LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MOBILITAS
DISUSUN OLEH: PUTU EKA ANGGA RIANTINI
P. 17420112108
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
A.KONSEP DASAR TENTANG GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI
1. Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Sedangkan gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995).
2. Perubahan Sistem Tubuh akibat Imobilitas
a. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari
intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme,
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot,
f. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1) Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas, dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot
secara langsung.
2) Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur
sendi dan osteoporosis. h. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
i. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine. j. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.
3. Etiologi a. Gaya hidup
c. Kebudayaan d. Tingkat energi
e. Usia dan status perkembangan f. Intoleransi aktifitas
g. Gangguan neuromuskuler h. Gangguan muskulus 4. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
5. Proses Terjadinya Gangguan Pemenuhan Mobilisasi
Immobilisasi
Peningkatan Atrofi otot Kelemahan Asupan nutrisi
akibat anoreksia dan pembatasan menurun
Kehilangan massa Keseimbangan lebihlanjut nitrogen negatif
6. Komplikasi
a. Atelektasis b. Pneumonia
c. Sulit buang air besar (BAB dan buang air kecil (BAK). d. Distensi lambung
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X tulang
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perbuatan hubungan tulang.
b. Laboratorium
Darah rutin, faktor pembekuan darah golongan darah crostet dan analisa. c. Radiologis
1) Dua gambar, anterior posterior (AP) dan lateral 2) Memuat 2 sendi diroksimal dan distol fraktur
3) Memuat gambar foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang kena cidera dan ekstremitas yang tidak terkena cidera (pada anak dilakukan 2 kali yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan)
8. Penatalaksanaan Medis
a. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien.
Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas 3) Mempertahankan kenyamanan
b. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
1) Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk Tujuan :
a) Mempertahankan kenyamanan b) Menfasilitasi fungsi pernafasan
2) Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri Tujuan :
a) Melancarkan peredaran darah ke otak b) Memberikan kenyamanan
c) Melakukan huknah
d) Memberikan obat peranus (inposutoria) e) Melakukan pemeriksaan daerah anus
3) Posisi trendelenburg adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki. Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah.
4) Posisi dorsal recumbent adalah posisi pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur
Tujuan :
a) Perawatan daerah genetalia b) Pemeriksaan genetalia c) Posisi pada proses persalinan
5) Posisi litotomi adalah posisi pasien yang ditempatkan pada posisi terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen
Tujuan :
a) Pemeriksaan genetalia b) Proses persalinan
c) Pemasangan alat kontrasepsi
6) Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur. Tujuan : Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina
c. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda Tujuan :
1) Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur 2) Mempertahankan kenyamanan pasien
3) Mempertahankan kontrol diri pasien 4) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan d. Membantu pasien berjalan
Tujuan :
1) Toleransi aktifitas
Mobilisasi Post Operasi dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi Post Operasi pada pasien post operasi seksio sesarea :
a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien paska operasi seksio sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi Post Operasi yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
b. Setelah 6-10 jam, diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli.
c. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. d. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan
B.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI
1. Pengkajian focus
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas. b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas.
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
d. Kemampuan Mobilitas Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori Tingkat 0 Tingkat 1
Mampu merawat diri secara penuh Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
e. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang berbeda pada setiap gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, hiperekstensi).
f. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.
g. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Skala Prosentase Kekuatan Normal Karakteristik 0 1 2 3 4 5 0 10 25 50 75 100 Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat
Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
Gerakan yang normal melawan gravitasi Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahan minimal Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, dan sebagainya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan mobilisasi b. Risiko cedera berhubungan dengan ketidaktepatan mekanika tubuh c. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan tirah baring
d. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan penurunan rentang gerak e. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tekanan permukaan kulit g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi h. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Rencana Tujuan Rencana tindakan
1) Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi 2) Memperbaiki fungsi integumen
3) Meningkatkan fungsi kardiovaskular 4) Meningkatkan fungsi respirasi b. Rencana tindakan
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
a) Posisi fowler
Merupakan posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk yang biasa digunakan untuk memfasilitasi fungsi pernapasan.
b) Posisi sim
Merupakan posisi pasien berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Biasanya pasien lebih nyaman tidur dengan miring ke kanan atau kiri.
c) Posisi trendelenburg
Merupakan posisi pasien tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki. Posisi ini bertujuan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
d) Posisi Dorsal Recumbent
Merupakan posisi dimana pasien terlentang dengan kedua lutut fleksi diatas tempat tidur.
e) Posisi lithotomi
Merupakan posisi dimana pasien ditempatkan terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen.
f) Posisi genu pectoral (knee chest)
Merupakan posisi pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. 2) Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
4) Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static
exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
5) Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. 4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas adalah :
a. Peningkatan fungsi sistem tubuh
b. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot c. Peningkatan fleksibilitas sendi
d. Integritas kulit normal tercapai
e. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien menunjukkan keceriaan.
REFERENSI
Hidayat, A. Aziz Alimul.2005.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakrta : EGC.
Nanda 2005-2006. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.
Potter .PA & Perry A.G.2006.Fundamental Keperawatan.St.Louis Mosby Company:Philadhelphia, Lippincott.