• Tidak ada hasil yang ditemukan

POST WELD HEAT TREATMENT SV-DOC-TECH-002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POST WELD HEAT TREATMENT SV-DOC-TECH-002"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SUB-VENDOR

Local Vendor of On-Demand Engineering Service

POST WELD HEAT TREATMENT

SV-DOC-TECH-002

22 Juni

2016 00 Untuk Dipublikasikan SVDR N/A N/A N/A

Tanggal Revisi Deskripsi Tahap Revisi Disusun Diperiksa Disahkan

Sub-Vendor

Digitally signed by Sub-Vendor DN: cn=Sub-Vendor, o, ou=Sub-Vendor, [email protected], c=ID Date: 2016.08.06 09:48:26 +07'00'

(2)

Riwayat Revisi

Tanggal Revisi Deskripsi Tahap Revisi Disusun Diperiksa Disahkan

(3)

INDEX

1.  TUJUAN DOKUMEN 4 

2.  RUANG LINGKUP 4 

3.  DOKUMEN REFERENSI 4 

4.  SINGKATAN DAN KEPANJANGANNYA 4 

5.  POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT) 4 

5.1  SKUP PEKERJAAN PELAKU PWHT 5 

5.2  PERALATAN PWHT 6 

5.3  METODE OPERASI PWHT 6 

(4)

1. TUJUAN DOKUMEN

Memberikan Informasi tentang skup pekerjaan teknisi PWHT, metode operasi PWHT dan peralatan PWHT. Termasuk juga bahasan terkait dengan topik inspeksi pengecheckan qualitas pekerjaan pengelasan (Hardness Test).

2. RUANG LINGKUP

Dokumen ini sebatas informasi terkait Post Weld Heat Treatment.

Informasi pada dokumen ini tidak termasuk kegiatan Local PWHT, Pre-Heat WHT,

Normalizing dan Dry-Out/Curing.

3. DOKUMEN REFERENSI

ASME Section I Ruled for Construction of Power boiler ASME Section V Non Destructive Examination

ASME Section IX Welding,Brazing and Fusing Qualifications ASME B 31.1 Process Piping,Code for Pressure Piping

ISO 9000 Quality Management System – Fundamentals and Vocabulary

ISO 9001 Quality Management System - Requirements

4. SINGKATAN DAN KEPANJANGANNYA

Dibawah ini merupakan Singkatan dan Kepanjangannya yang dipakai dalam dokumen ini.

ASME American Society of Mechanical Engineer

ISO International Organization for Standardization

PWHT Post Weld Heat Treatment

QC Quality Control

NDT Non Destruction Test

NDE Non Destruction Examination

5. POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT)

Bagian ini akan membahas informasi terkait Post Weld Heat Treatment –selanjutnya akan disingkat PWHT . Sesuai dengan topik yang ditulis pada ruang lingkup dokumen. Heat treatment digunakan untuk melepas sisa tegangan efek dari suhu tinggi pada saat pengelasan dan pelepasan gradien suhu yang melekat pada material setelah pengelasan.

(5)

5.1 SKUP PEKERJAAN PELAKU PWHT

Pelaku yang terlibat dalam kegiatan PWHT harus berkompeten seperti telah lulus pelatihan khusus, pengalaman kerja dan pengetahuan terkait kode standard, perlatan serta

requirement akan keselamatan kerja.

Engineering Manager :

Engineering Manager bertanggung jawab atas :

• Mengambil kebijakan jika terjadi perbedaan antara Spesifikasi Suatu Project Pekerjaan PWHT dengan Standard Referensi yang berlaku.

• Memastikan dan mengesahkan Dokumen Engineering Suatu Project Pekerjaan PWHT telah mengacu pada Standard & Kode terkait pekerjaan PWHT serta Spesifikasi Suatu Project Pekerjaan PWHT.

NDE Engineer / Supervisor :

Engineer or Supervisor bertanggung jawab atas :

• Identifikasi Komponen yang dibutuhkan terkait Suatu Pekerjaa PWHT termasuk menyiapkan Dokumen Permohonan PWHT.

• Mengimplementasikan Dokumen Engineering seperti Dokumen Prosedur Instruksi Pekerjaan PWHT, Keselamatan Kerja dan dokumen terkait lainnya.

• Memastikan Perlatan yang digunakan telah terkalibrasi dan layak pakai.

• Memonitor dan memastikan proses Pekerjaan PWHT dilaksanakan secara benar dan di area yang benar.

• Memeriksa dan mengesahkan Dokumen Laporan Pekerjaan PWHT dari hasil Pekerjaan PWHT yang telah dilakukan.

Teknisi :

Teknisi bertanggung jawab atas :

• Memasang peralatan PWHT dengan benar.

• Mengoperasikan perlatan PWHT dengan benar sesuai Dokumen Instruksi Kerja. • Mencatat data Pekerjaan PWHT kedalam lembar Dokumen Laporan Pekerjaan

PWHT.

• Melakuakn Pekerjaan PWHT dilaksanakan secara benar sesuai Dokumen Engineering yang berlaku.

       

(6)

 

5.2 PERALATAN PWHT

Semua peralatan harus bisa digunakan dengan aman. Operator harus memastikan bahwa semua peralatan masih terkalibrasi dengan valid sebelum melakukan aktifitas PWHT. Katalog terkait peralatan PWHT dari brand Cooperheat dapat dilihat pada :

http://www.weldtech.kz/upload/files/pwht-cooperheat.pdf

Alat Ukur Suhu

Alat ukur suhu yang biasa digunakan adalah thermocouple. Ujung Thermocouple –sensing tip : lokasi paling sensitif merespon perubahan suhu karena merupakan lokasi sambungan kedua metal elemen sensing (measuring junction) ,harus ditempel dengan capacitor

discharge welding sehingga terjadi kontak antara sensing tip dan area yang di PWHT.

Penggunaan minimum 6 jumlah thermocouple pada pipa berukuran diameter 8 NPS (DN200) dengan komposisi 3 sebagai pengukur utama 3 sebagai pengukur cadangan. Pemasangan thermocouple pada area PWHT harus simetris. Untuk ukuran pipa <= 10” NPS pada sudut jam 3 dan jam 9. Untuk Ukuran pipa >10” NPS pada sudut jam 12, 3, 6 dan 9. Temperatur

Recorder harus terkalibrasi sesuai petunjuk manufaktur.

Heating Element & Heat Treatment Unit Controller for Furnaces

Heating element harus diletakkan pada posisi yang mendukung untuk terjadinya penyebaran

panas secara merata. Heating Element Wire harus dirajut dengan Ceramic Beads Ceramic

Pad Heater. Pastikan bahwa tidak terjadi kontak langsung antara pemanas berbahan bakar cair rendah sulfur, propane atau natural gas yang digunakan dengan area material yang akan di PWHT. Penambahan kerangka support harus disediakan dan harus sesuai dengan instruksi dari manufaktur, hal ini guna mencegah terjadinya perpindahan posisi/pergerakan selama PWHT berlangsung.

Thermal Insulation dan Ceramic Beads Ceramic Pad Heater

Salah satu brand insulation yang sering digunakan adalah Superwool® fiber. Ketebalan minimum insulasi adalah 1” meliputi heating element dan setidak-tidaknya setebal 1 kali diameter pipa pada kedua sisi las-lasan.

5.3 METODE OPERASI PWHT

NDE Engineer harus menyiapkan Dokumen Permohonan PWHT yang didalamnya menjelaskan tentang jangkauan suhu yang digunakan beserta Holding Time untuk setiap ragam material sesuai dengan Dokumen Spesifikasi Pekerjaan PWHT dan Kode & Standard referensi.

Suhu dimonitor dengan menggunakan Thermocouples atau alat ukur suhu lain yang dapat diteprapkan sebagai alat pengukuran.

Jangkauan suhu yang diterapkan dapat mengacu pada requirement umum dibawah ini dan harus di cantumkan pada Dokumen Heat Treatment Request Form :

1. Untuk jangkauan suhu operasi diatas 600’ F (316’ C) bisa merujuk kepada ASME Section III dan VIII Division 1. Suhu yang diterapkan diatur sehingga tidak boleh melebihi 600’ F (316’ C) per jam untuk ketebalan <= 2” (50 mm). Untuk material dengan ketebalan lebih dari 2” ( > 50 mm ), jangkauan suhunya tidak boleh melebihi 600’ F ( 315’ C ) per jam dibagi dengan satu setengah tebal material pada

(7)

sambungan las-lasan.

2. Suhu yang uniform pada saat soak-time ( time periode yang dijaga pada suhu tertentu ) harus sesuai dengan Kode & Standard serta Spesifikasi Prosedur Pekerjaan Pengelasan. ( WPS – Welding Procedure Specification)

 

3. Untuk jangkauan suhu operasi diatas 600‘ F (316’ C) dengan pengaturan yang tidak melebihi 400’ F ( 205’ C) per jam pada ketebalan material <= 1” (25mm) masih bisa merujuk kepada ASME Section VIII Division 1. Pada material yang ketebalannya lebih dari 1” (25mm) suhu yang diterapkan tidak boleh melebihi 400’ F ( 205’ C ) per jam dibagi dengan satu kali tebal material pada sambungan las-lasan.

 

4. Suhu yang diterapkan tidak boleh kurang dari 100’ F (38’ C) di setiap interval waktu . Saat periode pemanasan dan pendinginan tidak disarankan terjadi variasi suhu melebihi 250’ F (120’ C) di area las-lasan sepanjang interval 4.5 meter.

 

5. Untuk mencegah deformasi atau terjadinya regangan, komponen untuk PWHT harus diberi support tambahan.

5.4 INSPEKSI & PENGECHECKAN QUALITAS PEKERJAAN PWHT(HARDNESS TEST)

Inspeksi pengecheckan dan laporan terkait kegiatan PWHT dilakukan guna memverifikasi hasil pekerjaan PWHT. Inspektor akan memastikan bahwa performa PWHT sesuai dengan Kode & Standard serta Spesifikasi Kontraktual Pekerjaan PWHT.

Batasan tingkat kekerasan yang berlaku pada material metal yang di las dan pada zona yang terkena panas –Heat Affected Zone (HAZ), di tes sedekat mungkin dari ujung las-lasannya. Kriteria batasan kekerasan yang ditetapkan pada ASME B 31.3 Table 331.1.1 harus dipenuhi. Pada komponen welds,hot bends dan hot formed setidak-tidaknya harus memenuhi 10% dari nilai yang tertera. Dan untuk Locally Heat Treated tingkat kekerasannya harus memenuhi 100% nilai yang tertera.

Kriteria batasan tingkat kekerasan untuk pengelasan material metal yang tidak sama,juga dispesifikasi pada Table 331.1.1. Untuk base material dan welding material-nya harus memenuhi nilai yang tertera dan ini berlaku untuk tiap-tiap materialnya.

Metode Hardness Test

Peralatan untuk mengukur tingkat kekerasan material harus dikalibrasi. Dan pengukuran harus berlangsung pada kondisi lingkungan yang diindikasi oleh Manufaktur pembuat alat pengukurannya.

Cap pada las-lasan harus terlepas dan permukaan tanah sudah dihaluskan.

Untuk tiap-tiap las-lasan yang dipilih dan diverifikasi harus diambil tiga kali pengukuran pada material metal yang di las dan HAZ. Nili rata-rata hasil pengukuran itu yang digunakan sebagai hasil pengukuran.

Jika menggunakan metode pengukuran yang lain, nilai-nilai pengetesan yang didapat harus memenuhi kriteria yang tertera pada ASME B 31.3 Table 331.1.1.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Kemudian permasalahan ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematika di MTsS Lam Ujong Aceh Besar yang berkaitan dengan kemampuan

Hasil penelitian menunjukan pada taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan (1) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara pembelajaran dengan

Penulis merancang setting naskah Kura- kura dan Bekicot berada dalam sebuah rumah tua yang bertingkat yang sudah tidak dihuni akibat perang dunia ke dua,

Penelitian yang dilakukan oleh Robiah (2015) yang mengenai Kesulitan-kesulitan Calon Guru dalam Penguasaan Keterampilan Dasar Mengajar Pada Mata Kuliah Pengajaran Mikro

Dengan demikian sebagai pasar induk yang menjadi tempat perputaran perekonomian masyarakat kelas menengah ke bawah, penting kiranya diteliti lebih mendalam untuk

Dalam sistem ini mahasiwa bisa melihat status akademiknya, entri krs dan melihat nilai dari mata kuliah yang sudah diambil pada semester sebelumnya dengan

diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan per RT pada taraf 5%. Penilaian erupakan hasil luruhan terhadap ur dan aroma dari rmen jelly yang panelis adalah dengan skor