• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS DATA SEKTORAL MDGs KABUPATEN POLEWALI MANDAR 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ANALISIS DATA SEKTORAL MDGs KABUPATEN POLEWALI MANDAR 2009"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ANALISIS DATA SEKTORAL MDGs KABUPATEN POLEWALI MANDAR 2009

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Polewali Mandar

Kabupaten Polewali Mandar dengan luas wilayah 2.022,30 km2 yang meliputi 16 kecamatan. Pemerintahan Kab. Polewali Mandar menaungi 16 kecamatan dengan 167 desa/kelurahan. Diantara 16 kecamatan di Kab. Polewali Mandar, ibukota kecamatan yang letaknya terjauh dari kabupaten adalah ibukota Kecamatan Tutar yaitu 72 km dan ibukota kecamatan yang terdekat dari kabupaten adalah ibukota Kecamatan Anreapi yang berjarak 5 km dari Polewali.

Berdasarkan BPS pada tahun 2009 penduduk usia kerja di Kab. Polewali Mandar yang aktif dalam kegiatan ekonomi yang disebut dengan angkatan kerja sebanyak 63,68%. Dari seluruh angkatan kerja tersebut tercatat 8.05% dalam status pencari kerja.

Di lihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Kab. Polewali Mandar bekerja di sektor pertanian yakni 105.488 orang (61,10% dari jumlah penduduk yang bekerja) setelah sektor pertanian, sektor perdagangan dan industri yang masing-masing menyerap tenaga kerja sebesar 16.085 (12,14%) dan 13.132 (9,34%). Penduduk Usia Kerja (PUK) di definisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun keatas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Mereka yang termasuk dalam Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.

Pendidikan merupakan salah satu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya pemerintah daerah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan SDM melalui pendidikan adalah mencanangkan program Wajib Belajar 9 tahun. Dengan program ini diharapkan akan tercipta Sumber Daya Manusia yang siap bersaing dalam era globalisasi. Demikian juga dengan Kab. Polewali Mandar yang berupaya menciptakan suatu masyarakat yang berpendidikan.

(2)

Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka akan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung. Upaya pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas kesehatan terutama puskesmas pembantu terus mengalami peningkatan. Tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan merupakan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan. Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 ada 32 orang dokter umum, 11 orang dokter gigi, 10 orang dokter ahli dan 110 orang bidan.

Selama Tahun 2009 di Kab. Polewali Mandar tercatat 31.024 peserta Keluarga Berencana (KB) yang baru. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 4.096 akseptor. Peningkatan jumlah akseptor terjadi pada peserta KB laki-laki yang peningkatannya cukup drastis, dari 2,12% pada tahun 2008 menjadi 96,58% tahun 2009. Sedangkan tahun 2008 peserta KB perempuan terjadi penurunan dari 97,88 menjadi 3,42% pada tahun 2009. Peserta KB yang baru tahun 2007 ini tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Dari target sebesar 6.695 orang ternyata yang dicapai adalah 4.096 orang peserta KB baru (hanya tercapai 61% dari target yang diinginkan).

Pada tahun 2009 di Kab. Polewali Mandar terdapat 3 rumah sakit, yang terdiri dari 1 Rumah Sakit Umum dan 1 Rumah Sakit ABRI dan 1 Rumah Sakit Swasta. Sedangkan jumlah puskesmas pada tahun 2009 adalah 20 unit, poskes 17, pustu 59.

2.2 Kependudukan

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan salah satu unsur penting yang ikut berperan dalam proses pembangunan. Penduduk tidak saja menjadi sasaran tetapi juga menjadi pelaksana dari pembangunan itu sendiri. Dengan demikian pemahaman akan dinamika kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk menjadi suatu hal yang penting untuk diketahui sebagai data dasar pada tahapan perencanaan pembangunan.

(3)

Tabel 2.2

Karakteristik Penduduk di Kab. Polewali Mandar Tahun 2008-2009

Keadaan 2008 2009

Jumlah Penduduk Total 371 420 373 263

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin:

a. Laki-laki 180 763 181 660

b. Perempuan 190 657 191 603

Rasio Jenis Kelamin 95 95

Jumlah Rumah Tangga 79 768 80 162

Rata-rata Jumlah Anggota Rumah Tangga 5 5

Pertumbuhan Penduduk (%) 0,5 0,5

Kepadatan Penduduk/km² 184 185

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008-2009

Jumlah penduduk Kab. Polewali Mandar tahun 2008 sebesar 371.420 jiwa tersebar di enam belas kecamatan dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,50%. Penduduk ini terdiri dari 180.763 laki-laki dan 190.657 perempuan. Sementara itu dengan laju pertumbuhan penduduk yang sama yaitu 0,50%, diperkiraan jumlah penduduk Kab. Polewali Mandar tahun 2009 sebesar 373.263 jiwa, terdiri dari 181.660 laki-laki dan 191.603 perempuan. Rasio jenis kelamin relatif tetap baik pada tahun 2008 maupun 2009 sebesar 95, yang artinya bahwa dari 100 perempuan terdapat 95 laki-laki.

Sejalan dengan adanya pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk di Kab. Polewali Mandar meningkat dari 184 jiwa/km pada tahun 2008 menjadi 185 jiwa/km pada tahun 2009.

Jumlah rumah tangga di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2008 sebesar 79.768 rumah tangga dan pada tahun 2009 diperkirakan meningkat menjadi sebesar 80.162 rumah tangga. Sementara itu, rata-rata jumlah anggota rumah tangga baik pada tahun 2008 maupun 2009 diperkirakan sama yaitu sebesar 5 jiwa per rumah tangga.

(4)

Grafik 2.2

Piramida Penduduk Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2008 – 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009

Struktur penduduk Kab. Polewali Mandar tergolong penduduk muda. Persentase penduduk umur muda relatif lebih banyak dari pada penduduk umur tua. Hal ini dapat di lihat dari bentuk piramida penduduk pada Grafik 2.2.

2.3 Pendidikan

Memastikan semua anak laki-laki maupun perempuan di manapun untuk dapat menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2015 merupakan target MDGs yang utama di bidang pendidikan. Pengukuran pencapaian target ini menggunakan beberapa indikator.

Data yang digunakan untuk memenuhi perhitungan beberapa indikator tersebut diambil dari Laporan Individu Sekolah tahun 2007 dan 2008 yang dirangkum di Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama Kabupaten. Rangkuman Laporan individu sekolah ini disebut RC/RK-TK/RA, RC/RK-SD/MI, RC/RK-SMP/MTs dan RC/RK-SM. Untuk data penduduk digunakan data dari BPS.

2.3.1 Angka Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah (4-6 Tahun)

(5)

taman kanak-kanak (TK)/Bustanul Athfal (BA), Raudatul Athfal (RA), kelompok bermain, taman penitipan anak, PAUD, dan Lembaga lainnya.

Angka partisipasi murni prasekolah adalah perbandingan antara jumlah siswa prasekolah (TK, RA, BA) usia 4-6 tahun dengan jumlah penduduk usia 4-6 tahun dan dinyatakan dalam persentase.

Tabel 2.3.1

APM Pendidikan Pra Sekolah Usia 4-6 Tahun di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data 2007 2008 2009

Jumlah Siswa Pra Sekolah Usia 4-6 Tahun 2.875 6.070 5.909 Jumlah Penduduk Usia 4-6 Tahun 25.367 25.487 26.757

APM (Persen) 11.33 22.35 22.08

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.1

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Berdasarkan hasil pengumpulan data sektor pada tahun 2007 dan 2008, Angka Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah di Kab. Polewali Mandar masih sangat rendah walaupun terdapat kenaikan dari 11.33% tahun 2007 menjadi 22.35% di tahun 2008 dan pada tahun 2009 menjadi 22.08% hal ini menunjukkan bahwa data ini menunjukkan penurunan walau hanya sedikit dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya keinginan sebahagian orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke pendidikan prasekolah.

(6)

2.3.2 Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (7-12 Tahun)

Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar adalah perbandingan antara siswa SD, usia 7-12 tahun termasuk MI setara SD dan Ula dengan jumlah penduduk usia 7 – 12 tahun dinyatakan dalam Persentase.

Tabel 2.3.2

Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (7-12 Tahun) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2008

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik.2.3.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase partisipasi Sekolah Dasar usia 7 - 12 tahun di Kab. Polewali Mandar adalah 92.09% tahun 2007 dan 98.79% di tahun 2008. Berdasarkan tabel di atas, APM SD 7-12 tahun sudah melampaui target nasional sebesar 95%, ini menunjukkan bahwa penduduk usia 7-12 tahun hampir semuanya sudah bersekolah di jenjang Sekolah Dasar tapi pada tahun 2009 sebesar 94,63% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya tapi tidak mengalami perbedaan yang sangat menjolok hanya sedikit mengalami penurunan.

Uraian Data 2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa SD/MI Sederajat

Usia 7-12 Th 25,223 23,760 48,983 26,967 25,405 52,372 26.514 25.009 51.523 Penduduk Usia 7-12 Th 27,540 25,197 52,737 27,680 25,334 53,014 28.326 26.118 54.444

(7)

2.3.3 Angka Partisipasi Murni di Sekolah Lanjutan Pertama

Nilai APM SMP yang tinggi menunjukkan partisipasi siswa SMP dan sederajat terhadap pendidikan usia resmi SMP. Nilai maksimum APM SMP adalah 100%. Pencapaian APM SMP tahun 2007 50.10%, hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada sekitar 40.60% anak usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah di tingkat SMP dan sederajat.

Tabel 2.3.3

APM SMP Usia 13-15 Tahun

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data 2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa SMP/MTs Sederajat Usia 13-15 Th

5,95 6,352 12,302 7,779 8,031 15,81 6.764 7.325 14.089 Penduduk Usia 13-15 Th 12,545 12,01 24,555 12,607 12,078 24,685 12.504 11.942 24.446 APM (Persentase) 47,430 52,89 50,10 61,70 66,49 64,05 54.09 61.34 57.63

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik.2.3.3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa APM SMP Usia 13-15 Tahun 2007 50.10% dan 64.05% pada tahun 2008. Sampai akhir tahun 2008 masih terdapat 35.95% anak usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah di jenjang SMP sederajat, hal ini antara lain disebabkan adanya anak lulus SD/MI sederajat tetapi tidak melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs sederajat. Dan tahun 2009 57.63% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

2.3.4 Angka Partisipasi Murni Anak Cacat

Angka partisipasi murni anak tuna adalah perbandingan antara jumlah siswa SLB usia 7-15 tahun dengan jumlah penduduk tuna usia 7-15 tahun, dinyatakan

(8)

dalam persentase. Indikator ini untuk memantau partisipasi anak cacat atau yang memiliki kebutuhan khusus dan sedang mengikuti pendidikan di Sekolah Luar Biasa.

Data sektor tahun 2007 dan 2008 dapat mengumpulkan jumlah siswa di Jenjang SLB sebagai berikut :

Tabel 2.3.4

Jumlah Anak Cacat usia 7-15 Tahun di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2008

Uraian Data

2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa Anak Cacat Usia 7-15 Th yang bersekolah

di SLB

8 6 14 41 25 66 32 24 56

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.3.5 Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Mencapai Kelas V

Proporsi murid kelas I yang berhasil mencapai kelas V adalah proporsi murid pada cohort murid kelas I sekolah dasar yang memasuki jenjang sekolah dasar pada tahun ajaran tertentu dan berhasil mencapai kelas V dan dinyatakan dalam Persentase, digunakan untuk mengetahui berapa lama sistem pendidikan dapat mempertahankan siswa di sekolah baik dengan atau tanpa mengulang dan putus sekolah. Juga

digunakan untuk mengukur hasil mengulang dan putus sekolah pada efisiensi internal.

Untuk melihat gambaran persentase murid kelas I yang berhasil mencapai kelas V di Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral tahun 2007-2009 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2.3.5

Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Mencapai Kelas V di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data 2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa Kelas V SD/MI

Sederajat 4,282 4,18 8,462 4,468 4,499 8,967 4.642 4.210 9.337 Siswa Kelas 1 SD/MI

Sederajat (Th – 4) 5,122 4,659 9,781 4,852 4,528 9,38 5.952 5.453 11.405

(9)

Grafik. 2.3.5

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase siswa kelas I yang bertahan sampai kelas V sampai 86.51% tahun 2007 dan 95.60% di akhir tahun 2008. Sebanyak 4.40% dan pada tahun 2009 sebesar 81.87% anak tidak bertahan sampai dengan kelas V yang antara lain disebabkan adanya mutasi dan siswa yang putus sekolah.

2.3.6 Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Menamatkan Sekolah Dasar

Indikator ini didapatkan dari perbandingan jumlah siswa yang berhasil meluluskan pendidikan pada jenjang SD/MI sederajat dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun.

Nilai proporsi siswa tingkat I yang berhasil menamatkan Sekolah Dasar yang tinggi menunjukkan makin sesuai antara siswa bersekolah dengan usia resmi. Seperti diketahui bahwa usia resmi masuk SD adalah 7 tahun sehingga lulus SD seharusnya usia 12 tahun. Dari data sektor tahun 2007 dan 2009 didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.3.6

Proporsi Murid di Kelas I yang Berhasil Menamatkan Sekolah Dasar di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data 2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Lulusan SD/MI Sederajat 3,407 3,731 7,138 3,789 3,864 7,653 3.799 3.795 6.722

Penduduk Usia 12 Tahun 4,566 4,326 8,892 4,587 4,353 8,940 4.606 4.405 9.011 Persentase 74,62 86,25 80,27 82,60 88,77 85,60 82.48 86.15 84.27 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

(10)

Grafik.2.3.6

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Berdasarkan tabel di atas, Proporsi Murid Kelas I yang berhasil menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 2007 sebesar 80.27% dan pada tahun 2008 sebesar 85.60% sampai dengan akhir tahun 2008 terdapat 14.4% dan pada tahun 2009 sebesar 84.27% penduduk usia 12 tahun yang tidak mengenyam pendidikan dasar atau tidak menyelesaikan pendidikan di SD/MI sederajat.

2.3.7 Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Menyelesaikan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Proporsi siswa tingkat I yang berhasil menyelesaikan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (Jenjang SD dan SMP) adalah banyaknya siswa tingkat 1 SD yang berhasil menyelesaikan Pendidikan 9 tahun (tamat SMP termasuk MTs, Wustha/ setara SMP) pada tahun tertentu terhadap jumlah penduduk berusia 15 tahun.

Berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2007 dan 2009 Proporsi Murid kelas I yang berhasil menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :

(11)

Tabel 2.3.7

Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Menyelesaikan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun di Kab. Polewali MandarTahun 2007-2009

Uraian Data

2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Lulusan SMP/MTs

Sederajat 1,851 2,118 3,969 2,096 2,228 4,324 2.127 2.270 4.397 Penduduk Usia 15

Tahun 3,946 3,793 7,739 3,965 3,813 7,778 3.910 3.716 7.626

Persentase 46.91 55.84 51.29 52.86 58.43 55.59 54.40 61.09 57.66 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.7

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Persentase 51.29% tahun 2007, 55.59% tahun 2008 dan 57.66% pada tahun 2009, diambil kesimpulan bahwa terdapat 44.41% penduduk usia 15 tahun yang tidak menyelesaikan Pendidikan Dasar 9 tahun atau tamat SMP/MTs sederajat.

2.3.7.1 Angka Kelulusan SD

Angka kelulusan dianggap perlu untuk memonitor kemajuan pencapaian target 3 MDGs guna memantau kemajuan siswa dalam menamatkan pendidikannya di SD/MI sederajat.

Angka kelulusan adalah perbandingan antara siswa yang lulus jenjang tertentu terhadap siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama dinyatakan dalam Persentase. Capaian pada tahun 2007 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:

(12)

Tabel 2.3.7.1

Angka Kelulusan SD di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data 2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Lulusan SD/MI Sederajat 3,407 3,731 7,138 3,789 3,864 7,653 3.799 3.795 7.594

Siswa Tk.6 SD/MI

Sederajat 3,553 3,754 7,307 3,855 3,918 7,773 4.114 4.225 8.339

Persentase 95.90 99.39 97.69 98.29 98.62 98.46 92.34 89.82 91.07 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.7.1

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Capaian Tahun 2007 sebesar 97.69% , tahun 2008 sebesar 98.46%, tahun 2009 sebesar 91.07% dan siswa tk.6 SD/MI sederajat yang tidak lulus mengikuti ujian akhir pada jenjang SD/MI sederajat sebesar 1.54%.

2.3.7.2 Angka Kelulusan SMP

Angka kelulusan SMP adalah perbandingan antara siswa yang lulus jenjang tertentu terhadap siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama. Indikator ini juga untuk memantau tingkat keberhasilan siswa menamatkan pendidikannya di jenjang SMP/MTs sederajat. Capaian dari data sektor yang dikumpulkan pada tahun 2007 – 2009 adalah sebagai berikut:

(13)

Tabel 2.3.7.2 Angka Lulusan SMP

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.7.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Pada tahun 2007 sebanyak 75.06, 74.99% di tahun 2008 dan 76.86% tahun 2009 anak lulus di SMP/MTs sederajat. Terdapat penurunan sebesar 0.07% siswa SMP/MTs sederajat yang lulus dari tahun 2007 – 2008 tapi tahun 2009 mengalami kenaikan.

2.3.8 Angka Putus Sekolah

Angka Putus Sekolah memberikan gambaran mengenai efisiensi proses belajar-mengajar dan merupakan indikator proses dalam pendidikan. Dengan mengetahui Angka Putus Sekolah, dapat dilakukan upaya pencegahan bagi siswa yang memiliki potensi untuk putus sekolah, dan mengembalikan ke sekolah bagi anak yang putus sekolah. Angka putus sekolah di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 - 2009 sebagai berikut:

Uraian Data 2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Lulusan SMP/MTs

Sederajat 1,851 2,118 3,969 2,096 2,228 4,324 2.127 2.270 4.397 Siswa Tk.3 SMP/MTs

Sederajat 2,489 2,799 5,288 2,836 2,930 5,766 2.753 2.968 5.721

(14)

Tabel 2.3.8 Angka Putus Sekolah

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.8

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Tabel di atas menunjukkan capaian bahwa tidak sampai 1% dari total siswa yang putus sekolah, dilihat dari Persentase sangatlah kecil, namun dari angka absolutnya ini juga memprihatinkan. Proses belajar mengajar di sekolah serta faktor lingkungan sangatlah mendukung agar siswa dapat terus bersekolah.

2.3.9 Angka Melanjutkan ke SMP

Angka melanjutkan ke SMP adalah perbandingan antara lulusan jenjang SD/MI sederajat terhadap siswa baru tingkat 1 pada jenjang SMP/MTs sederajat yang dinyatakan dalam persentase. Indicator ini untuk menggambarkan kemajuan siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs sederajat setelah lulus dari jenjang pendidikan SD/MI Sederajat. Angka melanjutkan ke SMP di Kab. Polewali

Uraian Data 2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa Putus Sekolah

SD/MI Sederajat 286 192 478 178 83 261 176 133 309 Siswa Seluruhnya

SD/MI Sederajat 28,738 27,073 55,811 30,420 28,686 59,106 30.555 28.803 59.358

(15)

Tabel 2.3.9

Angka Melanjutkan ke SMP di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.3.9

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase yang tinggi menunjukkan tingginya lulusan SD/MI sederajat yang melanjutkan ke tingkat SMP/MTs sederajat. Capaian kurang dari 100% menunjukkan bahwa masih ada lulusan SD/MI sederajat yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs sederajat.

2.3.10 Angka Melanjutkan ke SM

Indikator ini juga untuk memantau siswa yang menyelesaikan pendidikan dasar dan melanjutkan ke pendidikan menengah. Angka melanjutkan ke SM adalah perbandingan Siswa Baru di tingkat SMA/MA sederajat dengan banyaknya lulusan SMP/MTs sederajat.

Uraian Data 2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa Baru SMP/MTs

Sederajat 2,772 3,104 5,876 3,623 3,794 7,417 3.731 3.794 7.525 Jumlah Lulusan

SD/MI Sederajat 3,407 3,731 7,138 3,789 3,864 7,653 3.799 3.795 7.594

(16)

Capaian di bawah 100% menunjukkan bahwa adanya siswa yang menyelesaikan pendidikan dasar tidak melanjutkan ke pendidikan menengah. Capaian tahun 2007 – 2009 dari data sektoral dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3.10

Angka Melanjutkan ke SM

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Uraian Data 2007 2008 2009

L P Total L P Total L P Total

Siswa Baru SMA/MA

Sederajat 1,151 1,376 2,527 2,494 2,631 5,125 2.662 2.740 5.402 Lulusan SMP/MTs

Sederajat 1,851 2,118 3,969 2,096 2,228 4,324 2.127 2.270 4.397

Persentase 62.18 64.97 63.67 118.99 118.09 118.52 125.15 120.70 122.86 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik. 2.3.10

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Capaian Pada tahun 2007 sebesar 63.67%, namun pada tahun 2008 sebesar 118.52% dan tahun 2009 122.86%. Hal ini disebabkan pencatatan yang kurang bagus pada tingkat kecamatan, selain itu terdapat siswa baru tingkat 1 pada jenjang SMA/MA sederajat yang bukan lulusan SMP/MTs sederajat dari Kab. Polewali Mandar. Adanya Subsidi Sekolah Menengah yang tidak berlaku di kabupaten sekitar menjadi salah satu faktor adanya siswa dari kabupaten luar yang bersekolah di Kab. Polewali Mandar.

Selain itu juga di tahun 2009 pencatatan data siswa di tiap sekolah untuk menghitung capaian indikator ini hanya akan digunakan yang berbasis kecamatan di Kab. Polewali Mandar, siswa dari kabupaten lain tidak akan di ikutkan dalam

(17)

2.4 Kesehatan

2.4.1 Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran status kelangsungan hidup di suatu wilayah. AKI diperoleh dari Jumlah Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Kab. Polewali Mandar dinyatakan dalam bentuk jumlah karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000. Di tahun 2007 ada sekitar 6.985 kelahiran hidup dan pada tahun 2008 ada 6.839 kelahiran hidup. Dan pada tahun 2009 sebanyak 7.172 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil pengumpulan data sektor dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.4.1

Angka Kematian Ibu (AKI)

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Kecamatan Jumlah Kematian Ibu

2007 2008 2009 Tinambung 0 0 0 Balanipa 2 1 0 Limboro 0 0 0 Tubbi Taramanu 1 0 1 Allu 4 0 0 Campalagian 2 3 1 Luyo 1 3 3 Wonomulyo 0 0 2 Mapilli 1 1 1 Tapango 0 2 1 Matakali 1 2 0 Bulo - - 1 Polewali 1 2 1 Binuang 1 1 1 Anreapi 1 2 0 Matangnga 0 0 0

Kab. Polewali Mandar 15 17 12

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Berdasarkan tabel di atas, jumlah kematian ibu di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 sebanyak 15 kematian dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 17 kematian, dan turun lagi pada tahun 2009 menjadi 12 kematian. Bila dibandingkan dengan standar Nasional (MDGs) yaitu 250 per 100.000 kelahiran hidup dikali dengan kelahiran hidup tahun 2007 di Kab. Polewali Mandar sebesar 6.985 maka diperoleh jumlah batasan sebesar 17, Namun demikian target ini harus diturunkan sampai 3/4nya ditahun 2015, jadi posisi normalnya adalah hanya sekiatr 5 kematian ibu Posisi kematian di Kab. Polewali Mandar sebanyak yang hanya 15 kematian

(18)

masih terlalu tinggi, demikian juga kematian ditahun 2008 dan 2009 masih terlalu tinggi, bila dibandingkan dengan batasan Target MDGs.

2.4.2 Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi adalah Angka Kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup yang dapat memberikan gambaran salah satu indikator status kelangsungan hidup di suatu wilayah. Angka Kematian Bayi di Kab. Polewali Mandar per 6.985 kelahiran hidup ditahun 2007 dan per 6.839 kelahiran hidup di tahun 2008 serta 7.172 kelahiran hidup ditahun 2009. berdasarkan pengumpulan data sektor dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.2

Angka Kematian Bayi (AKB)

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Kecamatan Jumlah Kematian Bayi

2007 2008 2009 Tinambung 0 1 9 Balanipa 2 7 8 Limboro 0 1 0 Tubbi Taramanu 0 2 2 Allu 5 4 1 Campalagian 11 5 5 Luyo 3 6 15 Wonomulyo 10 13 12 Mapilli 1 1 4 Tapango 3 4 4 Matakali 3 5 8 Bulo - - 1 Polewali 3 4 16 Binuang 3 5 11 Anreapi 2 3 2 Matangnga 0 0 0

Kab. Polewali Mandar 46 61 98

Sumber: Hasil Pengolahan Data Sektor

Berdasarkan batasan Capaian Indikator MDGs Angka Kematian Bayi diharapkan berada dibawah 35 per 1000 kelahiran hidup. Dengan jumlah kematian di Kab. Polewali Mandar ditahun 2007 sebanyak 46 dibagi dengan jumlah kelahiran hidup 6.985 di kali 1000 ribu maka diperoleh 7 kematian, masih berada dibawah standar MDGs, demikian juga ditahun 2008 dan tahun 2009.

(19)

2.4.3 Angka Kematian Anak Balita (AKABA)

Angka Kematian Anak Balita (AKABA) adalah Angka Kematian anak balita per 1.000 kelahiran hidup yang dapat memberikan gambaran salah satu indikator status kelangsungan hidup di suatu wilayah. Angka Kematian anak balita di Kab. Polewali Mandar per kelahiran hidup ditahun 2007 -2009 berdasarkan pengumpulan data sektor dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.4.3

Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Kecamatan Jumlah Kematian Anak Balita

2007 2008 2009 Tinambung 0 0 0 Balanipa 1 0 0 Limboro 0 0 0 Tubbi Taramanu 1 1 0 Allu 1 0 3 Campalagian 0 0 0 Luyo 2 0 0 Wonomulyo 0 0 0 Mapilli 0 0 0 Tapango 0 1 0 Matakali 0 0 0 Bulo - - 0 Polewali 1 0 0 Binuang 0 1 0 Anreapi 0 0 0 Matangnga 0 0 0

Kab. Polewali Mandar 6 3 3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.4.4 Persentase Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM)

Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada dibawah garis merah pada KMS. Persentase balita dengan BGM di Kab. Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektor dapat dilihat pada tabel berikut:

(20)

Tabel. 2.4.5

Persentase Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2007-2009

KECAMATAN % BALITA BGM 2007 2008 2009 Tinambung 1.7 13.6 2.9 Balanipa 4.2 1.5 5.6 Limboro 2.2 1.1 3.0 Tubi Taramanu 0.5 6.4 3.6 Allu 4.4 3.2 0.7 Campalagian 14.6 5.8 3.5 Luyo 1.2 6.2 3.2 Wonomulyo 0.7 1.3 1.1 Mapili 4.7 1.7 0.8 Tapango 1.1 5.0 4.1 Matakali 0.4 1.1 2.2 Bulo - - 6,4 Polewali 2.9 0.8 4.0 Biruang 3.6 3.2 16.7 Anreapi 3.1 7.9 6.4 Matangnga 2.7 6.4 3.1

Kab. Polewali Mandar 3.2 3.6 3.8

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase balita BGM di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 adalah 3,2%, dan naik menjadi 3,6% ditahun 2008 dan pada tahun 2009 naik lagi menajdi 3.8%. Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten untuk BGM yakni kurang dari 15%. Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2007-2009 masih dibawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Dari Tabel diatas Persentase BGM di masing masing kecamatan sudah dibawah target SPM. Namun jika dilihat Persentase tertinggi balita BGM di 2 Kecamatan yang persentasenya di atas 15% yaitu Kec. Campalagian 63,1%, Kec. Tinambung 18,8%, sedangkan kecamatan lainnya dibawah 8%.

Oleh karena itu perlu upaya peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut dengan meningkatkan program perbaikan gizi, Penyuluhan pentingnya Pemenuhan kebutuhan gizi dengan proiritas Wilayah yang cakupannya masih tinggi seperti di Kec. Campalagian dan Kec. Tinambung serta Kecamatan lainnya yang mempunyai kecendrungan peningkatan jumlah BGM.

(21)

2.4.5 Proporsi Anak yang di Imunisasi Campak Sebelum Usia 1 Tahun

Imunisasi Campak memberikan kekebalan Aktif terhadap penyakit campak, imunisasi ini diberikan sebayak 2 kali yakni pada usia 9 bulan (sebelum usia 1 tahun dan campak 2 pada usia 5-7 Tahun. Persentase yang diimunisasi campak di Kab. Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektor.

Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi Campak di Kab. Polewali Mandar adalah 85% diatas target SPM yaitu 80% . Pencapaian tersebut dapat juga menunjukkan pencapaian target imunisasi lengkap. Untuk melihat persentase Cakupan Imunisasi campak di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.6

Proporsi Anak yang di Imunisasi Campak sebelum Usia 1 Tahun di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan % Imunisasi Campak

2007 2008 2009 Tinambung 73,7 74,05 99.8 Balanipa 79,6 89,31 65.0 Limboro 94,8 31,66 86.8 Tubbi Taramanu 36,6 86,01 0 Allu 100,0 99,40 92.3 Campalagian 100,0 60,62 37.8 Luyo 62,2 83,48 42.0 Wonomulyo 100,0 100,00 79.1 Mapilli 43,0 100,00 81.4 Tapango 79,6 100,00 87.3 Matakali 100,0 100,00 82.6 Bulo - - 100 Polewali 100,0 99,66 78.1 Binuang 84,2 84,31 100 Anreapi 100,0 54,55 71.9 Matangnga 22,7 85,12 9.7

Kab. Polewali Mandar 73,5 85,12 75.3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas Pemberian Imunisasi campak di 4 kecamatan yaitu Mapilli, Tapango, Matakali dan Polewali, pencapaiannya melebihi 100% yang menunjukkan bahwa capaian tersebut melampaui jumlah sasaran yang disebabkan diantaranya karena adanya pemberian Imunisasi pada anak sasaran wilayah yang lain. Oleh karena itu perlu perbaikan dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan.

(22)

2.4.6 Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir mempunyai berat badan Kurang dari 2,5 Kg. Hal ini disebabkan karena Kekurangan gizi pada masa kehamilan dan akan mempunyai resiko tinggi terhadap kematian pada umur yang sangat dini atau lebih lanjut cenderung mengalami pertumbuhan dan perkembangan di bawah normal.

Berbagai studi mengungkapkan bahwa anak yang dilahirkan dengan BBLR mengalami gangguan fungsi kognitif dan kecerdasan inteletual pada masa usia sekolah sehingga mengalami kesulitan belajar.

Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa kehamilan dan/atau janin merupakan modal dasar bagi tumbuh kembang anak pada usia selanjutnya. Terpenuhinya zat gizi bagi pertumbuhan janin tergantung pada konsumsi zat gizi, status gizi dan kesehatan ibu hamil. Selain faktor gizi, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan juga dipengaruhi oleh faktor psikososial ibu hamil.

Persentase balita menurut berat badan sewaktu lahir di kab. Polewali Mandar adalah 2% BBLR dan 98% lahir dengan Berat Normal. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap 1000 Kelahiran terdapat 20 Balita BBLR, jadi di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 dari 6.839 Bayi Lahir Hidup terdapat 151 Balita BBLR oleh karena itu harus ditangani seluruhnya sesuai dengan target SPM.

Untuk melihat persentase BBLR pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

(23)

Tabel. 2.4.7

Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

KECAMATAN % 2007 2008 2009 Tinambung 3.48 0.99 3.51 Balanipa 0.97 2.51 2.36 Limboro 0.95 0.53 1.47 Tubi Taramanu 3.19 4.53 2.80 Allu 0.93 1.87 1.89 Campalagian 2.42 0.26 0.74 Luyo 1.28 2.92 2.70 Wonomulyo 3.51 4.27 3.19 Mapili 1.08 0.39 0.39 Tapango 1.48 3.44 0.74 Matakali 1.63 2.90 3.32 Bolo - - 0.71 Polewali 2.58 2.86 1.95 Binuang 6.72 1.52 3.35 Anreapi 0.00 1.49 1.94 Matangnga 1.22 1.25 3.51

Kab. Polewali Mandar 2.09 2.21 2.15

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel diatas di Kec. Tubi Taramanu 4,5 % dan Kec. Wonomulyo 4,3 % menunjukkan capaian bayi BBLR Lebih Tinggi dari Kecamatan lainnya. Terpenuhinya zat gizi bagi pertumbuhan janin tergantung pada konsumsi zat gizi, status gizi dan kesehatan ibu hamil. Selain faktor gizi, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan juga dipengaruhi oleh faktor psikososial ibu hamil.

Oleh karena itu perlu upaya peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut dengan meningkatkan program seperti Penyuluhan bagi Ibu Hamil tentang pentingnya Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa kehamilan dan/atau janin yang merupakan modal dasar bagi tumbuh kembang anak pada usia selanjutnya dan yang paling penting adalah penanganan pada bayi yang BBLR seluruhnya sesuai target SPM.

2.4.7 Pemantauan Pertumbuhan Menggunakan Data SKDN

Data SKDN: (S) adalah seluruh balita yang ada di wilayah kerja, (K) adalah jumlah balita yang terdaftar dan memiliki KMS atau buku KIA, (D) adalah jumlah

(24)

seluruh balita yang ditimbang, (N) adalah balita yang naik berat badannya sesuai dengan garis pertumbuhan. Persentase N/D merupakan indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan program.

Persentase balita yang naik berat badannya sesuai garis pertumbuhan dari seluruh balita yang ditimbang di Kab. Polewali Mandar adalah 68% dan 32% tidak naik sesuai garis pertumbuhan. Untuk melihat gambaran pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan Persentase N/D di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.8

Persentase Balita yang Naik Berat Badannya Sesuai Garis Pertumbuhan di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 - 2009

Kecamatan % Naik Sesuai Garis Pertumbuhan

2007 2008 2009 Tinambung 56,96 85,84 69.4 Balanipa 88,67 77,66 50.0 Limboro 49,53 56,14 44.8 Tubbi Taramanu 59,90 77,46 57.5 Allu 58,55 58,62 44.4 Campalagian 48,94 54,47 22.0 Luyo 86,72 87,65 50.8 Wonomulyo 67,17 66,04 54.1 Mapilli 50,98 62,80 30.9 Tapango 82,95 80,10 52.1 Matakali 65,91 72,08 45.0 Bulo - - 21.4 Polewali 75,77 74,53 75.2 Binuang 66,29 65,34 45.2 Anreapi 88,63 71,17 49.0 Matangnga 59,84 73,71 31.1

Kab. Polewali Mandar 68,17 71,37 47.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel di atas pencapaian N/D di Kab. Polewali Mandar 70,59%, capaian tersebut belum mencapai target SPM yaitu 80%. Dan bila dilihat pada masing-masing Kecamatan terdapat 4 Kecamatan sudah mencapai Target yakni: Kec. Tinambung 85,84%, Kec. Balanipa 83,81%, Kec.Luyo 87,65% dan Tapango 80,10%. Sedangkan untuk kecamatan lainnya masih dibawah 80%, dan yang paling rendah di Kec. Campalagian 52,71% dan Kec. Alu 54,44%.

Oleh Karena itu Program Upaya Kesehatan yakni : Penyuluhan Pemberian Gizi pada Balita, dan pemberian makanan tambahan perlu ditingkatkan serta program

(25)

2.4.8 Cakupan Kunjungan Bayi

Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi umur 1-12 Bulan termasuk neonatus umur 1 – 28 hari untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan paling sedikit 4 kali (bayi), 2 kali (Neonatus) di satu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

Persentase cakupan kunjungan bayi di Kab. Polewali Mandar adalah 94% yang mendapat kunjungan dan 6% yang tidak mendapatkan kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap 1000 Bayi terdapat 60 bayi yang belum mendapatkan kunjungan untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar. Cakupan tersebut sudah mencapai Target SPM yakni 90%. Untuk melihat cakupan kunjungan pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.4.9

Persentase Cakupan Kunjungan Bayi di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan % Kunjungan Bayi

2007 2008 2009 Tinambung 100,0 97,02 84.2 Balanipa 100,0 93,72 79.8 Limboro 100,0 94,41 96.1 Tubbi Taramanu 85,7 62,14 49.0 Allu 84,2 88,79 77.1 Campalagian 100,0 98,96 68.8 Luyo 80,6 92,71 83.8 Wonomulyo 100,0 98,36 85.5 Mapilli 100,0 93,10 95.8 Tapango 100,0 97,94 60.5 Matakali 98,5 81,03 80.3 Bulo - - 59.0 Polewali 95,4 93,39 85.4 Binuang 100,0 99,81 83.5 Anreapi 100,0 95,02 79.0 Matangnga 100,0 95,00 52.3

Kab. Polewali Mandar 96,6 93,60 79.19

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel diatas Cakupan Kunjungan Bayi di Kab. Polewali Mandar di masing-masing kecamatan sudah menunjukkan hasil cakupan diatas Target SPM yakni 90%, Kecuali di 2 Kecamatan yaitu : Kec. Tubi Taramanu 62,14% dan Kec. Allu 88,79%. Hal ini disebabkan karena penyebaran tenaga kesehatan khususnya bidan belum merata di wilayah tersebut. Oleh Karena itu Program Upaya Kesehatan

(26)

yakni pemerataan penempatan tenaga khususnya tenaga kesehatan Bidan dengan prioritas wilayah yang cakupan kunjungan bayi masih rendah.

2.4.9 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Balita

Pemberian Vitamin A pada Balita dapat mencegah terjadinya kelainan/penyakit pada mata (Xeroftalmia). Kata Xeroftalmia berarti “mata kering” karena terjadi kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata dan apabila tidak segera diobati dapat menimbulkan kebutaan.

Persentase Balita yang diberi Vitamin A Dosis tinggi di kabupaten Polewali Mandar adalah sebanyak 93% Dari target 80%. Untuk melihat Persentase Balita yang diberi Vitamin A dosis tinggi menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.10

Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita di Kab. Polewali Mandar Tahun Tahun 2007 – 2009

Kecamatan % Pemberian Vitamin A

2007 2008 2009 Tinambung 97,1 91,65 91.22 Balanipa 95,7 95,16 76.77 Limboro 100,0 97,55 96.01 Tubbi Taramanu 95,7 88,91 75.20 Allu 99,2 98,03 96.01 Campalagian 81,6 87,13 88.51 Luyo 97,1 95,91 84.00 Wonomulyo 96,9 98,63 99.62 Mapilli 83,3 81,96 80.27 Tapango 99,3 97,92 98.37 Matakali 100,0 93,02 100.0 Bulo - - 83.00 Polewali 100,0 97,23 98.21 Binuang 95,5 92,82 92.45 Anreapi 100,0 90,58 92.13 Matangnga 90,0 88,36 89.58

Kab. Polewali Mandar 93,0 92,83 90.74

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Tabel di atas memberikan gambaran persentase pemberian Vitamin A pada tiap kecamatan, dari 15 Kecamatan sudah mencapai target 80%. Dari Hasil pengumpulan data sektoral MDGs diatas menunjukkan bahwa pemberian Vitamin A dosis tinggi telah mencapai target dalam pelaksanaan Program pemerintah yakni pemberian kapsul vitamin A secara periodik pada bulan februari dan agustus di Kab. Polewali Mandar.

(27)

ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SIDS - sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Pemberian ASI ekslusif adalah pemberian hanya Air susu Ibu saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur enam bulan tanpa makanan atau minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral.

Persentase Cakupan pemberian ASI Ekslusif di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 adalah sebanyak 32%, masih jauh dari target SPM yakni 80%. Dari Hasil pengumpulan data sektoral MDGs diatas menunjukkan bahwa masih kurangnya Ibu yang melakukan pemberian ASI Ekslusif pada bayinya selama 6 Bulan. Untuk melihat Persentase Cakupan pemberian ASI Ekslusif menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 2.4.11

Persentase Cakupan Pemberian ASI Ekslusif di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 - 2009

Kecamatan % Pemberian ASI Ekslusif

2007 2008 2009 Tinambung 0,0 38,61 54.0 Balanipa 0,0 17,51 48.2 Limboro 43,2 15,98 8.5 Tubbi Taramanu 29,1 31,16 29.7 Allu 39,1 38,83 48.4 Campalagian 80,8 28,79 37.5 Luyo 0,0 26,44 20.2 Wonomulyo 50,3 59,68 43.3 Mapilli 42,2 0,00 26.5 Tapango 19,6 23,06 18.0 Matakali 71,8 3,43 24.9 Bulo - - 62.7 Polewali 46,2 56,06 39.4 Binuang 57,3 44,59 46.3 Anreapi 1,9 23,00 40.0 Matangnga 58,9 53,27 72.9

Kab. Polewali Mandar 41,0 32,49 39.7

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel di atas Persentase pemberian Asi Ekslusif menunjukkan capaian yang bervariasi cakupan tertinggi di Kec. Wonomulyo 59,68% dan Kec. Polewali

(28)

56,06%. Hal ini menunjukkah bahwa masih rendahnya kesadaran Ibu untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya. Faktor yang menyebabkan rendahnya sakupan tersebut terlihat dari adanya Kecamatan yang tidak melaporkan, serta pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh bidan/petugas kesehatan tidak mencakup seluruh wilayah kerja atau pencatatan tidak merata.

Oleh karena itu perlu upaya peningkatan Upaya pelayanan kesehatan dengan meningkatkan program seperti Penyuluhan bagi Ibu tentang pentingnya Pemberian ASI Ekslusif pada bayi serta perbaikan sistem Pencatatan dan Pelaporan di setiap Tingkatan.

2.4.11 Desa UCI

Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa/ Kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di Desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu.

Persentase Desa/Kelurahan UCI di Kab. Polewali Mandar adalah 51%, cakupan tersebut masih sangat jauh dari target SPM yakni 100%. Hal ini menunjukkan bahwa Dari 132 Desa di Kab. Polewali Mandar hanya 67 Desa/Kelurahan lebih atau sama dengan 80% dari jumlah bayi yang ada di Desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu.

Untuk Melihat cakupan di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

(29)

Tabel. 2.4.12

Persentase Desa UCI di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan Jumlah Desa UCI % Desa UCI Jumlah

Desa 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Tinambung 0 0 6 0,0 0,0 75.0 8 Balanipa 0 4 4 0,0 40,0 36.4 11 Limboro 0 6 8 0,0 60,0 72.7 11 Tubbi Taramanu 0 0 0 0,0 0,0 0 13 Allu 5 5 7 83,3 83,3 87.5 8 Campalagian 0 8 6 0,0 57,1 33.3 18 Luyo 0 0 3 0,0 0,0 27.3 11 Wonomulyo 4 6 12 28,6 42,9 85.7 14 Mapilli 8 14 7 57,1 100,0 58.3 12 Tapango 0 6 9 0,0 60,0 64.3 14 Matakali 1 4 6 16,7 66,7 85.7 7 Bulo - - 7 - - 77.8 9 Polewali 2 6 9 22,2 66,7 100 9 Binuang 0 5 7 0,0 71,4 70.0 10 Anreapi 0 2 3 0,0 40,0 60.0 5 Matangnga 0 1 0 0,0 25,0 0 6

Kab. Polewali Mandar 20 67 94 15,2 50,8 56.6 166

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas Desa/Kelurahan UCI pada masing masing kecamatan menunjukkan capaian yang masih jauh dari target SPM yaitu 100 %, hanya 2 Kecamatan yaitu : Kec. Allu 5 Desa UCI dari 6 Desa (83 %) dan Kec. Mapilli 14 Desa UCI dari 14 Desa (100 %). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya : Ketersediaan Vaksin dan tempat penyimpanan vaksin, Kondisi geografis yang sulit dijangkau serta, Penyebaran tenaga yang belum merata.

Oleh karena itu Program Pelayanan Kesehatan dengan Pengadaan Vaksin yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, propinsi dan daerah yang sesuai dengan kebutuhan cakupan yang ada di wilayah menjadi prioritas agar cakupan desa UCI di tahun yang akan datang dapat mencapai target 100%.

2.4.12 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan

Persentase Pertolongan persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan di Kab. Polewali Mandar Berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral MDGs dari tahun 2007 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

(30)

Tabel. 2.4.13

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan % Pertolongan Persalinan oleh Nakes

2007 2008 2009 Tinambung 91,3 79,68 90.3 Balanipa 64,5 67,47 77.4 Limboro 87,3 86,18 100 Tubbi Taramanu 44,8 38,92 43.9 Allu 60,4 97,00 67.6 Campalagian 50,5 62,72 67.6 Luyo 54,4 57,02 68.1 Wonomulyo 90,4 94,89 93.4 Mapilli 57,7 50,84 88.4 Tapango 57,8 54,84 57.2 Matakali 82,0 80,87 79.3 Bulo - - 56.8 Polewali 74,2 85,03 97.2 Binuang 77,0 74,50 80.5 Anreapi 78,4 76,36 73.3 Matangnga 43,6 44,07 52.2

Kab. Polewali Mandar 68,7 71,87 77.17

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase Cakupan Pertolongan persalinan oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan di Kab. Polewali Mandar adalah 72% dari Target 90%, dan masih ada 28% masih ditolong oleh selain Bidan atau tenaga kesehatan misalnya dukun. untuk melihat Persentase Cakupan Pertolongan persalinan oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan menurut kecamatan dapat dilihat pada Grafik berikut :

Cakupan Pertolongan persalinan oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan menurut kecamatan yang cakupannya rendah yakni dibawah 60% pada tahun 2009 terdapat di 6 Kecamatan yakni : Matangnga 44,07%, Tapango 54,84%, Mapilli 50,84 dan Tutallu 38,92%. hal ini disebabkan karena penyebaran tenaga kesehatan pada tiap daerah atau wilayah tidak merata disamping masih kurangnya tenaga kesehatan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk serta adanya kecendrungan tenaga kesehatan lebih banyak ditempatkan atau berdomisili di daerah perkotaan.

(31)

2.4.13 Cakupan Kunjungan K4

Kunjungan K4 adalah Kunjungan pemeriksaaan kehamilan yang memenuhi standar paling sedikit empat kali dengan distribusi sekali pada Triwulan I dan II, Dua kali pada Triwulan III. Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada Ibu hamil yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau Antenatal Care (ANC) yang meliputi: Pemeriksaan kehamilan, Penimbangan Berat Badan, Pemberian Tablet Besi, pemberian Imunisasi TT.

Persentase balita yang ibunya melakukan pemerikasaan kehamilan yang memenuhi K4 di Kab. Polewali Mandar adalah sebesar 73 % dari target 95% dan yang tidak memenuhi sebanyak 28%. Atau dengan kata lain belum semua Ibu Hamil memeriksakan kehamilannya secara lengkap. Untuk melihat persentase cakupan kunjungan K4 pada tiap kecamatan di Kab. Polewali Mandar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.14 Cakupan Kunjungan K4

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan % Kunjungan K4 2007 2008 2009 Tinambung 90,5 76,33 73.7 Balanipa 61,0 83,22 98.4 Limboro 91,2 92,04 93.7 Tubbi Taramanu 49,5 52,32 63.5 Allu 78,3 79,33 84.3 Campalagian 57,8 65,01 75.2 Luyo 67,6 63,79 72.4 Wonomulyo 83,9 84,38 86.3 Mapilli 51,6 54,45 81.5 Tapango 89,7 75,60 84.0 Matakali 69,6 70,06 84.1 Bulo - - 75.0 Polewali 77,0 78,23 75.8 Binuang 70,1 77,57 76.1 Anreapi 83,4 89,55 100 Matangnga 75,6 51,69 63.0

Kab. Polewali Mandar 71,5 73,19 80.31

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase Kunjungan K4 menurut kecamatan pada umumya sudah menunjukkan diatas 70%, kecuali di 5 Kecamatan yakni : Kec. Matannga 51,69%, Kec. Mapilli 54,45%, Kec. Luyo 63,79%, Kec. Campalagian 65,01% dan Kec. Tutallu 52,32%. Adanya perbedaan pada daerah tersebut dapat disebabkan oleh

(32)

berbagai faktor yang mempengaruhi, diantaranya tingkat pengetahuan Ibu hamil yang masih rendah, Penyebaran tenaga Kesehatan belum merata serta kondisi geografis daerah yang sulit dijangkau.

2.4.14 Cakupan Pelayanan Nifas

Ibu Nifas adalah ibu Nifas 6 jam pasca persalinan sampai dengan 42 hari yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar. Persentase Cakupan Pelayanan Nifas di Kab. Polewali Mandar Berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral MDGs adalah sebagai berikut :

Persentase Cakupan Pelayanan Nifas Kab. Polewali Mandar adalah 71% dari target 90%. Untuk melihat persentase cakupan pelayanan Nifas pada kecamatan dilihat pada grafik berikut:

Tabel. 2.4.15

Cakupan Pelayanan Nifas

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan % Pelayanan Nifas

2007 2008 2009 Tinambung 64,6 75,21 80.6 Balanipa 32,2 64,99 80.1 Limboro 92,2 84,56 95.1 Tubbi Taramanu 51,8 40,97 38.3 Allu 54,0 60,98 71.4 Campalagian 49,5 63,85 63.7 Luyo 78,7 77,13 91.5 Wonomulyo 85,0 89,30 84.8 Mapilli 52,5 63,19 88.9 Tapango 61,1 57,59 58.4 Matakali 78,8 69,28 78.0 Bulo - - 53.3 Polewali 68,7 72,83 84.6 Binuang 81,9 79,26 81.9 Anreapi 86,7 81,43 70.5 Matangnga 56,4 62,83 26.5

Kab. Polewali Mandar 65,8 70,84 73.6

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Persentase Cakupan Pelayanan Nifas menurut kecamatan yang menunjukkan dibawah 60% terdapat di 2 Kecamatan yakni : Kec. Tapango 57,59% dan Kec. Tutallu 40,97%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi,

(33)

2.4.15 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang di Tangani

Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil dengan komplikasi di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergency Dasar dan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Komprehensif).

Persentase Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani Di Kab. Polewali Mandar adalah 72% dari Target 80% dan yang belum sebanyak 28%. Untuk melihat gambaran pada tiap kecamatan dapat dilihat pada grafik berikut :

Tabel. 2.4.16

Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 - 2009

Kecamatan % Komplikasi Kebidanan yang ditangani

2007 2008 2009 Tinambung 74,0 81,19 62.07 Balanipa 43,6 82,91 62.00 Limboro 19,1 48,24 64.37 Tubbi Taramanu 17,3 50,00 66.67 Allu 63,9 66,67 75.00 Campalagian 35,3 47,76 70.65 Luyo 47,2 73,73 62.64 Wonomulyo 32,6 81,37 68.33 Mapilli 21,1 60,26 66.67 Tapango 23,3 41,41 80.19 Matakali 38,0 81,25 61.11 Bulo - - 84.62 Polewali 25,2 100,00 67.83 Binuang 67,1 94,66 83.39 Anreapi 54,6 93,18 93.18 Matangnga 20,3 58,33 75.00

Kab. Polewali Mandar 37,5 72,25 69.45

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari Tabel di atas di 3 kecamatan sudah mencapai target 80% yakni : Kec. Anrepi 93%, Kec.Binuang 94,66% dan Kec. Polewali 141%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi, diantaranya Kurangnya Sarana pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan sesuai dengan standar dan dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK sertta Penyebaran tenaga Kesehatan belum merata serta kondisi geografis daerah yang sulit dijangkau. Khusus

(34)

untuk kec. Polewali Cakupannya melebihi 100% hal ini dapat disebabkan karena adanya rujukan dari berbagai kecamatan.

2.4.16 Prevalensi Malaria dan Angka Kematiannya

Prevalensi Malaria atau angka kesakitan Malaria adalah banyaknya kasus malaria per-100.000 penduduk. Untuk Melihat Prevalensi malaria di Kab. Polewali Mandar di masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada Tabel Berikut:

Tabel. 2.4.17

Prevalensi Malaria di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 - 2009

Kecamatan Jumlah Prevalensi Malaria

2007 2008 2009 Tinambung 15 19 2 Balanipa 55 47 0 Limboro 0 0 0 Tubbi Taramanu 3 3 0 Allu 0 0 0 Campalagian 21 0 8 Luyo 20 22 0 Wonomulyo 31 13 25 Mapilli 0 0 0 Tapango 0 0 0 Matakali 42 11 0 Bulo - - 5 Polewali 6 34 8 Binuang 72 0 2 Anreapi 0 0 0 Matangnga 0 0 0

Kab. Polewali Mandar 21 12 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa di kabupaten Polewali mandar Prevalensi Malaria terdapat 123 Kasus malaria per- 100.000 penduduk.

2.4.17 Penderita Malaria yang Mendapat Pengobatan Efektif

Penderita Malaria yang mendapat pengobatan efektif adalah Penderita Malaria yang diobati dengan Artemisinin Combination Therapy (ACT). Untuk melihat Persentase pengobatan Malaria dengan ACT di Kab. Polewali Mandar dapat dilihat pada tabel berikut :

(35)

Tabel. 2.4.18

. Penderita Malaria yang Mendapat Pengobatan efektif

di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan

% Penderita Malaria yang mendapat pengobatan efektif

2007 2008 2009 Tinambung 59,4 12,50 100 Balanipa 6,0 *) *) Limboro *) *) *) Tubbi Taramanu *) *) *) Allu *) *) *) Campalagian *) *) 100 Luyo 20,8 *) *) Wonomulyo 70,5 60,71 100 Mapilli *) *) *) Tapango *) *) *) Matakali 38,1 *) *) Bulo *) *) 100 Polewali 51,7 8,43 100 Binuang 91,2 *) 100 Anreapi *) *) *) Matangnga *) *) *)

Kab. Polewali Mandar 46,3 11,82 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

*) : Data tidak tersedia

Dari tabel di atas di Kab. Polewali Mandar Persentase Penderita Malaria yang mendapat pengobatan efektif adalah 11,82 % dari target 100 %. Cakupan tersebut masih jauh dari target oleh karena itu Program pelayanan kesehatan yakni Pengobatan kepada Penderita Malaria perlu ditingkatkan misalnya dengan meningkatkan anggaran untuk pembelian Obat Artemisinin Combination Therapy (ACT).

2.4.18 Prevalensi TB dan Angka Kematian Pasien Tuberkolosis dengan Sebab Apapun Selama Pengobatan Obat Anti Tuberkolosis (OAT)

Prevalensi TB atau angka kesakitan adalah banyaknya kasus TB per-100.000 penduduk, dan Angka kematian TB adalah banyaknya kematian karena TB per-100.000 penduduk. Kasus TB didefinisiksan sebagai pasien yang secara klinis telah positif terdiagnosis mengidap TB. Prevalensi TB dan angka kematian TB Di Kab. Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral MDGs tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

(36)

Prevalensi TB dan Angka Kematian TB di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 - 2009

Kecamatan Prevalensi TB Angka Kematian TB

2007 2008 2009 2007 2008 Tinambung 18.6 24.2 16.6 0.96 0.00 Balanipa 14.5 21.0 10.7 0.41 0.00 Limboro 12.5 14.1 9.0 0.57 0.00 Tubbi Taramanu 0.0 9.9 2.5 0.00 0.00 Allu 11.3 12.8 4.0 0.00 0.00 Campalagian 5.5 11.2 9.6 0.20 0.00 Luyo 7.4 8.6 10.5 0.00 0.41 Wonomulyo 8.1 14.4 11.3 0.00 0.00 Mapilli 10.3 9.0 8.4 0.62 0.00 Tapango 8.8 4.4 9.2 0.00 0.00 Matakali 9.1 12.5 9.5 1.51 0.00 Bulo - - - - -Polewali 14.6 22.6 9.1 1.25 0.00 Binuang 15.2 16.3 18.4 0.00 0.00 Anreapi 12.1 20.8 7.6 1.10 0.00 Matangnga 6.1 20.4 10.1 0.00 0.00

Kab. Polewali Mandar 10.4 14.6 10.2 0.46 0.03

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.4.19 Angka Penemuan Pasien Tuberkolosis BTA Positif Baru

Angka Penemuan Pasien Tuberkolosis BTA Positif baru adalah persentase pasien baru tuberkolosis yang diobati melalui Directly Observed Treatment Short Course (DOTS). Indikator ini memberikan informasi tentang perkembangan pasien tuberkolosis dan penanganan pengobatannya yang tuntas dan baik. Untuk melihat persentase angka penemuan pasien di setiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

(37)

Tabel. 2.4.20

Persentase Angka Penemuan Pasien TB-BTA+ di Kab. Polewali Mandar Tahun 2009

Kecamatan % Angka Penemuan Pasien TB-BTA+

2007 2008 2009 Tinambung 52,3 99,58 8.84 Balanipa 21,7 84,43 11.45 Limboro 18,9 51,02 10.06 Tubbi Taramanu 0,0 23,60 50.00 Allu 46,0 53,37 8.33 Campalagian 11,3 40,22 11.19 Luyo 21,5 34,95 16.25 Wonomulyo 27,2 58,58 9.65 Mapilli 29,7 19,24 17.50 Tapango 18,6 16,18 12.03 Matakali 40,8 45,34 11.05 Bulo - - 11.67 Polewali 55,6 72,11 14.47 Binuang 84,9 72,13 11.82 Anreapi 57,7 88,68 10.29 Matangnga 29,3 87,29 19.23

Kab. Polewali Mandar 33,9 53,85 11.63

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari grafik di atas 5 Kecamatan menunjukkan capaian Angka Penemuan kurang dari 50% yaitu: Kec. Matakali 45,34%, Kec. Tapango 16,18%, Kec.Mapilli 19,24%, Kec. Luyo 34,95%, Kec. Campalagian 40,22% dan Kec. Tutallu 23,60% sedangkan kecamatan tinggi cakupannya adalah adalah Kec. Tinambung 104,11%.

2.4.20 Angka Kesembuhan Pasien Baru Tuberkolosis (AKP-TB)

Angka kesembuhan pasien baru TB adalah persentase kasus pasien baru yang tercatat positif terinfeksi TB yang berobat sendiri atau berobat melalui strategi DOTS secara lengkap dan selesai.

Angka kesembuhan pasien baru TB adalah sebanyak 82,98% dari target 80 % dan 17,02% yang belum sembuh yang melakukan pengobatan melalui DOTS. Pengawasan yang efektif melalui penemuan dan penanganan kasus infeksi akan membatasi resiko penyebarannya. Angka Kesembuhan Pasien baru TB di Kab. Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral MDGs tahun 2007 -2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

(38)

Tabel. 2.4.21

Angka Kesembuhan Pasien Baru TB di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

KECAMATAN Persentase Angka Kesembuhan Pasien Baru TB

2007 2008 2009 Tinambung 87,0 86.96 93.33 Balarpa 100,0 100.0 90.48 Limboro 71,4 71.43 63.16 Tubi Taramanu 0 0 37.50 Allu 100,0 100 71.43 Campalagian 100,0 91.67 90.70 Luyo 90,9 90.91 64.71 Wonomulyo 91,7 91.31 85.71 Mapili 80,0 80.00 83.33 Tapango 37,5 28.57 83.33 Matakali 76,5 75.00 80.00 Bulo - - -Polewali 80,4 87.18 77.55 Binuang 95,8 100 97.44 Anreapi 90,9 90.91 80.00 Matangnga 100,0 100 62.50

Kab. Polewali Mandar 86.7 88.24 82.98

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

2.4.21 Angka Kesakitan Penyakit Kusta

Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata.

Untuk Melihat Angka Kesakitan Penyakit Kusta di Kab. Polewali Mandar di masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada Tabel Berikut :

(39)

Tabel. 2.4.22

Persentase Angka Penemuan Penakit Kusta di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Kecamatan % Angka Kesakitan Kusta

2007 2008 2009 Tinambung 7,2 6,18 9.9 Balanipa 3,3 1,65 5.3 Limboro 6,2 8,46 15.7 Tubbi Taramanu 0,6 0,62 1.2 Allu 6,4 3,20 8.8 Campalagian 2,6 2,55 7.6 Luyo 2,5 8,56 21.9 Wonomulyo 1,2 1,89 5.9 Mapilli 3,1 1,24 8.0 Tapango 2,4 6,31 8.2 Matakali 0,5 3,01 10.5 Bulo - - 2.7 Polewali 1,9 3,73 9.3 Binuang 2,6 1,85 5.5 Anreapi 1,1 3,29 2.2 Matangnga 0,0 0,00 0.0

Kab. Polewali Mandar 2,7 3,45 8.4

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa di kabupaten Polewali mandar angka Kesakitan Kusta 3,45 Kasus per- 10.000 penduduk atau dalam setiap 10.000 Penduduk terdapat 3,45 Penderita. Jadi di Kab. Polewali Mandar dengan jumlah penduduk 369. 586 Jiwa terdapat 128 Penderita Kusta. Jika dibandingkan pada tahun 2009 Angka Kesakitan kusta 2,71 Kasus per-10.000 penduduk hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang disebabkan karena peningkatan jumlah penemuan yang ditunjang banyaknya kegiatan deteksi penyakit kusta yang dilaksanakan oleh Pemda.

Program Pelayanan Kesehatan yaitu pengobatan gratis pada penderita kusta telah dilaksanakan namun yang paling penting adalah Memberikan Penyuluhan dan Upaya pencegahan bagi Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk.

2.4.22 Angka Kesakitan Penyakit Demam Berdarah (DBD)

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari

(40)

genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Angka Kesakitan DBD di Kab. Polewali Mandar dari hasil pengumpulan data sektoral MDGs tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 2.4.23

Angka Kesakitan Penakit Demam Berdarah (DBD) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2009

KECAMATAN % Angka Kesakitan DBD

2007 2008 2009 Tinambung - 4.753 4.75 Balarpa - - -Limboro - - -Tubi Taramanu - - -Allu - - -Campalagian - - -Luyo - - -Wonomulyo 0.024 11.828 11.83 Mapilli - - -Tapango - - -Matakali - - -Bulo - - -Polewali 0.104 2.075 2.07 Binuang 0.074 - -Anreapi - - -Matangnga - -

-Kab. Polewali Mandar 0.022 1.885 1.88

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Dari tabel di atas Angka Kesakitan DBD di Kab. Polewali Mandar adalah 1,88 kasus per-100.000 penduduk. Pada tahun 2009 terdapat 8 Kasus DBD yang terjadi di Kecamatan : Kec. Tinambung 1 Kasus, Kec. Wonomulyo 5 Kasus, dan Kec. Polewali 1 Kasus.

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada perbaikan kondisi lingkungan. Oleh karena itu Program Upaya Kesehatan dengan meningkatkan Penyuluhan agar masyarakat melakukan upaya 3 M yakni : Menguras, Mengubur dan Menutup agar perkembang biakan Nyamuk penyebab DBD dapat dikendalikan, Foging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa dan abatesasi untuk

(41)

2.5 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan sektor publik serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Baik itu pada sektor publik dibidang eksekutif, legislatif, maupun di bidang yudikatif. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap perempuan maupun laki-laki. Hal ini sejalan dengan falsafah dan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta GBHN, yang memuat tidak ada perbedaan perempuan dan laki-laki menyatakan bahwa “setiap warga negara mempunyai status, hak dan kewajiban, serta kesempatan yang sama di dalam keluarga dan masyarakat”.

Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembekuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.

Memiliki akses berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya, sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.

Di Kab. Polewali Mandar persentase perempuan dalam proses pengambilan keputusan masih sangat jauh dari semangat keterwakilan yakni 30 persen perempuan dalam lembaga publik. Dalam uraian ini nampak bahwa di Kab. Polewali Mandar keterwakilan perempuan baik pada bidang eksekutif, legislatif, maupun dalam keanggotaan pengurus partai politik dan pengurus pada organisasi sosial pada tahun 2009 belum menampakkan adanya perubahan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada uraian berikut.

(42)

2.5.1 Proporsi Kursi DPRD yang di Duduki Perempuan

Partisipasi perempuan dalam berpolitik bisa dilihat dari jumlah kursi yang di duduki di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Partisipasi perempuan dalam Pemilu 2009 hampir sama dengan partisipasi laki-laki.

Komposisi anggota DPRD menurut jenis kelamin di suatu daerah dapat mencerminkankan tentang besarnya penerapan azas demokrasi didaerah tersebut. Seharusnya dengan komposisi penduduk yang hampir seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan, maka komposisi anggota DPRD-nya seyogyanya juga seimbang. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian, keterwakilan perempuan di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 yang berjumlah 40 orang terdiri dari 6 orang atau 15% perempuan dan laki-laki sebanyak 34 orang atau 85%.

Keterwakilan perempuan pada tahun 2009 sudah mengalami peningkatan atau perubahan, hal ini disebabkan masa jabatan anggota DPRD Kabupaten Polewali Mandar belum tiba waktu pergantian. Untuk jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5.1

Proporsi Anggota DPRD Kab. Polewali Mandar menurut Jenis Kelamin Tahun 2007 – 2009

Jenis Kelamin Tahun 2007 (%) Tahun 2008 (%) Tahun 2009 (%) Perempuan 5,71 5,71 15 Laki-laki 94,29 94,29 85

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

(43)

2.5.2 Persentase Camat Perempuan

Sektor publik yang lain adalah bidang eksekutif. Dari jumlah perempuan yang duduk dibidang eksekutif dalam hal ini sebagai camat di Kab. Polewali Mandar, jumlah camat perempuan di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 sebanyak 3 orang dari 16 total camat yang ada atau hanya ada 18,75% camat perempuan.

Rendahnya persentase perempuan yang duduk di DPRD dan camat menunjukkan bahwa baik pada bidang legislatif maupun pada bidang eksekutif sangat nampak adanya kebiasan gender yang cukup signifikan. Lebih jelas lihat tabel berikut :

Tabel 2.5.2

Persentase Camat Menurut Jenis Kelamin di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2008

Jenis Kelamin Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Laki-laki 93,75 100 81,25 Perempuan 6,25 0 18,75

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.5.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Pada tabel tersebut di atas terlihat bahwa pada pada tahun 2009 di Kab. Polewali Mandar keterwakilan perempuan sebagai camat mengalami penurunan, camat perempuan menjadi 3 orang dan didominasi oleh kaum laki-laki sebanyak 13 orang dari 16 wilayah kecamatan hal ini terjadi karena camat yang diduduki oleh seorang perempuan termutasi ke jabatan yang lain.

(44)

2.5.3 Persentase Kepala Desa/Lurah Perempuan

Ketimpangan gender pada posisi kepala desa/lurah tidak jauh berbeda pada posisi camat. Dimana Kepala Kelurahan dan Kepala Desa di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 masih didominasi oleh kaum laki-laki sedang kaum perempuan sangat kecil jumlahnya. Jumlah kepala desa/kelurahan yang diduduki oleh perempuan sebanyak 24 orang atau (12,5%) 192 desa/kelurahan, berarti ada sebanyak 168 desa/kelurahan atau (87,5 %) yang diduduki oleh kaum laki-laki. Lebih jelasnya lihat tabel berikut:

Tabel 2.5.3

Persentase Kepala Desa/Lurah Menurut Jenis Kelamin di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009

Jenis Kelamin Tahun

2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Perempuan 4,55 3,59 12,5 Laki-Laki 95,45 96,41 87,5

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.5.3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Pada tabel tersebut di atas menunjukkan pada tahun 2009 di Kab. Polewali Mandar seiring dengan adanya pemekaran beberapa wilayah desa, maka jumlah pejabat kepala desa mengalami peningkatan. Jumlah wilayah desa/kelurahan sebanyak 167 buah menjadi 192 desa/ kelurahan. Namun demikian yang menjadi penambahan kepala desa semuanya adalah dari kaum laki-laki sehingga persentase

(45)

2.5.4 Persentase Perempuan dalam Keanggotaan BAPERJAKAT

Rendahnya partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan di bidang publik dan keterwakilan perempuan dalam lembaga pengambilan keputusan terlihat dari persentase perempuan yang berada pada lembaga formal sangat kurang.

Pejabat perempuan dalam pemerintahan Kabupaten Polewali Mandar masih relatif sedikit. Sehingga dalam keanggotaan BAPERJAKAT (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) sebagai salah satu lembaga atau wadah pengambilan keputusan keterwakilan perempuan nihil, dimana jumlah Baperjakat tersebut sebanyak 6 orang kesemuanya laki-laki. Institusi yang terlibat dalam keanggotaan Baperjakat adalah Sekretaris Daerah, Kepala BKDD, Inspektur Inspektorat, Asisten Administrasi, Kepala Bagian Hukum Setda, serta Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana. Dengan kata lain 100% laki-laki sebagai anggota BAPERJAKAT. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

Tabel 2.5.4

Persentase Keanggotaan BAPERJAKAT Menurut Jenis Kelamin di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009

Jenis Kelamin Tahun

2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Laki-Laki 0 100 0 Perempuan 0 100 100

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor

Grafik 2.5.4

Gambar

Tabel 2.3.7.2 Angka Lulusan SMP
Tabel 2.3.8 Angka Putus Sekolah
Tabel 2.6.1 Luas Tutupan Hutan

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja karyawan adalah rekrutmen, hal ini dapat dilihat dari nilai rekrutmen yang memiliki standar koefisien regresi tersebesar

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dengan judul Kesantunan Berbahasa Mahasiswa dalam berinteraksi dengan Dosen di universitas

Penelitian yang dilakukan oleh Susi Susanti tahun 2009 tentang pengaruh likuiditas terhadap tingkat profitabilitas pada Bank Jabar Banten diperoleh kesimpulan

bahwa memenuhi ketentuan Pasal 185 ayat (4) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005

dimana kebijakan awal berasal dari pemerintah tidak bisa memenuhi apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perempuan penerima PKH, selain itu semua tidak dilibatkanya

Maka dari itu, minat merupakan hal yang penting dalam proses belajar, karena dengan minat peserta didik dapat meningkatkan dan menumbuhkan perhatian pada suatu

(pensucian), maka sangat wajar jika Mu’tazilah benar-benar mensucikan Tuhan dari materi, karena Tuhan tidak ber- jism (bersifat immateri), tidak dibatasi oleh

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data pada bab yang telah dibahas sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Pengaruh