• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GEREJA DAN PASTORAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GEREJA DAN PASTORAL

2.1. Pengertian Gereja

Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada ditengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat dan sadar akan eksistensi Allah didalam kehidupannya. Pertemuan dengan Kristus pun dipahami berada di dalam diri seseorang ataupun juga di dalam sebuah wadah persekutuan. Gereja sebagai wadah untuk kemudian mengumpulkan bahkan mempersatukan ragamnya pola pikir, ras dan budaya ini yang kemudian menjadi sangat penting untuk dikembangkan dan dipertahankan di tengah-tengah masyarakat. Gereja berasal dari istilah Yunani yaitu ekklesia berarti pertemuan atau sidang (jemaat), dipahami sebagai tempat bertemunya masyarakat beragama yang disebut juga sebagai “jemaat Allah”.1 Pertemuan ini merupakan hal yang penting bagi orang-orang percaya karena merupakan tempat bertemu dengan saudara-saudara beriman dan juga bertemu dengan Allah secara khusus. Ekklesia seharusnya menunjuk bukan hanya pada sekelompok orang Kristen yang berhimpun sebagai perkumpulan, melainkan juga persekutuan yang melembaga.2 Oleh sebab itu maka Ekklesia atau gereja menjadi penting dan perlu diperhatikan agar supaya dapat menjalankan misi Kristus ditengah-tengah dunia.

Tata Gereja GPIB mengatakan bahwa; Gereja adalah Tubuh Kristus dan Kristus sendiri adalah Kepalanya. Oleh karena itu Kuasa yang ada dalam gereja adalah Kuasa Kristus. Kekuasaan itu mutlak atas gereja melalui firmanNya, dan tidak dapat diwakilkan kepada seseorang atau beberapa orang.3

Pemahaman ini dipahami oleh GPIB oleh karena GPIB memahami bahwa sejak dahulu sampai saat ini, Kristus akan tetap bekerja di tengah-tengah dunia.

1

Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid I, (Jakarta: Tyndale House Publishers, INC., 2007) , 332.

2 W.R.F. Browning, Kamus Alkitab – A Dictionary of the Bible, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 118. 3

(2)

pemimpin yang hadir ditengah-tengah gereja dan terpanggil oleh-Nya adalah orang-orang yang melayani Kristus dengan misi yang ditugaskan kepadanya masing-masing. Yesus yang merupakan kepala gereja, satu-satunya pemimpin sejati yang memimpin Ekklesia dan mengutus dengan satu Misi (matius 16:18). Karena gereja merupakan sebuah kesatuan di dalam Yesus Kristus maka, kehadiran gereja itu tampak dalam kehidupan gereja-gereja diberbagai tempat, Negara, bangsa, suku dan kemudian melembaga sebagai sebuah organisasi gerejawi dalam masyarakat. Dengan itu maka jemaat yang merupakan bagian dari gereja merupakan sebuah aspek penting untuk senantiasa dipelihara dan juga dibentuk. GPIB pun memahami bahwa penampakan citra Allah melalui Gereja-Nya akan terlihat melalui kehidupan jemaat-jemaat, dimana Jemaat-jemaat tersebut harus dipahami sebagai bagian yang utuh dalam GPIB dan sekaligus merupakan wujud dari gereja yang kudus dan am.4

Dalam masyarakat, gereja banyak memiliki tantangan yang terkadang mengoyahkan pertahanan gereja di dalam misi sebagai perantara Kristus di dunia.

Dr. G. C. Van Niftrik dan Dr. B. J. Boland mengatakan bahwa gereja zaman ini, terkesan memiliki dua penampakan yaitu; “yang kelihatan” dan “yang tidak kelihatan”. Oleh sebab itu gereja sebagaimana disebutkan di dalam pengakuan iman dijadikan suatu pengertian rohani yang abstrak, membuat pengertian gereja yang sebenarnya adalah gereja yang “tak kelihatan”.5

Pemahaman akan pengertian gereja dipahami bukan hal yang mudah, karena secara langsung kita harus menggabungkan dua inti dari gereja itu sendiri yaitu ekklesiologia (= ajaran tentang gereja, Yunaninya “ekklesia”) dan kembali kepada Kristologia (= ajaran Yesus Kristus). Dengan itu maka kita dapat menjalankan dan membangun sebuah gereja dengan dasar pemahaman yang benar.

2.2. Tugas dan Panggilan Gereja

4 Ibid 3 5

(3)

Dalam ekklesiologi yang penulis pahami, merupakan usaha pembelajaran tentang gereja secara teologis dimana membawa gereja kepada sebuah titik temu antara gereja dengan masyarakat itu sendiri. Melalui pemahaman yang diawali dengan iman akan Yesus, dimana menjadikan Yesus sebagai sentral membuat adanya relasi antar kerajaan Allah dengan gereja itu sendiri.

Yusak B. Setyawan mengatakan bahwa; “Elemen-elemen kemanusiawiaan dan keillahian saling bersinggungan dalam Gereja Tuhan. Gereja dipimpin oleh manusia dan oleh otoritas Ilahi”.6

Dalam iman akan Yesus pun, gereja kemudian menjadi komunitas yang penuh roh kudus namun tidak dapat dipungkiri bahwa gereja pun bersifat dinamis. Keberagaman yang ada, baik dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat membuat gereja harus tetap kuat dengan menjalankan misi-misinya sebagai panggilan Allah dalam penyebaran kebenaran dalam Yesus Kristus yang bersifat universal. Disisi lain, adanya model-model gereja dipahami sebagai ciri khas sebuah komunitas Kristen dalam pencapaian sasarannya. Relevansi gereja kemudian sangatlah penting agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup jemaat dan gereja pun dapat terus berkembangan dalam misi dan visi gereja dalam mempermuliakan dan memperlebar kerajaan Allah. Oleh sebab itu, pertumbuhan alamiah sebuah gereja pun perlu diperhatikan agar dapat memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan juga bagi jemaat-Nya.

Kesadaran akan kebutuhan gereja dalam hal ini merupakan jemaat itu sendiri membawa kita kepada sebuah pemahaman bahwa misi dan visi gereja didasari oleh ajaran Yesus Kristus yang juga bertujuan untuk mensejahterakan jemaat Allah itu sendiri. GPIB pun menonjolkan hal ini di dalam visi GPIB sesuai dengan Tata Gereja GPIB yaitu GPIB menjadi Gereja yang mewujudkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaan-Nya. Tata Gereja GPIB pun

6 Yusak B. Setyawan, Hand-outs Eklesiologi, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2011), 23.

(4)

dirumuskan melalui berbagai aspek, salah satunya aspek pengembalaan yaitu untuk memelihara kehidupan spiritual yang kristiani dari warga jemaat agar dapat melaksanakan panggilan dan pengutusan-Nya, maka itu pula dilaksanakan pengembalaan di dalam gereja.7 Dengan ini maka, diharapkan gereja dapat mempersatukan persaudaraan di dalam satu iman yang membawa keselamatan kepada setiap orang.

Salah satu ciri-ciri esensial gereja adalah dipersatukan dan berusaha bersatu. Persekutuan persaudaraan dapat mengokokohkan kesatuan jemaat.8

Dengan ini maka, penulis memahami bahwa tugas dan panggilan gereja secara jelas didasari oleh ajaran Yesus Kritus yang ingin menyelamatkan umat-Nya secara universal. Disisi lain, gereja kemudian memberikan berbagai macam pelayanan kepada jemaat-Nya agar dapat merasakan keselamatan dan sejahtera dari Allah.

Abineno dalam bukunya “Kelompok Doa” menjelaskan bahwa ada tugas gereja dalam hal ini dilakukan oleh para Pelayan gereja dan juga jemaat-Nya. Tugas-tugasnya antara lain; Pertama, pemberian ruang kesaksian dan pelayanan yang wajar kepada anggota-anggota jemaat. Kedua, pembangunan hidup persekutuan. Ketiga, partisipasi anggota-anggota jemaat dalam kebaktian. Keempat, penyelenggaraan kumpulan-kumpulan doa yang baik.9

Gereja sebagaimana tugasNya harus berfungsi secara maksimal, oleh sebab itu segala keterbatasan yang ada di gereja harus di minimalisir agar supaya setiap pelayanan dapat berjalan dengan baik dan mencapai sasaran. Peran serta jemaat secara umum sangat dibutuhkan untuk membantu berjalannya pelayanan di dalam gereja. Oleh sebab itu, gereja pun harus memberdayakan warga jemaat yang ada untuk kemudian ikut membantu tugas dan pelayanan para pelayan gereja dalam hal ini pendeta dan majelis jemaat. Doa adalah bagian penting selain pengajaran firman dan musik grejawi, oleh sebab itu menurut Abineno yang dipahami oleh penulis adalah sebuah gereja pun harus mempunyai kelompok doa di dalam

7

Ketetapan Persidangan Sinode XIX – GPIB, Tata Gereja GPIB: buku III, (Jakarta: Majelis Sinode, 2010), 16. 8 Yusak B. Setyawan, Hand-outs Eklesiologi, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2011), 22.

9

(5)

pelayanannya. Dengan itu maka, kelompok doa merupakan sumber yang kuat untuk membantu pelayanan dan tetap menjalin hubungan gereja dengan Allah.

2.3. Pengertian Pastoral

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna namun disisi lain, manusia harus dipahami sebagai sosok yang terkadang rapuh didalam berbagai aspek. Inilah yang kemudian membuat manusia menjadi makhluk sosial yang kemudian membutuhkan orang lain untuk membantunya di dalam menghadapi pergumulan hidup. Pastoral dalam hal ini pastoral Kristen muncul untuk membantu memenuhi kebutuhan manusia, dengan memakai sosok Yesus sebagai panutan di dalam menjalankannya. Pastoral adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencari dan mengunjungi anggota jemaat satu-persatu terutama yang sedang bergumul dengan persoalan-persoalan yang menghimpitnya dengan menggunakan firman Tuhan sebagai penguatan.

Aart Van beek dalam bukunya “Pendampingan Pastoral” mengatakan bahwa Pastoral berasal dari “pastor” dalam bahasa Latin atau dalam bahasa Yunani disebut “poimen”, yang artinya “gembala”. Dan secara tradisional, dalam kehidupan grejawi kita hal ini merupakan tugas “pendeta” yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau “domba-Nya”.10

Pendeta kemudian dikaitkan dengan Yesus Kristus sang gembala yang secara langsung rela berkorban untuk manusia dikayu salib. Tugas pendeta pun sebagai gembala harus dapat membimbing domba-Nya agar dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah. Pengertian dasar dari pastoral, dipahami sebagai tugas seorang gembala yang dapat membimbing dengan sukarela dan tanpa paksaan orang lain, agar dapat menyelamatkan seseorang dari hidupnya yang tidak sesuai dengan kehendak Allah lalu kemudian dapat berubah dan kembali kepada jalan yang telah dikehendaki Allah.11 Pendeta atau gembala yang dikaitan dengan gembala di dalam pastoral harus dapat memahami kondisi warga

10 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 10. 11

(6)

jemaat secara Holistik atau menyeluruh. Dengan itu maka gembala dapat melihat, memelihara dan mengarahkan domba-Nya sesuai dengan kehendak Allah.

Pandangan mengenai manusia secara holistic pun dikemukakan oleh Totok Wiryasaputra dalam bukunya “Ready to Care” yakni Manusia merupakan makhluk holistic, dimana pengertian sehat tidak secara statis, melainkan dinamis. Orang yang kita dampingi terkadang bukan orang didalam penyakitnya melainkan manusia dalam keutuhannya. Penyakit atau persoalan tertentu menjadi bagian utuh dari seseorang yang memiliki sejarah, nilai, kepercayaan, kemampuan inheren, hubungan, dan interaksi tertentu. Dan semuanya itu harus dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang minimal mempunyai empat aspek yaitu aspek fisik, mental, spiritual dan sosial.12 Usaha untuk mencari makna merupakan dasar dari kehidupan.13 Seorang gembala pun harus dapat menjadi sosok yang sama Yesus di dalam setiap keterbatasannya. Dengan itu maka sikap peduli dan menolong sesama dapat tercipta dan membawa setiap orang yang membutuhkan kita dapat merasakan makna kehidupan dan kasih Tuhan dalam setiap aspek kehidupannya.

2.4. Fungsi Pastoral

Ketika sebuah wadah kristen atau seperti yang kita kenal sebagai gereja mengadakan pastoral di dalam pelayanannya, maka tentunya sikap itu memiliki makna yang sesuai dengan fungsi-fungsi konseling pastoral untuk dapat memenuhi kebutuhan jemaat Allah. Fungsi-fungsi pastoral tentunya bertujuan untuk dapat melihat makna kehidupan dengan berbagai pergumulan, membantu seseorang untuk dapat mendengarkan serta memecahkan masalahnya sendiri dan memperdamaikan seseorang dengan kehidupannya. Menurut para ahli, fungsi-fungsi pastoral pun kemudian menjadi titik tolak seorang konselor untuk memulai karyanya di dalam pencapaian tujuan pelayanan gereja

H. Clinebell dalam bukunya “Tipe-tipe dasar pendampingan dan konseling pastoral” mengatakan bahwa ada tiga fungsi pastoral untuk mencapai sebuah tujuan pastoral yakni; untuk membebaskan, memperkuat, dan memelihara keutuhan hidup yang

12 Totok S. Wiryasaputra, Ready to Care, (Yogyakarta: Galangpress, 2006), 35-40. 13

(7)

berpusat pada Roh. Metode-metode pengembalaan dan konseling adalah dimensi-dimensi yang penting dari pelayanan yang memungkinkan adanya keutuhan itu.14 Membebaskan, memperkuat dan memelihara keutuhan hidup dalam roh merupakan fungsi pastoral yang dapat membawa seseorang keluar dari “kotak” bebannya, lalu mengarahkannya kepada sesuatu yang transenden dalam roh Allah untuk dapat menata kembali kehidupannya sesuai dengan kehendak-Nya. Pengembalaan dan konseling harus bersifat holistic (menyeluruh) artinya berusaha untuk memungkinkan penyembuhan dan pertumbuhan keutuhan manusia dalam dimensi-dimensinya. Pengembalaan adalah pelayanan pendeta dan anggota jemaat secara bersama dengan bertanggungjawab, untuk memampukan anggota jemaat dapat saling melayani, di samping itu dengan menjalankan pelayanan kepada orang lain maka konselor pun telah menjalankan pelayanan kepada dirinya sendiri yang unik dan berharga. Untuk dapat menjalankan tugas pengembalaan maka seorang pendeta atau pun anggota jemaat harus memiliki pemahaman pastoral yang cukup dan dapat menghidupkan dirinya sendiri. Sebab dikatakan bahwa untuk menghidupkan seseorang maka diri sendiri pun harus hidup.15 Setiap orang memiliki beban kehidupannya masing-masing. Oleh sebab itu, penulis memahami bahwa setiap orang perlu memiliki kepekaan kepada dirinya sendiri dan juga orang lain agar dapat memahami makna kehidupan. Dengan sikap menghidupkan diri sendiri maka seseorang dapat lebih peka menghadapi dan mengakui kebutuhan manusia akan sebuah penyembuhan secara terus-menerus, sehingga seseorang dapat menjadi “penyembuh yang terluka”.

Buku “Ready to care” oleh Totok S. Wiryasaputra mengatakan bahwa dalam menanggapi keprihatinan-keprihatinan kehidupan, pada dasarnya menjadikan pendamping sebagai fasilitator perubahan dalam proses pndampingan dan konseling yang kemudian dapat memfungsikan diri dalam berbagai cara, yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan, dan membebaskan.16

14

Howard Clinebell, Tipe-tipe dasar pendampingan dan konseling pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 33.

15 Ibid, 34-35. 16

(8)

Penyembuhan yang dimaksud merupakan sebuah sikap pendamping untuk dapat membiarkan seseorang mencurahkan perasaan yang membuatnya terluka atau perasaan yang sedang membebaninya. Pendamping harus dapat melihat keadaan yang perlu dikembalikan ke keadaan semula atau yang mendekati semula agar supaya dapat dirasakan proses awal dari fungsi pastoral tersebut. Menopang adalah sikap dimana pendamping dapat menyadarkan orang tersebut (konseli) untuk dapat menerima keadaannya. Membimbing dilakukan pada waktu orang harus mengambil keputusan tertentu tentang masa depannya. Fungsi keempat dari buku “ready to care” yaitu memperbaiki hubungan bertujuan untuk membantu orang yang didampingi bila mengalami konflik batin dengan pihak lain yang mengakibatkan putusnya atau rusaknya hubungan17. Disisi lain, fungsi yang terakhir yaitu membebaskan disebut juga sebagai memberdayakan bertujuan untuk membantu orang yang didampingi menjadi penolong bagi dirinya sendiri pada masa depan ketika menghadapi kesulitan kembali. Semua proses fungsi ini membawa seseorang untuk dapat menyembuhkan dirinya sendiri bahkan juga dapat menjadi penyembuh orang lain.

William A. Clebsch dan Charles R. Jackle dalam ringkasan sumber-sumber yang mereka buat dari sejarah gereja, mengemukakan 4 fungsi penggembalaan di sepanjang abad18:

a.) Menyembuhkan (Healing) – “Suatu fungsi pastoral yang terarah untuk mengatasi kerusakan yang dialami orang dengan memperbaiki orang itu menuju keutuhan dan membimbingnya ke arah kemajuan di luar kondisinya terdahulu, yaitu kondisi di dalam pergumulannya.”

b.) Mendukung (sustaining) – “Menolong orang yang sakit (terluka) agar dapat bertahan dan mengatasi suatu kejadian yang terjadi pada waktu yang lampau, di mana perbaikan atau

17 Ibid, 91.

18 William A. Clebesch and Charles R. Jaekle, Pastoral Care in Historical Prespective, (Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1964), 33-66.

(9)

penyemuhan atas penyakitnya tidak mungkin lagi diusahakan atau kemungkinannya sangat tipis sehingga tidak mungkin lagi diharapkan.

c.) Membimbing (Guiding) – “Membantu orang yang berada dalam kebingungan dalam mengambil pilihan yang pasti (meyakinkan di antara berbagai pikiran dan tindakan alternatif / pilihan), pilihan yang dipandang mempengaruhi keadaan jiwa mereka sekarang dan pada waktu yang akan datang.

d.) Memulihkan (Reconciling) – “Usaha membangun hubungan – hubungan yang rusak kembali di antara manusia dan sesama manusia dan di antara manusia dengan Allah. Secara historis, untuk memulihkan telah dipakai 2 model pengampunan dan disiplin gereja.

Pertama, penyembuhan merupakan sebuah usaha untuk mengatasi beberapa kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu pada suatu keutuhan dan menuntun dia ke arah yang lebih baik daripada kondisi sebelumnya.19 Kedua, penopangan untuk dapat menolong seseorang didalam keadaannya yang “terluka” agar dapat bertahan dan melewati sesuai dengan keadaannya didalam pemulihan dengan adanya penghiburan dari pendamping. Ketiga, pembimbingan bertujuan untuk membantu sesorang untuk dapat melihat kehidupannya di masa depan dimana membantunya untuk dapat menentukan pilihan yang baik untuk dapat menjalani kehidupannya di masa depan. Yang keempat, adalah pendamaian. Berupaya membangun ulang relasi manusia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan Allah yang didahului dengan sebuah pengakuan. Tentunya fungsi-fungsi ini dilakukan secara holistic dengan berbagai tahap. Clinebell menambahkan fungsi kelima dari penggembalaan, fungsi yang juga bersifat mendasar dan merupakan suatu motif yang langgeng dalam sejarah gereja : memelihara atau mengasuh (Nurturing).20 Tujuan dari memelihara adalah mempukan

19 Mesach Krisetya, Konseling Pastoral, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2010), 9. 20 Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 54-55.

(10)

orang untuk mengembangkan potensi – potensi yang diberikan Allah kepada mereka, di sepanjang perjalanan hidup mereka dengan segala lembah-lembah, puncak-puncak dan dataran-datarannya. Dalam istilah teologis tradisional, proses pertumbuhan ini disebut “pengudusan” (sanctification). Walaupun memelihara adalah saling tumpang tindih dan jalin menjalin dengan keempat fungsi lain yang saling kait mengait tersebut diatas, fungsi memelihara adalah fungsi yang khas dan amat penting. Memelihara dan membimbing adalah fungsi – fungsi penggembalaan di mana pendidikan dan konseling saling bertautan.

2.5. Pengertian Konseling Pastoral

Mencakup pelayanan pastoral di dalam gereja, maka penulis memahami ada bidang yang lebih khusus lagi yaitu konseling pastoral. Konseling pastoral dalam hal ini pendampingan pastoral dikatakan tidak bisa dihayati dengan hanya belajar tekniknya saja. Seseorang harus juga mempelajari manusia yang terlibat dalam pendampingan pastoral dan relasi di antara mereka itu.21

Menurut Julianto Simanjuntak, Konseling pastoral merupakan sebuah usaha untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang dapat membebaskan, memberdayakan dan merawat individu dalam keutuhannya. Utuh: dalam enam dimensi yang bersifat interdependen, yakni pertumbuhan dalam: pikiran, tubuh, relasi dengan orang lain, lingkungan hidup, relasi dengan lembaga yang mendukung dan relasi dengan Tuhan.22 Konseling pastoral adalah upaya untuk membawa manusia kembali pada pertumbuhan yang utuh sesuai dengan rencana Allah (Yohanes 10:10). Menurut Clinebell, salah satu cara efektif di dalam membantu proses konseling yaitu dengan menggunakan sumber-sumber agamis dalam konseling.23 Sumber-sumber agamis dapat membantu di dalam menjembatani seseorang untuk mengakui bahwa ada Tuhan yang memberikan kehidupan di

21

Julianto Simanjuntak, Perlengkapan Seorang Konselor: Catatan Kuliah dan Reflesksi Pembelajaran Konseling, (Tanggerang: Layanan Konseling Keluarga dan Karir – LK3, 2007), 19.

22 Ibid, 19-20.

23 Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 67-71

(11)

dalam pergumulan dan juga jalan keluarnya. Dengan itu maka, seorang konselor dapat menggunakan sumber-sumber agamis sebagai acuan dan alat untuk membantu seseorang keluar dari masalahnya. Dengan ini maka, konseling pastoral menjadi sangat penting bagi seseorang di dalam upayanya untuk mencapai keutuhan di dalam Allah. Konseling pastoral dilakukan dengan penuh kesadaran akan kepekaan terhadap seseorang di dalam pergumulannya. Sifat menjadi pendengar yang baik akan membawa seorang pendamping dapat lebih mengerti keadaan orang yang didampinginya. Mendengarkan dengan penuh empati akan membawa pendamping dapat memperoleh pengertian yang utuh tentang konseli. Banyak hal dapat dilakukan pendamping untuk dapat menguatkan kondisi sang konseli. Menurut Simanjuntak, doa merupakan salah satu aspek penting di dalam tahap konseling selain mendengarkan. Doa dalam konseling adalah pemberi motivasi, penguji motivasi, pemberi informasi, dan inspirasi dalam pelayanan konseling.24 Doa dalam konseling dapat menghadirkan Allah dalam percakapan konseling tersebut. Dengan itu maka, pemeliharaan hubungan dengan Tuhan akan tercipta dengan sendirinya melalui doa dalam konseling. Dengan itu maka, penulis memahami bahwa tidak hanya teknik konseling yang diperlukan, namun juga kesadaran seorang pembimbing untuk mendoakan orang lain dan juga dapat secara terbuka di dalam doa bersama konseli.

2.6. Tahap-Tahap Konseling Pastoral

Sebelum masuk di dalam tahap-tahap konseling pastoral maka kita harus mengetahui sasaran konseling itu sendiri. Pemahaman akan sasaran yang ingin dituju oleh sebuah konseling pastoral adalah bagaimana kita dapat menyadarkan diri sendiri dan juga orang lain yang kita dampingi untuk dapat memahami keadaan yang sudah dan akan kita hadapi. Tujuan akhirnya adalah sebuah kebahagian hidup yang utuh di dalam Tuhan dengan menikmati segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita. Disisi lain, sasaran konseling pastoral

24

(12)

membawa seseorang untuk dapat membebaskan diri dari pergumulan hidupnya sendiri sesuai dengan kehendak Allah dengan bantuan Allah dan sesama kita.25 Disamping itu, perlu adanya tahapan-tahapan di dalam teknik konseling pastoral, agar dapat membantu pencapaain sasaran tersebut. Dengan adanya tahapan-tahapan yang ditempuh maka seorang pendamping dapat mengerti panduan arah didalam pendampingannya. Panduan arah yang dimaksud adalah sebuah pandangan dalam konseling mengenai awal, pertengahan dan akhir yang jelas.

Totok S. Wiryasaputra dalam bukunya yang berjudul “Ready to care” menyatakan bahwa tahapan-tahapan yang ada di dalam proses konseling, penting untuk dipahami agar dapat memandu pendamping dalam proses konselingnya. Ada tiga tahapan proses pendampingan, yakni awal (menciptakan hubungan kepercayaan), tengah (anamnesis (mengumpulkan data), sintesis dan diagnosis, treatment planning (pembuatan rencana tindakan), treatment execution (tindakan pertolongan), review dan evaluasi, dan akhir (pemutusan hubungan) proses yang utuh dan sempurna.26 Tahap-tahap pendampingan ini adalah sebagai pedoman umum dan memiliki jenjang waktu masing-masing sesuai dengan kondisi.27 Tahap-tahap konseling pastoral ini dilakukan untuk dapat mencapai dan menjalankan fungsi pastoral dengan baik. Tahapan yang dilakukan secara sistematis, akan membawa alur konseling pastoral semakin jelas. Awal yang baik akan membawa kepada akhir yang baik juga. Integritas atau kepercayaan yang dibangun dengan baik akan membuat konseli merasa aman dan nyaman. Awal ini pula yang menentukan perjalanan konseling pastoral kedepannya. Dengan itu maka seorang konselor harus dapat menciptakan suasana yang baik dan dapat membangun kepercayaan konseli.

25

Larry Crabb, Konseling yang Efektif & Alkitabiah, (Yogyakarta: ANDI offset, 2008), 13-17. 26 Totok S. Wiryasaputra, Ready to Care, (Yogyakarta: Galangpress, 2006), 93-99.

27 Ibid.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangan Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen (bebas)

Kemudian melalui word of mouth seseorang akan mendapatkan informasi mengenai batu cincin yang baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi

Hasil penelitian memberikan bahwa varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter Tinggi Tanaman dan pemberian pupuk NPKMg memberikan pengaruh yang

Videotron sebagai media yang digunakan Humas Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memberikan informasi yang benar dan wajar terkait pecapaian pembangunan Kabupaten

Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perancangan Sistem Informasi Manajemen Jadwal Mata Kuliah Program Studi Teknik Informatika di Universitas

Banyak penelitian di dalam dan di luar negeri telah dilakukan berkaitan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 12 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana

a) Setelah penebangan, cabang dan ranting dipapras rata dengan badan, kemudian dilakukan pembagian batang serta jika diperlukan dilakukan pengupasan kulit. b) Untuk mencegah