• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ALAT ELEKTROSBOT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR LISTRIK STATIS KELAS IXA SMPN 3 DONOROJO SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN ALAT ELEKTROSBOT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR LISTRIK STATIS KELAS IXA SMPN 3 DONOROJO SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

103

PENGGUNAAN ALAT ELEKTROSBOT

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR LISTRIK STATIS KELAS IXA SMPN 3 DONOROJO SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Barnabas Abdillah

Abstrak

Pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Donorojo Kabupaten Pacitan khususnya kelas IXA semester 1 tahun pelajaran 2015/2016mengalami kesulitan memahami konsep IPA yang bersifat verbal. Dari 22 siswa di kelas IXA tersebut, 29% yang berdaya serap sedang dan tinggi, sedangkan 71% berdaya serap rendah. Demikian pula persentase ketuntasan belajar pada KD-KD sebelumnya rata-rata hanya 48%. Pembelajaran menggunakan media pembelajaran alat praktikum yang dibuat sendiri berupa alat Elektrosbot, yakni elektroskop tiruan, berhasil meningkatkanprestasi belajar IPA KD 3.1 tentang listrik statis dengan persentase ketuntasan meningkat menjadi 68% pada siklus I dan 77% pada siklus II.

Kata Kunci: Alat Elektrosbot (elektroskop tiruan), Prestasi Belajar Listrik Statis

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Media pendidikan adalah “alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah” (Wina Sanjaya, 2010 : 94).Alat Elektrosbot merupakan alat praktikum IPA yang telah dibuat oleh penulis dan siswa kelas IXA untuk menyelidiki muatan listrik statis sebagai tiruan elektroskop karena elektroskop yang sebenarnya belum dipunyai.

(2)

104

(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuanganyang membutuhkan pikiran.

Pembelajaran IPA untuk Sekolah Menengah Pertama lebih difokuskan pada pengenalan dan pemahaman terhadap benda mati dan mahluk hidup beserta pengaruh dan dipengaruhinya kondisi lingkungan sekitar. Sebagaimana dijelaskan dalam Kurikulum Pendidikan Menengah Pertama 2006 yaitu “Mengembangkan kemampuan dalam memelihara dan memanfaatkan lingkungan secara bijaksana serta menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta”.

Pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan membawa peserta didik langsung pada objek materi yang ada di alam sekitar yang tentunya dibantu alat-alat ukur. Tanpa menggunakan alat-alat- alat-alat ukur niscaya pemahaman konsep materi pelajaran akan sulit dicerna.Demikian pula siswaSMP Negeri 3 Donorojokhususnya IX, dari tahun ke tahun mengalami kesulitan memahami konsep IPA yang bersifat verbal, antara lain tentang muatan listrik statis. Sulit membayangkan seperti apakah wujud muatan listrik statis suatu benda itu, sehingga siswa cenderung bosan,tidak termotivasi, tidak aktif, tidak kreatif, dan malasberakibat prestasi belajarnya rendah.

Kelas IXASMP Negeri 3 DonorojoSemester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 berjumlah 22 siswa. Dari 22 siswa tersebut, 29% yang berdaya serap sedang dan tinggi, sedangkan 71% berdaya serap rendah. Daya serap yang dimaksud di sini adalah kecepatan kemampuan siswa menyerap materi yang diajarkan. Demikian pula persentase ketuntasan belajar pada KD-KD sebelumnya rata-rata hanya 48%. Keadaan tersebut, diduga merupakan dampak pembelajaran yang diterapkan selama ini, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru yang lebih banyak ceramah sehingga kurang memberdayakan potensi siswa.

SMP Negeri 3 Donorojo memiliki keterbatasan tenaga laborarorium IPA, waktu, dan sarana-prasarana pembelajaran IPA. Mata pelajaran IPA diampu oleh 1orang guru Sarjana Sains Fisika. Sesuai struktur kurikulum SMPN 3 Donorojo tahun pelajaran 2015/2016, mata pelajaran IPA kelas IX diberi alokasi waktu 4 jam pelajaran per pekan. Ketersediaan media dan alat peraga pembelajaran juga

(3)

105

sangat minim. Keadaan tersebut tentunya sangat memengaruhi efektifitas dan kreatifitas pembelajaran baik bagi guru maupun siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Alat Elektrosbot Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Lisrik Statis Kelas IXA SMPN 3 Donorojo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian adalah sebagai berikut, 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan

prestasi belajar lisrik statis menggunakan alat praktikum berupa elektroskop tiruan yang dibuat sendiri,yakni alat Elektrosbot di kelas IXA SMPN 3 Donorojo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Apakah pembelajaran melalui penggunaan alat Elektrosbot di kelas

IXA SMPN 3 Donorojo Semester 1Tahun Pelajaran 2015/2016dapat meningkatkan prestasi belajar lisrik statis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut,

a. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam membuat dan menerapkan pembelajaran lisrik statis menggunakan alat praktikum berupa elektroskop tiruan yang dibuat sendiri,yakni alat Elektrosbot di kelas IXA SMPN 3 Donorojo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016. b. Meningkatkan prestasi belajar lisrik statis siswa di kelas IXA SMPN 3

Donorojo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut,

1. Bagi guru, meningkatnya kemampuan dan keterampilan guru dalam membuat dan menerapkan pembelajaran IPA menggunakan media alat praktikum yang dibuat sendiri dari bahan yang ada di kehidupan sehari-hari.

(4)

106

2. Bagi siswa, meningkatnya hasil belajar IPA.

3. Bagi sekolah, meningkatnya rata-rata nilai mata pelajaran IPA.

4. Bagi ilmu pengetahuan, bertambahnya referensi empiris model pembelajaran IPA dengan alat praktikum yang dibuat sendiri.

E. Definisi Operasional

Istilah-istilah yang perlu didefinisikan secara operasional adalah sebagai berikut,

1. Alat Elektrosbotadalah alat praktikum IPA untuk menyelidiki muatan listrik statis suatu benda. Alat Elektrosbotadalah tiruan elektroskop. Elektrosbot singkatan dari botol dan grenjeng (aluminium foil bekas kemasan rokok).

2. Hasil belajar adalah hasil tes akhir sebagianmateri dalam satu KD, semua materi dalam satu KD, bisa juga gabungan materi beberapa KD. Tes akhir tersebut dapat berupa tes praktik atau tes tulis maupun gabungan keduanya.

F. Indikator Keberhasilan Penelitian

Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila persentase ketuntasan lebih besar atau sama dengan 75%.

KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang bersifat konkrit yang dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu pemahaman terhadap suatu konsep tertentu. Media pembelajaran dapat berupa sesuatu yang ada dalam lingkungan belajar dan dimanfaatkan untuk belajar atau sesuatu yang diadakan untuk membantu tercapainya tujuan dalam pembelajaran (Arsyad N. 2004 : 24).

Media pembelajaran bersifat lebih luas apabila dibandingkan dengan alat peraga pembelajaran, karena alat peraga pembelajaran merupakan bagian dari media pembelajaran. Media pembelajaran dapat diartikan juga sebagai sumber

(5)

107

belajar karena pemanfaatanya ditujukan bagi terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang memiliki tujuan tertentu.

Selain dapat menggunakan benda-benda tiruan, baik berupa gambar atau model, guru dapat membawa benda asli ke dalam kelas, jika hal itu memungkinkan. Berbagai media pembelajaran tersebut, tentu semuanya memiliki kelebihan dan kelemahan. Sedangkan penggunaan media pembelajaran tentu saja disesuaikan dengan karakteristik materi yang akan dibahas, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi setempat(Wina Sanjaya, 2010 : 94).

B. Model Pembelajaran 1. Makna Model Pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai contoh pola atau struktur pembelajaran siswa yang didesain, diterapkan dan dievaluasi secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar(Wina Sanjaya, 2010).

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, prosedur dan pendekatan. Dalam model pembelajaran mencakup strategi pembelajaran yang digunakan, metode yang digunakan, dan pendekatan pengajaran yang digunakan yang lebih luas dan meyeluruh. Hal ini semakna dengan MohamadSurya (2004), yang menjelaskan, modelpembelajaran adalahpolainteraksi siswadengan guru di dalam kelas yang menyangkut model, pendekatan,metode, dan teknik pembelajaran yangditerapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajarmengajar di kelas.

Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran. Banyak model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang pada prinsipnya pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efetif dan efisien, menyenangkan, bermakna, lebih

(6)

108

banyak mengaktifkan siswa. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana, mudah dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang ingin dicapai.

2. Model Pembelajaran Tutor Sebaya

Pembelajaran kelompok dapat meningkatkan hasi lbelaja dengan menerapkan model-model tertentu dalam pembentukannya.Sehingga tercipta pola interaksii tertentu diantara anggota kelompok.Salah satunya dengan model tutorial sebaya. Pembelajaran model kooperatif tutor sebaya merupakan modell pembelajaran yang mengutamakan model kerjasama antara siswa dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang akan dibimbing oleh teman sebaya( Ellis dan Foults dalam Koes,2000:2).

Siswa yang belajar dengan tutor sebaya akan lebih mudah memahami konsep yang dipelajari,karena dialog kelompok dengan menggunakan bahasa yang setaraf. Selain itu, bagi anak yang memiliki perasaan takut atau enggan bertanya kepada guru,mereka dapat santaii bertanya dengan akrab kepada temannya sendiri tanpa rasa takut. Dengan demikian pembelajaran dengan tutor sebaya akan memberi hasil belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran yang berpusat pada guru

3. Pembelajaran dengan Pendekatan Konsep dan Pendekatan Keterampilan Pendekatan dalam KBM IPA mengacu pada konsepsi siswa tentang konsep-konsep yang diajarkan dapat dipahami, tersimpan alam dan dapat diterapkan baik dalam lingkungannya maupun dalam teknologi. Dengan pendekatan konsep pembelajaran akan lebih bermakna karena proses pembelajaran itu berdasarkan konsep yang sudah dimiliki siswa. Suatu pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa apabila konsep-konsep yang baru oleh siswa dapat dikaitkan/dihubungkan dengan konsep-konsep yang sudah dimilikinya sehingga konsep dapat dipahami dan tersimpan lama.

Ausubel pelopor teori belajar bermakna menyatakan bahwa kunci keberhasilan PBM adalah apa yang sudah dimiliki oleh siswa (dalam Wina

(7)

109

Sanjaya, 2010). Belajar mengajar adalah interaksi atau bersifat hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima, oleh sebab itu dalam pengajaran iknu IPA hendaknya guru tidak menganggap bahwa siswa tidak memiliki konsep apa-apa dalam benak pikirannya mengenai materi yang akan diajarkan oleh guru, akan tetapi karena dalam kehidupan sehari-hari tentunya siswa selalu interaksi dengan lingkungannya maka tentu siswa akan memiliki pengetahuan dasar tentang materi yang akan diajarkan oleh guru.

C. Media Pembelajaran Muatan Listrik 1. Muatan Listrik

Setiap benda terdiri atas atom-atom. Sebuah atom terdiri atas inti atom dan elektron. Inti atom terdiri atas satu atau lebih proton dan neutron, tergantung pada jenis atomnya. Proton bermuatan positif, sedangkan neutron tidak bermuatan. Elektron bermuatan negatif mengelilingi inti atom.

Suatu atom dikatakan netral jika jumlah muatan positif (jumlah proton) sama dengan jumlah muatan negatif (jumlah elektron). Atom akan bermuatan negatif jika atom tersebut mendapatkan kelebihan elektron. Atom akan bermuatan positif jika atom tersebut kekurangan elektron. Muatan-muatan yang sejenis tolak-menolak dan muatan yang tidak sejenis tarik-menarik.

Kumpulan muatan listrik pada suatu benda disebut listrik statis. Pengumpulan muatan listik dapat diperoleh melalui cara menggosok, menyentuhkan benda netral dengan benda bermuatan (konduksi), dan induksi. Penghilangan muatan listrik yang terkumpul pada suatu benda disebut pengosongan muatan.

2. Elektroskop

Keberadaan muatan listrik pada sebuah benda dapat diketahui dengan elektroskop. Bangun elektroskop terdiri atas dua buah daun logam tipis yang dipasang pada ujung batang logam. Ujung lain batang itu biasanya dipasang bola logam (knob). Untuk menghindarkan dari berpindahnya muatan ke udara bebas, batang tersebut dimasukkan ke dalam kaca (Nur Kuswanti: 2008).

(8)

110 Gambar 1. Elektroskop

Di laboratorium IPA SMPN 3 Donorojo belum tersedia elektroskop seperti gambar 1 di atas, untuk itu penulis dan siswa kelas IXA membuat alat yang disebut Elektrosbot untuk menyelidiki muatan listrik statis pada benda sebagai tiruan elektroskop. Elektrosbot singkatan dari botol dan grenjeng (aluminium foil bekas kemasan rokok).

Gambar 2. Alat Elektrosbot (elektoskop tiruan)

Bangun Elektrosbot terdiri atas dua buah daun logam tipis yang terbuat dari grenjeng dipasang di tengah tutup botol plastik bekas kemasan minuman dan menjulur ke dalam botol. Pada grenjeng tertentu mungkin perlu dibakar untuk menghilangkan pelapis kertas yang kaku. Untuk menghindarkan dari berpindahnya muatan ke udara bebas, grenjeng tersebut dimasukkan ke dalam botol plastik. Ujung grenjeng yang di atas tutup botol plastik dibentuk seperti bola logam (knob).

D. Prestasi Belajar

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi

kaca

daun logam

daun logam grenjeng

plastik

grenjeng dibentuk bola (knob)

(9)

111

lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah

E. Kerangka Berfikir

Dalam keterbatasan tenaga pendidik, waktu dan sarana prasarana pembelajaran yang dimiliki SMPN 3 Donorojo, serta daya serap siswa yang variatif, maka diperlukan model yang cocok dan tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran IPA dengan menggunakan media pembelajaran alat praktikum yang dibuat sendiri(alat Elektrosbot) cukup tepat untuk diterapkan dalam keterbatasan tersebut. Karena dengan pembelajaran tersebut tercipta pola interaksi kerja sama diantara anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama, juga akan lebih mudah memahami konsep yang dipelajari karena dialog kelompok dengan menggunakan bahasa yang setaraf dan rasa bangga dengan alat praktikum yang dibuat sendiri.

Selain itu, bagisiswa-siswa yang cenderung bosan, tidak termotivasi, tidak aktif, tidak kreatif, dan cenderung malas, memiliki perasaan takut atau enggan bertanya kepada guru,mereka akan termotivasi, aktif, kreatif, dan berani untuk bertanya serta mengajukan ide-ide baru ke gurunya karena memahami konsepnya. Dengan demikian pembelajaran dengan media pembelajaran berupa alat praktikum yang dibuat sendiriakan memberi hasil belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran yang berpusat pada guru.

(10)

112 F. Hipotesis Tindakan

Hasil belajar listrik statis di kelas IXA SMPN 3 Donorojo Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016dapat ditingkatkan melalui penggunaanalat Elektrosbot yakni media pembelajaran berupa alat praktikum listrik statis yang dibuat sendiri.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus, karena secara klasikal pada siklus II sudah melampaui indikator keberhasilan yaitu lebih dari 75% siswa tuntas. Pada siklus I dilakukan 2 kali pertemuan, sedangkan pada siklus II dilakukan 2 kali pertemuan. Dengan waktu setiap pertemuan 2 X 40 menit. Materi yang dipelajari pada siklus I dan II adalah KD 3.1 Mendeskripsikan muatan listrik untuk memahami gejala-gejala listrik statis serta kaitannya dalamkehidupan sehari-hari. A. Gambaran Prasiklus

Kelas IXA terdiri 22 siswa. Kelas ini merupakan rombel yang siswanya sangat beragam. Sebelum penelitian ini dilakukan, pembelajaran pada umumnya menggunakan model ceramah. Pada penguasaan KD-KD yang telah diajarkan pada awal semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 persentase jumlah peserta didik yang tuntas rata-rata adalah 48%. Selain itu berdasarkan pengamatan pada semester 2 tahun pelajaran sebelumnya di kelas VIII dari seluruh siswa di kelas tersebut 80% masih kesulitan dalam penguasaan rumus-rumus dan penerapannya. Keadaan tersebut besar kemungkinan disebabkan oleh dampak pembelajaran yang diterapkan selama ini yang terpusat pada guru, dengan banyak ceramah.

Pengaturan tempat duduk siswa saat pembelajaran sebelum dilakukan penelitian semua siswa menghadap ke depan kelas sebagaimana gambar 1. Sedangkan pasangan siswa sebelum penelitian, bebas sesuai keinginan siswa sendiri.

Gambar 3

(11)

113

B. Hasil dan Pembahasan Data Penelitian Persiklus

Pengaturan tempat duduk siswa saat pembelajaran selama penelitian tempat duduk dibuat berkelompok saling berhadapan sebagaimana gambar 2. Sedangkan pasangan siswa selama penelitian, anggota kelompok diatur oleh guru secara heterogen.

Gambar 4

Formasi Tempat Duduk Siswa Saat Penelitian 1. Siklus I

Siklus I ini dilakukan selama 2X pertemuan. Siklus I terdiri dari tahap Plan atau rencana awal, tahap Action / observation (kegiatan/ pengamatan), dan tahap Reflection. Keterangan selengkapnya masing-masing tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Plan atau rencana awal Siklus I

Dalam tahapan ini yang direncanakan meliputi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dan tiap kelompok siswa telah diminta untuk membawa peralatan. Perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, dan lembar kerja/kegiatan belajar siswa pada KD 3.1 Mendeskripsikan muatan listrik untuk memahami gejala-gejala listrik statis serta kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.Instrumen terhadap pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan lembar pengamatan, angket, dokumentasi. Sedangkan instrumen terhadap hasil belajar meliputi instrumen tes dan non tes. Instrumen tes menggunakan tes obyektif isian dan uraian. Dan untuk non tes menggunakan lembar rubrikasi unjuk kerja.

(12)

114

b. Tahap Action / observation (kegiatan/ pengamatan) Siklus I

Tahapan ini dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pengamatan dilakukan oleh kolabolator terhadap guru (peneliti) dan siswa dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan. Fokus pengamatan dilakukan terhadap pengelolaan kelas, aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil ulangan akhir KD 3.1 materi Muatan Listrik Statis dan Elektroskop.

Pertemuan ke-1

Guru melakukan pengecekan kehadiran siswa. Semua siswa hadir. Selanjutnya guru menjelaskan KD 3.1 beserta indikator dan KKM-nya. Dilanjutkan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini, yaitu mendeskripsikan proses terjadinya muatan listrik pada benda yang digosok, serta memberi contoh peristiwa yang menghasilkan benda bermuatan listrik.

Guru melakukan apersepsi dengan mendekatkan penggaris plastik yang telah digosok dengan kain ke hamparan kertas-kertas kecil. Selanjutnya guru menjelaskan bahwa kejadian tersebut merupakan contoh gejala listrik statis. Guru menanyakan apa yang dimaksud listrik statis, dan menanyakan mengapa dapat timbul listrik statis pada kejadian tersebut. Guru melanjutkan menjelaskan teori atom netral dan atom bermuatan listrik.

Selanjutnya siswa ditata berkelompok bebas beranggotakan 3-4 siswa. Guru merotasi beberapa anggota kelompok untuk mendistribusikan tutor pada masing-masing kelompok. Penunjukkan tutor didasarkan pada pengusaan konsep sebelumnya yang baik, sehingga formasi anggota kelompok dan tutornya sebagaimana gambar 3.

Kemudian guru mendemonstrasikan cara membuat alat Elektrosbot dibantu oleh beberapa siswa.Selanjutnya masing-masing kelompok di beri lembar kerja LKS.Selanjutnya siswa ditata berkelompok bebas beranggotakan 3-4 siswa. Guru merotasi beberapa anggota kelompok untuk mendistribusikan tutor pada masing-masing kelompok. Penunjukkan tutor didasarkan pada pengusaan konsep sebelumnya yang baik, sehingga formasi anggota kelompok dan tutornya sebagaimana gambar 3.

(13)

115

Kemudian guru mendemonstrasikan cara membuat alat Elektrosbot dibantu oleh beberapa siswa.Selanjutnya masing-masing kelompok di beri lembar kerja LKS.

Keterangan:

Sebagai tutor kelompok

Gambar 5

Formasi Tempat Duduk Kelompok Siswa pada Siklus I Pertemuan ke-1 Setiap kelompok dibimbing seorang tutor. Ketika siswa bekerja kelompok, guru terus berkeliling mendekati masing-masing kelompok untuk memotivasi agar semua aktif mengoptimalkan belajar kelompok, dan mempersilahkan jika ada yang kesulitan, untuk bertanya. Kira-kira 15 menit pada awal belajar bersama, baik tutor maupun anggota belum bisa bekerja sama, mereka terlihat bekerja sendiri-sendiri, bahkan ada lima anak masih belum melakukan apa-apa. Setelah guru mendekati semua kelompok, baru mulai terlihat ada kerja sama antara tutor dan anggota.

Setelah belajar kelompok dianggap selesai, guru secara lisan mengajukan pertanyaan agar siswa menjawab langsung secara tertulis pada kertas masing-masing: (1) jelaskan mengapa penggaris plastik dapat bermuatan negatif jika digosok dengan kain wol, (2) Jelaskan mengapa atom dapat bermuatan listrik. Setelah batas waktu mengerjakan selesai, seluruh kertas jawaban siswa dikumpulkan ke guru, untuk diketahui sekilas siswa-siswa yang sudah paham, kemudian diumumkan. Kelompok yang anggotanya banyak yang benar dipilih sebagai kelompok terbaik. Selanjutnya guru menyimpulkan hasil pembelajaran, berupa review tentang pengertian listrik statis, proses terjadinya muatan listrik pada yang digosok, dan contoh-contoh peristiwa yang menghasilkan listrik statis.

(14)

116

Dan sebelum pelajaran ditutup, guru memilih kelompok yang paling aktif, dilanjutkan guru secara lisan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah untuk membuat laporan toeritis terjadinya muatan listrik pada benda yang digosok ditinjau dari teori atom, serta mencari contoh-contoh lain yang menggunakan prinsip listrik statis dalam kehidupan sehari-hari.

Pertemuan ke-2

Guru melakukan pengecekan kehadiran siswa. Semua siswa hadir. Siswa sudah berkelompok beba sesusai pilihannnya beranggotakan 3-4 siswa. Guru melakukan review materi sebelumnya meliputi pengertian listrik statis, bagian atom yang dapat berpindah ketika digosok, mengapa benda dapat bermuatan listrik positip, dan mengapa benda dapat bermuatan listrik negatif. Selanjutnya guru melakukan apersepsi apakah yang terjadi jika dua benda bermuatan listrik didekatkan.

Selanjutnya guru menuliskan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini, yaitu menunjukkan dan menjelaskan sifat muatan listrik serta cara menyeledikinya dengan elektroskop. Untuk lebih jelas guru memberi pengarahan bagaimana jika benda bermuatan sejenis didekatkan, bagaimana pula jika benda bermuatan listrik tidak sejenis di dekatkan. Dilanjutkan dengan penjelasan cara kerja elektroskop, mendemonstrasikan cara menentukan jenis muatan listrik suatu benda dengan menggunakan alat Elektrosbot/ elektroskop tiruan dibantu oleh beberapa siswa.

Selanjutnya siswa ditata berkelompok bebas beranggotakan 3-4 siswa. Guru merotasi beberapa anggota kelompok untuk mendistribusikan tutor pada masing-masing kelompok. Penunjukkan tutor didasarkan pada pengusaan konsep sebelumnya yang baik.

Dibantu oleh beberapa siswa, guru mendemonstrasikan cara penggunaan alat Elektrosbot untuk mendeteksi muatan listrik statis.

Setelah semua kelompok jelas lalu masing-masing kelompok membuat alat Elektrosbot dengan bahan yang sudah dibawa dari rumahdan menggunakan alat Elektrosbot tersebut untuk praktikum sesuai lembar kerja LKS. Setiap kelompok juga diberi alat praktikum listik statis dari laboratorium IPA berupa: batang ebonit, batang kaca flexi glass, kain sutra, dan kain wol serta menggunakannya untuk praktikum sesuai LKS. Setiap kelompok dibimbing seorang tutor. Ketika

(15)

117

siswa bekerja kelompok, guru terus berkeliling mendekati masing-masing kelompok untuk memotivasi agar semua aktif mengoptimalkan belajar kelompok, dan mempersilahkan jika ada yang kesulitan, untuk bertanya.Setelah belajar kelompok dianggap selesai, guru secara lisan mengajukan pertanyaan agar siswa menjawab langsung secara tertulis pada kertas masing-masing: (1) Apakah yang terjadi jika benda bermuatan listrik positif didekatkan dengan benda bermuatan listrik positif? (2) jelaskan prinsip kerja elektroskop. Setelah batas waktu mengerjakan selesai, seluruh kertas jawaban siswa dikumpulkan ke guru, untuk diketahui sekilas siswa-siswa yang sudah paham, kemudian diumumkan. Kelompok yang anggotanya banyak yang menjawab benar dipilih sebagai kelompok terbaik. Selanjutnya guru menyimpulkan hasil pembelajaran, dan memberitahu materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang, yaitu gaya coulomb.

Selanjutnya guru menyimpulkan hasil pembelajaran, dan memberitahu bahwa pertemuan yang akan datang dilakukan tes materi Muatan Listrik Statis dan Elektroskop.

Berdasarkan hasil ulangan akhir materi muatan listrik statis dan elektroskop, persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh 69% (dapat dilihat pada tebel 3), yang berarti jika mengacu ketuntasan penelitian ini sebesar 75%, maka penelitian pada siklus I ini belum tuntas.

c. Tahap Reflection Siklus I

Tahapan ini dilakukan setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Refleksi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Untuk pelaksanaan pembelajaran, yang melakukan refleksi adalah guru bersama kolaborator dengan menggunakan instrument hasil pengamatan tujuannya adalah memperbaiki rencana tindakan selanjutnya. Untuk hasil belajar siswa, peneliti terlebih dahulu dilakukan analisis data hasil tes siswa, kemudian membandingkan hasil analsis dengan indikator ketuntasan pada materi muatan listrik statis dan elektroskop, selanjutnya melakukan identifikasi dan mengelompokkan masalah yang timbul dalam pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyimpulkan hasil siklus tersebut. Refleksi ini untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus II.

(16)

118

Memperhatikan pelaksanaan dan hasil pada siklus I, meskipun pelaksanaan model pembelajaran menggunakan media pembelajaran alat praktikum yang dibuat sendiri (alat Elektrosbot) sudah “baik” bahkan “amat baik”, tetapi hasilnya masih di bawah kriteria keberhasilan. Ada beberapa masalah yang perlu diminimalisir.

1. Penjelasan tujuan pembelajaran secara lisan oleh guru, masih cukup menyulitkan siswa untuk memahami atau mengingat tujuan tersebut selama pembelajaran. Hal ini tentu akan memungkinkan pembiasan orientasi belajar siswa. Konsekuensinya agar siswa tidak abai terhadap tujuan pembelajaran, guru harus mengulang-ulang kembali selama pembelajaran. Hal ini tentu tidak efisien.

2. Pembagian kelompok siswa yang hanya didasarkan tempat duduk terdekat, tentu lebih mudah dalam penataan, tetapi belum tentu merata dalam hal heterogenitas kemampuan. Hal tersebut berdampak pada tidak meratanya dinamika kelompok.

3. Keterbatasan kemampuan seorang tutor kelompok untuk untuk membimbing teman-temannya dalam kelompok, menjadi kendala pada beberapa kelompok, sehingga terjadi kebuntuan dalam bimbingan belajar kelompok. 4. Pemberian tugas rumah untuk pengayaan atau latihan secara lisan terasa

lebih bersifat himbauan.Halinimenyebabkan motivasi untuk mempelajari ataupun menyelesaikan kurang kuat, selain juga kurang fokus.

Untuk itu perlu dilakukan perbaikan beberapa hal.

1. Penjelasan tujuan pembelajaran hendaknya tidak hanya penjelasan lisan, tetapi juga ditulis di papan tulis.

2. Pembagian kelompok hendaknya bukan didasarkan tempat duduk semata-mata, tetapi didasarkan pada tingkat kemampuan dan keadaan emosional, 3. Perlu Adanya kebebasan tutor kelompok untuk menimba pengalaman ke

tutor kelompok lain saat diskusi kelompok, bahkan kalau perlu guru merotasi tutor kelompok sesuai dengan keadaan kelompok pada saat aktivitas kelompok.

(17)

119

4. Untuk optimalisasi penguasaan materi hendaknya guru menyiapkan hardcopy materi pengayaan atau latihan untuk tugas di rumah, bukan hanya penugasan lisan.

2. Siklus II

a. Tahap Plan atau Rencana Awal Siklus II

Pada siklus II ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KD 3.1.Materi hukum Coulomb dan medan listrik sudah disusun lengkap hingga instrumen penilaian. Pada siklus II ini direncanakan 2 kali pertemuan yakni pertemuan ke-3 dan ke-4, setiap pertemuan selama 2X40 menit. Selengkapnya rencana langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

b. Tahap Action / observation (kegiatan/ pengamatan) Siklus II Pertemuan 1

Guru melakukan pengecekan kehadiran siswa. Semua siswa hadir. Siswa sudah berkelompok bebas beranggotakan 3-4 siswa. Guru melakukan review materi sebelumnya meliputi pengertian listrik statis, bagian atom yang dapat berpindah ketika digosok, mengapa benda dapat bermuatan listrik positip, dan mengapa benda dapat bermuatan listrik negatif. Selanjutnya guru melakukan apersepsi apakah yang terjadi jika dua benda bermuatan listrik didekatkan.

Selanjutnya guru menuliskan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini, yaitu menjelaskan hubungan antara besar gaya listrik, besar muatan listrik, dan jarak antara benda bermuatan. Untuk lebih jelas guru memberi ilustrasi dua benda bermuatan listrik yang berjarak tertentu, hingga diperoleh hukum gaya Coulomb. Kemudian guru mendemonstrasikan penggunaan alat Elektrosbotuntuk membuktikan pengaruh jarak dan besar muatan listrik pada hukum gaya Coulomb dengan membuat variasi jarak daun Elektrosbot (grenjeng) dan lama penggosokan.

Selanjutnya siswa ditata berkelompok bebas beranggotakan 3-4 siswa. Guru merotasi beberapa anggota kelompok untuk mendistribusikan tutor kelompok pada masing-masing kelompok. Penunjukan tutor kelompok didasarkan pada pengusaan konsep sebelumnya yang baik. Selanjutnya masing-masing kelompok diberi lembar kerja LKS. Setiap kelompok dibimbing seorang tutor kelompok. Ketika siswa bekerja kelompok, guru terus berkeliling mendekati masing-masing

(18)

120

kelompok untuk memotivasi agar semua aktif mengoptimalkan belajar kelompok dengan tutor, dan mempersilahkan jika ada yang kesulitan, untuk bertanya. Setelah belajar kelompok dianggap selesai, guru secara lisan mengajukan pertanyaan agar siswa menjawab langsung secara tertulis pada kertas masing-masing: Bagaimana besar gaya antar kedua muatan listrik jika jarak antara kedua muatan didekatkan menjadi setengah jarak semula? Jelaskan!. Setelah batas waktu mengerjakan selesai, seluruh kertas jawaban siswa dikumpulkan ke guru, untuk diketahui sekilas siswa-siswa yang sudah paham, kemudian diumumkan. Kelompok yang anggotanya banyak yang menjawab benar dipilih sebagai kelompok terbaik.Untuk pembahasan contoh, guru meminta para siswa untuk melanjutkan.

Pada saat semua siswa melanjutkan mengerjakan contoh soal tersebut berkeliling untuk memilih siswa yang bisa mengerjakan dengan baik contoh soal tersebut sebagai tutor kelompok, sekaligus mendistribusikanpara tutor kelompok tersebut ke masing-masing kelompok. Pada kegiatan ini dilakukan rolling komposisi anggota kelompok dengan formasi sebagai berikut.

Keterangan:

Sebagai tutor kelompok

1. Rotasi pertama tutor kelompok 2. Rotasi kedua tutor kelompok

Gambar 8

Formasi Tempat Duduk Kelompok Siswa Siklus II Pertemuan Ke-1 2 1

(19)

121

Dengan langkah-langkah pembelajaran pada siklus II tersebut, maka pelaksanaan pembelajaran menggunakan media pembelajaran alat praktikum yang dibuat sendiri (alat Elektrosbot)pada siklus II diperoleh kategori “sangat baik” pada aktivitas guru dengan capaian keberhasilan 87 %, dan kategori “baik” pada aktivitas siswa dengan capaian keberhasilan 79%. Data tersebut dapat dicermati pada tabel 2. Demikian pulapeningkatan hasil belajar siswa menjadi 77% siswa telah tuntas, sebagaimana dipaparkan dalam tabel 3.Karena hasil belajar telah melebihi kriteria keberhasilan 75% yang telah ditetapkan, maka tidak perlu lagi siklus selanjutnya.

Tabel 2

Rekapitulasi Aktivitas Guru Dan Siswa

ASPEK AKTIVITAS GURU SIKLUS ASPEK AKTIVITAS SISWA SIKLUS 1 2 1 2 1 5 5 1 5 5 2 5 5 2 3 5 3 4 5 3 3 5 4 3 4 4 3 4 5 4 4 5 2 3 6 4 5 6 2 2 7 4 4 7 2 3 8 4 4 8 2 2 9 4 5 9 4 4 10 4 4 10 4 5 11 4 5 11 5 5 12 2 3 PERSENTASE 63% 79 % 13 4 4 14 4 4 15 4 4 PERSENTASE 79 % 87 %

c. Tahap Reflection Siklus II

Tahapan ini dilakukan setelah kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan. Refleksi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa pada KD 3.1.Materi hukum Coulomb dan medan listrik. Untuk

(20)

122

pelaksanaan pembelajaran, yang melakukan refleksi adalah guru bersama kolaborator dengan menggunakan instrumen hasil pengamatan tujuannya adalah memantapkan penerapan tindakan pembelajaran kooperatif tutor sebaya. Untuk hasil belajar siswa, peneliti terlebih dahulu melakukan analisis data hasil tes siswa, kemudian membandingkan hasil analsis dengan indikator ketuntasan pada KD 3.1. Materi hukum Coulomb dan medan listrik, selanjutnya melakukan identifikasi dan mengelompokkan masalah yang timbul dalam pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyimpulkan hasil siklus tersebut.

Memperhatikan pelaksanaan dan hasil pada siklus II, meskipun pelaksanaan model pembelajaran menggunakan media pembelajaran alat praktikum yang dibuat sendiri (alat Elektrosbot) sudah “baik” bahkan “sangat baik”, tetapi hasilnya masih belum maksimal, terbukti tidak ada siswa yang memperoleh nilai 100. Hal ini menunjukkan seluruh siswa belum dapat memahami materi listrik dinamis secara untuh. Dengan demikian perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut.

1. Langkah-langkah model pembelajaran menggunakan media pembelajaran alat praktikum yang dibuat sendiri (alat Elektrosbot) tersebut akan lebih baik, jika pada pertemuan sebelumnya telah dijelaskan skenario pembelajaran pada pertemuan yang akan datang, dan mekanisme penentuan tutor, serta materi yang akan dipelajari; sehingga memotivasi siswa untuk berkompetisi menjadi tutor.

2. Setiap akhir siklus, setiap siswa perlu ditunjang rangkuman materi secara utuh dilengkapi contoh pembahasan soal dan soal-soal latihan, agar siswa memiliki pemahaman yang utuh terhadap materi yang dipelajari.

Tabel 3

Hasil Belajar IPA Kelas IXA pada Siklus I dan Siklus II No. Urut

Siswa

SIKLUS I SIKLUS II

NILAI KETERANGAN NILAI KETERANGAN

1 83 Tuntas 93 Tuntas

2 65 Belum Tuntas 76 Tuntas

3 68 Belum Tuntas 75 Tuntas

4 84 Tuntas 87 Tuntas

5 63 Belum Tuntas 67 Belum Tuntas

(21)

123

7 87 Tuntas 86 Tuntas

8 79 Tuntas 72 Belum Tuntas

9 76 Tuntas 80 Tuntas

10 79 Tuntas 87 Tuntas

11 83 Tuntas 75 Tuntas

12 70 Belum Tuntas 80 Tuntas

13 76 Tuntas 82 Tuntas

14 78 Tuntas 82 Tuntas

15 68 Belum Tuntas 87 Tuntas

16 89 Tuntas 90 Tuntas

17 76 Tuntas 82 Tuntas

18 86 Tuntas 66 Belum Tuntas

19 72 Belum Tuntas 78 Tuntas

20 69 Belum Tuntas 87 Tuntas

21 86 Tuntas 71 Belum Tuntas

22 76 Tuntas 90 Tuntas

Persentase

Tuntas 68% 77%

Perbandingan hasil persiklustentang pelaksanaan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan media pembelajaran alat praktikum yang dibuat sendiri (alat Elektrosbot) dapat dicermati pada tabel 4.

Tabel 4

Perbandingan Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Alat Elektrosbot dan Hasil Belajar Siswa

PRASIKLUS

SIKLUS I SIKLUS II

Persentase Kategori Persentase Kategori AKTIVITAS

GURU 79% Baik 87%

Sangat Baik AKTIVITAS

SISWA 63% Kurang 79% Baik

KETUNTASAN HASIL

BELAJAR

48% 69% Belum

Tuntas 77% Tuntas

Melihat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran alat praktikum yang dibuat sendiri(alat Elektrosbot) maka cukup tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA materi lainnya, sehingga guru dan siswa akan kreatif untuk berinovasii membuat alat praktikum sendiri. Karena dengan pembelajaran tersebut tercipta pola interaksi kerja sama diantara anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama, juga akan lebih mudah memahami

(22)

124

konsep yang dipelajari karena terjadi dialog kelompok dengan menggunakan bahasa yang setaraf dan rasa bangga serta paham dengan alat praktikum yang dibuat sendiri.

Selain itu, bagisiswa-siswa yang cenderung bosan, tidak termotivasi, tidak aktif, tidak kreatif, dan cenderung malas, memiliki perasaan takut atau enggan bertanya pada guru, mereka akan termotivasi, aktif, kreatif, dan berani untuk bertanya serta mengajukan ide-ide baru ke gurunya karena memahami konsepnya. Dengan demikian pembelajaran dengan media pembelajaran berupa alat praktikum yang dibuat sendiriakan memberi hasil belajar yang lebih baik disbandingkan pembelajaran yang berpusat pada guru.

PENUTUP A. Simpulan

1. Pelaksanan model pembelajaran menggunakan media pembelajaran alat praktikum yang dibuat sendiri(alat Elektrosbot) pada aktivitas guru berkategori“sangat baik”danpadaaktivitassiswaberkategori“baik”. Adapun langkah-langkahintipembelajaran model ini sehingga dapat meningkatkanhasilbelajarIPA adalahaktivitas kelompok dibimbing tutor sebaya, pada langkah ini diberi keleluasaan menimba pengalaman ke tutor kelompok lain, bahkan kalau perlu guru merotasi tutor untuk memaksimalkan belajar kelompok; penilaian dan pemilihan kelompok terbaik.

2. Model pembelajaran menggunakan media pembelajaran alat praktikum yang dibuat sendiri(alat Elektrosbot) berhasilmeningkatkan hasil belajar IPA dengan persentase ketuntasan mula-mula sebesar 48%, meningkat manjadi 68% pada siklus I dan 77%padasiklusII.

(23)

125

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik” Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta

Arjanggi, Ruseno dan Suprihatin, Titin. 2010. “Metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya Meningkatkan Hasil Belajar Berdasar Regulasi-Diri”. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 14, No. 2: 91-97

Arsyad N. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Ifah dan Rusijono (2010) Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (26-37). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Moleong,LexyJ.2007.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Ngalim, Purwanto M, 1990, Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sadirman.1990.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:CV. Rajawali.

Suherman, E dkk. 2003. “Model Pembelajaran Matematika Kontemporer”. Bandung. UPI

Sukmadinata, Nana,Syaodih . 2007."Metode Penelitian Pendidikan" Bandung cetakan ketiga. PT. Remaja Rosdakarya Offset

Surya, Mohamad. 2004. "Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran". Bandung. Cetakan pertama. Pustaka Bani Quraisy

Usman,S.2004.Pengaruh Sistem Tutor Sebaya Terhadap Hasil belajar IPA pada Siswa Kelas V SDN Kidul dalem I Kecamatan Klojen Kota Malang.Skripsi.Malang:ProgramStudi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, analisis yang dimaksud adalah penjelasan dari kesalahan ortografi yang dilakukan oleh mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Perancis

Dari hasil pengujian tersebut, penterjemah kode isyarat tangan dengan menggunakan analisa deteksi tepi bisa diterapkan pada ARM 11 tetapi sulit diterapkan pada kontrol robot

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model Pengembangan Profesional Berkelanjutan Guru IPA melalui Lesson Study berbasis MGMP (PPBLS), untuk

He has taught music in both public and Christian schools and has served as a church choir director and minister of music in churches large and small for over 30 years.. He is

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengetahui apakah ada Pengaruh yang signifikan melalui model Project – Based Learning terhadap hasil belajar kognitif

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penggunaan Lembar Kerja Siswa Dalam Kompetensi Dasar Pengolahan Dan Pengawetan Bahan Hasil Pertanian Di. SMKN 1

Berkaitan dengan fenomena yang dihadapi SMPN 2 Mengwi, ada tiga aspek yang difokuskan dalam dalam usaha memberikan kontribusi ilmu pengetahuan, yaitu: model

1 Saya merasa senang, saat guru menggunakan media pembelajaran TIK(berupa tayangan materi dalam bentuk Power Point/Video pembelajaran) dalam pembelajaran