SUB-VENDOR
Local Vendor of On-Demand Engineering Service
POST WELD HEAT TREATMENT
SV-DOC-TECH-002
22 Juni
2016 00 Untuk Dipublikasikan SVDR N/A N/A N/A
Tanggal Revisi Deskripsi Tahap Revisi Disusun Diperiksa Disahkan
Sub-Vendor
Digitally signed by Sub-Vendor DN: cn=Sub-Vendor, o, ou=Sub-Vendor, [email protected], c=ID Date: 2016.08.06 09:48:26 +07'00'
Riwayat Revisi
Tanggal Revisi Deskripsi Tahap Revisi Disusun Diperiksa Disahkan
INDEX
1. TUJUAN DOKUMEN 4
2. RUANG LINGKUP 4
3. DOKUMEN REFERENSI 4
4. SINGKATAN DAN KEPANJANGANNYA 4
5. POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT) 4
5.1 SKUP PEKERJAAN PELAKU PWHT 5
5.2 PERALATAN PWHT 6
5.3 METODE OPERASI PWHT 6
1. TUJUAN DOKUMEN
Memberikan Informasi tentang skup pekerjaan teknisi PWHT, metode operasi PWHT dan peralatan PWHT. Termasuk juga bahasan terkait dengan topik inspeksi pengecheckan qualitas pekerjaan pengelasan (Hardness Test).
2. RUANG LINGKUP
Dokumen ini sebatas informasi terkait Post Weld Heat Treatment.
Informasi pada dokumen ini tidak termasuk kegiatan Local PWHT, Pre-Heat WHT,
Normalizing dan Dry-Out/Curing.
3. DOKUMEN REFERENSI
ASME Section I Ruled for Construction of Power boiler ASME Section V Non Destructive Examination
ASME Section IX Welding,Brazing and Fusing Qualifications ASME B 31.1 Process Piping,Code for Pressure Piping
ISO 9000 Quality Management System – Fundamentals and Vocabulary
ISO 9001 Quality Management System - Requirements
4. SINGKATAN DAN KEPANJANGANNYA
Dibawah ini merupakan Singkatan dan Kepanjangannya yang dipakai dalam dokumen ini.
ASME American Society of Mechanical Engineer
ISO International Organization for Standardization
PWHT Post Weld Heat Treatment
QC Quality Control
NDT Non Destruction Test
NDE Non Destruction Examination
5. POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT)
Bagian ini akan membahas informasi terkait Post Weld Heat Treatment –selanjutnya akan disingkat PWHT . Sesuai dengan topik yang ditulis pada ruang lingkup dokumen. Heat treatment digunakan untuk melepas sisa tegangan efek dari suhu tinggi pada saat pengelasan dan pelepasan gradien suhu yang melekat pada material setelah pengelasan.
5.1 SKUP PEKERJAAN PELAKU PWHT
Pelaku yang terlibat dalam kegiatan PWHT harus berkompeten seperti telah lulus pelatihan khusus, pengalaman kerja dan pengetahuan terkait kode standard, perlatan serta
requirement akan keselamatan kerja.
Engineering Manager :
Engineering Manager bertanggung jawab atas :
• Mengambil kebijakan jika terjadi perbedaan antara Spesifikasi Suatu Project Pekerjaan PWHT dengan Standard Referensi yang berlaku.
• Memastikan dan mengesahkan Dokumen Engineering Suatu Project Pekerjaan PWHT telah mengacu pada Standard & Kode terkait pekerjaan PWHT serta Spesifikasi Suatu Project Pekerjaan PWHT.
NDE Engineer / Supervisor :
Engineer or Supervisor bertanggung jawab atas :
• Identifikasi Komponen yang dibutuhkan terkait Suatu Pekerjaa PWHT termasuk menyiapkan Dokumen Permohonan PWHT.
• Mengimplementasikan Dokumen Engineering seperti Dokumen Prosedur Instruksi Pekerjaan PWHT, Keselamatan Kerja dan dokumen terkait lainnya.
• Memastikan Perlatan yang digunakan telah terkalibrasi dan layak pakai.
• Memonitor dan memastikan proses Pekerjaan PWHT dilaksanakan secara benar dan di area yang benar.
• Memeriksa dan mengesahkan Dokumen Laporan Pekerjaan PWHT dari hasil Pekerjaan PWHT yang telah dilakukan.
Teknisi :
Teknisi bertanggung jawab atas :
• Memasang peralatan PWHT dengan benar.
• Mengoperasikan perlatan PWHT dengan benar sesuai Dokumen Instruksi Kerja. • Mencatat data Pekerjaan PWHT kedalam lembar Dokumen Laporan Pekerjaan
PWHT.
• Melakuakn Pekerjaan PWHT dilaksanakan secara benar sesuai Dokumen Engineering yang berlaku.
5.2 PERALATAN PWHT
Semua peralatan harus bisa digunakan dengan aman. Operator harus memastikan bahwa semua peralatan masih terkalibrasi dengan valid sebelum melakukan aktifitas PWHT. Katalog terkait peralatan PWHT dari brand Cooperheat dapat dilihat pada :
http://www.weldtech.kz/upload/files/pwht-cooperheat.pdf
Alat Ukur Suhu
Alat ukur suhu yang biasa digunakan adalah thermocouple. Ujung Thermocouple –sensing tip : lokasi paling sensitif merespon perubahan suhu karena merupakan lokasi sambungan kedua metal elemen sensing (measuring junction) ,harus ditempel dengan capacitor
discharge welding sehingga terjadi kontak antara sensing tip dan area yang di PWHT.
Penggunaan minimum 6 jumlah thermocouple pada pipa berukuran diameter 8 NPS (DN200) dengan komposisi 3 sebagai pengukur utama 3 sebagai pengukur cadangan. Pemasangan thermocouple pada area PWHT harus simetris. Untuk ukuran pipa <= 10” NPS pada sudut jam 3 dan jam 9. Untuk Ukuran pipa >10” NPS pada sudut jam 12, 3, 6 dan 9. Temperatur
Recorder harus terkalibrasi sesuai petunjuk manufaktur.
Heating Element & Heat Treatment Unit Controller for Furnaces
Heating element harus diletakkan pada posisi yang mendukung untuk terjadinya penyebaran
panas secara merata. Heating Element Wire harus dirajut dengan Ceramic Beads Ceramic
Pad Heater. Pastikan bahwa tidak terjadi kontak langsung antara pemanas berbahan bakar cair rendah sulfur, propane atau natural gas yang digunakan dengan area material yang akan di PWHT. Penambahan kerangka support harus disediakan dan harus sesuai dengan instruksi dari manufaktur, hal ini guna mencegah terjadinya perpindahan posisi/pergerakan selama PWHT berlangsung.
Thermal Insulation dan Ceramic Beads Ceramic Pad Heater
Salah satu brand insulation yang sering digunakan adalah Superwool® fiber. Ketebalan minimum insulasi adalah 1” meliputi heating element dan setidak-tidaknya setebal 1 kali diameter pipa pada kedua sisi las-lasan.
5.3 METODE OPERASI PWHT
NDE Engineer harus menyiapkan Dokumen Permohonan PWHT yang didalamnya menjelaskan tentang jangkauan suhu yang digunakan beserta Holding Time untuk setiap ragam material sesuai dengan Dokumen Spesifikasi Pekerjaan PWHT dan Kode & Standard referensi.
Suhu dimonitor dengan menggunakan Thermocouples atau alat ukur suhu lain yang dapat diteprapkan sebagai alat pengukuran.
Jangkauan suhu yang diterapkan dapat mengacu pada requirement umum dibawah ini dan harus di cantumkan pada Dokumen Heat Treatment Request Form :
1. Untuk jangkauan suhu operasi diatas 600’ F (316’ C) bisa merujuk kepada ASME Section III dan VIII Division 1. Suhu yang diterapkan diatur sehingga tidak boleh melebihi 600’ F (316’ C) per jam untuk ketebalan <= 2” (50 mm). Untuk material dengan ketebalan lebih dari 2” ( > 50 mm ), jangkauan suhunya tidak boleh melebihi 600’ F ( 315’ C ) per jam dibagi dengan satu setengah tebal material pada
sambungan las-lasan.
2. Suhu yang uniform pada saat soak-time ( time periode yang dijaga pada suhu tertentu ) harus sesuai dengan Kode & Standard serta Spesifikasi Prosedur Pekerjaan Pengelasan. ( WPS – Welding Procedure Specification)
3. Untuk jangkauan suhu operasi diatas 600‘ F (316’ C) dengan pengaturan yang tidak melebihi 400’ F ( 205’ C) per jam pada ketebalan material <= 1” (25mm) masih bisa merujuk kepada ASME Section VIII Division 1. Pada material yang ketebalannya lebih dari 1” (25mm) suhu yang diterapkan tidak boleh melebihi 400’ F ( 205’ C ) per jam dibagi dengan satu kali tebal material pada sambungan las-lasan.
4. Suhu yang diterapkan tidak boleh kurang dari 100’ F (38’ C) di setiap interval waktu . Saat periode pemanasan dan pendinginan tidak disarankan terjadi variasi suhu melebihi 250’ F (120’ C) di area las-lasan sepanjang interval 4.5 meter.
5. Untuk mencegah deformasi atau terjadinya regangan, komponen untuk PWHT harus diberi support tambahan.
5.4 INSPEKSI & PENGECHECKAN QUALITAS PEKERJAAN PWHT(HARDNESS TEST)
Inspeksi pengecheckan dan laporan terkait kegiatan PWHT dilakukan guna memverifikasi hasil pekerjaan PWHT. Inspektor akan memastikan bahwa performa PWHT sesuai dengan Kode & Standard serta Spesifikasi Kontraktual Pekerjaan PWHT.
Batasan tingkat kekerasan yang berlaku pada material metal yang di las dan pada zona yang terkena panas –Heat Affected Zone (HAZ), di tes sedekat mungkin dari ujung las-lasannya. Kriteria batasan kekerasan yang ditetapkan pada ASME B 31.3 Table 331.1.1 harus dipenuhi. Pada komponen welds,hot bends dan hot formed setidak-tidaknya harus memenuhi 10% dari nilai yang tertera. Dan untuk Locally Heat Treated tingkat kekerasannya harus memenuhi 100% nilai yang tertera.
Kriteria batasan tingkat kekerasan untuk pengelasan material metal yang tidak sama,juga dispesifikasi pada Table 331.1.1. Untuk base material dan welding material-nya harus memenuhi nilai yang tertera dan ini berlaku untuk tiap-tiap materialnya.
Metode Hardness Test
Peralatan untuk mengukur tingkat kekerasan material harus dikalibrasi. Dan pengukuran harus berlangsung pada kondisi lingkungan yang diindikasi oleh Manufaktur pembuat alat pengukurannya.
Cap pada las-lasan harus terlepas dan permukaan tanah sudah dihaluskan.
Untuk tiap-tiap las-lasan yang dipilih dan diverifikasi harus diambil tiga kali pengukuran pada material metal yang di las dan HAZ. Nili rata-rata hasil pengukuran itu yang digunakan sebagai hasil pengukuran.
Jika menggunakan metode pengukuran yang lain, nilai-nilai pengetesan yang didapat harus memenuhi kriteria yang tertera pada ASME B 31.3 Table 331.1.1.