• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBAHASAN. A. Academic Self Management dalam Bimbingan dan Konseling. pelayanan pada siswanya yang bermasalah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMBAHASAN. A. Academic Self Management dalam Bimbingan dan Konseling. pelayanan pada siswanya yang bermasalah."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II PEMBAHASAN

A. Academic Self –Management dalam Bimbingan dan Konseling

Permasalahan Academic Self-Management yang rendah pada siswa manjadi tanggung jawab konselor sekolah. Dalam ranah bimbingan dan konseling, Academic Self-Management berfokus pada bidang belajar dimana masalah yang dihadapai siswa terkait belajar dan konselor harus segera memberikan pelayanan pada siswanya yang bermasalah.

Dalam bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008), bidang belajar dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut:

1. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru, mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran dan menjalani program penilaian hasil belajar.

(2)

2. Pemantapan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun berkelompok.

3. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah menengah umum sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.

4. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, budaya yang ada di sekolah dan lingkungan sekitar untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan pribadi.

5. Orientasi belajar di sekolah sambungan atau perguruan tinggi.

B. Academic Self-Management

1. Pengertian Academic Self-Management

Sebelum menjelaskan pengertian Academic Self-Management, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian dari belajar dan pengertian Self management. Menurut Hamzah (2012), belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan) atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Trorndike (Hamzah ; 2012) menjelaskan arti dari belajar adalah

Proses interaksi antara stimulus (berupa pikiran atau perasaan atau gerakan) dan respon (dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Menurutnya perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati) ataupun non konkret (tidak bisa diamati).

(3)

Jadi pengertian belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengelamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan pengertian Self Management (pengelolaan diri) berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna (Gie, 2000). Menurut Gunarsa (2004), self management adalah proses dimana seseorang dimungkinkan memiliki pegangan untuk menghadapi masalah dengan mengurangi terjadinya perilaku yang bermasalah tersebut.

Menurut Stewart dan Lewis ( Nursalim, 2013) mengemukakan bahwa Self Management menunjuk pada kemampuan individu untuk mengarahkan perilakunya atau kemampuan untuk melakukan hal-hal yang terarah bahkan meskipun upaya-upaya itu sulit. Sedangkan menurut Kanar (2011), Self Management adalah kualitas personal dari disiplin diri atau kontrol diri dan ketika siswa yang memiliki manajemen diri yang baik maka siswa tersebut dapat memotivasi diri sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa Self management merupakan kemampuan mengarahkan usaha perubahan dengan mengubah aspek-aspek lingkungannya atau dengan mengatur konsekuensinya. Sesuai dengan penjelasan Woolfolk (2004), Self Management merupakan manajemen diri perilaku sendiri dan pengambilan tanggung jawab atas tindakan

(4)

sendiri, serta penggunaan prinsip-prinsip belajar untuk mengubah perilaku artinya siswa membuat pilihan dan berhadapan dengan konsekuensi, menyusun tujuan dan prioritas, memanajemen waktu, berkolaborasi dalam proses belajar dan membangun hubungan yang dapat dipercaya dengan guru dan teman sekelas

Berpijak dari dari definisi tersebut diketahui bahwa Academic Self-Management merupakan kemampuan yang berkenaan dengan ketrampilan individu dalam mengarahkan pengubahan tingkah lakunya sendiri atas rasa tanggung jawab untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajarnya

Sesuai penjelasan Dembo (2004), academic self-management adalah strategi-strategi yang digunakan para siswa untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, yang meliputi strategi perilaku (manajemen waktu dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi emosi dan usaha), dan strategi belajar cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari guru, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Academic Self-Management

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Academic Self-Management (Dembo, 2004) adalah :

a. Faktor personal dan sosiokultural

Faktor personal meliputi bagaimana pola belajar di tingkat pendidikan sebelumnya dapat dibawa sampai pendidikan selanjutnya seperti pola

(5)

belajar sekolah menengah pertama dapat dibawa sampai masa sekolah menengah atas, dan hal ini dapat mempengaruhi bagaimana motivasi, perilaku, dan kelangsungan studi siswa. Faktor sosiokultural seperti level sosioekonomi, tingkat pendidikan orang tua, dan harapan orang tua dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku siswa (Ratcliff dalam Dembo, 2004).

b. Faktor lingkungan kelas

Faktor di lingkungan kelas meliputi tugas yang diberikan (ulangan harian ulangan semester, ujian kenaikan kelas), perilaku instruktur (dukungan yang diberikan kepada siswa), dan metode instruksional (pembentukan kelompok belajar di dalam kelas baik sesama etnis atau dengan etnis lain, tutor) akan mempengaruhi bagaimana perilaku siswa di dalam kelas. Bukan hanya lingkungan kelas yang mempengaruhi motivasi pelajar, melainkan tanggung jawab siswa terhadap diri sendiri juga penting.

c. Faktor internal

Faktor internal meliputi tujuan, kepercayaan, perasaan dan persepsi pelajar; yang akan berpengaruh terhadap motivasi di dalam melakukan academic self-management, misalnya jika siswa menghargai sebuah tugas dan menganggap siswa dapat menguasainya, maka siswa cenderung menggunakan strategi belajar yang berbeda, berusaha lebih keras, dan bertahan sampai tugas terselesaikan.

(6)

Academic Self-Management juga tidak terlepas dari adanya faktor-faktor di dalamnya (Jawwad, 2007). Faktor-faktor internal yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :

a. Perhatian Terhadap Waktu

Kemampuan Academic Self-Management juga dipengaruhi oleh waktu dengan tujuan agar segala yang ingin dikerjakan dapat berjalan secara teratur dan lancar seperti yang diinginkan. Apabila kita dapat mengatur waktu dengan baik, maka kita akan memiliki kemampuan Academic Self-Management yang baik.

b. Kondisi Sosial

Apabila kondisi sosial seseorang baik, tentunya dia bisa memiliki kemampuan Academic Self-Management yang baik. Karena dengan hubungan yang baik dengan sesama dan tidak membedakan antara yang satu dengan yang lainnya akan mendukung pada pembentukan Academic Self-Management. Apabila kondisi lingkungan sosial seseorang sehat, kodusif pastinya Academic Self-Management akan berkembang sehingga hubungan sosial dengan sesama juga akan serasi. c. Tingkat Kondisi Ekonomi

Academic Self-Management juga dipengaruhi kondisi ekonomi individu. Jika individu dapat mengatur segala keperluannya, mengutamakan suatu hal yang lebih penting, maka individu akan mampu menuntaskan berbagai urusannya yang berkenaan dengan belajarnya dan dapat memenuhi segala kebutuhannya demi mencapai tujuan yang ingin diraihnya.

(7)

d. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pemahaman seseorang pada pentingnya Academic Self-Management bahwa dengan adanya kemampuan Academic Self-Management yang baik, dia bisa melalui proses pendidikannya dengan baik.

e. Kendala Lingkungan Sekitar

Lingkungan juga menjadi faktor terbentuknya Academic Self-Management. Seperti terbentuknya pola pikir, perbuatan dan pengalaman yang terbentuk dari lingkungan yang di tempati. Segala pola pikir maupun perbuatan yang muncul akan menentukan bagaimana kemampuan Academic Self-Management terbentuk

Faktor lain yang mempengaruhi Academic Self-Management menurut Pedler dan Boydell (dalam Jawwad, 2003) yaitu:

a. Kesehatan (health ).

Kondisi fisik maupun psikis mempengaruhi seseorang dalam mengarahkan aktivitas kehidupan. Disatu sisi kesehatan fisik menjadi modal utama bagi seorang individu untuk melakukan aktivitas dan disisi lain kesehatan psikis menciptakan kondisi mental yang stabil. Kondisi kesehatan individu yang baik akan mewujudkan keseimbangan pada diri individu, sehingga akan mempermudah individu dalam melakukan penyesuaian diri. Oleh karena itu untuk mencapai kesehatan pikiran dibutuhkan keseimbangan antara perasaan dan emosi.

(8)

b. Ketrampilan/ keahlian (skill).

Ketrampilan atau keahlian yang dimiliki seorang individu menggambarkan kualitas individu tersebut. Seberapa jauh individu menyusun rencana kehidupannya, seberapa jauh kesadaran individu akan hal ini menentukan seberapa jauh ia menyusun rencana kehidupannya. Individu tersebut dapat memutuskan untuk menjadi orang yang memiliki beberapa keahlian sekaligus atau menjadi orang yang memiliki satu keahlian dibidang tertentu. Pilihan tertentu yang dilakukan oleh individu selanjutnya akan mempengaruhi cara mewujudkan tujuannya itu.

c. Aktivitas (Action)

Aktivitas yang dimaksud disinin adalah seberapa jauh individu mampu menyelesaikan tugas dengan baik, misalnya seberapa jauh kemampuannya untuk membuat keputusan dan mengambil inisiatif. Individu yang mampu mengembangkan aktivitas hidupnya adalah individu yang memiliki kepekaan terhadap berbagai alternatif atau cara pandang dan memiliki imajinasi moral yang tinggi, sehingga keputusan aktivitasnya mempertimbangkan 2 hal sekaligus yaitu yang memberikan manfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.

d. Identitas diri (Identity).

Identitas diri merupakan suatu hal yang sangat penting bagi individu di dalam kehidupannya karena menyangkut gambaran khas yang dimilikinya. Dalam pengertian yang lebih khusus, identitas diri ini disebut dengan konsep diri. Seberapa jauh pengetahuan, pemahaman

(9)

dan penilaian individu terhadap keadaan dirinya akan mempengaruhi cara-caranya bertindak.

Berdasarkan uraian di atas faktor-faktor yang mempengaruhi Academic Self-Management adalah faktor personal dan sosiokultural, faktor lingkungan kelas dan faktor internal (perhatian terhadap waktu, kondisi sosial, tingkat kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, dan kendala lingkungan sekitar), kesehatan (health), ketrampilan/ keahlian (Skill), aktivitas (action), dan identitas diri (identity). Faktor tersebut satu sama lainnya saling berkaitan sehingga munculnya salah satu faktor yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.

3. Aspek-aspek Academic Self-Management

Menurut Gie (2000) menyatakan ada sekurang-kurangnya 4 aspek bentuk perbuatan Academic Self-Management bagi siswa yaitu: (1) motivasi dirii (self motivation), (2) penyusunan diri (self organization), (3) pengendalian diri (self control), (4) pengembangan diri (self development).

a. Motivasi diri (Self Motivation)

Syarat pertama seorang siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya ialah motivasi diri. Motivasi diri adalah dorongan batin dalam diri seseorang yang merangsangnya sehingga mau melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang didambakan. Selanjutnya Gie juga menyatakan bahwa dengan adanya motivasi diri pada individu itu sendiri, akan menumbuhkan minat dan keinginan keras untuk belajar kemudian mudah dalam berkonsentrasi selama belajar, tidak mudah

(10)

terpengaruh oleh orang lain, hasrat ingin maju, dan dapat melakukan kegiatan belajar dalam waktu yang lama. Suatu dorongan yang kuat dari dalam diri sendiri akan lebih baik dibandingkan hanya dorongan dari orang lain atau hal luar.

b. Penyusunan Diri (self organization)

Penyusunan diri meliputi proses membuat standar untuk performansi. Penyususnan diri membantu siswa untuk menjadi waspada (aware) terhadap nilai dan menentukan apa yang ingin dilakukannya. Sebagai hasilnya, tujuan akan mempengaruhi sikap, motivasi, dan proses belajar (Schunk dalam Dembo, 2004). Penyusunan diri membantu siswa menentukan jumlah usaha yang dibutuhkan untuk sukses dan mengarah pada perasaan puas ketika tujuan itu tercapai.

Bisa dikatakan juga penyusunan diri merupakan suatu usaha dalam mengatur dan mengurus segala hal yang menyangkut pikiran, waktu, tempat, benda, dan sumber daya lainnya yang menunjang pembentukan self management, apabila segala sesuatunya telah diatur sebaik mungkin, maka akan tercapai kehidupan individu menjadi lebih efisien.

c. Pengendalian Diri (Self Control)

Pengendalian diri adalah perbuatan manusia membina tekad untuk mendisiplinkan kemauan, memacu semangat, mengikis keseganan, dan mengarahkan tenaga untuk benar-benar melaksanakan apa yang harus dikerjakan di sekolah. Memang, kecenderungan bermalas-malasan,

(11)

keinginan mencari gampangnya, keseganan berjerih payah melakukan konsentrasi, kebiasaan menunda-nunda pelaksanaan tugas, belum lagi berbagai gangguan perhatian lainnya seperti acara televisi, iklan film, atau ajakan teman senantiasa menghinggapi kebanyakan siswa. Semuanya itu hanya bisa ditangkis atau dilawan dengan pengendalian diri.

Adanya pengendalian diri yang kuat tentunya akan muncul sebuah tekad atau keinginan yang kuat untuk melaksanakan apa yang harus dikerjakan. Keinginan yang kuat akan memacu munculnya semangat untuk bisa memperoleh apa yang ingin dicapainya. Pengendalian diri yang kuat juga bisa memberikan penguatan diri pada individu agar bisa menghindari dirinya pada hal-hal yang tidak penting dan lebih mengutamakan apa yang menjadi prioritasnya.

d. Pengembangan Diri (Self Development)

Pengembangan diri adalah perbuatan menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal. Pengembangan diri yang lengkap dan penuh mencakup segenap sumberdaya pribadi dalam diri seorang siswa seperti; menambah pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam hidup, membina budi yang luhur dan perilaku yang susila, menjaga kesehatan fisik dan mengikuti kegiatan rohani.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan aspek-aspek Academic Self-Management meliputi motivasi diri (self motivation), penyusunan diri (self organization), pengendalian diri (self control), pengembangan

(12)

diri (self development), pengelolaan waktu. Academic Self-Management dapat membentuk individu kearah lebih baik sesuai dengan perilaku mana yang akan diubah, ditingkatkan atau dikurangi sehingga mampu membantu individu untuk mencapai tujuannya dalam belajar.

4. Ciri-Ciri Academic Self-Management

Agar dapat mengendalikan diri secara langsung maka seseorang dapat menciptakan atau mengubah isyarat berupa benda, barang, atau hal yang ada disekitarnya untuk mempengaruhi perilakunya. Ciri-ciri individu yang memiliki Academic Self-Management yang tinggi, secara lebih jelas dikemukakan oleh Dembo (2000), yang meliputi;

a) Mengatur strategi perilaku (manajemen waktu dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial),

b) Menyususn strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi emosi dan usaha)

c) Mengontrol strategi belajar cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari guru, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian).

Selain ciri-ciri diatas menurut Fikriana (2007), siswa yang memiliki Academic Self-Management tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mengenali diri sendiri sehingga lebih mudah dalam merubah apa yang ingin dirubah dalam diri sendiri.

b. Mempunyai komitmen yang besar pada diri sendiri, tidak setengah- setengah, agar benar-benar dapat berjalan dengan baik perubahan itu. c. Melakukan perubahan atas kemauan sendiri.

(13)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ciri-ciri siswa yang memiliki Academic Self-Management tinggi yaitu: menentukan sasaran, memonitor diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri, proses penguatan diri, mengenali diri sendiri, mempunyai komitmen motivasi dirii sendiri, pengorganisasian diri dan pengendalian diri. Ciri-ciri satu dengan yang lain saling melengkapi, sehingga ciri yang terbaik adalah kombinasi dari beberapa ciri sehingga menjadi satu kesatuan.

5. Tahap-tahap Academic Self-Management

Menurut Gantina (2011) Academic Self-Management biasanya dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap sebagai berikut: (1) tahap monitor diri atau observasi diri, (2) tahap evaluasi diri, (3) tahap pemberian penguatan, penghapusan, atau hukuman.

a. Tahap Monitor Diri

Pada tahap ini individu dengan sengaja mengamati tingkah lakunya sendiri serta mencatatnya dengan teliti. Catatan ini dapat menggunakan daftar cek atau catatan observasi kualitatif. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh individu dalam mencatat tingkah laku adalah frekuensi, intensitas, dan durasi tingkah laku. Dalam hal memonitor diri, siswa akan dijelaskan dan diberi lembar monitor diri (self management log) melalui layanan bimbingan kelompok setelah mereka berkomitmen untuk meningkatkan Academic Self-Management.

(14)

1) Tahap-tahap self-monitoring :

a) Rasional

Konselor member penjelasan tentang apa yang akan di monitor dan mengapa; menekankan bahwa hal ini dapat dilakukan sendiri dan dapat dilakukan sesering mungkin. b) Penentuan Respons

Konselor perlu membantu konseli menentukan usaha yang ditentukan secara eksplisit,misalnya: “Setiap saat saya berfikir tentang saya dapat fokus belajar dan saya dapat segera menyelesaikan tugas”. Konselor dapat memberi contoh respon ,missal nya: “Yes, tugas ini dapat saya selesaikan!”

c) Mencatat Respons

Konselor mengajarkan konseli tentang waktu, metode dan alat-alat untuk mencatat. Dalam hal ini digunakan “post behavior monitoring” “log self management”. Dimana konseli diminta mencatat pikiran-pikiran yang dinginkan muncul.

(15)

Adapun formatnya adalah sebagai berikut : Tgl dan Waktu Lamanya belajar Alasan belajar Hal yang dirasakan Hal yang mendorong Tingkat keinginan/ dorongan untuk belajar Kemampuan mencegah malas belajar …..,….2014 05.00-05.30 16.00-18.00 19.00-22.00

Gambar 2.1 Self Management Log

Keterangan: (1) Tanggal dan waktu berisi hari, tanggal dan jam pada saat pemantauan diri, (2) lamanya total belajar diluar sekolah selama satu hari, (3) catatan yang berisi peristiwa yang mengganggu sasaran (4) Hal yang dirasakan saat mampu mewujudkan perilaku sasaran (5) Hal yang mendorong atau alasan melakukan perilaku sasaran, (6) Pemberian nilai tingkat keinginan untuk belajar berisi; 1 untuk rendah, 2 untuk sedang, 3 untuk tinggi dan 4 berarti sangat tinggi, (7) Pemberian nilai dalam kemampuan mengendalikan situasi seperti 1 berarti buruk, 2 untuk cukup baik, 3 berarti baik dan 4 sangat baik. d) Memperlihatkan Data

Setelah membuat log Academic Self-Management, hasil dapat ditempelkan ditempat dimana keluarga dan temannya juga dapat melihat dan mendorong untuk kemajuannya contoh didalam kamar. Komentar umum dapat juga memperkuat keinginannya untuk maju. e) Analisis Data

Selama metode selt-monitoring Siswa hendak membawa datanya pada konselor untuk ditinjau kembali. Siswa dapat juga memulai

(16)

sendiri data dengan membandingkan data sebelumnya dengan tingkah laku yang diinginkan dan tingkat perubahan.

b. Tahap Evaluasi Diri

Pada tahap ini individu membandingkan hasil catatan tingkah laku dengan target tingkah laku yang telah dibuat oleh individu. Perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi progam. Bila progam tersebut tidak berhasil, maka perlu ditinjau kembali progam tersebut, apakah target tingkah laku yang ditetapkan memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, perilaku yang ditargetkan tidak cocok, atau penguatan yang diberikan tidak sesuai.

c. Tahap Pemberian Penguatan, Penghapusan atau Hukuman

Pada tahap ini individu mengatur dirinya sendiri, memberikan penguatan, menghapus, dan memberikan hukuman pada diri sendiri. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena membutuhkan kemauan yang kuat dari individu untuk melaksanakan progam yang telah dibuat secara kontinyu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tahap-tahap Academic Self-Management meliputi: tahap monitor diri atau observasi diri, tahap evaluasi diri, dan tahap pemberian penguatan, penghapusan, atau hukuman. Ketiga teknik tersebut harus dilalui bagi setiap individu agar memiliki kemampuan Academic Self-Management yang tinggi.

(17)

C. Layanan Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Mugiarso, 2009). Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang. Kumpulan orang-orang itu kemudian menjunjung suatu atau beberapa kualitas tertentu, sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok (Prayitno, 2004).

Bimbingan kelompok mengupayakan perubahan sikap dalam perilaku secara tidak langsung, melalui penyampaian informasi yang menekankan pengolahan kognitif oleh para peserta sehingga mereka dapat menerapkan sendiri suatu pengolahan kognitif tentang informasi yang diberikan kepada anggota kelompok (Winkel, 2004).

Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Wibowo, 2005).

(18)

Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang dilaksanakan dalam suatu kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok sehingga anggota dapat mengembangkan potensi diri sekaligus memperoleh manfaat dari pembahasan topik masalah.

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu supaya orang yang mengikuti bimbingan kelompok mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, mampu dalam mengambil sikap sendiri dan berani menanggung sendiri konsekuensi-konsekuensi dan tindakannya (Winkel, 2004).

Tujuan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari konselor sekolah sebagai narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun pelajar, anggota dan masyarakat (Mugiarso, 2009).

Prayitno (2004) mengemukakan tujuan bimbingan kelompok dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. a. Tujuan umum layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya

kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.

b. Tujuan khusus layanan bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat)

(19)

dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal ditingkatkan.

Melalui layanan bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara; pikiran yang suntuk, buntu atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang dan/ atau sempit diluruskan dan diperluas melalui peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus tersebut di atas.

3. Asas-asas Bimbingan Kelompok

Asas-asas dalam bimbingan kelompok, yaitu: (1) Asas kerahasiaan, (2) asas kesukarelaan, (3) asas kegiatan dan keterbukaan, (4) asas kekinian, (5) asas kenormatifan, (6) asas keahlian (Prayitno, 2004).

a. Asas Kerahasiaan

Asas kerahasiaan yaitu segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok (AK) dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok. Seluruh AK hendaknya menyadari benar hal ini dan bertekad untuk melaksanakannya.

(20)

b. Asas Kesukarelaan

Kesukarelaan AK dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konseor atau Pemimpin Kelompok (PK). Kesukarelaan terus– menerus dibina melalui upaya PK mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukuran tentang layanan BK. Dengan kesukarelaan itu AK dapat mewujudkan peran aktif diri mereka masing-masing untuk mencapai tujuan layanan.

c. Asas Kegiatan dan Keterbukaan

Anggota kelompok secara aktif dan terbuka menampilkan diri tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Dinamika kelompok semakin tinggi, berisis dan bervariasi.

d. Asas Kekinian

Memberikan isi aktual dalam pembahasan yang dilakukan, AK diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang ini. Hal-hal atau pengalaman yang telah lalu dianalisis dan disangkut-pautkan kepentingan pembahasan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang. Hal-hal yang akan datang direncanakan sesuai dengan kondisi yang ada sekarang.

e. Asas Kenormatifan

Asas kenormatifan dipraktikan berkenaan dengan cara-cara berkomunikasi dan bertatakrama dalam kegiatan kelompok, dan dalam mengemas isi bahasan.

(21)

f. Asas Keahlian

Diperlihatkan PK dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

4. Komponen Bimbingan Kelompok

Dalam Bimbingan kelompok ada komponen–komponen yang harus diketahui sehingga Bimbingan Kelompok dapat berjalan. Komponen Bimbingan kelompok yaitu:

a. Pemimpin Kelompok

Pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling professional. Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainnya, konselor memiliki ketrampilan khusus menyelengarakan bimbingan kelompok secara khusus, PK diwajibkan menghidupkan dinamika kelompok antara semua peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dalam bimbingan kelompok.

b. Anggota Kelompok

Tidak semua kumpulan atau individu dapat dijadikan anggota bimbingan kelompok. Untuk terselengaranya bimbingan kelompok seorang konselor harus membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki persyaratan sebagaimana tersebut di atas. Besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok) dan homogenitas/heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok. Sebaiknya jumlah kelompok tidak terlalu besar dan

(22)

tidak terlalau kecil. Kekurang efektifakan kelompok akan terasa jika jumlah kelompok melebihi sepuluh orang.

c. Dinamika Kelompok

Dalam kegiatan bimbingan kelompok dinamika kelompok sengaja ditumbuh kembangkan, karena dinamika kelompok adalah hubungan interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerja sama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan mencapai tujuan kelompok. Hubungan interpersonal ini yang nantinya akan mewujudkan rasa kebersamaan diantara anggota kelompok, menyatukan kelompok untuk dapat lebih menerima satu sama lain, lebih saling mendukung dan cnderung untuk membentuk hubungan yang berarti dan bermakna di dalam kelompok.

Dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok. Dinamika kelompok akan terwujud dengan baik apabila kelompok tersebut benar-benar hidup mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai dan membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok juga sangat ditentukan oleh peranan kelompok.

5. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Dalam pelaksanaan Bimbingan Kelompok ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan. Tahap-tahap dalam pelaksanaan Bimbingan kelompok yaitu: (1) tahap pembentukan (awal), (2) tahap peralihan, (3) tahap pelaksanaan kegiatan dan (4) tahap pengakhiran (Prayitno, 2004).

(23)

a. Tahap pembentukan ( awal )

Tahap ini tahap pengenalan dan keterlibatan anggota kedalam kelompok dengan tujuan agar anggota kelompok memahami maksud Bimbingan Kelompok. Pemahaman anggota kelompok memungkinkan anggota kelompok aktif berperan dalam kegiatan Bimbingan kelompok yang selanjutnya dapat menumbuhkan minat pada diri mereka untuk mengikutinya. Pada tahap ini bertujuan untuk saling menumbuhkan suasana saling mengenal, percaya, menerima dan membantu teman-teman yang ada dalam anggota kelompok. Kegiatan dilakukan pada tahap ini adalah pengungkapan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan Bimbingan kelompok; menjelaskan cara-cara dan azaz kegiatan kelompok, anggota kelompok saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan diri kemudian ada permainan keakraban.

b. Tahap Peralihan

Tahap ini transisi dari pembentukan ketahap kegiatan. Dalam menjelaskan kegiatan apa yang harus dilaksanakan pemimpin kelompok dapat menegaskan jenis kegiatan Bimbingan Kelompok yaitu tugas dan bebas. Setelah jelas kegiatan apa yang harus dilakukan maka tidak akan muncul keraguan atau belum siapnya anggota dalam melaksanakan kegiatan dan manfaat yang diperoleh setiap anggota kelompok.

(24)

c. Tahap Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini untuk topik tugas adalah pemimpin kelompok mengemukakkan topik untuk dibahas oleh kelompok, kemudian tejadi tanya jawab antara anggota kelompok dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas mengenai topik yang akan dikemukakan oleh pemimpin kelompok. Selanjutnya anggota membahas topik tersebut secara mendalam dan tuntas, serta dilakukan kegiatan selingan bila diperlukan. Sedangkan untuk bimbingan kelompok topik bebas, kegiatan yang akan dilakukan adalah masing-masing anggota secara bebas mengemukakan topik bahasan, menetapkan topik yang akan dibahas dulu, kemudian anggota membahas secara mendalam dan tuntas, serta diakhiri kegiatan selingan bila perlu.

d. Tahap Pengakhiran

Pada tahap ini terdapat dua kegiatan yaitu penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut (Follow Up). Tahap ini merupakan tahap penutup dari serangkaian kegiatan Bimbingan kelompok dengan tujuan telah tuntasnya topik yang dibahas oleh kelompok tersebut. Pemimpin kelompok berperan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri, pemimpin kelompok dan anggota mengemukakan pesan dan kesan dari hasil

(25)

kegiatan, membahas kegiatan lanjutan dan kemudian mengemukakan pesan dan harapan.

D. Keterkaitan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan

Academic Self-Management

Salah satu bidang bimbingan dan konseling adalah mengenai belajar. Masalah yang dibahas terkait rendahnya Academic Self-Management tentunya berhubungan erat dengan bidang belajar siswa yang harus ditangani oleh konselor secara langsung. Tercatat rendahnya nilai siswa membuktikan ketidak berartian belajar itu sendiri. Layanan bimbingan kelompok dianggap mampu mengatasi rendahnya Academic Self-Management siswa karena dalam kegiatan bimbingan kelompok, siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat terhadap topik yang dibahas berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya seperti kesulitan apa yang dihadapi selama belajar dan cara-cara mengatasinya.

Keterkaitan Bimbingan kelompok dalam meningkatkan Academic Self-Management siswa dapat dilihat dari aspek-aspek yang harus dimiliki siswa untuk meningkatkan Academic Self-Management. Seperti dijelaskan oleh Gie (2000:78) syarat pertama seorang siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya ialah motivasi, penyusunan diri, pengendalian diri dan pengembangan diri. Motivasi adalah dorongan batin dalam diri seseorang yang merangsangnya sehingga mau melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang didambakan. Motivasi akan menumbuhkan minat dan keinginan keras untuk belajar kemudian mudah dalam berkonsentrasi selama

(26)

belajar, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, dapat melakukan kegiatan belajar dalam waktu yang lama serta memperoleh kesenangan batin karena belajar telah membantu meningkatkan wawasan tentang apa saja yang dipelajari.

Menurut Gie (2000: 78) mengemukakan bahwa “dorongan yang kuat untuk belajar pada diri seorang siswa misalnya pada kesenangan membaca, keingintahuan terhadap pengetahuan baru, dan hasrat pribadi untuk maju”. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok karena dalam bimbingan kelompok siswa akan memperoleh pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Siswa juga dapat saling bertukar pikiran, pendapat dengan anggota kelompok yang lain (Prayitno, 1995). Penyusunan diri adalah pengaturan sebaik-baiknya terhadap pikiran, tenaga, waktu, tempat, benda, dan semua sumberdaya lainnya dalam kehidupan seorang siswa sehingga tercapai efisiensi pribadi. Efisiensi pribadi adalah perbandingan terbaik antara setiap kegiatan hidup pribadi siswa dengan hasil yang diinginkan.

Ciri khas dari bimbingan kelompok itu sendiri adalah membahas topik-topik yang sifatnya umum (Prayitno, 1995). Pengelolaan pikiran, pengaturan tenaga, pengaturan waktu, dan pengaturan tempat merupakan topik umum atau masalah yang dialami oleh semua siswa dalam mengatur dan mengelola diri individu itu sendiri. Pengendalian diri adalah perbuatan manusia membina tekad untuk mendisiplinkan kemauan dan mengarahkan tenaga untuk benar-benar melaksanakan apa yang harus dikerjakan di sekolah.

(27)

Adanya pengendalian diri yang kuat tentunya akan muncul sebuah tekad atau keinginan yang kuat untuk melaksanakan apa yang harus dikerjakan. Keinginan yang kuat akan memacu munculnya semangat untuk bisa memperoleh apa yang ingin dicapainya. Salah satu fungsi dari bimbingan kelompok adalah fungsi pengembangan dimana siswa dapat mengembangkan tekad dan tenaganya. Individu mengembangkan segenap aspek yang bervariasi dan komplek sehingga tidak dapat berdiri sendiri dengan kegiatan bimbingan kelompok tiap anggota dapat saling bantu membantu (Prayitno, 1995). Pengembangan diri adalah perbuatan menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal. Pengembangan diri yang lengkap dan penuh mencakup segenap sumberdaya pribadi dalam diri seorang siswa. Tujuan umum dalam bimbingan kelompok adalah melatih kemampuan bersosialisasi siswa terutama kemampuan berkomunikasi sehingga dapat menambah kearifan pengetahuan siswa, dan melatih siswa untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya.

Bimbingan kelompok merupakan salah satu kegiatan bimbingan yang diberikan kepada sekelompok individu untuk membahas topik yang bersifat umum dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Melalui dinamika kelompok tersebut, siswa memiliki hubungan yang akrab dan hangat antar anggota kelompok sehingga menyebabkan munculnya keterbukaan di antara anggota kelompok. Keterbukaan merupakan asas yang utama dalam bimbingan kelompok karena apabila dalam kegiatan bimbingan kelompok tidak terdapat keterbukaan maka kegiatan bimbingan kelompok tidak akan

(28)

dapat berjalan secara efektif dan pastinya dinamika kelompok tidak akan muncul. Prayitno (2004) mengemukakan bahwa pembahasan topik-topik dalam bimbingan kelompok mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang efektif. Tingkah laku yang efektif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Academic Self-Management siswa. Dari penjabaran tersebut, maka layanan bimbingan kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan Academic Self-Management.

Gambar

Gambar 2.1 Self Management Log

Referensi

Dokumen terkait

Dimensi bukti fisik memiliki indeks kualitas (Q) lebih besar dari satu (Q<1) yang artinya kualitas pelayanan belum baik. Dimensi daya tanggap yang berkaitan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pertumbuhan penduduk usia Sekolah Dasar di Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun 2011 hingga 2017; (2)Mengetahui persebaran

Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan asumsi bahwa adanya keterkaitan yang erat antara harga, kualitas pelayanan jasa dan

Jika kita mematikan computer dengan cara HYBERNATE maka semua aplikasi yang sedang kita buka akan tersimpan dalam memory, dan pada saat kita menghidupkan kembali computer maka

Dalam proses belajar mengajar para guru harus selalu memberi motivasi yang lebih, terutama pada siswa yang kurang aktif. Keaktifan siswa perlu diperhatikan agar

Adapun faktor-faktor yang menentukan, konsumsi oksigen maksimal (VO2 maks) adalah : (1) Jantung, paru-paru dan pembuluh darah harus berfungsi dengan baik, (2) Proses

Gambaran rancangan 1 dan 2 adalah mengabaikan keinginan pribadi kehendak yang tidak berarti langsung pada fungsi kendala – kendala yang penting. 3.3.2 Gambaran