• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Kekuasaan kolonial di Sumatera Timur dimulai setelah ditandatanganinya perjanjian antara Siak dengan Belanda pada 1 Pebruari 1858 yang kemudian dikenal sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama Ismail. Isi dari traktaat Siak tersebut menyatakan bahwa Sultan Siak dan para keturunannya serta yang akan menjadi penggantinya harus tunduk kepada pemerintah Hindia Belanda. Begitu pula dengan seluruh daerah taklukkannya juga harus tunduk pada Hindia Belanda, termasuk wilayah Sumatera Timur.1

Keberhasilan Belanda dalam menaklukkan Sumatera Timur membuat akses yang lebih mudah untuk para pemodal masuk dan mendirikan usaha mereka di atas tanah-tanah Sumatera Timur yang masih sangat luas. Para pemodal yang kemudian menjadi pengusaha perkebunan ini mengubah Sumatera Timur dari daerah yang masih berupa hutan menjadi hamparan perkebunan yang ditanami dengan tanaman

1Tengku Luckman Sinar Basarshah, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera

Timur, Medan: Tanpa Penerbit.2007, hlm. 184. Lihat juga, Budi Agustono, dkk.,Badan Perjuangan RakyatPenunggu Indonesia VS PTPN II:Sengketa Tanah di Sumatera Timur, Bandung: Wahana

(2)

komersial seperti tembakau, karet, kelapa sawit, kopi, teh, dan tanaman lainnya yang laku di pasaran dunia.2

Perkembangan perkebunan yang semakin pesat mengakibatkan Sumatera Timur mengalami perkembangan pula. Pada tahun 1864 mulai ditempatkan seorang

controleur pertama yang bernama J.A.M. van Cats de Raet di Deli. Selain itu, jumlah

orang-orang barat dan suku-suku dari daerah-daerah lain juga semakin meningkat jumlahnya. Tidak hanya itu, infrastruktur yang mendukung juga dibangun untuk mendukung jalannya ekonomi perkebunan, seperti jalur kereta api, pelabuhan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal, kantor pos, jaringan telepon, telegraph, pembangunan gedung-gedung dan lainnya.3

Perkebunan tidak hanya membuat Sumatera Timur mengalami perkembangan, tetapi juga mendatangkan permasalahan baru. Pertumbuhan perkebunan yang demikian pesat telah membuat angka permintaan perekrutan buruh juga semakin tinggi, sedangkan penduduk lokal4

2“AVROS (Algemeene van Vereeniging Rubberplanters ter Ooskust van Sumatra): Organisasi Perkebunan Karet di Sumatera Timur, 1910-1958”,

Sumatera Timur tidak mau bekerja pada perkebunan asing. Permasalahan ini membuat para pengusaha kebun harus mendatangkannya dari luar daerah. Pada awalnya buruh-buruh dari luar daerah ini

https://royandihts.wordpress.com/2010/07/24/avros-algemeene-van-vereeniging-rubberplanters-ter-oostkust-sumatra-organisasi-perkebunan-karet-di-sumatera-timur-1910-1958, diunduh pada tanggal, 9 Maret 2014.

3 Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-Hak Suku Melayu atas Tanah di Sumatera

Timur (Tahun 1800-1975), Medan : Alumni, 1976, hlm.46-47.

4

(3)

direkrut dengan menggunakan jasa broker, tetapi pengusaha kebun sering kali merasa kecewa dengan buruh yang direkrut. Masalahnya broker hanya secara “asal-asalan” saja mendapatkan buruh, sehingga kerap kali buruh yang disalurkan tidak memenuhi persyaratan untuk bekerja diperkebunan.5

Buruh merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi perkebunan,6 namun untuk mendapatkan buruh di Sumatera Timur sangatlah sulit, sehingga hal ini menjadi permasalahan utama bagi perkebunan. Selain masalah buruh, tentunya perkebunan memiliki kepentingan-kepentingan lain yang harus dipenuhi, seperti lahan dan menjaga hubungan dengan pemerintah lokal maupun Pemerintah Hindia Belanda. Dilihat dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka muncul gagasan dari para pengusaha perkebunan untuk membentuk sebuah lembaga atau wadah yang dapat menampung dan menangani permasalahan serta kepentingan dari para pengusaha perkebunan.7

Atas dasar ini maka didirikanlah Algemeene Vereeniging van Rubberplanters

ter-Ooskust van Sumatera atau yang disingkat dengan AVROS. AVROS merupakan

suatu perhimpunan para pengusaha perkebunan karet di Sumatera Timur yang

5Mohammad Said, Koeli Kontrak Tempo Doeloe: Dengan Derita dan Kemarahannya, Medan: Percetakan Waspada, 1977, hlm. 33. Lihat juga, Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia IV, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984, hlm.142-143.

6Mubyarto, dkk,Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan : Kajian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Penerbit Aditya Media, 1993, hlm. 103.

7 “Pengaruh Pertumbuhan Industri Karet Terhadap Kuli Kontrak Di Sumatera Timur 1904-1920”, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1702/1/sejarah-indera.pdf. diunduh pada tanggal, 3 Januari 2014, hlm. 7.

(4)

didirikan pada tahun 1910 oleh para pengusaha perkebunan karet.Pendirian dari perhimpunan ini ternyata dianggap sangat penting dan bermanfaat tidak hanya bagi para pengusaha perkebunan tetapi juga pemerintah kolonial. Pernyataan bahwa perhimpunan ini sangat penting dan bermanfaat dikarenakan AVROS mampu untuk mengorganisir perusahaan-perusahaan perkebunan yang telah menjadi anggotanya.8

Dari uraian dasar di atas, maka penelitian ini diberi judul “ALGEMEENE VEREENIGING VAN RUBBERPLANTERS TER-OOSTKUST VAN SUMATERA

(AVROS)1910-1958.”Alasan penulis memilih AVROS sebagai penelitian yaitu

karena AVROS belum pernah dikaji sebelumnya sehingga menjadi menarik untuk dikaji. Selain itu, selama ini sudah banyak sekali kajian membahas tentang perkebunan, tenaga kerja (buruh), maupun kehidupan di dalam lingkungan perkebunan, seperti keadaan tenaga kerja di Jawa9 dan kehidupan penambang batubara di Ombilin, Sumatera Barat.10

8Sjafrul Latif dan Hendra Purba, 90 Tahun Penelitian Kelapa Sawit Indonesia, Medan: PPKS, 2007, hlm. 31.

9Peter Boomgaard, “Labour in Java in the 1930s” Paper Changing Labour Relations in Asia, KITLV, Leiden.

10

Erman Erwiza, “Hidden Histories: Gender, Family and Community in the Ombilin Coalmines (1892-1965)” dalam CLARA Working Paper, No.13.

Namun tidak ada yang memperhatikan siapa atau lembaga apa yang bertugas untuk menyediakan kepentingan para pengusaha untuk memperlancar aktivitas produksi perkebunan, atau siapa yang sebenarnya berada di balik kesuksesan dari para pengusaha perkebunan dengan industri

(5)

perkebunannya. Karena jika kebutuhan dan kepentingan dari perkebunan tidak terpenuhi maka keuntungan juga tidak akan didapatkan.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil cakupan spasial di daerah Sumatera Timur karena AVROS pada saat itu didirikan untuk membantu para pengusaha perkebunan yang ada di Sumatera Timur. Sedangkan untuk ruang lingkup temporal penelitian pada penulisan AVROS, penulis mengambil periode sejak berdirinya AVROS tahun 1910 dan berakhir pada tahun 1958. Sebab pengambilan periode ini karena pada tahun 1910 AVROS resmi berdiri sebagai sebuah perhimpunan para pengusaha perkebunan di Sumatera Timur. Pendirian AVROS pada masa itu sangat tepat, karena para pengusaha perkebunan sangat membutuhkan wadah yang dapat menangani permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi, terutama dalam penyediaan buruh.

Permasalahan yang dihadapi oleh AVROS pada umumnya adalah permasalahan-permasalahan dari perusahaan perkebunan yang menjadi anggotanya. Tahun 1942 Jepang berhasil menguasai Sumatera Timur. Sehingga Sumatera Timur yang pada saat itu merupakan lahan perkebunan dan tambang minyak yang memberikan keuntungan yang besar juga menjadi sasaran bagi Penguasa Jepang. AVROS juga terkena dampak dari pendudukan Jepang perhimpunannya dibekukan,

(6)

sedangkan lembaga penelitiannya tetap di gunakan tetapi namanya diubah menjadi

Gunseibu Medan Nogyo Kenkyusio.11

Setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaannya, maka AVROS diaktifkan kembali oleh pemerintah Indonesia dan mulai menghadapi masalah-masalah baru. Diantaranya pemogokan kerja yang dilakukan oleh buruh perkebunan dan masalah lahan perkebunan yang diduduki oleh penduduk liar pada saat inilah AVROS menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk membebaskan tanah perkebunan dari penduduk liar tersebut. Sedangkan tahun 1958 sebagai batas penulisan karena pada tahun tersebut AVROS secara resmi berganti nama menjadi GabunganPengusaha Perusahaan Perkebunan Sumatera (GAPPERSU). Hal ini dilakukan sesuai dengan keputusan Pemerintah Indonesia untuk menasionalisasikan semua perusahaan milik Belanda yang ada di Indonesia.12

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian, maka masalah yang diturunkan adalah:

1. Bagaimana berdirinya AVROS di Sumatera Timur?

2. Bagaimana perkembangan AVROS tahun 1910-1945 AVROS? 3. Bagaimana kondisi AVROS pasca kemerdekaan?

11

Sjafrul Latif, op.cit., hlm.32.

12Ibid. Lihat juga, “AVROS (Algemeene van Vereeniging …diunduh pada tanggal, 9 Maret 2014.

(7)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah membuat suatu rumusan masalah untuk diteliti, maka sudah seharusnya permasalahan tersebut juga harus memiliki tujuan dan manfaat.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan berdirinya AVROS di Sumatera Timur. 2. Menjelaskan perkembangan AVROS tahun 1910-1945. 3. Menjelaskan kondisi AVROS pasca kemerdekaan.

Adapun manfaat dari penelitian adalah:

1. Menambah perbendaharaan khasanah ilmiah di dalam perkembangan dunia pengetahuan, khususnya bagi ilmu sejarah.

2. Manambah wawasan bagi para pembaca dan masyarakat luas. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta dokumentasi.

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis telah melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendukung dan meningkatkan hasil dari penelitian yang dilakukan. Adapun buku-buku yang digunakan sebagai sumber data dalam melakukan penelitian ini, antara lain: karya Ann Laura Stoler, yang berjudul

Kapitalisme dan Konfrontasi: di Sabuk Perkebunan Sumatra, 1870-1979.13

13

Ann Laura Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi: di Sabuk Perkebunan Sumatra, 1870-1979, Yogyakarta: KARSA, 2005.

(8)

cakupan temporal pada karya ini sebenarnya mewakili seluruh periode penulisan mulai dari berdirinya AVROS hingga tahun batasan penulisan. Dalam karya ini banyak mengambil perkebunan karet sebagai latarbelakangnya, seperti yang diketahui bahwa perkebunan karet merupakan anggota dari AVROS, sehingga banyak peraturan-peraturan maupun peran AVROS yang tergambar di dalam karya ini. Selain itu, bila dilihat dari jenis sumber yang digunakan, buku ini banyak sekali yang menggunakan sumber primer yaitu arsip AVROS, sehingga kebenarannya lebih dapat dipercaya.

Masalah Agraria: Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia14

14

Mochammad Tauchid, Masalah Agraria: Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran

Rakyat Indonesia, Yogyakarta: STPN Press dan Persaudaraan Warga Tani (Pewarta), 2009.

yang merupakan karya Mochammad Tauchid ini menjelaskan tentang masalah tanah di Indonesian mulai dari masa kolonial hingga pasca kemerdekaan. Di dalamnya banyak dipaparkan tentang hak-hak tanah bagi pribumi maupun orang-orang asing timur maupun barat. Tanah merupakan sumber kehidupan sehingga tanah menjadi sesuatu yang sangat berharga dan selalu diperebutkan.Pembahasan buku ini berkaitan dengan penulisan AVROS yang menyinggung pembahasan tentang tanah, baik cara mendapatkan tanah maupun sengketa yang terjadi setelah kemerdekaan. Sumber yang digunakan juga merupakan sumber primer seperti akta konsesi,

staatblad, bijblad, regeering missive, dan peraturan-peraturan lainnya yang

(9)

Karya lain yang membahas tentang perkebunan terutama masalah agraria yaitu Toean Kebun dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuanan Agraria di Sumatera

Timur 1863-1947,15danSengketa Agraria: Pengusaha Perkebunan Melawan

Petani,16

Karya yang kedua sangat membantu untuk memberikan gambaran mengenai situasi perkebunan pasca kemerdekaan yang mengalami kekacauan akibat didudukinya tanah-tanah perkebunan oleh para penduduk liar dan bagaimana AVROS melakukan perannya sebagai perwakilan dari para pengusaha perkebunan untuk mempertahankan kelangsungan industri perkebunan di Sumatera Timur. Penggunaan buku ini sebagai referensi dalam penulisan AVROS sangat membantu terutama pada bagian AVROS setelah kemerdekaan yang ada pada bab IV. Buku ini menjadi dasar penulisan dari kondisi perkebunan setelah perang hingga masa nasionalisasi, dimana AVROS juga turut berperan di dalamnya. Dari segi sumber yang digunakan, Pelzer penulis kedua karya ini merupakan orang yang sama, Karl J. Pelzer. Pada buku Pelzer yang pertama ini, digunakan sebagai gambaran awal Sumatera Timur yang pada awal pembukaan perkebunan di Sumatera Timur. Buku ini sangat bermanfaat sebagai pembuka dari gambaran Sumatera Timur yang memilki bentuk lahan dan tanah, serta letak geografis dan iklim yang sangat sesuai untuk dijadikan lahan perkebunan.

15 Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1985.

16

Karl J. Pelzer, Sengketa Agraria : Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, Jakarta: PustakaSinar Harapan, 1991.

(10)

menggunakan arsip sebagai sumber utama dalam penulisan karyanya, sehingga keterangan yang terdapat dalam buku ini dapat lebih akurat. Karya T. Keizerina Devi,

Poenale Sanctie: Studi Tentang Globalisasi Ekonomi Dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur (1870-1950).17

Metode sejarah merupakan hal mutlak yang harus digunakan saat melakukan penulisan sebuah peristiwa sejarah.

Isi pembahasan dalam buku ini sangat bermanfaat terutama dalam menggambarkan suasana perburuhan di Sumatera Timur yang banyak diwarnai dengan aksi mogok buruh dalam menuntut kenaikan upah kepada pihak perkebunan. Selain itu, buku ini juga menggambarkan bagaimana kerasnya AVROS dalam mempertahankan pendiriannya untuk tidak menaikkan upah sesuai dengan tingginya tuntutan para buruh. Relevansi penggunaan buku ini jelas membantu pada penulisan bab IV yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai tuntutan kenaikan upah dari para buruh kepada pihak perkebunan.

1.5 Metode Penelitian

18

17

T.Keizerina Devi, Poenale Sanctie:Studi tentang Globalisasi Ekonomi Dan Perubahan

Hukum di Sumatera Timur (1870-1950), Medan:Program Pascasarjana Sumatera Utara, 2004.

18

Kuntowijoyo,Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 93.

Dalam penulisan ini, penulis juga menggunakan metode sejarah. Tahap pertama penulis melakukan pencarian sumber (heuristik) dengan cara studi kepustakaan dan studi arsip. Pada awalnya penulis melakukan pencarian sumber di daerah kota Medan, yaitu Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara dari kedua tempat ini

(11)

penulis mendapatkan beberapa buku yang dapat dijadikan sebagai pendukung dari penulisan AVROS.

Kemudian pencarian sumber penulis lanjutkan ke gedung yang dahulunya merupakan gedung AVROS yaitu, kantor Pusat Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS) atau yang lebih dikenal dengan RISPA (tepatnya berada di jalan Brigjen Katamso) dan kantor Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS) letaknya di jalan Palang Merah. Namun dari kedua kantor ini, penulis tidak mendapatkan sumber apapun sebagai bahan penulisan. Menurut salah satu kepala divisi yang ada di BKS-PPS arsip-arsip milik AVROS sudah tidak ada lagi di kantor tersebut, bahkan mereka sendiri tidak tahu tentang keberadaan arsip tersebut. Untuk RISPA, keadaannya lebih baik karena masih ada arsip AVROS yang tersimpan rapi di tempat khusus yang mereka sediakan untuk koleksi lama. Walaupun masih ada arsip AVROS yang tersimpan di sana, namun data-data dasar mengenai AVROS sudah tidak lengkap lagi. Sebelum penulis melakukan pencarian sumber ke RISPA maupun BKS-PPS, sebenarnya penulis sudah sering mendengar bahwa arsip-arsip AVROS sebagian besar telah dipindahkan ke Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), tetapi karena alasan tertentu maka penulis tetap mencoba untuk melakukan pencarian di daerah kota Medan terlebih dahulu.

Setelah tidak mendapatkan data yang dicari, maka penulis memutuskan untuk melakukan pencarian data AVROS ke Arsip Nasional Republik Indonesia atau biasa disebut dengan ANRI di Jakarta. Selama lima minggu penulis berada di Jakarta, pencarian data mengenai AVROS tidak hanya penulis lakukan di ANRI tetapi juga di

(12)

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Pencarian data pertama kali penulis mulai di ANRI, di ANRI penulis banyak sekali dibantu oleh para pegawai ANRI dari bagian pelayanan arsip.

Pencarian data AVROS di ANRI ternyata juga tidak mudah, karena data-data konvensional yang ada dalam buku panduan mencari arsip AVROS (Invetaris

AVROS 1892-1980), belum mencakup data tahun-tahun awal atau dasar pendirian

AVROS. Tahun 1892 yang dicantumkan pada kover buku panduan membuat penulis berpikir bahwa data dari awal pendirian AVROS sudah lengkap ada di dalamnya, tetapi tidak. Dalam keadaan tersebut, penulis mencoba untuk meminta bantuan kepada pegawai dari bagian pelayanan arsip untuk membantu penulis mencari data awal berdirinya AVROS. Kemudian penulis diarahkan untuk melakukan pencarian melalui mikrofilm.

Melalui mikrofilm, penulis mendapatkan data-data awal berdirinya AVROS. Tetapi dalam melakukan pencarian data dengan menggunakan mikrofilm juga tidak mudah. Pada awalnya penulis harus mencari keterangan keberadaan AVROS lewat

Klapper Bogor, setelah ditemukan beradapada halaman berapa, maka penulis akan

melanjutkan pencarian lewat Index Folio. Masuk pada index folio ternyata hanya ada keterangan mengenai arsip AVROS dibuat dalam bentuk apa (maksudnya dapat berupa Besluit, Staatblad, Bijblaad, atau lainnya). Dengan kata lain, pencarian melalui Klapper Bogor maupun Index Folio ini hanya merupakan jalan masuk untuk pencarian berikutnya ke arsip konvensional.

(13)

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa pencarian arsip tidak hanya dilakukan di ANRI, tetapi juga di Perpusnas. Di Perpusnas, penulis mendatangi bagian koleksi lama untuk mencari beberapa data AVROS. Selain di bagian koleksi lama, penulis juga mencari surat kabar lama. Surat kabar lama yang menyangkut tentang AVROS ternyata sudah banyak yang dibuat dalam bentuk mikrofilm, sehingga penulis harus mulai mencari lewat mikrofilm lagi. Dalam mencari surat kabar lama penulis juga mendapat bantuan dari orang lain, sehingga penulis merasa sangat terbantu.

Setelah mengumpulkan sumber, tahap kedua yang telah dilakukan adalah kritik sumber. Ada dua macam kritik sumber yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Dalam tahap kedua ini, penulis melakukan kritik sumber terhadap sumber yang telah penulis dapatkan. Penulis melakukan kritik eksternal untuk mengetahui apakah sumber yang penulis dapatkan merupakan sumber yang dikehendaki dan sesuai dengan yang di cari dan kritik internal untuk membuktikan apakan sumber yang penulis dapatkan merupakan sumber asli atau dapat dipercaya atau malah sebaliknya sumber tersebut telah diubah dan tidak dapat dipercaya.

Setelah pengumpulan dan analisis data dilakukan, maka tahap ketiga yang telah dilakukan adalah interpretasi. Pada tahap ini didapatkan sintesis dari data-data yang sebelumnya telah didapatkan. Sintesis ini didapatkan dari hasil menghubungkan satu dengan data lainnya.

(14)

Tahap terakhir yaitu historiografi yang merupakan tahap penulisan sejarah.Pada tahap ini, penulisan sejarahdibuat bersifat kronologis, analitis, dan ilmiah, sehingga tahap akhir dalam penulisan ini dituliskan dalam bentuk skripsi.

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pengertian motivasi dan didukung dengan beberapa pendapat pengertian motif di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi dan

Nurmianto Eko, Baroto Tavip Indrojarwo, Taufik Hidayat (2009) Ergonomic Design For Mobile And Portable Emergency Disaster Kitchen9. Baroto Tavip, Nurmianto Eko, Ellya

Untuk itu peneliti mencoba untuk mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) menggunakan metode simulasi. Rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1) bagaimana proses pengembangan

Untuk menjamin pelaksanaan program-program bidang permukiman/Cipta Karya guna percepatan pencapaian target yang telah ditetapkan baik arahan kebijakan pemerintah pusat

Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kualitas data input dan Tingkat pemahaman pengguna mengenai SIMDA merupakan faktor pendukung dari implementasi SIMDA namun

Sesuai taraf perkembangan berpikirnya, pembelajaran IPA, siswa SMP lebih cocok menggunakan inkuiri terbimbing, Hal tersebut juga didukung oleh beberapa penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian penerapan media berbasis Aurora 3D Presentation dengan model pembelajaran mind mapping pada mata pelajaran

Lokasi alternatif embung tersebut adalah: (1) Embung Balokama yang ada di Desa Dirun; (2) Embung Leowalu yang ada di Desa Dirun; (3) Embung Kali Mati yang ada di Desa Dirun; (4)