• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Peramalan Penjualan untuk Menentukan Pola Produksi Optimal Produk Grey Lokal pada Perusahaan PT. Primissima Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR - Peramalan Penjualan untuk Menentukan Pola Produksi Optimal Produk Grey Lokal pada Perusahaan PT. Primissima Yogyakarta"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENENTUKAN

POLA PRODUKSI OPTIMAL PRODUK GREY LOKAL

PADA PERUSAHAAN PT. PRIMISSIMA

YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Ahli Madya Manajemen Industri

Oleh :

DINI PANGASTUTI

F3507076

PROGRAM STUDI DIII MANAJEMEN INDUSTRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5 mengubah diri sendiri kearah yang lebih baik (Penulis)

Bermimpi tanpa mau melakukan sesuatu untuk membuat mimpi menjadi

kenyataan ,menggiring kita kepada kehidupan yang tidak pernah

menghasilkan buah (Penulis)

Kesuksesan tidak di lihat dari hasil akhir tetapi dari perjuangannya

(Penulis)

Orang-orang yang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena

mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka

lebih suka bekera dan mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

© Papaku yang telah berkorban segalanya untukku dan telah

mengajarkan kedewasaan dan arti kehidupan dalam lingkup cinta dan

kasih sayang

© Mamaku yang telah menjagaku dari rahim sampai sekarang dan telah

memberikan motivasi dengan rasa cinta dan kasih sayang

© Kakak-kakakku tersayang © Sahabat-sahabatku

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7 telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga laporan tugas akhir

dengan judul PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENENTUKAN POLA

PRODUKSI OPTIMAL PRODUK GREY LOKAL PADA PERUSAHAAN

PT.PRIMISSIMA YOGYAKARTA ini dapat di selesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini disusun sebagai sebagian dari syarat-syarat

memperoleh derajat Ahli Madya (Amd) pada program Diploma III Manajemen

Industri Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan

tugas akhir ini.

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Intan Novela, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III

Manajemen Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Bapak Lilik Wahyudi, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing dengan penuh

kesabaran bersedia membimbing, mengarahkan dan memberi saran

selama penyusunan tugas akhir sehingga dapat terselesaikan dengan

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

5. Pakde Mueljatno yang telah membantu mencarikan tempat magang

6. Bapak Iskak selaku bagian di PT. Primissima Yogyakarta yang telah

memberikan izin untuk Magang.

7. Ibu Yanti selaku Bagian di PT. Primissima Yogyakarta yang telah

membantu perjalanan pelaksanaan Magang dan memberikan data-data

yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir.

8. Papa dan mama serta kakak-kakakku yang aku sayangi, terimakasih atas

segala kasih sayang, doa, perhatian, dorongan dan nasihatnya.

9. Keluarga besar Dr. Sumar Hendayana, Msc yang telah memberikan

dorongan moral maupun material

10. Keluarga besar Mujio yang telah memberikan dorongan secara moral dan

material

11. Sahabat-sahabatku D3 Manajemen Industri angkatan 2007, terima kasih

atas dukungannnya.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan

Tugas Akhir ini, untuk itu penulis berharap masukan kritik dan saran yang

membangun sekaligus masukan bagi penyempurnaan tugas akhir ini.

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9 Surakarta, 5 November 2010

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Kerangka Pemikiran ... 5

G. Metode Penelitian ... 6

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

E. Jenis Pola Produksi ... 16

F. Faktor Pola Produksi ... 19

G. Peramalan ... 20

BAB III. PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 23

2. Lokasi Perusahaan ... 25

3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 28

4. Personalia ... 29

5. Produksi ... 45

6. Mesin – Mesin Produksi ... 59

7. Pemasaran ... 64

B. Laporan Magang Kerja 1. Pengertian Magang Kerja ... 64

2.Pelaksanaan Magang Kerja ... 65

C. Analisis Data Dan Pembahasan 1. Faktor yang Mempengaruhi Pola Produksi ... 66

2. Analisis Biaya Tambahan ( Incremental Cost ) ... 67

3. Analisis Incremental Cost ... 75

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12 DAFTAR PUSTAKA

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13 Halaman

Tabel III.1 Penjualan Kain Grey Lokal dalam Meter ( m )

di PT. Primissima ... 68

Tabel III.2 Perhitungan Trend Penjualan Grey Lokal ... 69

Tabel III.3 Volume Penjualan Triwulan Produk Grey Lokal ... 70

Tabel III.4 Peramalan Penjualan / Triwulan ... 72

Tabel III.5 Tingkat Kesalahan Peramalan ... 72

Tabel III.6 Perhitungan Persediaan Grey Lokal P.P Konstan ... 76

Tabel III.7 Perhitungan Persediaan Grey Lokal P.P Bergelombang 79

Tabel III.8 Perhitungan Persediaan Grey Lokal P.P Moderat ... 81

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14 Halaman

Gambar I.1 Kerangka Pemikiran ... 5

Gambar II.1 Pola Produksi ……… 18

Gambar III.1 Proses Produksi Spinning ... 46

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 Lampiran 1 Surat Keterangan Magang Kerja

Lampiran 2 Layout pabrik PT Primissima Yogyakarta

Lampiran 3 Struktur Organisasi PT Primissima Yogyakarta

Lampiran 4 Perhitungan Peramalan dengan POM FOR

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user YOGYAKARTA”

Dini Pangastuti

F3507076

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ramalan penjualan tahun 2010 produk grey lokal di PT. Primissima Yogyakarta. Mengetahui pola produksi apakah yang sesuai untuk produk grey lokal di PT Primissima Yogyakarta. Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah Trend Linier dengan metode Least Square dan analisis incremental cost yang terdiri dari biaya simpan, biaya lembur, biaya perputaran tenaga kerja dan biaya sub kontrak. Dari hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa hasil ramalan penjualan tahun 2010 produk grey lokal di PT Primissima Yogyakarta adalah sebesar 69.829.278 meter dimana ramalan penjualan pada triwulan I tahun 2010 sebesar 16.409.880 meter, triwulan II tahun 2010 sebesar 17.981.039 meter, triwulan III tahun 2010 sebesar 17.282.746 meter dan pada triwulan IV tahun 2010 sebesar 17.806.466 meter dan untuk analisis incremental cost dari masing-masing pola produksi dapat diketahui pada pola produksi konstan total incremental cost sebesar 596.203.860, pada pola produksi bergelombang total incremental cost sebesar 262.902.900 dan pada pola produksi moderat total incremental cost sebesar 837.951.420. Pola produksi yang optimal untuk produk grey lokal di PT Primissima Yogyakarta adalah pola produksi bergelombang karena pola produksi ini menghasilkan biaya tambahan paling sedikit sebesar Rp 262.902.900 yang ditimbulkan dari biaya simpan dan lembur.Saran yang diajukan untuk PT Primissima Yogyakarta adalah untuk dapat menggunakan ramalan penjualan dengan metode Trend Linier metode Least Square karena dengan menggunakan metode ini jumlah MFE (Mean Forecast Error) = 0,1 masih diterima dari batas 5% yang menjadi dasar membuat suatu prediksi.

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PATTERN OF LOCAL GREY PRODUCT IN PT. PRIMISSIMA YOGYAKARTA COMPANY”

Dini Pangastuti

F3507076

The objective of research is to find out the 2010 sale forecasting of local grey product in PT. Primissima Yogyakarta. It also aims to find out which production pattern is appropriate for the local grey product in PT. Primissima Yogyakarta. The analysis technique used in this research was Trend Linear with Least Square method and incremental cost analysis consisting of inventory cost, overtime cost, labor rotation cost and sub contract cost. From the result of analysis, it can be found that the result of 2010 sale forecasting for the local grey product in PT. Primissima Yogyakarta is 69,827,278 meters in which the sale forecasting for the first quarter of 2010 is 16,409,880 meters, second quarter is 17,981,039 meters, third quarter is 17,287,746 meters and fourth quarter is 17,806,466 meters; and for incremental cost of each production pattern, it can be found that in the constant production pattern the total incremental cost is 596,203,860, in fluctuated production pattern, the total incremental cost is 262,902,900 and in moderate production pattern, the total incremental cost is 837,951,420. The optimum production for local grey product in PT. Primissima Yogyakarta is the fluctuated production pattern because this production pattern incurs the least incremental cost of Rp. 262,902,900 generated from the inventory and overtime costs. The recommendation given to PT. Primissima Yogyakarta is to be able to use the sale forecasting with Trend Linear method with Least Square because by using this method, the MFE (Mean Forecast Error) value = 0.1 is still acceptable from 5% limit underlying a prediction making.

(18)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam era globalisasi saat ini, persaingan di dunia bisnis untuk

memenuhi permintaan dari konsumen semakin ketat.Tidak hanya dari

dalam negeri tetapi dari luar negeri, oleh karena itu perusahaan harus

siap apabila tidak mau tertinggal, oleh karena itu manager harus

mempunyai kemampuan dalam merencanakan suatu produksi. Sama

dengan industri-industri lainnya, industri tekstil juga mengalami

perkembangan dan perubahan-perubahan.

Adapun sasaran atau tujuan dari perusahaan adalah untuk

menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan yang telah di

tetapkan baik jumlah, kualitas, waktu, maupun mutunya dengan teknik

yang tepat di harapkan perusahaan dapat mencapai sasaran dan

tujuan yaitu dengan terjaminnya kelangsungan hidupnya dan

berkembang melalui keuntungan yang diperolehnya (Assauri, 1999:1-2).

Suatu perusahaan akan berkembang apabila mampu

mengantisipasi permintaan, maka peramalan penjualan menjadi

sangat penting karena dari ramalan ini akan di ketahui pola penjualan

sehingga perusahaan dapat mengatur proses produksinya dan juga

(19)

commit to user

2 Penentuan pola produksi yang tepat akan sangat membantu

manager dalam merencanakan produksi, merencanakan kebutuhan

bahan baku dan merencanakan kebutuhan sumber daya manusia.

Pada umumnya pola produksi di bagi menjadi 3 yaitu: Pola produksi

konstan, pola produksi moderat dan pola produksi bergelombang, akan

tetapi suatu perusahaan tidak dapat focus pada satu pola produksi dan

setiap perusahaan akan di hadapkan akan pada pola produksi yang

selalu berubah-ubah setiap periodenya.

Pola produksi konstan akan diterapkan suatu perusahaan apabila

jumlah produksinya setiap periode sama atau naik sehingga kelebihan

dan kekurangan akan dipenuhi dari persediaan dan sub-kontrak.

Pola produksi bergelombang diterapkan pada perusahaan apabila

jumlah dari produksi setiap periodenya tidak sama. Perusahaan akan

menerapkan pola produksi moderat apabila produksi dan

persediaannya berfluktasi bersama-sama.

Suatu perusahaan akan sangat terbantu dengan penerapan pola

produksi karena selain dapat mengetahui penggunaan komponen dari

produksi juga akan dapat meminimalkan biaya tambahan yang perlu

dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan produksinya.

Setiap perusahaan dalam menerapkan pola produksinya belum

tentu sama karena banyak faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor

(20)

commit to user

3 1. Pola Biaya

2. Pola Penjualan

3. Kapasitas Produksi

PT Pabrik Cambrics Primissima atau dikenal dengan nama PT

Primissima adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha

tekstil. Salah satu produksi yang paling besar diperusahaan ini adalah

kain Grey. PT Primissima sampai saat ini belum pernah menggunakan

peramalan dengan menggunakan Trend Linier dengan Metode Least

Square, yang memiliki volume penjualan dari tahun ke tahun, sehingga

mengantarkan PT Primissima pada kondisi penjualan masa depan

yang penuh dengan ketidakpastian. Untuk itu PT Primissima perlu

melakukan suatu peramalan penjualan guna menentukan pola

produksi yang sesuai untuk PT Primissima dalam kegiatan

produksinya, sehingga dapat memperkecil resiko krugiaan dengan

pemilihan metode peramalan yang tepat.

Dari uraian latarbelakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui pola

produksi apakah yang sesuai untuk PT. PRIMISSIMA YOGYAKARTA

dalam kegiatan produksinya, maka dalam penulisan tugas akhir ini

penulis mengambil judul:

“PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENENTUKAN POLA PRODUKSI OPTIMAL PRODUK GREY LOKAL PADA PERUSAHAAN

(21)

commit to user

4 B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut di atas rumusan

masalah adalah sebagai berikut:

1. Berapakah ramalan penjualan tahun 2010 produk grey lokal di

PT. Primissima Yogyakarta ?

2. Pola produksi apakah yang sesuai untuk produk grey lokal di

PT. Primissima Yogyakarta ?

C. BATASAN MASALAH

Untuk mempermudah dalam analisis, maka penelitian hanya pada

produk grey lokal.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ramalan penjualan tahun 2010 produk grey

lokal.

2. Untuk mengetahui pola produksi apakah yang sesuai untuk

produk grey lokal.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(22)

commit to user

5 Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

terutama dalam menentukan pola produksi

2. Bagi Penulis

Dapat mengapllikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku

kuliah ke dalam dunia usaha yang nyata

3. Bagi Pembaca

Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

khususnya tentang pola produksi.

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar I.1

Kerangka Pemikiran

Data penjualan Produk grey lokal 2005-2009

Biaya tambahan

Penentuan pola produksi

(23)

commit to user

6 G. METODE PENELITIAN

1. Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada saat kegiatan magang kerja di PT

Primissima yang berlokasi di JL Magelang Km 15, Desa Medari,

Kecamatan Triharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Sumber Data

a) Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan

kegiatan wawancara dengan karyawan PT. PRIMISSIMA.

b) Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dengan secara tidak langsung.

3. Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi

Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan secara

langsung.

b) Wawancara

Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan

pihak-pihak yang terkait.

c) Studi Pustaka

Data yang diperoleh dengan mempelajari buku-buku yang

terkait.

(24)

commit to user

7 4. Analisis Data

Agar sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka perlu

adanya analisis data adapun langkah-langkah tersebut adalah:

a) Peramalan Penjualan Tahunan

Untuk membuat peramalan penjualan tahunan digunakan trend

Linier dengan metode kuadrat terkecil (Least Square Method)

dengan rumus:

Y = a + bx

Di mana nilai a dan b diperoleh dengan rumus:

dan

Keterangan :

Y : Nilai Trend atau forecast

a : Bilangan konstan

b : Slope atau koefisian kecondongan garis trend

x : Mewakili tahun atau waktu

b) Peramalan Penjualan Triwulan

Peramalan Penjualan triwulan dapat di hitung dengan rumus:

Keterangan:

IT : Indeks Musim Tahunan

X : Nilai Trend atau forecast penjualan tahunan

(25)

commit to user

8 Dan untuk mencari penjualan triwulan dapat di cari dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

TW : Ramalan penjualan triwulan

Y : Nilai trend atau forecast penjualan tahunan

IT : Indeks musim triwulan

c) Tingkat kesalahan peramalan

1) MAD ( Mean Absolute Deviation ) atau rata-rata deviasi

mutlak.

Diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

MAD = = ∑│

Keterangan:

At = Penjualan pada periode t

Ft = Ramalan pada periode t

N = Jumlah periode

2) MSE ( Mean Square Error ) atau rata-rata kuadrat kesalahan

diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

MSE =

Keterangan:

(26)

commit to user

9 Ft = Ramalan pada periode t

N = Jumlah periode

3) MFE ( Mean Forecast Error ) atau rata-rata kesalahan

peramalan diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

MFE = ∑ = ∑ Keterangan :

At = Penjualan pada periode t

Ft = Ramalan pada periode t

N = Jumlah periode

d) Analisis Pola Biaya

Untuk mencari pola produksi optimal perusahaan harus

melakukan analisis biaya dari biaya tambahan (incremental

cost), adapun unsur dari biaya tersebut adalah:

1) Biaya Simpan

Yang di maksudkan dengan biaya simpan disini adalah biaya

tambahan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk

menyimpan hasil-hasil dari produksi yang tidak laku atau

belum laku terjual hal ini terjadi pada saat jumlah produksi

meningkat lebih tinggi dari jumlah penjualan sehingga

(27)

commit to user

10 2) Biaya Perputaran Tenaga Kerja

Adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan

sehubungan dengan adanya penarikan atau pengeluaran

tenaga kerja

3) Biaya lembur

Yaitu biaya yang harus dikeluarkan apabila perusahaan

mengalami kekurangan produksi atau jumlah produksi

melebihi dari kapasitas produksi maksimal yang dimiliki

perusahaan

4) Biaya Sub kontrak

Adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan apabila

kapasitas maksimal dari suatu perusahaan tidak mampu

untuk memenuhi volume produksi yang di inginkan dan

kekurangan tersebut di penuhi dengan melakukan sub

(28)

commit to user

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN MANAJEMEN PRODUKSI

Sebelum membahas pengertian dari manajemen produksi, terlebih

dahulu melihat pengertian dari manajemen dan pengertian dari

produksi.

Manajemen mengandung pengertian ilmu dan seni merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan, mengkordinasikan, serta

mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Swastha dan Sukotjo, 1997: 82).

Sedangakan produksi dalam arti luas mengandung pengertian segala

kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran

(output) tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan

produk tersebut dan pengertian produksi dalam arti sempit adalah

sebagai kegiatan yang menghasilkan barang baik barang jadi maupun

barang maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku

cadang atau spare parts (Assauri, 1999: 11)

Manajemen produksi adalah kegiatan untuk mengantar agar

menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang / jasa.

(Assauri, 1998: 7)

Pengertian lain dari menajemen produksi adalah usaha-usaha

(29)

commit to user

12 (atau sering disebut faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin,

peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi

bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa

(Handoko 1994: 3).

B. PENGERTIAN PROSES PRODUKSI

Proses menurut Assauri (1998: 65) mengandung pengertian cara,

metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga

kerja, mesin, bahan baku, dan dana) yang ada dirubah untuk

memperoleh suatu hasil. Sedangkan produksi kegiatan yang dapat

menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru(Ahyari,

1994: 6)

Menurut Assauri (1998:65) proses produksi mengandung

pengertian suatu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau

menambah kegunaan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin,

bahan-bahan dan dana) yang ada.

Pengertian lainnya dari proses produksi adalah sebagai suatu

kegiatan dengan melibatkan tenaga manusia, bahan serta peralatan

(30)

commit to user

13 C. JENIS-JENIS PROSES PRODUKSI

Menurut Ahyari (1994: 66 – 93) jenis-jenis dari proses produksi

dapat dilihat berdasarkan:

1. Berdasarkan sifat

Menurut Ahyari berdasarkan sifatnya proses produksi dibedakan

menjadi :

a) Proses produksi terus-menerus

Proses produksi ini dilakukan berdasarkan jumlah pesanan

yang diterima oleh perusahaan maka jumlah produksinya yang

dihasilkan cenderung sedikit karena kegiatan produksinya

hanya berdasarkan jumlah pesanan yang diterima

b) Proses produksi terus-menerus

Proses produksi jenis ini dilakukan berdasarkan jumlah

ramalan yang dibuat oleh perusahaan artinya kegiatan

produksinya tidak berdasar pada jumlah pesanan yang

diterima tetapi pada ramalan penjualan yang dibuat.

2. Berdasarkan wujud proses produksinya

Menurut Ahyari berdasarkan wujudnya proses produksi dibedakan

menjadi:

a) Proses kimiawi

Adalah proses produksi yang menggunakan sifat-sifat kimia

(31)

commit to user

14 b) Proses perubahan bentuk

Adalah proses produksi yang menitik beratkan pada

perubahan bentuk dari masukan (input) menjadi keluaran

(output).

c) Proses assembling

Adalah proses produksi dengan jalan menciptakan jasa

pemindahan-pemindahan tempat dari barang ataupun

manusia.

d) Proses jasa administrasi

Adalah proses produksi yang memberikan data atau informasi

kepada perusahaan.

3. Berdasarkan keutamaan produksinya

Menurut Ahyari berdasarkan keutamaan produksinya proses

produksi dibedakan menjadi:

a) Proses produksi utama

Proses produksi dimana proses produksi tersebut sesuai

dengan tujuan produksi dari di dirikannya perusahaan yang

bersangkutan atau merupakan inti dari kegiatan-kegiatan

produksi.

b) Proses produksi bukan utama

Adalah kegiatan penunjang bagi perkembangan perusahaan

(32)

commit to user

15 4. Berdasarkan penyelesaian produksinya

Menurut Ahyari berdsasarkan penyelesaian produksinya proses

produksi dibedakan menjadi:

a) Proses produksi type A

Yaitu status type dari proses produksi dimana dalam setiap

tahap proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan

tersebut diperiksa dengan mudah.

b) Proses produksi type B

Yaitu proses produksi dimana dalam penyelesaian proses

produksinya akan terdapat beberapa keterangan dari

masing-masing tahap produksi, pemeriksaan hanya dapat

dilaksanakan pada beberapa tahap tertentu saja.

c) Proses produksi type C

Yaitu perusahaan dalam melaksanakan proses produksinya

dengan jalan melaksanakan proses penggabungan atau

pemasangan sehingga menjadi produk perusahaan yang

bersangkutan.

d) Proses produksi type D

Yaitu proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan

dengan menggunakan mesin dan peralatan produksi otomatis

e) Proses produksi type E

(33)

commit to user

16 D. PENGERTIAN POLA PRODUKSI

Pola produksi mengandung pengertian distribusi dari produksi

tahunan ke dalam periode yang lebih kecil misalnya bulanan atau

mingguan (Ahyari, 1994:184).

Pola produksi menurut Yamit (1998:77) mengandung pengertian

distribusi dari produksi tahunan ke dalam periode yang lebih kecil

(seperti bulanan, mingguan,atau unit waktu lainnya) untuk

mengantisipasi rencana penjualan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan Pola produksi

mengandung pengertian yaitu distribusi dari distribusi tahunan ke

dalam periode yang lebih kecil misalkan seperti bulanan, mingguan,

atau unit waktu untuk mengantisipasi rencana pernjualan akan datang.

E. JENIS POLA PRODUKSI

Pola produksi dibagi menjadi 3 macam yaitu: Pola produksi

konstan, pola produksi bergelombang dan pola produksi moderat.

(Yamit, 1998: 77-78).

1) Pola produksi konstan

Adalah jumlah produksi yang dihasilkan selalu sama dalam

setiap satuan waktu (Yamit, 1998: 78).

Pola produksi ini bersifat konstan artinya jumlah produksi

yang dihasilkan dari setiap periode akan selalu sama sehingga

kekurangan atau kelebihan produksi akan masuk atau di ambil

(34)

commit to user

17 2) Pola produksi bergelombang

Menurut Ahyari (1994:186) yang dimasukkan dengan pola

produksi bergelombang adalah suatu distribusi dari jumlah

produksi selama satu tahun ke dalam jumlah produksi setiap

tahun dimana, jumlah produksi dari bulan ke bualan tersebut

akan selalu berubah mengikuti perubahan tingkat penjualan

dalam perusahaan tersebut.

Pola produksi ini bersifat berubah-ubah dimana jumlah

produksinya mengikuti penjualan, apabila penjualan mengalami

kenaikan maka jumlah produksi yang dihasilkan juga akan

mengalami kenaikan begitu pula sebaliknya,apabila penjualan

mengalami penurunan maka jumlah produksi yang dihasilkan

juga akan mengalami penurunan artinya pola produksi jenis ini

sangat dipengaruhi oleh perubahan penjualan

3) Pola produksi moderat

Pola produksi moderat ini mengandung pengertian suatu

distribusi jumlah produksi selama satu tahun ke dalam jumlah

produksi setiap bulan dimana baik jumlah produksinya maupun

jumlah persediaan barang jadi yang ada dalam perusahaan

bersangkutan ini akan berubah-ubah untuk menutup

perubahan-perubahan yang ada didalam penjualan produk

perusahaan tersebut atau dengan kata lain perubahan yang

(35)

commit to user

18 akan bersama-sama ditutup oleh perubahan persediaan

barang jadi dan kegiatan produksi dalam perusahaan yang

bersangkutan (Ahyari, 1994:186).

Sedangkan menurut Yamit (1998: 78) pola produksi

moderat adalah jumlah produksi dalam periode tertentu konstan

dan dalam periode tertentu mengalami kenaikan untuk

kemudian konstan kembali.

Pola produksi ini disebut juga sebagai produksi dan

persediaan akhirnya tidak tetap artinya jumlah produksi dan

persediaan berfluktasi bersama-sama tetapi fluktasi yang terjadi Jumlah

C

A

B

Waktu Gambar II.1.

(36)

commit to user

19 tidak terlalu tajam dan kenaikan atau penurunan penjualan

tidak berpengaruh pada pola produksi ini.

F. FAKTOR-FAKTOR POLA PRODUKSI

Menurut (Gitosudarmo, 2002: 173-175) faktor-faktor yang

mempengaruhi poal produksi antara lain:

1) Pola penjualan

Produksi pada umumnya berusaha memproduksi barang untuk

dijual. Perusahaan berproduksi adalah untuk memenuhi

kebutuhan penjualan oleh karena itu maka volume penjualan

(pola penjualan) akan mempengaruhi pola produksinya.

2) Pola biaya

Biaya yang harus dikeluarkan oleh karena kebutuhan

perusahaan. Biaya yang diperkirakan disini adalah biaya yang

harus dikeluarkan sebagai akibat dari adanya

perubahan-perubahan dalam produksi.

3) Kapasitas produksi

Merupakan kemampuan perusahaan dalam memproduksi

barang dengan menggunakan seluruh fasilitas produksi.

G. PERAMALAN

Peramalan (forecasting) adalah peramalan (perkiraan) mengenai

(37)

commit to user

20 Menurut Gitosudarmo (2002: 5) peramalan adalah merupakan

perkiraan terhadap masa depan, apa yang akan terjadi.

Pengertian lain dari peramalan adalah seni dan ilmu memprediksi

peristiwa-peristiwa masa depan (Render dan Heizer: 2001:46)

Berdasarkan diatas dapat disimpulkan peramalan mengandung

pengertian yaitu perkiraan seni dan ilmu dalam memprediksi

peristiwa-peristiwa yang belum terjadi maupun yang akan terjadi

terhadap masa depan. Dan jenis-jenis ramalan menurut (Render

dan Heizer: 2001: 47) adalah:

1) Ramalan Ekonomi

Membahas siklus bisnis dengan memprediksi tingkat

inflasi, suplai uang permulaan perumahan dan

indikator-indikator perencanaan lain.

2) Ramalan Teknologi

Berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi yang akan

melahirkan produk-produk baru yang mengesankan,

membutuhkan pabrik dan peralatan baru.

3) Ramalan Permintaan

Proyeksi permintaan untuk produk atau jasa perusahaan

peramalan yang baik adalah peramalan yang meminimumkan

tingkat kesalahan atau eror.

Metode yang digunakan untuk dalam membuat peramalan ini

(38)

commit to user

21 Langkah-langkah dalam peramalan metode Trend Linier dengan

metode Least Square menurut (Subagyo:2002:34-36) adalah:

a. Peramalan Penjualan Tahunan

1) Susunlah data sesuai dengan urutan tahunnya dan letakan

nilai X-nya sesuai dengan tahunnya.

2) Hitung nilai XY kemudian carilah jumlah Y, jumlah XY dan

jumlah X2.Carilah a dan b dengan rumus:

dan

Keterangan: a = Bilangan konstan

b = Slope

Y = Nilai Trend

X = Waktu atau tahun

N = Banyaknya data

3) Masukan nilai a dan b pada persamaan linier Y = a+bx.

4) Setelah mengetahui persamaan trendnya maka bisa di

cari nilai trend tiap-tiap tahunnya dengan cara

mensubsitusi nilai x pada tahun-tahun yang di maksud.

b. Peramalan Penjualan Triwulanan

1) Penjualan setiap triwulan di jumlahkan,kemudian di cari

rata-ratanya yang di dapatkan dan rata-rata penjualan

triwulannya.

2) Dengan menggunakan rata-rata penjualan triwulan di cari

(39)

commit to user

22 3) Dapatkan indeks musim dengan membagi poin di atas

dengan menggunakan rumus :

Keterangan: IT = Indeks musim triwulan

X = Rata-rata penjualan per triwulan

∑X =Rata-rata dari rata-rata penjualan per

triwulan.

4) Untuk mencari penjualan triwulannya diperoleh dengan

mengalikan ramalan penjualan yang akan datang yang

telah di bagi empat dengan rumus :

Keterangan: TW = Peramalan penjualan triwulan

Y = Nilai trend penjualan triwulan

(40)

commit to user

23 BAB III

PEMBAHASAN

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PT.PRIMISSIMA

1. Sejarah Perusahaan

Sejarah berdiri dan berkembangnya perusahaan dan saat

Negara kita masih kekurangan bahan baku, untuk pembuatan

kain batik halus sejak jaman penjajahan sampai berkisar awal di

canangkannya 5 (lima) tahun tahap I. Pemerintah RI

memenuhinya dengan import dari Negara-negara Benalux, India,

Cina, dan jepang. Namun lambat laun kebutuhan semakin tinggi

dan dirasakan biaya import semakin tinggi pula, sementara

pemerintah perlu menghemat devisa guna membiayai

pembangunan-pembangunan yang mutlak diperlukan untuk

memperbaiki kualitas hidup bangsa Indonesia. Maka pemerintah

mulaii berfikir untuk memenuhi kebutuhan itu dengan cara

memproduksi dan tercetuslah suatu gagasan untuk mendirikan

perusahaan yang memproduksi kain mori dengan kualitas halus

identik dengan kain mori cap “sen” pada saat itu. Pemerintah RI

mengadakan kerjasama dengan perusahaan swasta nasional

yaitu gabungan koperasi batik Indonesia pada tanggal 22 juni

1991 . Berdirilah pabrik cambric berkualitas halus dengan nama

PT. Primissima, berdasarkan akta notaris R. Surojo

(41)

commit to user

24 dimiliki PT. Primissima terdiri atas grant dari kerajaan negeri

Belanda kepada Pemerintah RI dalam bentuk mesin yang nilai

mesin-mesin tersebut merupakan saham pemerintah RI c.q

Departemen Keuangan RI.

Pada saat didirikan PT. Primissima berkapasitas 9.072 mata

pintal terdiri mesin-mesin buatan Rieter Swiss,dan 180mesin

tenun lengkapdengan mesin –mesinpersiapan dan grey finishing

buatan Belgia dan Jerman. Setelah diresmikan oleh Menteri Ekuin

Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang didampingi Menteri

perindustrian M.Yusuf pada tanggal 2 Februari 1972,pabrik ini

mulai berproduksi dengan kapasitas 4juta yard per tahun . Tahun

demi tahun permintaan konsumen bertambah disamping juga

kapasitas mesin-mesin persiapan pre-sppiningmasih belum

maksimal, maka pada tahun 1974 PT. Primissima mengadakan

perluasan tahap I, dengan tambahan mesin pemintalan 22 mesin

atau 11.088 mata pintal 192 mesin tenun merk sama. Perluasan

ini selesai tanggal 7 agustus 1976 dan diresmikan Presiden RI

Bapak Jendral Soeharto. Perluasan tahap I disebut pabrik II dan

mampu meningkatkan produksinya 8.250.000 yard per tahun.

Mengingat saham pemerintah RI diatas 50% maka status

PT. Primissima adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Tahun-tahun berikutnya setelah tahun 1992 pencapaian mutu

(42)

commit to user

25 (pabrik I). juga dirasakan konsumen mulai meminta

prioduk-produk kain dari mesin-mesin tenun, di samping prioduk-produksinya bias

tinggi juga lebar kain yang diproses bias lebih variasi serta

pencapaian ekspor lebih tinggi.Bertambahnya kebutuhan akan

tekstil dan adanya sambutan positif dari konsumen terhadap

produk yang di hasilkan,menuntut PT. Primissima lebih

meningkatkan kualitas dan kuantitas.

2. Lokasi Perusahaan

Pabrik sebagai tempat dan fungsi teknis perusahaan berada

dan sangat penting untuk direncanakan. Pemilihan lokasi ini tidak

akan berdiri sebagai suatu permasalahan sendiri, melainkan akan

terkait dengan beberapa proses produksi diperusahaan tersebut.

Ada beberapa faktor yang memperngaruhi lokasi pabrik. Menurut

Ahyari (1990:224) secara teoritis seluruh faktor pemilihan lokasi

pabrik dipisahkan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Faktor utama

Merupakan faktor-faktor yang diperlukan oleh seluruh industri

yang ada. Adapun faktor-faktor utama tersebut adalah:

1). Lokasi

2). Letak pasar produk perusahaan

3). Fasilitas Transportasi

(43)

commit to user

26 b. Faktor bukan utama

1). Rencana masa depan perusahaan

2). Kemungkinan perluasan perusahaan

3). Kemungkinan perluasan kota

4). Fasilitas pelayanan mesin dan peralatan mesin

5). Fasilitas pembelanjaan perusahaan

6). Terdapatnya persediaan air

7). Perumahaan dan fasilitas-fasilitas lainnya

8). Biaya tanah dan gedung

9). Peraturan daerah setempat

10). Iklim

11). Keadaan tanah

12). Keadaan lingkungan

Dari berdirinya sampai dengan sekarang PT.Primissima berlokasi di

daerah Medari Kabupaten Sleman ± 10 km dari kota Yogyakarta.

PT Primissima mempunyai areal tanah seluas 73.738 m yang

terbagi atas 34.513 m untuk bangunan dan 41.032 m untuk garasi,

jalan dan tanah lapang dan terdapat 6 bangunan utama yaitu:

1). Bangunan Produksi (terdapat 2 buah pabrik produksi).

a). Pabrik I : Bagian spinning

b). Pabrik II : Bagian weaving

2). Bangunan serba guna

(44)

commit to user

27 4). Bangunan penunjang

5). Bangunan gudang

6). Lapangan utama

Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut:

1). Letaknya berada di dekat jalan besar antara Yogyakarta dan

Magelang sehingga mudah untuk menyalurkan atau

mendistribusikan produknya ke konsumen- konsumen yang

berada di luar kota Yogyakarta

2). Tanah disekitar perusahaan sangat luas sehingga sangat

memungkinkan bagi perusahaan untuk mengadakan perluasan

perusahaan,yaitu dengan memanfaatkan areal tanah yang

belum digunakan

3). Letaknya yang berada di pedesaan diharapkan dapat

memperoleh tenaga kerja dari warga desa sekitar lokasi

perusahaan

4). Membantu program pemerintah untuk menyediakan lapangan

kerja bagi masyarakat yang masih menganggur dan mata

pencaharian yang baru bagi masyarakat sekitar

5). Biaya tenaga kerja relative rendah dibanding daerah- daerah

lain

3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

a. VISI

Visi perusahaan adalah menjadikan PT.Primissima sebagai

(45)

commit to user

28 memiliki daya cipta nilai tinggi dan mampu bersaing di dalam

pasar global.

b. MISI

1).Sebagai agen pembangunan yang berwawasan bisnis,

berperan aktif dalam bidang industri tekstil dan menyediakan

bahan baku bagi industri pembatikan

2).Sebagai unit ekonomi yang dapat memberikan kontribusi bagi

penerimaan Negara serta pemegang saham lainnya.

3).Menunjang program Pemerintah dalam peningkatan ekspor

non-migas.

c. Tujuan dari PT. Primissima Yogyakarta adalah:

1). Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian

Negara terutama dalam meningkatkan eksport nonmigas.

2). Menyelenggarakan kegiatan usaha yang dapat dapat

mendorong perkembangan sektor wisata dan sektor koperasi.

3). Meningkatkan kenerja perusahaan di segala sektor untuk

memperoleh keuntungan yang optimal.

4. Personalia

a. Jumlah Karyawan

Dalam perekrutan tenaga kerja, PT. Primissima merekrut

karyawan dengan pendidikan minimal D3 untuk staf kantor,

minimal SMK untuk bagian mesin, dan minimal SMA untuk bagian

(46)

commit to user

29 tenaga kerja sebanyak 1.236 orang karyawan. Berikut ini adalah

rincian karyawan menurut bagian masing-masing:

Data Karyawan PT. Primissima Sumber: Departemen HRD PT. Primissima

Ditambah dengan direksi yang berjumlah 4 orang dan komisaris

berjumlah 5 orang sehingga seluruhnya ada 1.247 orang.

b. Jam Kerja

a) Bagian produksi dan satpam

Bagian ini dibagi menjadi ke dalam empat grup dan tiga shift

jam kerja yang ditetapkan sebagai berikut:

1. Shift I = pukul 06.00 – 14.00 (istirahat 09.00 – 10.00)

2. Shift II = pukul 14.00 – 22.00 (istirahat 17.00 – 18.00)

3. Shift III = pukul 22.00 – 06.00 (istirahat 01.00 – 02.00)

b) Bagian administrasi dan keuangan serta bagian teknik umum

1. Senin – kamis = pukul 07.30 – 15.30 (istirahat 11.30 –

12.30)

2. Jum’at = pukul 07.30 – 15.30 (istirahat 11.30 –

(47)

commit to user

30 3. Sabtu = pukul 07.30 – 13.00 (tanpa istirahat)

c) Jenis Tenaga Kerja

Jenis tenaga kerja yang berada di PT. Primissima Yogyakarta

dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Karyawan Tetap

2. Karyawan Kontrak

3. Karyawan Thirdparty

d) Kesejahteraan Karyawan

Didalam peningkatan kinerja karyawan PT Primissima

Yogyakarta, manajemen memberikan beberapa fasilitas,

diantaranya adalah:

1. Uang Lembur

2. Fasilitas Kesehatan

3. Rumah dinas dll.

e) Struktur Organisasi

Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai

mekanisme-mekanisme formal dengan nama organisasi

dikelola. Struktur organisasi dapat menunjukkan kerangka dan

susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara

fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun

orang-orang menunjukkan kedudukan suatu organisasi.

Struktur ini mengandung spesialisasi kerja, standarlisasi,

(48)

commit to user

31 keputusan dan besaran satuan kerja. Fungsi struktur

organisasi merupakan cermin jalannya lalu lintas wewenang

dan tanggung jawab dalam suatu perusahaan yang dijalankan

baik secara vertical maupun horizontal.

Adapun tujuan dari struktur organisasi ini adalah:

1). Mempermudah pelaksanaan kerja

2). Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan

bawahannya

3). Mengkordinasikan kegiatan yang dilakukan oleh bawahan

sehingga dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan

Dalam hal ini PT Primissima Yogyakarta untuk menunjukkan

hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau

posisi-posisi maupun orang-orang didalam perusahaan

menggunakan bagan organisasi berbentuk pyramid. Bentuk ini

digunakan karena bentuknya sederhana, jelas, dan mudah

dimengerti. Dari struktur organisasi tersebut dapat di jelaskan

mengenai tugas dan wewenang dari masing-masing bagian

secara garis besar sebagai berikut:

Direktur Produksi serta Direktur Keuangan dan Pemasaran.

A. Direktur Utama

1). Fungsi Pokok

Menetapkan kebijakan umum perusahaan, mengatur dan

mengarahkan kegiatan direktorat-direktorat dan

(49)

commit to user

32 b). Tugas

1.Mengatur dan mengarahkan kegiatan

direktorat-direktorat.

2.Mengendalikan kegiatan-kegiatan perusahaan.

c). Wewenang

Menetapkan kebijakan umum perusahaan dalam

kaitannya dengan penyusunan rencana kerja, rencana

anggaran pendapatan dan belanja perusahaan.

d). Tanggung jawab

1. Melaksanakan pengendalian mutu terpadu (PMT).

2.Penanggung jawab pelaksanaan tujuan perusahaan.

B. Direktur Administrasi dan Personalia

1). Fungsi pokok

Menyusun kebijakan umum system organisasi,

pembinaan personalia dan manajemen perusahaan

dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

2). Tugas

a. Mengolah sistem administrasi dan menguasai

serta mengamankan kekayaan milik perusahaan.

b. Mengelola sistem personalia dan organisasi serta

organisasi perusahaan.

3). Wewenang

a. Mengatur kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

(50)

commit to user

33 b. Melakukan hubungan dengan pihak luar yang

berasal dari instansi pemerintah, swasta, maupun

pihak asing dalam kaitannya dengan kegiatan

administrasi dan personalia.

4). Tanggung jawab

Mengelola kegiatan ketatausahaan, pelayanan umum,

perawatan kesehatan dan kerumahtanggaan serta

kegiatan-kegiatan protokoler yang ada di lingkungan

perusahaan.

C. Direktur Keuangan dan Pemasaran.

1). Fungsi Pokok

Menyusun kebijakan umum bidang keuangan dan

pemasaran dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

2). Tugas

a. Menyusun RAPB perusahaan yang akan diajukan

pada Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan

rencana kerja yang telah ditetapkan oleh direksi.

b. Menyusun serta melaksanakan rencana-rencana dari

penjualan tahunan.

c.Melaksanakan pengadaan barang-barang umum atas

(51)

commit to user

34

d.Menetapkan pedoman-pedoman dalam

kebijaksanaan dalam pengadaan serta pengendalian

pelaksanaannya.

3). Wewenang

a. Menetapkan serta mengelola administrasi

keuangan perusahaan

b. Mengelola perbendaharaan perusahaan.

c. Mengatur penyediaan dan penggunaan dana.

d. Menetapkan pedoman dan kebijakan penjualan

hasil produksi.

e. Mengkoordinir pemberian dan permintaan jasa.

f. Mengelola kegiatan penyelenggaraan riset dan

promosi.

4). Tanggung jawab

a. Mengatur pelaksanaa anggaran berdasarkan RAPB

perusahaan yang telah disahkan oleh Rapat

Umum Pemegang Saham.

b. Mengamankan pelaksanaan PMT pada

direktoratnya.

D. Direktur Produksi

(52)

commit to user

35 Menyusun kebijaksanaan umum di bidang produksi

dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.

2). Tugas

a. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan kesekretariatan

yang meliputi pembuatan dan penerimaan

surat-surat, pengadaan barang umum kebutuhan

kantor, menyusun anggaran belanja kantor.

b. Menyelenggarakan notulen rapat dinas,

menyimpan dokumen –dokumen kontrak asli.

3). Wewenang

Mengurusi hal-hal menyangkut pelayanan umum dan

kerumahtanggaan kantor.

4). Tanggung jawab

Melaksanakan PMT pada bagian umum dan

personalia.

E. Kepala Departemen Personalia

1). Fungsi Pokok

Mengelola personalia perusahaan secara efisien

sesuai dengan perusahaan.

2). Tugas

a. Menyusun rencana kebutuhan personil

(53)

commit to user

36 b. Mengelola sistem penggajian dan jaminan sosial

karyawan.

c. Mengatur kerja serta mengurusi mutasi, promosi,

demosi, dan penilaian konduite untuk karyawan

bagian personalia.

3). Wewenang

a. Melakukan analisis secara berkala atas

perkembangan bidang personil.

b. Merencanakan program pendidikan dan latihan

karyawan baik di dalam maupun luar negeri.

4). Tanggung jawab

a. Menyelenggarakan pembinaan personil dan

perburuhan.

b. Mengatur pembinaan karyawan di bidang

kesehatan, pembinaan mental.

F. Kepala Departemen Pemintalan (spinning) .

1). Fungsi Pokok

Melaksanakan dan mengamankan kebijaksanaan

umum perusahaan dalam memproduksi benang secara

(54)

commit to user

37 2). Tugas

a. Mengatur dan merawat semua alat kerja yang ada

di bagiannya.

b. Membantu pengadaan akan kebutuhan tenaga

kerja, bahan baku, mesin-mesin dan alat produksi.

c. Memproduksi benang dengan kualitas dan kuantitas

sebaik-baiknya sesuai rencana.

3). Wewenang

Mengadakan hubungan dengan kepala departemen

lainnya di dalam lingkungan perusahaan demi

lancarnya produksi.

4). Tanggung jawab

Melaksanakan PMT di Departemen Pemintalan.

G. Kepala Departemen Pertenunan (weaving).

1). Fungsi Pokok

Melaksanakan dan mengamankan kebijaksanaan

umum perusahaan dalam memproduksi kain grey

secara efisien.

2). Tugas

a. Merencanakan produksi dari tiap-tiap macam

produksi dengan menyelesaikan rencana yang di

(55)

commit to user

38 b. Menentukan alokasi mesin untuk macam-macam

produksi.

c. Membuat percobaan produk baru yang sekiranya

akan laku di pasaran.

d. Menghitung kebutuhan benang baik nomornya

maupun beratnya.

e. Menentukan cutting (pos).

3). Wewenang

Mengkordinir semua aktivitas departemen.

4). Tanggung jawab

Melaksanakan PMT di Departemen Pertenunan.

H. Kepala Departemen Teknik Umum

1). Fungsi Pokok

Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan

maintenance, overhaul, rehabilitasi, pemasangan baru

dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan umum

direksi.

2). Tugas

a. Mengawasi kegiatan mesin-mesin, reparasi listrik

untuk mencapai hasil yang maksimal.

b. Menyelenggarakan kebutuhan suku cadang dan

(56)

commit to user

39 c. Perawatan, perbaikan, dan penyempurnaan

bangunan.

3). Wewenang

Mengadakan hubungan dengan kepala departemen

lainnya di dalam perusahaan.

4). Tanggung jawab

Melaksanakan PMT di departemen teknik umum.

I. Kepala Departemen Keuangan

1). Fungsi Pokok

Menyelenggarakan kebijaksanaan pokok Direksi

(Direksi Keuangan dan Pemasaran) di dalam

pengelolaan bagian keuangan dan akuntansi

perusahaan.

2). Tugas

a. Menyusun dan melaporkan posisi keuangan secara

berkala.

b. Menyusun administrasi dan inventarisasi kekayaan

perusahaan yang berupa aktiva dan pasiva

(57)

commit to user

40 3). Wewenang

Melakukan kegiatan-kegiatan transaksi perusahaan dan

menyusun administrasinya, termasuk pula kelengkapan

dokumennya.

4). Tanggung jawab

Melaksanakan PMT di Departemen Keuangan

J. Kepala Departemen Pemasaran

1). Fungsi pokok

Mengelola hasil produksi dalam rangka pelaksanaan

kebijaksanaan umum Direksi (Direktur Keuangan dan

Pemasaran).

2). Tugas

a. Mengelola penjualan barang yang meliputi hasil

produksi perusahaan, waste, barang bekas (yang

tidak terpakai), meneliti sah dan lengkap tidaknya

jaminan (surat berharga sehubungan dengan

penjualan kredit).

b. Mengelola pengadaan barang yang meliputi,

penerimaan barang, penyimpanan dan

pemeliharaan barang, barang inventaris, tools, dan

bahan pembantu (penolong), spare part dan

(58)

commit to user

41 3). Wewenang

Mengelola penelitian pasar dan promosi.

4). Tanggung jawab

Melakukan analisa secara berkala atas pelaksanaan

tugasnya dibidang penjualan dan pengadaan.

K. Kepala Biro Pengendalian Intern/ SPI (Satuan

Pengawasan Intern).

1). Fungsi Pokok

Melakukan pengawasan intern dalam rangka

mengamankan kebijaksanaan umum Direksi

berdasarkan standar-standar, penaksiran-penaksiran

tentang saran-saran kualitas, prosedur dan lain-lain.

2). Tugas

a. Mengkoordinir kepala-kepala bagian dalam

pelaksanaan intern.

b. Mengadakan analisa atau evaluasi perusahaan

disegala aspek kegiatan bulanan, triwulan,

semester maupun tahunan.

3). Wewenang

a. Membutuhkan input berupa informasi mengenai

(59)

commit to user

42 b. Membina disiplin kerja agar tugas-tugas

Departemen dapat dilaksanakan secara efisien.

4). Tanggung jawab

Melaksanakan PMT di Biro Pengendalian dan

mengawasi PMT di seluruh bagian perusahaan.

Pengawasan intern ini dilakukan di segala bidang,

meliputi Bidang Operasional, Akuntansi, Organisasional

serta Kompuasi.

5. Produksi

a. Dalam proses produksi produk grey di PT. Primissima

Yogyakarta dibutuhkan bahan-bahan yang terdiri dari 2

jenis bahan, yaitu:

1). Bahan baku

Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi

utamanya adalah berupa kapas ± 14.000 per tahun

yang diimpor dari Amerika dan Australia yang

digunakan oleh unit spinning (pemintalan).

2). Bahan Penolong

Dengan bahan pembantu berupa tapioca, emcee,

elvanol, sunsize, digowak, fungisida dan kentek.

b. Proses Produksi

Proses produksi kain grey di PT Primissima Yogyakarta,

(60)

commit to user

43

PROSES PRODUKSI

Sumber Data: PT. Primissima

Gambar III.1

KAPAS

BLOWING

FLOCK FEEDER

CARDING

PRE DRAWING

SLIVER LAP

RIBBON LAP

COMBER

DRAWING PASSAGE

DRAWING PASSAGE

RING SPINNING

TWISTING WINDING I

FLYER

(61)

commit to user

44 A. Proses produksi unit spinning (pemintalan)

Spinning merupakan satu departemen yang membawahi bagian

persiapan (pre spinning) dan pemintalan kapas menjadi benang

cone (kelos).sebelum dilakukan prosesan bahan baku kapas

menjadi benang, kapas dari gumpalan pres antara 24 - 25 jam,

agar kapas dapat mengembang dan menyesuaikan kelembaban

udara disekitarnya, kemudian dilakukan pencampuran (mixing)

kapas.

1. Bagian persiapan (pre-spinning)

Proses ini mempersiapkan kapas untuk dipintal, bagian ini

mempunyai 5 proses, yaitu:

a). Proses Blowing

Adalah membuka gumpalan kapas pres untuk dikembalikan

ke bentuk semula, mencampur kertas,serta membersihkan

kotoran-kotoran terutama dari benda-benda asing .

Pada proses ini terdapat tiga kegiatan pokok, yaitu:

- Opening : Membuka kapas yang masih berbentuk padat

agar mudah di urai.

- Mixing : Proses pencampuran berbagai jenis kapas

- Cleaning : Membersihkan kotoran-kotoran yang

(62)

commit to user

45 b). Proses carding

Adalah pemisahan dan pembersihan serat serta membentuk

serat menjadi sliver. Silver adalah gulungan kapas yang

seratnya sudah diatur satu per satu. Proses carding merupakan

bagian penting dari proses pemintalan karena bagian ini

menentukan mutu benang yang di hasilkan.

Proses:

Serat dibentuk menjadi sumbu yang panjang kemudian

digulung di dalam can (drum besar) sampai penuh dengan

ditandai lampu pada mesin menyala.Serat-serat tersebut

berasal dari kapas pada mesin ERM 2 yang termasuk ke kitcher

melalui 2 rol sisir dan feed roller yang di kontrol oleh regular flap

yang mengatur pemasukan kapas ke heater. jumlah aliran

kapas dalam saluran di kontrol oleh flock meter.

c). Proses combing

Proses ini berfungsi untuk membuat kapas menjadi bentuk

sliver dan membersihkan kotoran serta seleksi terhadap serat

pendek.

Proses:

Hasil dari mesin ribbon lap masuk ke mesin comber disisir oleh

sisir atas dan bawah yang berfungsi untuk memisahkan serat

pendek dan serat panjang. Melalui contact roller dilakukan

peregangan, pembukaan lap (jalur), perataan yang kemudian

(63)

commit to user

46 d). Proses drawing

Proses drawing digunakan untuk mensejajarkan dan meratakan

serat, karena hasil dari mesin comber sudah tidak rata lagi.

Proses ini juga berfungsi untuk menyesuaikan berat sliver

persatuan panjang dengan cara penarikan untuk keperluan

pada proses berikutnya.

Proses:

Sliver hasil mesin comber masuk melalui feed table menuju

drafting arrangement dam mengalami peregangan dan keluar

dalam bentuk sliver.

e). Proses roving frame

Adalah proses pengecilan sliver hasil mesin drawing sehingga

menjadi bentuk roving, selain itu pada proses ini terjadi

pemberian twist agar roving tidak mudah putus.

Proses:

Sliver dari mesin drawing masuk melalui rak universal dan

masuk draft arrangement (alat peregang), kemudian terjadi

peregangan dan penambahan twist serta keluar dalam bentuk

roving gulung pada bobbin.

B. Bagian pemintalan (ring spinning)

1). Ring spinning

Ring spinning adalah proses terakhir pembuatan benang yaitu

(64)

commit to user

47 berasal dari serat sintetis / alami yang satu sama lainnya

memiliki kekuatan dan panjang dalam satuan tertentu.

Pada bagian ring spinning hanya terdapat sebuah proses

pemintalan benang yaitu mengubah roving menjadi benang

dengan kelipatan 33,333 kali 1 meter roving akan menjadi

33,333 meter benang.

Proses:

Roving masuk melalui drafting arrangement kemudian di beri

twisting dan menjadi benang yang akan di gulung pada bobbin.

2). Winding

Proses winding dilakukan setelah proses mesin ring spinning

dimana roving ditarik oleh rol peregang karena perbedaan

kecepatan dan arah putaran yang saling tegak lurus antara

front dan spindle, maka terjadi lilitan atau twist yang

dikehendaki yang kemudian benang di gulung dalam bentuk

cone (kelos).

Proses:

Benang yang berbentuk cone dilewatkan melalui sensor di

dalam alat splitzer dan di gulung dalam bentuk cone.

3). Doubling

Proses doubling adalah menyatukan 2 helai benang single

(65)

commit to user

48 Proses:

Dari 2 benang single (satu) dirangkap dan dijadikan satu

sehingga menjadi benang yang kuat dengan diameter menjadi

lebih besar karena adanya perangkapan benang single

tersebut.

4).Twisting

Proses twisting adalah membakar bulu-bulu pada benang dan

melilitkan (twisting) benang satu dengan benang yang lain.

Proses:

Dari benang hasil rangkapan mesin doubling kemudian dilakukan

twisting sesuai yang dilakukan. Pembakaran bulu-bulu pada

benang dilakukan melalui heating element.

Proses Pembuatan benang ini dibagi menjadi dua jalur yaitu:

a. Jalur I: kapas di campur secara otomatis oleh mesin uniflock

(mesin pencampur kapas) dan masuk ke dalam unit bowing,

secara otomatis masuk kedalam mesin carding yaitu

sebelumnya ditampung ke dalam mesin flock feeder, dalam

mesin carding bahan baku kapas berubah menjadi sliver.

b. Jalur II: kapas dicampur secara manual di unit blowing yang

kemudian masuk secara otomatis ke dalam mesin carding,

yang sebelumnya ditampung ke dalam mesin flock feeder,

dalam mesin carding bahan baku kapas berubah menjadi

(66)

commit to user

49 Sumber Data: PT.Primissima

(67)

commit to user

50 C. Proses Produksi Unit Weaving (Pertenunan)

1). Proses pemaletan

Dalam proses ini, gulungan palet yang baik harus memiliki

syarat yaitu gulungan harus penuh dan padat sehingga

lapisan-lapisan benang palet tidak akan tergelincir atau lepas saat

proses pertenunan dalam kecepatan tinggi, namun benang

harus terurai selapis demi selapis yang sesuai dengan

terpotong.

Gerakan-gerakan pokok dalam pemaletan:

- Perputaran bobbin untuk menggulung benang

- Gerakan penyuapan benang

- Perpindahan atau pergeseran penyuapan benang

Di PT. Primissima nomor benang yang digunakan adalah

system penomoran tidak langsung (nel) dengan kode PS

Primissima.

2). Proses penghanian

Tujuan penghanian adalah menggulung benang dari

beberapa cone (kelos) ke dalam beam (balok) hani sesuai

kontruksi, yang dipasang pada mesin kanji dengan bentuk

gulungan sejajar.

(68)

commit to user

51 - Benang ditarik dari bobbin penyuap yang ditempatkan pada

creel (pengantat silver) melalui pengantar benang yang terbuat

dari porselen. Mesin ini di lengkapi dengan peralatan otomatis

yang salah satunya adalah alat stop motion yang berfungsi

member tanda bila ada benang putus sehingga secara otomatis

mesin akan berhenti.

- Benang berjalan melalui rol pengantar, rol pemegang dan rol

pengungkit, fungsi rol pengungkit adalah mencari ujung

benang-benang yang terputus apabila sudah tergulung pada beam hani.

Benang-benang setelah malalui bagian bawah rol penegang dan

bagian atas pengungkit, dicucuk pada mesin hani, tiap lubang

dicucuk satu helai, lalu benang di gulung pada beam hani,

benang di data dan diberi dan diberi tanda sesuai. Pemberi tanda

ini berlaku pada benang lusi maupun benang pakan . Benang

dengan label tak sesuai digunakan untuk mesin tenun jenis

shuttle loom untuk konsumsi lokal. Sedangkan benang dengan

label sesuai digunakan untuk jenis mesin Air jet loom. Setelah di

data, benang disiapkan di rak hani sesuai standar produksi

preparation I.

- Setelah proses penghanian selesai, operator mengisi kartu

hani dan memberi status pada beam yang sudah diproduksi yaitu

berterima bila angka putusnya kecil dari standar, dan tak

(69)

commit to user

52 beam diparkir satu jenis satu baris untuk menghindari kesalahan

pengambilan dan memudahkan stok harian. Salah satu untuk

meningkatkan kualitas harian agar proses di mesin kanji dan

dimesin loom lancer adalah dengan memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a. Setelah proses hani habis, set creel hani yang diatas dan

mesin blower harus dibersihkan menggunakan kompresor.

b. Setelah benang terpasang di careel dan telah selesai

disambung dan benang ditarik kedepan, mesin blower

dijalankan terlebih dahulu, maju mundur 4kali.

c. Penyetelan sisir untuk benang pinggir harus betul-betul

rata, tidak boleh menumpuk untuk menjaga agar proses

pengganjian tidak terjadi pinggiran kendo atau pinggiran

lengket.

3). Proses penganjian

Yang dimaksud penganjian adalah saat benang dilewatkan

pada bak larutan kanji (size box), yang di dalamnnya terdapat

rol rendam dan rol pemeras. Isi larutan kanji pada bak tidak

boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak, sebab ini dada

hubungannya dengan lamanya dalam larutan kanji.

Tujuan dari proses penganjian adalah meningkatkan daya

tenun dari benang. Peningkatan daya tenun yang disebabkan

setelah proses penganjian adalah:

(70)

commit to user

53 - Sifat licin permukaan bertambah

- Kekuatan tarik benang bertambah

- Gaya gesek bertambah

- Benang-benang menjadi kompak

4). Proses pemisahan

Untuk penenunan yang menggunakan mesin tenun air jet loom,

maka benang yang sudah dikanji dipisahkan (leasing) terlebih

dahulu. Maksudnya adalah untuk memisahkan benang atas

dengan benang bawah. Selain itu proses ini dimaksudkan untuk

mengetahui jika benang ada yang kurang jumlah helainya

sehingga tidak sesuai dengan konstruksi yang diinginkan.

Proses ini membutuhkan ketelitian operator.

5). Proses pencucukan

Sebelum masuk ke mesin tenun, kain yang sudah dikanji

diadakan pencucukan. Fungsi pencucukan ini adalah agar

benang lusi masuk ke gun dan droffer lalu dimasukan ke dalam

sisir. Setelah masuk ke mesin tenun,lusi yang sudah dikanji

mengalami pencucukan yaitu setiap helai masuk ke dalam gun,

sisir, droffer, dapat dilakukan secara elektronik maupun manual.

Di PT. Primissima proses tersebut dilakukan oleh tenaga

operator.

Cara kerja:

Benang beam dimasukan ke droffer, lalu di gun, terakhir kesisir

(71)

commit to user

54 sehingga ketika ditenun membentuk anyaman yaitu antara

benang pakan dan benang lusi akan saling mengait

membentuk anyaman.

Pengambilan benang dari droffer melalui selector agar benang

berurutan. Setelah proses pencucukan, benang siap dip roses

di mesin tenun.

a. Tahap penenunan

Benang lusi setelah di cucuk pada droffer, gun, dan sisir tenun

atau disambung (trying), bersama benang pakan dianyam, yaitu

benang pakan diluncurkan memakai teropong. Pada bagian ini

mesin-mesin yang digunakan adalah mesin tenun dan mesin

sambung.

- Mesin tenun (loom)

Benang-benang lusi dari mesin cucuk dan benang-benang dari

mesin palet akan ditenun/dianyam pada mesin jenis air jet

loom. Mesin jenis ini menggunakan angin sebagai tenaga

penggerak. Untuk menghemat penggunaan angin,maka

perabukan mulut lusi sekecil mungkin.mesin tenun ini

menghasilkan kain grey terutama untuk ekspor.

- Penyambungan

Fungsi mesin ini adalah untuk menyambung benang lusi yang

tersisa dari proses pertenunan dengan lusi baru yang kan

Gambar

Gambar III.2  Proses produksi Weaving  ..............................................
  Gambar I.1
Gambar II.1.
Gambar III.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian mengenai dekolorisasi larutan zat warna remazol violet 5R dengan metode elektrolisis (elektrodekolorisasi) menggunakan elektroda grafit dan

1. Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan

Dari variabel kinerja menghasilkan adanya indikator waktu dari pernyataan “saya mengerjakan tugas sesuai waktu yang ditetapkan” masih rendah oleh karena itu perlu adanya

Saya mengesahkan bahawa satu Jawatankuasa Peperiksaan Tesis telah berjumpa pada 5 September 2013 untuk menjalankan peperiksaan akhir bagi Nor Suhaili Binti Saharudin bagi menilai

Dalam menentukan jumlah pendapatan periodik atas suatu proyek konstruksi, jika yang digunakan adalah metode persentase penyelesaian ( percentage of completion method ) maka

1) Usulan agenda rapat tersebut harus dilengkapi dengan materi yang memadai. 2) Agenda rapat susulan harus disetujui oleh seluruh anggota Direksi, baik yang hadir

Alur komunikasi vertical ( downward communication) dalam aktivitas Public Relations mempunyai hubungan yang tinggi dengan kinerja karyawan bagian Financial

Keterbatasan atau kelainan yang terjadi pada anak autis menjadikan peneliti ingin melihat dari penggunaan puzzle 3D bagi anak autis sebagai media terapi motorik halus. Media