• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENENTUAN POLA PRODUKSI YANG OPTIMAL DALAM MENENTUKAN LABA USAHA PADA UD. SINAR ABADI SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENENTUAN POLA PRODUKSI YANG OPTIMAL DALAM MENENTUKAN LABA USAHA PADA UD. SINAR ABADI SINGARAJA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENENTUAN POLA PRODUKSI YANG OPTIMAL DALAM

MENENTUKAN LABA USAHA PADA UD. SINAR ABADI SINGARAJA

1

Putu Tia Purnamawati,

1

Nyoman Trisna Herawati,

2

Ni Kadek Sinarwati

Jurusan Akuntansi Program S-1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {[email protected], [email protected],

[email protected]}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pola produksi yang diterapkan UD.Sinar Abadi Singaraja dan (2) pola produksi optimal yang diterapkan oleh UD.Sinar Abadi Singaraja dalam mencapai laba maksimum. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berbentuk studi kasus. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berasal dari hasil wawancara dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder berupa data produksi dan laporan keuangan UD. Sinar Abadi Singaraja. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan teknik triangulasi model sumber, peramalan menggunakan metode kuadrat kecil dan analisis incremental cost. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UD.Sinar Abadi menerapkan pola produksi bergelombang dan penerapan pola produksi tersebut memberikan tambahan laba bagi perusahaan dibandingkan pola produksi konstan dan pola produksi moderat, sehingga penerapan pola produksi bergelombang sangat tepat diterapkan oleh perusahaan.

Kata Kunci : incremental cost, peramalan, pola produksi, pola konstan, pola bergelombang, pola moderat, laba

Abstract

This study aimed at determining (1) production pattern applied by UD. Sinar Abadi and (2) Optimal production pattern applied by UD. Sinar Abadi to achieve maximum profit. This research was a qualitative research in the form of case study. Data were collected by interview and documentation method which then incremental cost and forecasting were analyzed by small square method. The result showed that UD.Sinar Abadi applied a wavy production pattern and the application gave additional profit for the company compared to constant production pattern and moderate production pattern. So that the application of wavy production pattern is very appropriate done by the company.

Keywords: incremental cost, forecasting, production pattern, constant pattern, wavy pattern, moderate pattern, profit

(2)

PENDAHULUAN

Perusahaan manufaktur

merupakan salah satu jenis perusahaan yang menghasilkan sebuah produk,

dimana perusahaan manufaktur

merupakan perusahaan yang membeli bahan baku, mengolahnya melalui proses produksi hingga menjadi barang siap pakai Salah satu kegiatan utama

perusahaan manufaktur yaitu

menghasilkan sebuah produk melalui proses produksi. Proses produksi merupakan proses merubah input menjadi output. Bagi perusahaan manufaktur melakukan kegiatan produksi merupakan salah satu kegiatan pokok, sebab melalui kegiatan tersebut perusahaan akan memperoleh suatu produk yang menjadi sumber pendapatan melalui penjualan.

Sebagai institusi pencipta kekayaan (wealth creating institution), perusahaan harus mampu menghasilkan laba. Laba adalah selisih antara pendapatan yang diterima perusahaan dari pelanggan atas penjualan barang atau jasa yang dihasilkan dengan pengorbanan ekonomis yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh barang dan jasa tersebut. Hal ini berarti bahwa

setiap perusahaan harus mampu

menghasilkan produk yang dapat dijual

kepada masyarakat agar tujuan

perusahaan dapat tercapai. Menurut

Rudianto (2013:2) agar dapat

menciptakan kekayaan sebagai tujuan

didirikannya, perusahaan harus

melaksanakan tiga kegiatan utama yaitu mendesain produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, membuat produk dan jasa secara cost effective, dan memasarkan produk dan jasa secara efektif kepada pelanggan.

Kegiatan usaha dalam

hubungannya dengan kegiatan

berproduksi perlu kiranya

mempertimbangkan strategi operasi dan produksi yang tepat, agar mendapatkan keuntungan optimal demi kelansungan hidup perusahaan. Strategi operasi dan produksi dapat dilakukan melalui pemanfaatan secara optimal kapasitas produksi, terkait hal tersebut untuk menghadapi keterbatasan kapasitas produksi maka perlu analisa terhadap permintaan atau pola penjualan yang ada

agar potensi pendapatan dapat ditangkap , yang berarti terpenuhinnya permintaan pasar dengan baik, dan aspek penting dalam menghadapi persoalan tersebut adalah dengan pola produksi. Pola produksi merupakan distribusi dari produk tahunan ke dalam periode yang lebih kecil misalnya dalam mingguan, atau satuan waktu lainnya.

Rencana penjualan dan produksi

merupakan rencana kegiatan

operasional dalam waktu tertentu. Rencana penjualan dari waktu ke waktu dalam satu tahun dapat berbentuk konstan, bergelombang, ataupun moderat. Salah satu kegiatan usaha dalam bidang produksi yang cukup besar potensinya adalah produksi kue pia UD.Sinar Abadi di kabupaten buleleng khususnya di daerah Singaraja. Usaha ini merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang indrustri pembuatan kue kering. Usaha telah berdiri dari tahun 2002 dan telah membantu dalam penyerapan tenaga kerja pada lingkungan sekitar. Hasil produksi dari UD.Sinar Abadi ini sudah dipasarkan di berbagai daerah di Singaraja bahkan hingga ke luar daerah Singaraja meliputi Seririt, Klungkung, Negara dan Denpasar, yang membuat usaha ini mempunyai potensi

perkembangan usaha yang bagus

dibandingkan para pesaing terdekatnya yang sebaran distribusinya masih

mencakup daerah Singaraja dan

sekitarnya.

Kegiatan produksi dengan

efesiensi biaya bertujuan untuk menghasilkan produk dengan biaya tertentu tanpa meninggalkan kualitas produk, kegiatan efesiensi tersebut

selama proses produksi untuk

meningkatkan laba dengan

mempertahankan harga jual

produk,langkah ini dapat dilakukan dengan jalan pola produksi yang tepat. Pola produksi yang efisien adalah pola produksi yang menimbulkan biaya incremental yang minimal dalam jangka pendek. Menurut Setiadi (2008:141) Biaya tambahan (Incremental cost) merupakan perubahan biaya total yang disebabkan oleh adanya suatu keputusan yang sedang dibuat, dan oleh karena itu biaya incremental bisa bersifat tetap (fixed) atau

(3)

variabel. Menurut Samryn(2012:39) Biaya inkremental (Incremental cost) merupakan dampak yang ditimbulkan dari pola produksi yang diterapkan, biaya inkremental atau biaya tambah tersebut yaitu biaya simpan, biaya perputaran karyawan, biaya lembur, biaya subkontrak dan biaya penurunan kapasitas.

Abdul Ghofur (2014), melakukan penelitian Analisis Pola Produksi Guna Meminimalisasi Biaya Produksi Pada Perusahaan Tikar Classic. Dari hasil analisis perhitungan biaya yang terkandung dalam tiap pola produksi, masing-masing pola mengeluarkan biaya yang bervariasi. Dari hasil perhitungan biaya yang dikeluarkan pada pola prduksi konstan adalah Rp. 8.237.000, biaya pola produksi bergelombang Rp. 20.265.00, dan biaya produksi moderat Rp. 29.736.400. Produksi yang paling efesien untuk proses produksi adalah pola produksi konstan yaitu sebesar Rp. 8.237.000, karena biaya yang terkandung dalam pola produksi ini biaya dapat diminimalkan dibandingkan dengan pola produksi bergelombang dan pola produksi moderat.

Faizul Muqorobin (2015),

melakukan penelitian Penentuan Pola Produksi Dalam Meminimalisir Biaya Inkremental Pada Usaha Dagang “New Water Hasta Agung Jember” Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan bahwa pada perhitungan biaya tambah tahun 2013 biaya yang paling minimal ditunjukkan oleh pola produksi moderat kemudian pola produksi bergelombang.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan belum ada yang

memperhitungkan laba dalam

menentukan pola produksi yang tepat dilakukan oleh perusahaan. Disamping itu pula terdapat hasil yang berbeda dalam biaya yang dikeluarkan pada pola produksi yang diterapkan pada masing-masing perusahaan. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali di UD. Sinar Abadi karena Usaha dagang “Sinar Abadi”

melakukan perencanaan produksi

berdasar pendapat pemilik dengan pertimbangan pesanan masuk dari para pelanggan setianya, sehingga penentuan volume ataupun rencana produksi per periode sangat dipengaruhi subjektivitas

untuk langkah perencanaan periode mendatang.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk (1) pola produksi yang diterapkan UD. Sinar Abadi dan (2) polaproduksi optimal yamh diterapkan oleh UD.Sinar Abadi dalam mencapai laba maksimum. Hal ini yang melatarbelakangi penelitian “ Analisis Penentuan Pola Produksi yang Optimal dalam menentukan Laba Usaha padaUD. Sinar Abadi”.

METODE

Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Menurut (Poerwandari, 2005) untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dan khusus atas suatu fenomena serta untuk dapat memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif, maka pendekatan kualitatif merupakan metode yang paling sesuai digunakan. Penelitian studi kasus ini menggunakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objek penelitian. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berasal dari hasil wawancara dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder.

Penelitian ini dilakukan di UD. Sinar Abadi yang beralamat di Jalan Wibisana Singaraja karena mempunyai potensi perkembangan usaha yang bagus dibandingkan para pesaing terdekatnya yang sebaran distribusinya masih mencangkup wilayah Singaraja dan sekitarnya.

Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah triangulasi model sumber. Hal ini dilakukan karena pengambilan data dalam penelitian ini

menggunaan wawancara dan

dokumentasi yang dilakukan terhadap pihak pemilik dan karyawan UD. Sinar Abadi

HASIL DAN PEMBAHASAN

UD. Sinar Abadi menerapkan pola produksi bergelombang dalam proses produksinya, dimana jumlah yang diprosuksi pada setiap periode berubah-ubah, meskipun perusahaan tidak

(4)

mengetahui secara konseptual tentang pola produksi bergelombang namun pada hakikatnya perusahaan telah menerapkan pola produksi bergelombang dengan beberapa pertimbangan pemilik.

Untuk menentukan optimalisasi laba yang didapat dari masing-masing pola produksi perlu diketahui biaya produksi terlebih dahulu, yaitu :

Jumlah biaya produksi per kotak adalah sebagai berikut :

Bahan Baku Rp 2.364

Tenaga Kerja lansung Rp 505

Bahan penolong Rp 9

BOP Rp 709

Jumlah Rp 3.584

Setelah mengetahui biaya produksi per

unit maka selanjutnya yaitu

memperhitungkan biaya inkremental atau biaya tambah, biaya tambahan meliputi

a. Biaya simpan

biaya simpan per kotak setiap bulannya adalah Rp 54 per kotak

b. Biaya perputaran tenaga kerja Tidak ada

c. Biaya lembur

Besaran untuk biaya lembur yaitu Rp 250/kotak

d. Biaya subkontrak

Biaya subkontrak Rp

200/kotak. Ketentuan

subkontrak adalah jika

perusahaan kekurangan

produk untuk memenuhi

permintaan pembeli. e. Biaya penurunan kapasitas

Tidak ada

Perusahaan menghendaki persediaan awal produk jadi adalah sebesar 2.000 kotak dengan perputaran persediaan selama setahun adalah 85 kali, jumlah produksi normal setiap bulannya sebesar 52.177kotak. Berikut tabel produksi konstan tahun 2015

Tabel 1 Pola Produksi Konstan dalam satuan Bulanan Tahun 2015

Bulan Persediaan

Awal Produksi Penjualan Persediaan Akhir

Januari 2.000 88.536 72.380 18.156 Februari 18.156 88.536 80.911 25.782 Maret 25.782 88.536 76.178 38.140 April 38.140 88.536 123.598 3.078 Mei 3.078 88.536 80.685 10.930 Juni 10.930 88.536 99.280 186 Juli 186 88.536 76.741 11.981 Agustus 11.981 88.536 95.046 5.472 September 5.472 88.536 98.179 -4.171 Oktober -4.171 88.536 85.012 -647 November -647 88.536 75.494 12.396 Desember 12.396 88.536 78.416 22.516

Sumber : Data Diolah

Biaya inkremental yang ditimbulkan produksi konstan tahun 2015 yaitu biaya simpan, biaya subkontrak, dan biaya lembur. Biaya simpan yang ditimbulkan dari pola produksi konstan tahun 2015 bisa diketahui dari persediaan akhir dikalikan dengan biaya simpan setiap periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 8.026.380 selama tahun

2015. Biaya subkontrak pada pola produksi konstan tahun 2015 diperoleh dari minus persediaan produk jadi yang dikalikan dengan biaya subontrak per periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 963.533 selama tahun 2015. Biaya lembur yang ditimbulkan oleh pola produksi konstan tahun 2015 bisa diketahui dari kenaikan produksi per unit

(5)

dikalikan dengan upah lembur, dan

didapatkan hasil berjumlah Rp

109.078.000 selama tahun 2015. Alternatif

kedua yaitu dengan pola produksi bergelombang, berikut tabel produksi bergelombang tahun 2015:

Tabel 2 Pola Produksi Bergelombang dalam satuan Bulanan Tahun 2015

Bulan

Persediaan

Awal Produksi Penjualan Persediaan Akhir

Januari 2.000 78.769 72.380 8.389 Februari 8.389 78.769 80.911 6.247 Maret 6.247 78.769 76.178 8.839 April 8.839 103.467 123.598 -11.292 Mei -11.292 103.467 80.685 11.490 Juni 11.490 103.467 99.280 15.677 Juli 15.677 92.268 76.741 31.205 Agustus 31.205 92.268 95.046 28.427 September 28.427 92.268 98.179 22.516 Oktober 22.516 79.641 85.012 17.145 November 17.145 79.641 75.494 21.291 Desember 21.291 79.641 78.416 22.516

Sumber : Data Diolah

Biaya inkremental yang ditimbulkan pada pola produksi bergelombang tahun 2015 yaitu biaya simpan, lembur dan biaya

subkontrak. Biaya simpan yang

ditimbulkan dari pola produksi bergelombang tahun 2015 bisa diketahui dari persediaan akhir dikalikan dengan biaya simpan setiap periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 10.462.047 selama tahun 2015. Biaya lembur yang ditimbulkan oleh pola produksi bergelombang tahun 2015 bisa diketahui

dari kenaikan produksi per unit dikalikan dengan upah lembur, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 109.078.000 selama tahun 2015. Biaya subkontrak pada pola produksi bergelombang tahun 2015 diperoleh dari minus persediaan produk jadi yang dikalikan dengan biaya subontrak per periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 2.258.422 selama tahun 2015. Alternatif ketiga yaitu pola produksi moderat, berikut tabel produksi moderat tahun 2015:

Tabel 3 Pola Produksi Moderat dalam satuan Bulanan Tahun 2015

Bulan Persediaan

Awal Produksi Penjualan

Persediaan Akhir Januari 2.000 78.769 72.380 8.389 Februari 8.389 78.769 80.911 6.247 Maret 6.247 78.769 76.178 8.839 April 8.839 105.095 123.598 - Mei -9.665 105.095 80.685 14.745 Juni 14.745 105.095 99.280 20.560 Juli 20.560 85.141 76.741 28.960 Agustus 28.960 85.141 95.046 19.054 September 19.054 85.141 98.179 6.016 Oktober 6.016 85.141 85.012 6.145 November 6.145 85.141 75.494 15.791 Desember 15.791 85.141 78.416 22.516

(6)

Biaya inkremental yang ditimbulkan pada pola produksi moderat tahun 2015 yaitu biaya simpan, lembur dan biaya

subkontrak. Biaya simpan yang

ditimbulkan dari pola produksi moderat tahun 2015 bisa diketahui dari persediaan akhir dikalikan dengan biaya simpan setiap periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 8.492.178 selama tahun 2015. Biaya lembur yang ditimbulkan oleh pola produksi moderat tahun 2015 bisa diketahui dari kenaikan produksi per unit

dikalikan dengan upah lembur, dan

didapatkan hasil berjumlah Rp

109.078.000 selama tahun 2015. Biaya subkontrak pada pola produksi moderat tahun 2015 diperoleh dari minus persediaan produk jadi yang dikalikan dengan biaya subontrak per periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 1.933.000 selama tahun 2015. Hasil perhitungan biaya inkremental dalam pengoptimalan penerimaan laba tahun 2015 untuk setiap pola produksi yaitu Tabel 4 Perhitungan penerapan pola produksi dalam pengoptimalan Laba Usaha tahun

2015 (Dalam Rupiah)

Keterangan Pola Produksi yang Dibandingkan

Konstan Bergelombang Moderat

Produksi 1.062.436 1.062.436 1.062.436

Penjualan

(45000 x 1.062.436) 4.780.962.000 4.780.962.000 4.780.962.000

Total Biaya Variabel 2.061.603.936 2.061.603.936 2.061.603.936

Batas Kontribusi 2.719.358.064 2.719.358.064 2.719.358.064

Total Biaya Tetap 42.495.779 42.495.779 42.495.779

Biaya Tambah 118.067.913 121.798.496 119.503.178

Laba /Rugi 2.558.794.371 2.555.063.789 2.557.359.107

Sumber : Data Diolah

Tabel 4 menunjukkan bahwa perhitungan

penerapan pola produksi dalam

pengoptimalan laba usaha tahun 2015 tersebut menunjukkan bahwa pola produksi konstan memiliki biaya inkremental yang paling minimum dengan selisih penghematan sebesar Rp 1.435.265 dengan pola produksi moderat, serta Rp 3,730.583 dengan pola produksi

bergelombang, oleh karena itu jika dilihat dari perolehan laba tahunan pada tabel 4 pola konstan merupakan pola produksi yang menghasilkan laba optimal pada tahun 2015.

Selanjutnya yaitu perhitungan biaya inkremental tahun 2016, hal ini agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Berikut tabel produksi konstan tahun 2016: Tabel 5 Pola Produksi Konstan dalam satuan Bulanan Tahun 2016

Bulan Persediaan Awal Produksi Penjualan Persediaan Akhir

Januari 2.000 50.728 71.820 -19.092 Februari -19.092 50.728 44.166 -12.531 Maret -12.531 50.728 55.129 -16.932 April -16.932 50.728 48.008 -14.213 Mei -14.213 50.728 42.711 -6.196 Juni -6.196 50.728 39.770 4.761 Juli 4.761 50.728 76.043 -20.554 Agustus -20.554 50.728 59.366 -29.193 September -29.193 50.728 39.235 -17.700 Oktober -17.700 50.728 41.866 -8.839 November -8.839 50.728 49.436 -7.547 Desember -7.547 50.728 51.752 -8.572

(7)

Biaya inkremental yang ditimbulkan pada pola produksi kontan tahun 2016 yaitu biaya simpan dan subkontrak. Biaya simpan yang ditimbulkan dari pola produksi konstan tahun 2016 bisa diketahui dari persediaan akhir dikalikan dengan biaya simpan setiap periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 257.099 selama tahun 2016. Biaya

subkontrak pada pola produksi konstan tahun 2016 diperoleh dari minus persediaan produk jadi yang dikalikan dengan biaya subontrak per periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 32.274.174 selama tahun 2016. Alternatif kedua yang diperhitungkan adalah pola produksi bergelombang, berikut tabel produksi bergelombang tahun 2016 Tabel 6 Pola Produksi Bergelombang dalam satuan Bulanan Tahun 2016

Bulan Persediaan Awal Produksi Penjualan Persediaan

Akhir Januari 2.000 59.546 71820 -10.274 Februari -10.274 59.546 44166 5.107 Maret 5.107 59.546 55129 9.524 April 9.524 44.671 48008 6.187 Mei 6.187 44.671 42711 8.147 Juni 8.147 44.671 39770 13.048 Juli 13.048 59.389 76043 -3.606 Agustus -3.606 59.389 59366 -3.582 September -3.582 59.389 39235 16.572 Oktober 16.572 47.685 41866 22.391 November 22.391 47.685 49436 20.639 Desember 20.639 47.685 51752 16.572

Sumber :Data Diolah

Biaya inkremental yang ditimbulkan pada pola produksi bergelombang tahun 2016 yaitu biaya simpan, lembur dan biaya

subkontrak. Biaya simpan yang

ditimbulkan dari pola produksi bergelombang tahun 2016 berjumlah Rp 6.382.080. Biaya lembur yang ditimbulkan oleh pola produksi bergelombang tahun 2016 berjumlah Rp 5.409.000. Biaya

subkontrak pada pola produksi

bergelombang tahun 2016 diperoleh dari minus persediaan produk jadi yang dikalikan dengan biaya subontrak per periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 3.492.333 selama tahun 2016. Alternatif selanjutnya yaitu dengan pola produksi moderat, berikut tabel pola produksi moderat tahun 2016:

Tabel 7 Pola Produksi Moderat dalam satuan Bulanan Tahun 2016

Bulan Persediaan

Awal Produksi Penjualan Persediaan Akhir

Januari 2.000 58.213 71.820 -11.607 Februari -11.607 58.213 44.166 2.440 Maret 2.440 58.213 55.129 5.524 April 5.524 56.376 48.008 13.892 Mei 13.892 56.376 42.711 27.556 Juni 27.556 56.376 39.770 44.162 Juli 44.162 47.685 76.043 15.804 Agustus 15.804 47.685 59.366 4.122 September 4.122 47.685 39.235 12.572 Oktober 12.572 47.685 41.866 18.391 November 18.391 47.685 49.436 16.639 Desember 16.639 47.685 51.752 12.572

(8)

Biaya inkremental yang ditimbulkan pada pola produksi moderat tahun 2016 yaitu biaya simpan, lembur dan subkontrak. Biaya simpan yang ditimbulkan dari pola produksi konstan tahun 2016 berjumlah Rp 9.378.396. Biaya lembur yang ditimbulkan dari pola produksi moderat

tahun 2016 berjumlah 6.167.000. Biaya subkontrak pada pola produksi moderat tahun 2016 berjumlah Rp 321.400. Hasil perhitungan biaya inkremental dalam pengoptimalan penerimaan laba tahun 2016 untuk setiap pola produksi yaitu:

Tabel 8 Perhitungan penerapan pola produksi dalam pengoptimalan Laba Usaha tahun 2016 (Dalam Rupiah)

Keterangan Pola Produksi yang Dibandingkan

Konstan Bergelombang Moderat

Produksi 608.730 608.730 608.730

Penjualan 2.739.285.000 2.739.285.000 2.739.285.000

Total Biaya Variabel 1.181.210.129 1.181.210.129 1.181.210.129

Batas Kontribusi 1.558.074.871 1.558.074.871 1.558.074.871

Total Biaya Tetap 42.495.780 42.495.780 42.495.780

Biaya Tambah 32.531.273 15.283.413 17.866.796

Laba /Rugi 1.483.047.818 1.500.295.678 1.497.712.295

Sumber : Data Diolah

Tabel 8 menunjukkan bahwa pola produksi bergelombang memiliki biaya inkremental yang paling minimum dengan selisih penghematan sebesar Rp 2.583.383 dengan pola produksi moderat, serta Rp 17.247.860 dengan pola produksi konstan, oleh karena itu jika dilihat dari segi perolehan laba tahunan pada Tabel 2.43, pola produksi bergelombang merupakan pola produksi

yang menimbulkan laba paling optimal pada tahun 2016.

Setelah memperhitungkan biaya inkremental pada tahun 2015 dan 2016, maka penulis meramalkan permintaan tahun 2017 untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan sesuai, berikut hasil peramalan setiap pola produksi tahun 2015. Pola produksi konstan tahun 2015 dijelaskan pada tabel sebagai berikut: Tabel 9 Pola Produksi Konstan dalam Satuan Bulanan Tahun 2017

Bulan

Persediaan

Awal Produksi Penjualan

Persediaan Akhir Januari 2.000 67.790 71.584 -1.794 Februari -1.794 67.790 56.335 9.660 Maret 9.660 67.790 61.329 16.121 April 16.121 67.790 70.985 12.926 Mei 12.926 67.790 66.856 13.859 Juni 13.859 67.790 72.383 9.266 Juli 9.266 67.790 73.781 3.275 Agustus 3.275 67.790 67.988 3.076 September 3.076 67.790 63.393 7.473 Oktober 7.473 67.790 60.530 14.733 Nopember 14.733 67.790 66.457 16.065 Desember 16.065 67.790 67.522 16.333

Sumber : Data Diolah

Biaya inkremental yang ditimbulkan pada pola produksi konstan tahun 2017 yaitu biaya simpan, lembur dan biaya

subkontrak. Biaya simpan yang

ditimbulkan dari pola produksi konstan

tahun 2017 bisa diketahui dari persediaan akhir dikalikan dengan biaya simpan setiap periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp6.630.515 selama tahun 2017. Biaya lembur yang ditimbulkan dari

(9)

pola produksi konstan tahun 2017

berjumlah Rp 46.838.000 Biaya

subkontrak pada pola produksi konstan tahun 2017 diperoleh dari minus persediaan produk jadi yang dikalikan dengan biaya subontrak per periodenya,

dan didapatkan hasil berjumlah Rp 358.867 selama tahun 2015. Alternatif kedua yaitu pola produksi bergelombang, tabel produksi bergelombang tahun 2015 sebagai berikut:

Tabel 10 Pola Produksi Bergelombang dalam Satuan Bulanan Tahun 2017

Bulan Persediaan

Awal Produksi Penjualan Persediaan Akhir

Januari 2.000 64.675 71.584 -4.909 Februari -4.909 64.675 56.335 3.431 Maret 3.431 64.675 61.329 6.778 April 6.778 71.667 70.985 7.460 Mei 7.460 71.667 66.856 12.271 Juni 12.271 71.667 72.383 11.555 Juli 11.555 69.980 73.781 7.754 Agustus 7.754 69.980 67.988 9.746 September 9.746 69.980 63.393 16.333 Oktober 16.333 64.836 60.530 20.639 Nopember 20.639 64.836 66.457 19.019 Desember 19.019 64.836 67.522 16.333

Sumber: Data diolah

Biaya inkremental yang ditimbulkan pada pola produksi bergelombang tahun 2017 yaitu biaya simpan, lembur dan biaya

subkontrak. Biaya simpan yang

ditimbulkan dari pola produksi bergelombang tahun 2017 bisa diketahui dari persediaan akhir dikalikan dengan biaya simpan setiap periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 7.091.268

selama tahun 2017. Biaya lembur yang ditimbulkan oleh pola produksi bergelombang tahun 2017 berjumlah Rp 46.952.917. Biaya subkontrak pada pola produksi bergelombang tahun 2017 berjumlah Rp 981.756.. Alternatif selanjutnya yaitu pola produksi moderat,berikut tabel produksi moderat tahun 2017

Tabel 11 Pola Produksi Moderat dalam Satuan Bulanan Tahun 2017

Bulan Persediaan

Awal Produksi Penjualan Persediaan Akhir

Januari 2.000 64.675 71.584 -4.909 Februari -4.909 64.675 56.335 3.432 Maret 3.432 64.675 61.329 6.778 April 6.778 72.821 70.985 8.614 Mei 8.614 72.821 66.856 14.580 Juni 14.580 72.821 72.383 15.018 Juli 15.018 66.947 73.781 8.184 Agustus 8.184 66.947 67.988 7.142 September 7.142 66.947 63.393 10.696 Oktober 10.696 66.947 60.530 17.113 Nopember 17.113 66.947 66.457 17.602 Desember 17.602 66.947 67.522 17.027

Sumber : Data Diolah

Biaya inkremental yang ditimbulkan pada pola produksi moderat tahun 2017 yaitu biaya simpan, biaya lembur dan

subkontrak. Biaya simpan yang

ditimbulkan dari pola produksi konstan tahun 2017 bisa diketahui dari persediaan akhir dikalikan dengan biaya simpan setiap periodenya, dan didapatkan hasil

(10)

berjumlah Rp 6.814.026 selama tahun 2017. Biaya lembur yang ditimbulkan dari pola produksi moderat selama tahun 2017 berjumlah 47.011.500. Biaya subkontrak pada pola produksi konstan tahun 2017 diperoleh dari minus persediaan produk jadi yang dikalikan dengan biaya

subontrak per periodenya, dan didapatkan hasil berjumlah Rp 981.733 selama tahun 2017. Hasil perhitungan biaya inkremental dalam pengoptimalan penerimaan laba tahun 2017 untuk setiap pola produksi yaitu:

Tabel 12 Perhitungan Penerapan Pola Produksi dalamPengoptimalan Laba

Keterangan Pola Produksi yang Dibandingkan

Konstan Bergelombang Moderat

Produksi 799.143 799.143 799.143

Penjualan 3.596.143.500 3.596.143.500 3.596.143.500

Total Biaya

Variabel 1.550.697.034 1.550.697.034 1.550.697.034

Batas Kontribusi 2.045.446.466 2.045.446.466 2.045.446.466

Total Biaya Tetap 42.495.780 42.495.780 42.495.780

Biaya Tambah 53.827.383 55.025.940 54.807.259

Laba /Rugi 1.949.123.303 1.947.924.746 1.948.143.427

Sumber : Data Diolah

Tabel 12 tersebut menunjukkan bahwa pola produksi konstan memiliki biaya inkremental yang paling minimum dengan selisih penghematan sebesar Rp 1.198.557 dengan pola produksi bergelombang, serta Rp 979.876 dengan pola produksi moderat, oleh karena itu jika dilihat dari segi perolehan laba tahunan pada Tabel 4.64, pola produksi konstan

merupakan pola produksi yang

menimbulkan laba optimal pada tahun 2017.

Jika dalam rentang perhitungan tigatahun tersebut dijumlahkan, mulai tahun 2015-2017 maka hasilnya akan tergambar lebih jelas selisihnya, karena perusahaan juga harus melihat dari segi efesiensi jangka pendek, menengah ataupun jangkapanjang sehingga visi misiperusahaan akan dapat diwujudkan secara keseluruhan Berikut akumulasi biaya tambah tahun 2015-2017 yaitu :

Tabel 13 Akumulasi Biaya Tambah Tahun 2015-2017 (Dalam Rupiah)

Biaya Tambah Pola Produksi

Konstan

Pola Produksi

Bergelombang Pola Produksi Moderat

Biaya Simpan 14.913.995 23.935.422 24.684.600

Biaya Lembur 155.916.000 161.439.917 162.256.500

Biaya Subkontrak 33.596.574 6.732.511 5.236.133

Total 204.426.569 192.107.850 192.177.233

Sumber : Data Diolah

Tabel 13 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun, selisih yang ditimbulkan cukup besar jika dilihat dari pola produksi yang paling minimum biaya inkrementalnya yaitu pola produksi bergelombang, jadi perusahaan harus membaca kondisi perencanaan tidak hanya dalam jangka pendek tapi juga jangka menengah dan jangka panjang.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil dari pembahasan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut

1. UD sinar Abadi menerapkan pola produksi bergelombang dalam tahapan produksiyangdilakukan

(11)

2. Pola produksi yang paling optimal diterapkan adalah pola produksi

bergelombang karena

menimbulkan biaya tambah yang paling minimum diantara pola produksi konstan dan moderat yang dampak pada perolehan laba perusahaan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada Usaha Dagang Sinar Abadi Singaraja sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk perolahan laba terkai dengan pola produksi maka

1. Perusahaan seharusnya mulai melakukan peramalan dengan

menggunakan perhitungan

matematis meskipun dalam bentuk yang sederhana

2. Perusahaan sebaiknya

mengadakan analisis biaya tambahan pada masing-masing periode produksi guna mengetahui pola produksi yang efisien bagi perusahaan

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, G., & Anggarini, Y. 2011.

Anggaran Bisnis: Analisis,

Perencanaan, dan Pengendalian Laba. Yogyakarta: UPP STIM YKPN YOGYAKARTA.

Ahyari, A. 2002. Manajemen Produksi

Perencanaan Sistem Produksi,

Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE. Ghofur, A. 2014. Pola Produksi Guna

Meminimalisasi Biaya Produksi Pada Perusahaan Tikar Classic. Jurnal EKBIS, Vol. 11, No. 2, Hal.520-522

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi

Kelima, Cetakan Kesembilan.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Muqorobin, F. 2015. Penentuan Pola

Produksi Dalam Upaya Efisiensi Biaya Inkremental Pada Usaha

Dagang "New Water Hasta Agung Jember". Digital Repository Universitas Jember , 10.

Poerwandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Jakarta: Fakultas

Psikologi UI.

Samryn, L. 2012. Akuntansi Manajemen:

Informasi Biaya Untuk

Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Informasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Setiadi, N. J. 2008. Business Economic And Managerial Decision Making:

Aplikasi Teori Ekonomi dan

Pengambilan Keputusan. Jakarta: Kencana.

Sutarmo, M. 2012. Serba-Serbi

Manajemen Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan data biaya administrasi gudang digunakan untuk menganalisis biaya tambahan ( Incremental Cost ) yang diakibatkan pada setiap alternatif pola produksi ( pola

Keuntungan yang diperoleh dari harga jual genteng Beton Mulia jika menggunakan harga pokok produksi dengan metode full costing menghasilkan perhitungan yang lebih akurat karena

6.000 apabila perusahaan tidak dapat memenuhi permintaannya sendiri akan tetapi biaya tersebut tidak terjadi sehingga total biaya subkontrak pada pola produksi yang

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik

Menurut Mifta (2016) [8] Full Costing merupakan penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yaitu baiaya bahan baku, biaya tenaga

dalam menentukan harga pokok produksi nya, dan pada metode perusahaan biaya air galon, gas elpiji, dan biaya listrik di hitung di dalam perhitungan biaya bahan

Dapat dilihat bahwa pola produksi yang paling tepat digunakan oleh Batako Jalan Baru adalah pola produksi bergelombang karena memiliki nilai biaya tambahan paling kecil jika