di Eq. (9) dapat dituliskan sebagai berikut:

Vλ0λ(p0, p) = f0(p0, p, ˆp0· ˆp) δλ0λ + f1(p0, p, ˆp0· ˆp) Wλ0λ(ˆp0, ˆp) , (14)

dengan komponen spin Wλ0λ(ˆp0, ˆp) diperoleh sebagai berikut:

Wλ0λ(ˆp0, ˆp) ≡ ˆzλ0 s · ˆp0  s · ˆp ˆzλ = 1 4 h δλ0λ n

cos θ0cos θ + e−2iλ(φ0−φ)sin θ0sin θo +δλ0,−λ2λe2iλφ

0n

sin θ0cos θ − e−2iλ(φ0−φ)cos θ0sin θoi. (15)

Dengan demikian, diproleh:

Vλ0λ(p0, p) = δλ0λ h f0(p0, p, ˆp0 · ˆp) + 1 4f1(p 0

, p, ˆp0· ˆp)ncos θ0cos θ + e−2iλ(φ0−φ)sin θ0sin θoi +δλ0,−λf1(p0, p, ˆp0· ˆp)

λ 2e

2iλφ0nsin θ0

cos θ − e−2iλ(φ0−φ)cos θ0sin θo . (16)

Berikutnya, kita lihat elemen matriks potensial untuk kasus khusus ˆp = ˆz. Dari Eq. (16) diperoleh: Vλ0λ(p0, pˆz) = δλ0λ h f0(p0, p, cos θ0) + 1 4f1(p 0, p, cos θ0) cos θ0i +δλ0,−λf1(p0, p, cos θ0) λ 2e 2iλφ0sin θ0 . (17)

Dengan adanya delta Kronecker δλ0,−λ di suku kedua, dapat dinyatakan:

Vλ0λ(p0, pˆz) = δλ0λ h f0(p0, p, cos θ0) + 1 4f1(p 0 , p, cos θ0) cos θ0i +δλ0,−λf1(p0, p, cos θ0) λ 2e i(λ+λ)φ0sin θ0 = δλ0λ h f0(p0, p, cos θ0) + 1 4f1(p 0 , p, cos θ0) cos θ0i +δλ0,−λf1(p0, p, cos θ0) λ 2e i(−λ0+λ)φ0sin θ0 = δλ0λ h f0(p0, p, cos θ0) + 1 4f1(p 0 , p, cos θ0) cos θ0 i +δλ0,−λf1(p0, p, cos θ0) λ 2e −i(λ0−λ)φ0 sin θ0. (18)

Kemudian, delta Kronecker delta δλ0λ di suku pertama membolehkan faktor e−i(λ 0−λ)φ0

juga dita-mbahkan di suku pertama, sehingga faktor e−i(λ0−λ)φ0 dapat dipisahkan dari semua suku:

Vλ0λ(p0, pˆz) = δλ0λe−i(λ 0−λ)φ0h f0(p0, p, cos θ0) + 1 4f1(p 0 , p, cos θ0) cos θ0i +δλ0,−λf1(p0, p, cos θ0) λ 2e −i(λ0−λ)φ0 sin θ0 = e−i(λ0−λ)φ0nδλ0λ h f0(p0, p, cos θ0) + 1 4f1(p 0 , p, cos θ0) cos θ0i

(4)

+δλ0,−λf1(p0, p, cos θ0)

λ 2 sin θ

0o

. (19)

Dengan kata lain, kebergantungan Vλ0λ(p0, pˆz) pada sudut azimuth φ0 dapat dipisahkan dari

kebergantungannya pada variabel lain:

Vλ0λ(p0, pˆz) = e−i(λ 0−λ)φ0 Vλ0λ(p0, p, θ0) , (20) dengan Vλ0λ(p0, p, θ0) = δλ0λ  f0(p0, p, cos θ0) + 1 4f1(p 0 , p, cos θ0) cos θ0  +δλ0,−λ λ 2f1(p 0 , p, cos θ0) sin θ0. (21)

Dengan λ = ±12, Vλ0λ(p0, p, θ0) di Eq. (21) menunjukkan relasi simetri berikut:

Vλ0λ(p0, p, θ0) = (−)λ 0−λ

V−λ0,−λ(p0, p, θ0) . (22)

Jika relasi di Eq. (22) dimasukkan ke Eq. (20), diperoleh relasi simetri untuk Vλ0λ(p0, pˆz) sebagai

berikut:

Vλ0λ(p0, pˆz) = (−)λ 0−λ

e−2i(λ0−λ)φ0V−λ0,−λ(p0, pˆz) . (23)

4

Elemen T-matrix

Sebelum ini, tanpa memperhitungkan spin telah diperoleh persamaan integral untuk elemen T-matrix sebagai berikut:

T (p0, p) = V (p0, p) + lim →0 Z dp00 1 Ep+ i − Ep00 V (p0, p00)T (p00, p) . (24)

Dengan cara serupa, diperoleh persamaan integral untuk elemen T-matrix Tλ0λ(p0, p) sebagai

berikut: Tλ0λ(p0, p) = Vλ0λ(p0, p) + lim →0 1 2 X λ00=−1 2 Z dp00Vλ0λ00(p0, p00) 1 Ep + i − Ep00 Tλ00λ(p00, p) . (25)

Sebagaimana biasa, arah momentum awal dipilih sebagai arah z, ˆp = ˆz, sehingga Eq. (25) menjadi: Tλ0λ(p0, pˆz) = Vλ0λ(p0, pˆz) + lim →0 1 2 X λ00=−1 2 Z dp00 Vλ0λ00(p 0, p00) Ep+ i − Ep00 Tλ00λ(p00, pˆz) . (26)

(5)

Sama seperti Vλ0λ(p0, p), elemen T-matrix Tλ0λ(p0, p) juga bersifat invarian rotasi. Untuk

ˆ

p = ˆz, kebergantungan elemen T-matrix pada sudut azimuth φ0 muncul sebagai faktor fase e−i(λ0−λ)φ0, serupa dengan Vλ0λ(p0, pˆz) di Eq. (20):

Tλ0λ(p0, pˆz) = e−i(λ 0−λ)φ0

Tλ0λ(p0, p, θ0) . (27)

Setelah Tλ0λ(p0, pˆz) di Eq. (27) dimasukkan ke Eq. (26), diperoleh persamaan untuk Tλ0λ(p0, p, θ0)

sebagai berikut: Tλ0λ(p0, p, θ0) = Vλ0λ(p0, p, θ0) + lim →0 1 2 X λ00=−1 2 Z dp00 Vλ0λ00(p 0, p00) Ep+ i − Ep00 ei(λ0φ0−λ00φ00)e−iλ(φ0−φ00)Tλ00λ(p00, p, θ00) . (28)

Di Eq. (28) integral dengan variabel φ00 adalah:

2π Z 0 dφ00Vλ0λ00(p0, p00)ei(λ 0φ0−λ00φ00) e−iλ(φ0−φ00). (29)

Persamaan (16) menunjukkan bahwa kebergantungan Vλ0λ00(p0, p00) pada sudut azimuth φ0 dan

φ00 dapat dinyatakan sebagai fungsi V1 dan V2 berikut:

Vλ0λ00(p0, p00) = δλ0λ00V1  cos(φ0− φ00), e−2iλ00(φ0−φ00) +δλ0,−λ00λ00e2iλ 00φ0 V2  cos(φ0− φ00), e−2iλ00(φ0−φ00). (30)

Dengan demikian, integrand di Eq. (29) dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi sudut-sudut azimuth g(φ0 − φ00), yang periodik dalam variabel φ00, dengan periode 2π, seperti ditunjukkan

berikut ini: 2π Z 0 dφ00Vλ0λ00(p0, p00)ei(λ 0φ0−λ00φ00) e−iλ(φ0−φ00) = 2π Z 0 dφ00nδλ0λ00V1  cos(φ0− φ00), e−2iλ00(φ0−φ00) +δλ0,−λ00λ00e2iλ 00φ0 V2 

cos(φ0 − φ00), e−2iλ00(φ0−φ00)oei(λ0φ0−λ00φ00)e−iλ(φ0−φ00)

= 2π Z 0 dφ00 n δλ0λ00V1  cos(φ0− φ00), e−2iλ00(φ0−φ00)  ei(λ00−λ)(φ0−φ00) +δλ0,−λ00λ00V2 

cos(φ0− φ00), e−2iλ00(φ0−φ00)ei(λ00−λ)(φ0−φ00)o

= 2π Z 0 dφ00nδλ0λ00V1  cos(φ0− φ00), e−2iλ00(φ0−φ00)

(6)

+δλ0,−λ00λ00V2



cos(φ0− φ00), e−2iλ00(φ0−φ00)oei(λ00−λ)(φ0−φ00)

=

Z

0

dφ00g(φ0− φ00) . (31)

Integral tertutup (closed integral ) di Eq. (31), yang berarti integral di Eq. (29), tidak bergantung pada φ0, karena integrasi dapat dimulai dari titik manapun di sepanjang sumbu φ00:

2π Z 0 dφ00g(φ0− φ00) = 2π Z 0 dφ00g(φ00) . (32)

Dengan demikian, dapat kita definisikan suatu fungsi Vλλ0λ00(p0, p00, θ0, θ00) sebagai berikut:

Vλλ0λ00(p0, p00, θ0, θ00) ≡ 2π Z 0 dφ00Vλ0λ00(p0, p00)ei(λ 0φ0−λ00φ00) e−iλ(φ0−φ00), (33)

sehingga persamaan integral untuk Tλ0λ(p0, p, θ0) di Eq. (28) menjadi:

Tλ0λ(p0, p, θ0) = Vλ0λ(p0, p, θ0) +2µ lim →0 1 2 X λ00=−1 2 ∞ Z 0 dp00 p 002 p2+ i − p002 × 1 Z −1 d cos θ00Vλλ0λ00(p0, p00, θ0, θ00)Tλ00λ(p00, p, θ00) . (34)

Mengingat nilai-nilai λ, λ0, λ00 = ±12, maka untuk tiap nilai λ dperlukan 2 persamaan seperti Eq. (34) yang harus diselesaikan secara simultan, yaitu untuk mendapatkan T1

2λ(p

0, p, θ0) dan

T1 2,λ(p

0, p, θ0). Jadi, dijumpai problem menyelesaikan dua persamaan integral terkopel (coupled

integral equations) untuk tiap nilai λ. Untuk semua nilai λ = ±1

2, dengan demikian, ada 2 set 2

persamaan integral terkopel yang harus diselesaikan.

Perhatikan bahwa integral tertutup di Eq. (32) juga invarian apabila arah integrasi dibalik:

2π Z 0 dφ00g(φ00) = 2π Z 0 dφ00g(−φ00) . (35)

Berdasarkan sifat yang ditunjukkan di Eq. (35), diperoleh relasi simetri untuk Vλ

λ0λ00(p0, p00, θ0, θ00) sebagai berikut: Vλλ0λ00(p0, p00, θ0, θ00) = 2π Z 0 dφ00nδλ0λ00V1  cos φ00, e−2iλ00φ00

(7)

+δλ0,−λ00λ00V2



cos φ00, e−2iλ00φ00oei(λ00−λ)φ00

= 2π Z 0 dφ00nδλ0λ00V1  cos φ00, e2iλ00φ00 +δλ0,−λ00λ00V2 

cos φ00, e2iλ00φ00oe−i(λ00−λ)φ00

= (−)λ0−λ00 2π Z 0 dφ00nδ−λ0,−λ00V1  cos φ00, e2iλ00φ00 +δ−λ0λ00(−λ00)V2  cos φ00, e2iλ00φ00 o e−i(λ00−λ)φ00 = (−)λ0−λ00V−λ−λ0,−λ00(p 0 , p00, θ0, θ00) . (36)

Dengan menggunakan relasi simetri di Eq. (36) diperoleh relasi simetri untuk Tλ0λ(p0, p, θ0), yang

serupa dengan relasi simetri untuk Vλ0λ(p0, p, θ0) di Eq. (22):

Tλ0λ(p0, p, θ0) = (−)λ 0−λ

T−λ0,−λ(p0, p, θ0) . (37)

Relasi simetri Eq. (37) membuat kita cukup menyelesaikan satu set, bukan 2 set, 2 persamaan in-tegral terkopel di Eq. (34), yaitu untuk λ = 12, sehingga diperoleh T1

2 1 2(p 0, p, θ0) dan T −1 2 1 2(p 0, p, θ0).

Referensi

Dokumen terkait

e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945... Sementara itu di kalangan masyarakat pun

Catatan: Alasan untuk menyebarkan UU ini adalah sesuai dengan Pasal 47 dari Konstitusi Kerajaan Thailand menyatakan bahwa tidak akan menjadi independen Badan

Solver add-ins dapat digunakan oleh para pengambil keputusan dalam pengalokasian barang yang akan didistribusikan secara optimal, yang dalam hal ini total biaya

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yaitu berupa kajian teori pustaka dengan mengumpulkan literatur-literatur untuk penurunan

Tujuan penelitian adalah untuk membuat sebuah aplikasi yang dapat membantu kerja peneliti atau pemerhati tanaman kopi dalam melakukan diagnosis penyakit pada

(6) Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/D4

Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk tiga sistem uji yang digunakan, firefly algorithm dapat menyelesaikan permasalahan economic load dispatch mempertim- bangkan

Berdasarkan ulasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa definisi dari anak tunagrahita adalah anak yang memiliki daya tangkap yang lamban/lambat atau