224
ANALISIS PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KAMPUS ATAS SISTEM AKADEMIK BERBASIS WEB PADA STIE KESUMA NEGARA BLITAR
Iwan Setya Putra
Dosen Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesuma Negara Blitar
Abstrak: Banyak Perguruan Tinggi menerapkan sistem informasi akademik untuk
berbagai alasan kemudahan dalam penggunaan baik bagi mahasiswa maupun bagi pengelola administrasi akademik kampus. Hal ini jelas bahwa setiap perguruan tinggi ingin menyediakan sistem informasi akademik yang lebih baik dan memberikan kemudahan bagi semua penggunanya. Penelitian ini dilakukan untuk memverifikasi proses bagaimana mahasiswa mengadopsi dan menggunakan sistem informasi akademik. Sampel diambil sebanyak 234 mahasiswa untuk mengambil bagian dalam penelitian ini. Model analisa jalur (Path Analysis) digunakan untuk menjelaskan proses adopsi dari apa yang dirasakan pengguna terhadap teknologi informasi yang dikembangkan berdasarkan teknologi penerimaan model (TAM). Hasil terbukti TAM menjadi alat teoritis yang baik untuk memahami penerimaan pengguna sistem informasi akademik dimana penerimaan pengguna teknologi informasi dalam hal
kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness) dan sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) secara simultan berkaitan positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar.
Kata Kunci : Sistem Akademik, Perilaku Pengguna TI, Technology Acceptance Model
PENDAHULUAN
Saat ini sistem informasi merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan lagi bagi suatu entitas (entity) dalam menjalankan aktivitasnya. Pengelolaan organisasi di
masa sekarang sangatlah
membutuhkan penggunaan teknologi sistem informasi. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dalam memberikan kemudahan manusia dalam mengelola kegiatan sehari-hari menjadi salah satu alasan
suatu organisasi harus
mengembangkan sistem informasinya, begitu pula bagi organisasi yang bergerak di bidang pendidikan seperti perguruan tinggi. STIE Kesuma Negara (STIEKEN) Blitar sejak tahun 2005 hingga saat ini terus mengembangkan sistem informasi manajemen yang handal yang dinamakan Sistem Informasi Manajemen Kampus (SIMKA).
SIMKA ini pada awalnya hanya
dibangun untuk memudahkan
pengelolaan administrasi akademik untuk keperluan pelaporan Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) ke Kopertis Wilayah VII
Surabaya. Sesuai dengan
perkembangan teknologi dan kebutuhan kampus, maka SIMKA dikembangkan tidak hanya untuk kepentingan administrasi akademik saja, tetapi juga untuk kebutuhan administrasi keuangan, perpustakaan digital, penerimaan mahasiswa baru dan beberapa kebutuhan lain. Hingga saat inipun SIMKA terus dikembangkan
agar memberikan kemudahan
organisasi kampus dalam memberikan pelayanan kepada sivitas akademika termasuk juga untuk pengambilan keputusan.
Pada saat dilakukan penelitian ini, ternyata masih banyak sivitas akademika utamanya mahasiswa yang tidak menggunakan SIMKA dalam pengelolaan kebutuhan akademiknya. Dari penjelasan Sub. Bagian Akademik STIEKEN Blitar, ternyata banyak mahasiswa yang melaporkan mengenai gagal login ke SIMKA untuk akses sistem akademik yang dinamakan Sistem Informasi Manajemen Akademik Kampus (SIMAK) karena beberapa hal seperti lupa password, tidak pernah login tapi password awal tidak bisa dipakai, dan yang paling buruk adalah
225
tidak tahu cara mengoperasionalkan SIMAK. Dari beberapa hal tersebut peneliti berpendapat terjadi kesenjangan pemahaman antara pihak kampus yang menyediakan SIMAK dengan para mahasiswa mengenai pentingnya mengelola SIMAK untuk kepentingan akademik mahasiswa itu sendiri. Padahal penerapan SIMAK
tentunya menuntut adanya
pemahaman yang utuh dan tepat mengenai konsep sistem yang berlaku di pihak pengguna sehingga pencapaian tujuan dari penggunaan SIMAK ini dapat terwujud.
Permasalahan
Penerapan SIMAK di STIEKEN Blitar bukan diterapkan dengan mulus dan tanpa hambatan, seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang masalah diatas. Hambatan utama adalah dari pengguna yang selalu memiliki berbagai alasan untuk tidak menggunakan SIMAK sehingga
tentunya akan menyulitkan
administrator dan operator SIMAK untuk menyediakan data yang valid untuk kepentingan akademik mahasiswa. Meskipun sejak tahun 2010 diberlakukan kebijakan bahwa proses KRS mahasiswa sudah tidak menggunakan kertas (paperless) dan harus melalui SIMAK sehingga sejak saat itu kecenderungan mahasiswa menggunakan SIMAK menjadi naik, tetap saja masih ada mahasiswa yang memandang SIMAK tidak terlalu penting.
Untuk itu diperlukan analisis secara terinci dan prosedural sebagai alat evaluasi atas SIMAK di STIEKEN Blitar mengapa pengguna masih ada yang memandang tidak perlu
menggunakan SIMAK untuk
kepentingan akademiknya. Penelitian ini fokus pada masalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar dengan menggunakan
Technology Acceptance Model (TAM). Rumusan Masalah
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan oleh penulis, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah kemudahan penggunaan (ease of use) memiliki korelasi dengan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention
to use) SIMAK di STIEKEN Blitar?
2. Apakah kemanfaatan (usefulness) memiliki korelasi dengan perilaku
untuk tetap menggunakan
(behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar?
3. Apakah sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) memiliki korelasi dengan perilaku
untuk tetap menggunakan
(behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar?
4. Apakah perilaku untuk tetap
menggunakan (behavioral
intention to use) memiliki
korelasi dengan keberhasilan penerapan SIMAK di STIEKEN Blitar?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penerapan SIMAK dengan metode Technology Acceptance Model
(TAM) di STIEKEN Blitar dengan
bertumpu pada:
1. Kemudahan penggunaan (ease of use) memiliki korelasi dengan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar.
2. Kemanfaatan (usefulness) memiliki korelasi dengan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar.
3. Sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) memiliki korelasi dengan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar.
4. Perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) memiliki korelasi dengan keberhasilan penerapan SIMAK di STIEKEN Blitar.
Kegunaan Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi upaya perbaikan SIMAK di STIEKEN Blitar agar lebih user-friendly bagi pengguna sehingga mahasiswa sebagai salah satu pengguna bisa memandang SIMAK sebagai media administrasi akademik yang penting bagi perkembangan perkuliahan mereka di kampus.
2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penerapan SIMAK di STIEKEN Blitar agar lebih efektif.
226
TELAAH LITERATUR
Dalam beberapa tahun belakangan memang perkembangan teknologi sangat pesat perkembangannya. Manusia seakan dimudahkan dengan berbagai perkembangan teknologi ini sehingga berlomba-lomba untuk memberikan kemudahan penggunaan bagi penggunaan teknologi tersebut. Sejak tahun 1989 melalui Technology
Acceptance Model (TAM) yang dikembangkan oleh Davis, kemudahan penggunaan teknologi yang ditawarkan kepada pengguna mulai banyak dianalisa untuk mengetahui seberapa jauh kemudahan teknologi bisa mempengaruhi pengguna untuk tetap menggunakan teknologi tersebut (Chau, 1996; Mathieson, 1991; Adams, Nelson & Todd, 1992; Segars & Grover, 1993; Igbaria, 1992, 1995; Igbaria, Zinatelli, Cragg & Cavaye, 1997; Jantan, Ramayah & Chin, 2001; Koay, 2002, Ramayah, Siron, Dahlan & Mohamad, 2002).
Money (2004) dalam penelitian berjudul “Application of the Technology
Acceptance Model (TAM) to a Knowledge Management System”
menjelaskan bahwa penerimaan dan pemakaian pengguna akan teknologi informasi diimplementasikan untuk mendukung tujuan manajemen pengetahuan. Model penelitian ini menggunakan empat konstruk yaitu perceived ease of use, perceived usefulness, behavioral intention dan system usage. Model penelitian tersebut sama dengan TAM yang diusulkan oleh Davis, tetapi konstruk attitude dan variabel eksternal dihapuskan karena dianggap tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa TAM dapat menyediakan fondasi untuk manajemen pengetahuan, perceived ease of use dan perceived usefulness dikombinasikan untuk menjalankan 34 % variasi dalam penggunaan sistem. Hasil ini tidak konstan dengan penelitian sebelumnya yang mencapai 40%, selain itu disimpulkan pula adanya hubungan positif antara perceived ease of use dan, perceived usefulness.
Tangke (2004) dalam penelitian berjudul ”Analisa Penerimaan Penerapan Teknik Audit Berbantuan
Komputer (TABK) dengan
Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) RI” menganalisis penerapan penerimaan penerapan TABK dengan menggunakan model yang menggambarkan tingkat penerimaan terhadap teknologi yaitu
Technology Acceptance Model (TAM)
yang telah dimodifikasi sesuai dengan TAM yang digunakan oleh Said Al-Gahtani dalam penelitiannya tentang Kemampuan TAM untuk digunakan di luar Amerika yaitu di Inggris (Said Al-Gahtani 2001). Responden penelitian ini adalah para auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI yang berkedudukan di kantor BPK pusat (Jakarta). Hasil penelitian memberikan kesimpulan sebagai berikut: (1) persepsi pengguna tentang kemudahan
dalam menggunakan TABK
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persepsi pengguna tentang kegunaan TABK dengan koefisien sebesar 0,66 dan tingkat signifikansi 5,33 (2) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK tidak terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap pengguna tentang penggunaan TABK, (3) persepsi pengguna tentang kemudahan dalam
menggunakan TABK terbukti
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap pengguna tentang penggunaan TABK dengan koefisien sebesar 0,66 dan tingkat signifikansi 5,65 (4) sikap pengguna tentang penggunaan TABK tidak terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pengguna akan TABK, dan (5) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK terbukti memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap penerimaan pengguna akan TABK dengan koefisien sebesar 0,3 dan tingkat signifikansi 1,97.
Model TAM yang dikembangkan oleh Davis F.D memang merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan dalam penelitian teknologi informasi. Menurut Widiastuti (2008) karena model ini lebih sederhana, dan mudah diterapkan. Model TAM sebenarnya diadopsi dari model Theory
of Reasoned Action (TRA) (Fishbein &
Ajzen, 1975), bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis menjelaskan perilaku
pengguna komputer, yaitu
227
(belief), sikap (attitude), intensitas (intention) dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna teknologi informasi tehadap penerimaan penggunaan teknologi informasi itu sendiri. Model TAM secara lebih terperinci menjelaskan penerimaan teknologi informasi dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat
mempengaruhi dengan mudah
diterimanya teknologi informasi oleh pengguna akhir (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan empat variabel yaitu persepsi tentang kemudahan penggunaan (perceived
ease of use), persepsi kemanfaatan
(perceived usefulness), sikap terhadap
penggunaan (attitude toward using), dan kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral
intention to use). Secara empiris model
ini telah terbukti memberikan gambaran pada aspek perilaku pengguna teknologi informasi seperti komputer, dimana banyak pengguna komputer dapat dengan mudah menerima teknologi informasi karena sesuai dengan yang diinginkannya. Kempat variabel model TAM dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna (Davis, 2004). Dengan menggunakan variabel tersebut maka TAM diharapkan dapat menjelaskan penerimaan pemakai sistem informasi terhadap teknologi informasi itu sendiri.
Gambar 1. Technology Acceptance Model
Menurut Davis (2004) persepsi tentang kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai tingkat dimana
seseorang meyakini bahwa
penggunaan teknologi informasi merupakan hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya. Konsep ini mencakup kejelasan tujuan penggunaan SI dan kemudahaan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan keinginan pemakai. Indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi meliputi kemudahan mempelajari, mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan pengguna, menigkatkan
keterampilan, kemudahan
pengoperasian. Kemudahan
penggunaan adalah konsep yang telah mendapatkan perhatian dalam
kepuasan pengguna dalam
penggunaan teknologi sistem informasi. Mempertimbangkan
argumen yang jelas oleh usaha individu untuk menjadi sumber daya langka, sehingga seorang individu seharusnya rela untuk mengalokasikan lebih banyak kesempatan. Oleh karena itu, sebuah sistem yang memerlukan usaha kecil dikatakan lebih mudah digunakan daripada sistem yang memerlukan usaha lebih besar.
Persepsi kemanfaatan menurut Davis (2004) didefinisikan sebagai tingkat keyakinan individu bahwa penggunaan teknologi informasi tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Konsep ini menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan produktivitas, kinerja tugas, efektivitas, dan pentingnya suatu tugas. Menurut Wibowo (2007) dimensi kemanfaatan terdiri dari dimensi kegunaan yaitu menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, serta menambah produktivitas.
Perceived
UsefulnessAttitudes
Towards Use
Intention
To Use
Perceived
Ease of Use
External
Variables
Actual
System
Usage
228
Sedangkan dimensi efektivitas yaitu mempertinggi efekivitas dan mengembangkan kinerja pekerjaan.
Sikap terhadap penggunaan dalam
TAM menurut Davis (2004)
dikonsepkan sebagai sikap yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bagi seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Sikap merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorng terdiri dari atas unsur kognitif/cara pandang, afektif, dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku. Fishben dan Ajzen (1975) mendefinisikan sikap sebagai perasaan positif dan negatif seseorang terhadap penggunaan suatu sistem dan menyatakan bahwa sikap dapat dipengaruhi faktor-faktor psikologis dan situasi yang ditemui.
Tingkat penggunaan sebuah teknologi pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginan untuk menambah fitur pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, dan memotivasi pengguna lain (Davis : 2004). Sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi yang baik dalam keberhasilan pengimplementasian suatu teknologi sistem informasi. Menurut the theory
planned behavior, tindakan individu
pada perilaku tertentu ditentukan oleh minat individu tersebut untuk melakukan perilaku (Ajzen 1975). Menurut Wibowo (2007) tingkat penggunaan teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut misalnya keinginan menambah software pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain.
Dengan demikian model TAM digunakan untuk menganalisa kecenderungan penggunaan teknologi informasi karena dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan
menentukan sikapnya dalam
penerimaan penggunaan teknologi informasi. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan teknologi informasi dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan (ease of use),
kemanfaatan (usefulness), sikap terhadap penggunaan (attitude toward
using), dan kecenderungan perilaku
untuk tetap menggunakan (behavioral
intention to use). Keempatnya memiliki
determinan yang tinggi dan validitas yang sudah teruji secara empiris.
Hipotesis Penelitian
Ha1 : Diduga kemudahan penggunaan (ease of use) memiliki korelasi positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral
intention to use) SIMAK di
STIEKEN Blitar.
Ha2 : Diduga kemanfaatan
(usefulness) memiliki korelasi positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral
intention to use) SIMAK di
STIEKEN Blitar.
Ha3 : Diduga sikap pada saat penggunaan (attitude toward
using) memiliki korelasi positif
terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral
intention to use) SIMAK di
STIEKEN Blitar.
Ha4 : Diduga perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral
intention to use) memiliki korelasi positif terhadap keberhasilan penerapan SIMAK di STIEKEN Blitar.
Ha5 : Diduga kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness) dan sikap pada saat penggunaan (attitude toward
using) secara simultan memiliki
korelasi positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar.
METODE PENELITIAN Model Penelitian
Untuk tujuan penelitian ini, digunakan model TAM (Davis, 1989) tanpa variabel eksternal. Model Penelitian adalah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.
1. Kemudahan penggunaan (ease of
use) (X1) sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi: komputer sangat mudah dipelajari, komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna, komputer sangat untuk
229
meningkatkan keterampilan pengguna, komputer sangat mudah dioperasikan.
2. Kemanfaatan (usefulness) (X2) didefinisikan sebagai suatu ukuran penggunaan teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi meliputi: kegunaan, meliputi dimensi menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, dan menambah produktivitas; efektivitas, meliputi: dimensi mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan. 3. Sikap pada saat penggunaan
(attitude toward using) (X3) dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai
dampak bila seseorang
menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri
atas unsur cara pandang (cognitive), afektif (affective), dan
komponen-komponen yang
berkaitan dengan perilaku (behavioral components).
4. Perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) (Y)
sebagai Variabel
Intervening/perantara yang merupakan kecenderungan untuk tetap melanjutkan penggunaan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi informasi dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginan menambah fitur pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain.
5. Keberhasilan Implementasi SIMAK di STIEKEN Blitar dimana pengguna dalam hal ini adalah mahasiswa memiliki kesadaran dalam menggunakan SIMAK untuk kebutuhan akademik, merupakan variabel Z .
Gambar 2. Model Penelitian Populasi Penelitian dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa pengguna SIMAK di STIEKEN Blitar tahun 2014 sebanyak 562 mahasiswa, sedangkan pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Sampel ditentukan dengan menggunakan
rumus Slovin sehingga ditemukan 234 mahasiswa sebagai sampel penelitian. Untuk keperluan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik kuisioner kepada sampel yang terdiri dari 234 mahasiswa STIEKEN Blitar.
X1
X2
Y
X3
230
Teknik Analisis Data
Model dalam penelitian ini adalah model kausalitas (hubungan/pengaruh sebab akibat), maka setelah data dikumpulkan kemudian data hipotesis diuji dengan menggunakan metode
path analysis (analisis jalur) yang
dipakai untuk menguji serangkaian hubungan antara beberapa variabel yang terbentuk dari variabel faktor maupun variabel terobservasi.
HASIL DAN ANALISIS PENGUJIAN Uji Validitas dan Reliabilitas
Dari hasil statistik dapat dikatakan bahwa konstruk pertanyaan yang merupakan Keberhasilan Implementasi SIMAK di STIEKEN Blitar adalah reliabel yang ditunjukkan dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,538 atau
kurang dari 0,6. Adapun nilai r hitung untuk variabel X1, X2, X3, Y, dan Z secara berturut-turut adalah sebesar 0.730, 0.341, 0.405, 0.680, 0.772. Nilai r tabel telah diketahui sebesar 0.14, sehingga nilai semua nilai r hitung di atas nilai r tabel. Dengan demikian data untuk variabel X1, X2, X3, Y, dan Z adalah valid.
Uji Normalitas
Pengujian dimaksudkan untuk membuktikan model yang digunakan memiliki distribusi normal. Hasil grafik pada Gambar 3 menunjukkan bahwa titik-titik secara berturan mengikuti garis diagonal. Sehingga dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa data pada model berdistribusi normal.
Gambar 3. Grafik Distribusi Normal Uji Non-Kolinearitas Ganda
(Multicolinearity)
Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearritas. Dan sebaliknya
apabila VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Untuk variabel (X1, X2, X3 dan Y) tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10 sebagaimana pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengujian Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) X1 .466 2.148 X2 .864 1.157 X3 .883 1.132 Y .486 2.057
231
HeterokedastisitasTitik-titik yang menyebar tidak berpola di sekitar sumbu 0 vertikan dan 0 horisontal sebagaimana pada Gambar 4 menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Sehingga, model regresi layak untuk memprediksi Keberhasilan Implementasi SIMAK di
STIEKEN Blitar (Z) berdasarkan variabel Kemudahan penggunaan (ease
of use) (X1), Kemanfaatan (usefulness)
(X2), Sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) (X3) melalui Perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) (Y).
Gambar 4. Pengujian Heterokedastisitas Uji Non Autokorelasi
Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson yang bisa dilihat dari hasil uji regresi berganda. Nilai DW adalah sebesar 1,786 dan dari Tabel Durbin-Watson dekatuhui nilai dL dan dU untuk n = 130 dan k = 4 adalah 1.6508 dan 1.7774. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi serial diantara disturbance
terms, sehingga variabel tersebut
independen (tidak terjadi autokorelasi) yang ditunjukkan dengan nilai 1.7774 < 1.786 < 2.2226 sehingga dU < DW < 4 – dU.
Uji Hipotesis
TAM atau Technology Acceptance
Model memposisikan bahwa variabel
persepsi pengguna terhadap kemudahan mempengaruhi persepsi pengguna terhadap kegunaan yang dapat dijelaskan secara logis bahwa hal yang dipersepsikan lebih mudah
digunakan akan lebih memberi manfaat atau kegunaan. TAM juga menyatakan bahwa persepsi pengguna terhadap kemudahan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh dengan sikap pengguna terhadap penggunaan melalui dampaknya pada persepsi pengguna terhadap kegunaan. Hipotesis yang akan diuji dengan menggunakan path analysis.
Tujuannya adalah untuk mengetahui secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan teknologi informasi dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness), sikap terhadap penggunaan (attitude toward
using), dan kecenderungan perilaku
untuk tetap menggunakan (behavioral
intention to use). Keempatnya
memiliki determinan yang tinggi dan validitas yang sudah teruji secara empiris. Adapun hasil pengujian hipotesis tampak pada Tabel 2 dan Gambar 5.
Tabel 2. Pengujian Hipotesis
Estimate S.E. C.R. P Y <--- X1 ,492 ,092 5,363 *** Y <--- X2 ,017 ,116 ,146 ,884 Y <--- X3 ,088 ,048 1,835 ,067 Z <--- Y 1,607 ,285 5,645 ***
232
Hipotesis Pertama
Pada pengujian ini besarnya CR adalah 5,363 yaitu lebih besar dari 1,96 (5,363 > 1,96), dengan nilai koefisien sebesar 0,492. Ini menunjukkan bahwa Ho ditolak/Ha diterima. Artinya : penerimaan pengguna teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of
use) berkaitan posisitif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar.
Hipotesis Kedua
Pada pengujian ini besarnya CR adalah 0,146 yaitu lebih kecil dari 1,96 (0,146 < 1,96), dengan nilai koefisien sebesar 0,017. Ini menunjukkan bahwa Ho diterima /Ha ditolak. Artinya : penerimaan pengguna teknologi informasi dalam hal kemanfaatan (usefulness) kurang memberikan dampak terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to
use) SIMAK di STIEKEN Blitar.
Hipotesis Ketiga
Pada pengujian ini besarnya CR adalah 1,835 yaitu lebih kecil dari 1,96 (1,835 < 1,96), dengan nilai koefisien sebesar 0,088. Ini menunjukkan bahwa Ho diterima /Ha ditolak. Artinya : penerimaan pengguna teknologi informasi dalam hal sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) kurang memberikan dampak terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar.
Hipotesis Keempat
Pada pengujian ini besarnya CR adalah 5,645 yaitu lebih besar dari 1,96 (5,645 > 1,96), dengan nilai koefisien sebesar 1,607. Ini menunjukkan bahwa Ho ditolak/Ha diterima. Artinya : penerimaan pengguna teknologi informasi dalam hal perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) berkaitan positif terhadap keberhasilan penerapan SIMAK di STIEKEN Blitar.
233
Hipotesis KelimaPada pengujian ini besarnya F hitung sebesar 44.386 Nilai ini lebih besar dari F tabel 2,51 (44.386 > 2,51), taraf signifikansi adalah sebesar 0.000 lebih kecil dari alpha (α=5%) 0,05. Ini menunjukkan bahwa Ho ditolak/Ha diterima. Artinya : penerimaan pengguna teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of use),
kemanfaatan (usefulness) dan sikap pada saat penggunaan (attitude toward
using) secara simultan berkaitan positif
terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to
use) SIMAK di STIEKEN Blitar.
Dengan menggunakan variabel persepsi tentang kemudahan penggunaan (perceived ease of use), persepsi kemanfaatan (perceived
usefulness), sikap terhadap penggunaan (attitude toward using), dan kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral
intention to use) tersebut, maka TAM
diharapkan dapat menjelaskan penerimaan pemakai sistem informasi terhadap teknologi informasi itu sendiri. Dengan mengetahui sikap dan perilaku orang dalam menerima atau menolak penerapan teknologi informasi dapat diketahui tingkat keberhasilan penggunaan penggunaan SIMAK di STIEKEN Blitar.
KESIMPULAN Batasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
1. Model yang digunakan adalah model TAM Dasar bukan model TAM yang lebih luas.
2. Populasi dan Sampel yang diambil hanya menggunakan mahasiswa sebagai pengguna, padahal pengguna SIMAK di STIEKEN Blitar juga ada dosen, bagian tata usaha, bagian keuangan, dan bagian lain yang terkait termasuk unsur pimpinan.
3. Tidak digunakannya variabel eksternal seperti keterampilan komputer, organisasi dan tekanan sosial (Chang & Cheung, 2001)
Kesimpulan
1. Penerimaan pengguna teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of use) berkaitan posisitif terhadap perilaku untuk
tetap menggunakan (behavioral
intention to use) SIMAK di STIEKEN
Blitar. Dengan demikian mahasiswa sebagai pengguna merasa bahwa SIMAK di STIEKEN Blitar sudah dibuat dengan kaidah user-friendly
karena mudah dalam
mengoperasionalkan.
2. Penerimaan pengguna teknologi informasi dalam hal kemanfaatan (usefulness) kurang memberikan dampak terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral
intention to use) SIMAK di STIEKEN
Blitar. Disini mahasiswa sebagai
pengguna merasa bahwa
menggunakan SIMAK di STIEKEN Blitar belum sebagai kebutuhan untuk menunjang kegiatan administrasi akademik mereka. 3. Penerimaan pengguna teknologi
informasi dalam hal sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) kurang memberikan dampak terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention
to use) SIMAK di STIEKEN Blitar.
Hal ini sejalan dengan hasil pengujian pada Hipotesis Kedua dimana mahasisa merasa belum sebagai kebutuhan dalam menggunakan SIMAK di STIEKEN Blitar.
4. Penerimaan pengguna teknologi informasi dalam hal perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral
intention to use) berkaitan positif
terhadap keberhasilan penerapan SIMAK di STIEKEN Blitar. Dalam hasil pengujian Hipotesis Keempat ini meskipun SIMAK belum dianggap sebagai kebutuhan untuk selalu menggunakan SIMAK tetapi mahasiswa memiliki perilaku akan tetap menggunakan disaat diperlukan.
5. Penerimaan pengguna teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of use),
kemanfaatan (usefulness) dan sikap pada saat penggunaan (attitude
toward using) secara simultan
berkaitan positif terhadap perilaku
untuk tetap menggunakan
(behavioral intention to use) SIMAK di STIEKEN Blitar. Dari pengujian Hipotesis Kelima maka bisa disimpulkan SIMAK di STIEKEN Blitar akan tetap digunakan meskipun hanya pada saat-saat tertentu saja, misalnya input KRS
234
atau melihat nilai di KHS.
6. Kesimpulan akhir, perlu dilakukan penambahan fitur yang bisa menambah keinginan pengguna agar setiap kebutuhan administrasi
akademiknya akan selalu
menggunakan SIMAK tanpa harus meminta pertolongan pada staf pengelola administrasi akademik mahaisiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, D. A., Nelson, R. R., and Todd, P. A. 1992. Perceived
Usefulness, Ease of Use, and
Usage of Information
Technology: A Replication, MIS
Quarterly, 16(2)
Chau, P. Y. K. 1996. An Empirical
Assessment of a Modified Technology Acceptance Model,
Journal of Management Information Systems, 12 (2), Chang, M. K., and Cheung, W. 2001.
Determinants of the intention to use Internet/WWW at work: a confirmatory study, Information
& Management, 39
Davis, F. D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease Of Use, and User Acceptance of Information Technology, MIS
Quarterly, 13
Davis, F.D. 2004. User Acceptance
of Information Technology: System Characteristics, User Perceptions and
Behavioral Impacts.
International Journal
Mannagement Machine Studies
Fishbein, M., and Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Rresearch, Reading,
MA:Addison-Wesley
Igbaria, M. 1992. User Acceptance of
Microcomputer Technology: An Empirical Test, Omega, 21(1),
Igbaria, M., Zinatelli, N., Cragg, P., & Cavaye, A. L. M. 1997.
Personal Computing Acceptance
Factors in Small Firms: A Structural Equation Modelling,
MIS Quarterly, 21 (3)
Igbaria, M. 2007 Accounting,
Management and Information Technologies.
Igbaria, M., Zinatelli, N., Cragg, P., dan Cavaye, L. M. 2007.
“Personal computing acceptance factors in small firms: A structural equation model.” MIS Quarterly, 21(3), 279–302.
Jantan, M., T. Ramayah, & Chin, W. W. 2001. Personal Computer Acceptance By Small and Medium Sized Companies Evidence From Malaysia, Jurnal
Manajemen & Bisnes, 3 (1),
Koay, P. L. 2002. Receptiveness of
E-Banking by Malaysian
Consumers, MBA thesis, School of Management, Universiti Sains Malaysia, Penang
Mathieson, K.1991. Predicting User
Intentions: Comparing the Technology Acceptance Model with the Theory of Planned Behavior, Information Systems
Research, 2(3)
Money, William. 2004. “Aplication of
the Technology Acceptance Model (TAM) to a Knowledge Management System.” IEEE.
Tangke, N. 2004. “Analisa
Penerimaan Penerapan
Komputer Mikro (KOMPUTER MIKRO) dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 6, No. 1,
Ramayah, T., Siron, R., Dahlan, N., and Mohamad, O. 2002. Technology Usage Among Ownners/Managers Of Sme’s: The Role Of Demographic And Motivational Variables, The proceedings of The 6th Annual Asian-Pacific Forum for Small Business on “Small and Medium Enterprises Linkages, Networking and Clustering, Kuala Lumpur,
235
Malaysia
Segars, A. H., and Grover, V. 1993.
Re-examining perceived ease of use and usefulness: A confirmatory factor analysis, MIS Quarterly, 17(1)
Wibowo, Arif. 2007. Kajian Tentang
Perilaku Pengguna Sistem Informasi Mahasiswa dan Akademik Berbasis Web (SIMA Web) dengan Pendekatan
Technology Acceptance Model (TAM). Skripsi Universitas Budi Luhur. Jakarta
Widyastuti, Titis. 2008. Pengaruh
Persepsi Kemudahan
Penggunaan, Persepsi Manfaat dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Pengaplikasian Layanan Mobile Banking. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta