• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN LITERATUR. Menurut Winardi (2004 : 1) motivasi (motivation) berasal dari kata Latin, yakni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN LITERATUR. Menurut Winardi (2004 : 1) motivasi (motivation) berasal dari kata Latin, yakni"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Pengertian motivasi

Menurut Winardi (2004 : 1) motivasi (motivation) berasal dari kata Latin, yakni

movere yang berarti “menggerakkan” (to move). Greenberg dan Baron (dalam Djatmiko,

2004 : 67) motivasi adalah suatu proses yang mendorong, mengarahkan, memelihara perilaku manusia kearah pencapaian suatu tujuan. Motivasi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Istilah motivasi diartikan sebagai sesuatu yang membuat kita bergerak untuk melakukan sesuatu dan membantu kita untuk menyelesaikannya. Motivasi adalah proses yang memungkinkan terjadinya aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.

Suryabrata (1995: 23) menyatakan bahwa motivasi sebagai suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi inilah penting sebagai salah satu prasyarat yang sangat penting dalam belajar. Kesediaan belajar itu dimulai dari kesediaan mahasiswa dalam mengerjakan tugas sampai berusaha keras mencapai keberhasilan belajar itu dipengaruhi oleh motivasi.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar sehingga dalam kegiatan belajar motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan belajar yang dikehendaki subjek dapat tercapai. Motivasi belajar adalah keseluruhan penggerak daya psikis di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatanbelajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan tertentu.

(2)

Dari beberapa pengertian motivasi dan didukung dengan beberapa pendapat pengertian motif di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi dan dorongan yang disebabkan oleh adanya motif atau alasan atau sebab yang muncul dalam diri seseorang yang mendorong ia untuk melakukan usaha-usaha berupa pekerjaan, berprilaku, sikap tertentu dan membuat dirinya menjadi aktif untuk terus berusaha mencapai tujuan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari motivasi dalam diri individu adalah untuk menggerakkan kemauan dan menemukan tujuan utama untuk bisa mencapai sasaran awal yang didinginkan. Dapat dipahami bahwa motivasi sangat penting dimiliki oleh pimpinan, pendidik dalam meningkatkan semangat kerja dan produktivitas kerja para pegawai ataupun anak didiknya.

1. Proses Motivasi

Teori motivasi erat hubunganya dengan pemuasan kebutuhan manusia. Untuk itu terlebih dahulu penulis menguraikan apa yang dimaksud dengan proses motivasi. Handayani ( 2007: 27), menggambarkan kerangka hubungan antara kebutuhan dan motivasi pada bagan berikut :

Dorongan

Motif perbuatan Tujuan Kebutuhan

Motivasi

(3)

Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa kebutuhan merupakan hal utama terjadinya motivasi yang akan menimbulkan dorongan apabila ada motif dalam diri seseorang. Motif tersebut diaplikasikan dalam kegiatannya berupa perbuatan yang dilandasi dengan keinginan untuk memperoleh kepuasan yaitu mencapai tujuannya.

2. Motivasi dalam Belajar

Tanpa motivasi seseorang tidak akan dapat melakukan sesuatu sehingga setiap pekerjaan dalam bidang apapun membutuhkan kemampuan atau kecakapan pribadi, termasuk belajar juga membutuhkan motivasi yang cukup pada diri seseorang, sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat berhasil dengan sebaik-baiknya. Uno (2007: 39 ) mengatakan bahwa ada 3 fungsi motivasi belajar yaitu :

1. Fungsi motivasi dalam menentukan penguatan belajar.

Motivasi dapat berfungsi dalam penguatan belajar apabila seseorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

2. Fungsi motivasi dalam memperjelas tujuan belajar.

Fungsi motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitanya dengan kemaknaan belajar.

3. Motivasi menentukan ketekunan belajar.

Seseorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajari dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi dapat menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

(4)

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam diri seseorang maka akan tercapainya tujuan yang diinginkannya.

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa/mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari belajar dan arah sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika mempunyai keinginan/dorongan untuk belajar. Motivasi dalam hal ini meliputi 2 hal :

1. mengetahui apa yang akan dipelajari

2. memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari,

sebab tanpa motivasi, tujuan yang ingin dicapai sulit untuk berhasil dengan baik (Sardiman, 2001: 38).

Sehubungan dengan belajar, Thorndike dalam Soemanto, yang terkenal dengan pandangannya tentang belajar sebagai proses “trial and error”, mengemukakan bahwa belajar dengan “trial and error” dimulai dengan adanya beberapa motif yang mendorong keaktifan. Dengan demikian, untuk mengaktifkan individu dalam belajar diperlukan motivasi.

Belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Mengenai hal itu Thordike (Sardiman, 2001: 33) mengemukakan “prinsip/hukum belajar yaitu law of effect, law of multiple respone, law of exersice, law of assimilation’. Diantara hukum belajar tersebut yang paling penting adalah law effect, karena dalam hubungannya dengan belajar.

(5)

Maka terdapat 3 hal yang bertalian dengan motif belajar sekaligus merupakan aspek motivasi yaitu :

1. Keadaan yang mendorong tingkah laku

2. Tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut 3. Tujuan dari tingkah laku

Adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian belajar (Sardiman, 2001: 84).

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari perilaku atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan factor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan bersemangat.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Menurut Suryabrata (1995: 26) Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan (4) adanya penghargaan dalam belajar (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar (6) adanya

(6)

lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang mahasiswa dapat belajar dengan baik.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam kaitannya dengan pendidikan, motivasi berarti dorongan yang memberikan semangat kerja kepada para mahasiswa untuk berperilaku tertentu dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

2.2 Kajian Ilmu Perpustakaan

1. Ilmu Perpustakaan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Sebelum mengkaji lebih lanjut tentang kajian Ilmu Perpustakaan, terlebih dahulu dipahami pengertian dari perpustakaan. Banyak defenisi yang diberikan para ahli tentang pengertian perpustakaan, namun secara umum pengertian perpustakaan dapat diartikan sebagai unit atau lembaga di dalamnya terdapat kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyebaran bahan pustaka atau sumber informasi yang tercetak maupun noncetak berdasarkan aturan tertentu guna melayani pengguna. Sulistyo-Basuki (1993) memberi pengertian perpustakaan adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai. Perpustakaan sedikit demi sedikit telah mengalami perubahan seiring dengan perubahan paradigma perpustakaan yang sering disebut hanya sebagai tempat berkumpulnya buku-buku, tetapi perpustakaan merupakan sebuah sistem, yang merupakan suatu organisasi, dimana koleksi atur menurut sistem tertentu sehingga pengguna mudah untuk menemukan informasi. Perpustakaan dapat dibedakan berdasarkan keberadaan dan fungsi perpustakaan itu sendiri. Dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi menjelaskan bahwa Ilmu Perpustakaan dimulai lebih dari 130 tahun yang lalu ketika Columbia University

(7)

membuka pendidikan pustakawan pada tahun 1876. Ketika itu istilah yang digunakan bervariasi pada masing-masing universitas yang mengelolanya yaitu Librarianship (Kepustakawanan), Library Studies (Studi Perpustakaan) dan Library Science (Ilmu Perpustakaan). (Hasugian, 2009:3-4). Untuk mengkaji bahwa perpustakaan dapat dikatakan sebagai ilmu, harus dikaji dari perspektif filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu sehingga filsafat ilmu perlu menjawab persoalan ontologis (objek telaah), epistemologis (proses, prosedur, mekanisme) dan aksiologis (untuk apa).

Berkaitan dengan itu, Ilmu Perpustakaan mempunyai landasan ontologi yang kuat, karena ada objek yang dikaji yaitu perpustakaan serta mempunyai wujud berupa kumpulan daripada tulisan-tulisan atau karya yang berisikan informasi dalam berbagai media yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai. Dan yang paling mendasar dalam membuktikan kebenaran suatu pengetahun dengan cara mengkaji asal mula dan validitas pengetahuan yang dinamakan “epistemologi” wujud hakiki dari perpustakaan dapat dijelaskan melalui sejarah perkembangan perpustakaan dari masa ke masa. Dalam perjalanan sejarahnya akan terlihat dan dapat dipahami tentang asal muasal perpustakaan sebagai pengetahuan dan keberadaannya memang ada atau berwujud yang dijadikan sebagai bukti bahwa pengetahuan perpustakaan mempunyai landasan ontologi. (Kahar, 2009:26). Selanjutnya Irawaty menjelaskan bahwa perpustakaan jelas mempunyai landasan aksiologis, karena perpustakaan memberikan pelayanan kepada pengguna atau masyarakat tanpa membedakan status sosial, golongan, tingkatan umur, ekonomi, ras, agama dan sebagainya. Pelayanan yang diberikan dalam bentuk bahan bacaan dan informasi yang bersifat non profit dengan tujuan umum untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan pelestarian budaya bangsa.

(8)

Menurut Hasugian (2009: 5), yang dikaji dalam Ilmu Perpustakaan adalah informasi, merupakan kajian mendasar dari Ilmu Perpustakaan. Perpustakaan sebagai salah satu institusi yang bertugas mengumpulkan, mengolah, mengelola, melayankan dan/atau mendiseminasikan berbagai jenis sumberdaya informasi yang mencakup berbagai subjek yang tidak dibatasi dengan bidang dan kajian tertentu. Kelihatannya, perpustakaan akan selalu berhubungan dengan berbagai sumberdaya informasi yang tidak terbatas dan yang tersebar pada berbagai tempat.

2. Pendidikan Ilmu Perpustakaan di Indonesia

Ilmu Perpustakaan di Indonesia dimulai pada tahun 1952 berupa kursus yang diberi nama Kursus Pendidikan Pegawai Perpustakaan (KPPP). Lembaga ini memberikan kursus selama dua tahun yang pesertanya adalah pegawai perpustakaan. Kursus ini berlangsung sampai tahun 1955 dan dipimpin oleh orang Belanda yang bernama Vrede De Siter; kemudian diganti oleh A.H Habraken. Nama kursus pun berubah menjadi kursus Pendidikan Ahli Perpustakaan (PAP) yang lama kursusnya menjadi dua setengah tahun. Pendidikan perpustakaan pada tingkat perguruan tinggi di Indonesia dimulai pada tahun 1961, yaitu dengan diintegrasikannya kursus di atas dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Indonesia. Sejak itu pendidikan perpustakaan di Indonesia mulai mantap. Pada tahun 1981 Fakultas Sastra Universitas Indonesia menyelenggarakan Pendidikan Sarjana Ilmu Perpustakaan tetapi sebagai gelar kedua. Dalam perjalanannya pendidikan perpustakaan di Indonesia sudah mencapai hampir setengah abad, tetapi ternyata belum mendapat prestige yang sejajar dengan disiplin ilmu lain. Ilmu Perpustakaan masih dilihat sebagai second class dalam kacamata profesi dan disiplin ilmu. (Qalyubi, 2007: 62).

(9)

Pendidikan tenaga perpustakaan di Indonesia diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal (jenjang pendidikan profesional dan akademis) dan jalur pendidikan nonformal (diklat dan penataran). Pendidikan formal merupakan sistem pendidikan yang dilaksanakan di sekolah maupun perguruan tinggi yang bersifat gradual, hierarkis dan berkelanjutan. Pendidikan nonformal adalah pendidikan di luar pendidikan formal (sekolah), seperti penataran kursus, pelatihan, magang, dan lainnya. Perpustakaan Nasional RI dalam meningkatkan jumlah pustakawan yang terdidik dengan menyelenggarakan diklat penyetaraan Tipe A, B, dan C.

Bidang Ilmu Perpustakaan semakin berkembang, hal ini dapat dilihat dari beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun wasta membuka jurusan/program studi Ilmu Perpustakaan

Adapun perguruan tinggi yang membuka jalur profesional adalah sebagai berikut:

No. Perguruan Tinggi Program Tahun Berdiri

1. Universitas Indonesia (Jakarta) D3 1952

2. Universitas Hasanuddin (Makassar) D3 1978 3. Universitas Sumatera Utara (Medan) D3 1980 4. Institut Pertanian Bogor (Bogor) D3 (semula D2) 1982

5. Universitas Airlangga (Surabaya) D3 1982

6. Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) D3 (semula D2) 1992 7. Universitas Lancang Kuning (Pekanbaru) D3 1990 8. Universitas Sam Ratulangi (Manado) D3 1992

9. Universitas Yarsi (Jakarta) D3 1993

10. Universitas Terbuka (Jakarta) D2 1993

11. IAIN Imam Bonjol (Padang) D3 1998

(10)

No. Perguruan Tinggi Program Tahun Berdiri

13. Universitas Bengkulu D3 1997/98

14. IAIN Ar Raniry (Aceh) D3 1995

15. IAIN Sunan Kalijaga (Yoyakarta) D3 1998

(Zulfikar Zein, 1999)

Sedangkan perguruan tinggi yang membuka jalur akademik pendidikan Ilmu Perpustakaan di Indonesia adalah:

No. Perguruan Tinggi Program Tahun

1. Universitas Indonesia (Jakarta) S1 1952 2. Universitas Indonesia (Jakarta) S2 1990 3. Universitas Padjadjaran (Bandung) S1 1985 4. Universitas Padjadjaran (Bandung) S2 2003 5. Universitas Sumatera Utara (Medan) S1 2001

6. Universitas Yasri (Jakarta) S1 1999

7. Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) S2 1996 8. IAIN Syarif Hidayatullah (Jakarta) S1 2002 9. Universitas Wijaya Kusuma (Surabaya) S1 2001 10. Universitas Pendidikan Indonesia S2 1999

2.3 Pustakawan sebagai Profesi

Pustakawan adalah orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha memberikan layanan kepada masyarakat sesuai misi yang dibebankan oleh lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang diperolehnya melalui pendidikan. Dapat diartikan bahwa seseorang tidak dapat disebut pustakawan apabila tidak memiliki pendidikan dalam bidang ilmu perpustakaan, walaupun telah bekerja bertahun-tahun di perpustakaan.

(11)

Dalam Undang-Undang RI No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 1 ayat 8 dinyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan

Defenisi pustakawan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan bersama Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 23/2003 dan No. 21/2003 adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi pada instansi pemerintah.

Dalam buku Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia dijelaskan bahwa pustakawan dianggap sebagai profesi karena sebagian besar kriteria telah dimiliki antara lain:

1. Memiliki lembaga pendidikan, baik formal maupun informal

2. Memiliki organisasi profesi, yaitu pustakawan di Indonesia sejak tahun 1973 memiliki organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), (Congress of Southeast Asia Librarians (CONSAL) untuk tingkat regional, dan International of Library Association and Institutions (IFLA) untuk tingkat internasional. 3. Memiliki kode etik, pustakawan Indonesia yang menjadi acuan moral bagi

anggota dalam melaksanakan profesi

4. Memiliki majalah ilmiah sebagai sarana pengembangan ilmu serta komunikasi antar anggota profesi

(12)

Pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa pustakawan merupakan jabatan fungsional yang diberi tunjangan khusus yaitu tunjangan fungsional pustakawan. Dan menetapkan kepangkatan tersendiri bagi pustakawan.

Standar kompetensi pustakawan adalah minimal kompetensi pustakawan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi. Standar ini berisi norma-norma, teknis kemampuan, dan pembakuan dalam upaya peningkatan kualitas layanan. Standar kompetensi pustakawan adalah suatu dokumen yang berisi komitmen dan jaminan kualitas pustakawan sebagai pelayan informasi yang terdapat berbagai jenis bahan pustaka.

Gambar

Gambar 1. Proses terjadinya tingkah laku bermotivasi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan daripada penulisan ini adalah menganalisa besarnya energi yang dipakai pada proses peleburan skrap aluminium didalam tungku yang dilengkapi dengan

Oleh sebab itu, penelitian ini akan menguji pengaruh opini audit tahun lalu terhadap kinerja pemerintah daerah se-Sumatera serta bagaimana pengaruh tingkat korupsi dalam

kebiasaan suka menyayat tangannya hingga mengeluarkan darah lalu dihisap, hal itu terjadi berulangkali hingga menyebabkan Termohon sering pingsan, hal itu terus

Korelasi  Alpha   yang mula  –    mula direkomendasikan oleh Tomlinson (1957)  berbeda dengan publikasi yang sekarang dimana pada sumbu horizontal kurvanya menggunakan nilai

(Banjarmasin: Sabtu, 4 April 2009).. kapanpun dan dimanapun demi kemajuan madrasah. Kepala madrasah juga tidak pernah menunda-nunda waktu untuk memberikan pelayanan kepada

yang bersifat patogen pada mamalia laut, khususya pada lumba-lumba hidung botol, seperti N. Berikut karakteristik biokimiawi dari Nocardia disajikan pada