• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana kepada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana kepada"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan DPD RI dalam Upaya Penguatan

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana kepada

Pemerintah Daerah

Parlindungan Purba, S.H, M.M

Ketua Komite II, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI parlin_senat@yahoo.com

(2)

Biografi Singkat

Nama: Parlindungan Purba, S.H, M.M

Posisi: Ketua Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI

(Membidangi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Ekonomi)

Tanggal Lahir: Medan, 22 Oktober 1963 Kontak Person: +62 82168313750

Email: parlin_senat@yahoo.co.id

(3)

Visi dan Misi serta Tugas, Fungsi dan Wewenang

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia

(4)

Visi Dewan Perwakilan Daerah RI

• Konsensus politik bangsa Indonesia melalui reformasi 1998 telah menghasilkan perubahan struktur ketatanegaraan Indonesia yang dituangkan dalam konstitusi. Perubahan tersebut antara lain menghadirkan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sebagai lembaga perwakilan selain Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI)

• Lembaga DPD RI dibentuk melalui Perubahan Ketiga UUD 1945 tahun 2001 dalam rangka penguatan kelembagaan dari semula hanya setingkat Fraksi Utusan Daerah di MPR RI untuk mengatasi masalah hubungan pusat-daerah dan memperkuat ikatan daerah-daerah dalam NKRI serta membangun mekanisme check and balances antar cabang kekuasaan negara dan dalam cabang kekuasaan legislatif itu sendiri

Berdasarkan hal tersebut maka visi DPD RI adalah sebagai berikut :

• Menjadikan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia sebagai lembaga

perwakilan yang mampu secara optimal dan akuntabel memperjuangkan aspirasi daerah untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia

(5)

1. Memperkuat kewenangan DPD RI melalui amandemen UUD 1945;

2. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi legislasi, pengawasan dan penganggaran sesuai kewenangan yang ditetapkan oleh UUD 1945 dan Undang-Undang;

3. Memperkuat kapasitas pelaksanaan fungsi representasi yang mencakup

penampungan dan penindaklanjutan aspirasi daerah dan pengaduan masyarakat serta peningkatan pemahaman masyarakat tentang kelembagaan DPD RI dalam rangka akuntabilitas publik;

4. Meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga

negara/pemerintah dan non pemerintah di dalam negeri dan lembaga perwakilan negara-negara sahabat termasuk masyarakat parlemen internasional;

5. Meningkatkan kinerja dan kapasitas kelembagaan baik yang menyangkut tampilan perorangan para anggota DPD RI maupun pelaksanaan fungsi kesekretariatan

jenderal termasuk tunjangan fungsional/keahlian.

(6)

Tugas, Fungsi dan Wewenang DPD RI

Mengacu pada ketentuan Pasal 22D UUD 1945 dan Tata Tertib DPD RI bahwa sebagai lembaga legislatif DPD RI mempunyai fungsi legislasi, pengawasan dan penganggaran. Sedangkan tugas dan wewenang DPD RI adalah :

1. Pengajuan Usul Rancangan Undang-Undang, 2. Pembahasan Rancangan Undang-Undang,

3. Pertimbangan Atas Rancangan Undang-Undang dan Pemilihan Anggota BPK, 4. Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-Undang,

5. Pemantauan dan evaluasi atas rancangan peraturan daerah (raperda) dan juga peraturan daerah (perda), berdasarkan Pasal 249 revisi UU MD3 terbaru

(7)

Komite II DPD RI

• Komite II DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai lingkup tugas pada pengelolaan sumber daya alam; dan pengelolaan sumber daya ekonomi lainnya.

• Lingkup tugas Komite II sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut :

Pertanian dan

Perkebunan Perhubungan

Perikanan dan

Kelautan Energi dan SumberDaya Mineral Lingkungan HidupKehutanan dan

Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Daerah

Tertinggal

Perindustrian dan

(8)

Peran DPD RI dalam Penganggulangan Bencana

1. Legislasi

(9)

Peran DPD RI dalam Penganggulangan Bencana : 1.

Legislasi

Menginisiasi Revisi UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Jakarta, 21/7 – DPD RI memutuskan

menyetujui revisi UU No 24 tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana sebagai RUU usul inisiatif dari DPD RI dan akan

diusulkan dalam program legislasi nasional (prolegnas) tahun 2018 di DPR RI.

Persetujuan tersebut diputuskan dalam rapat paripurna DPD RI, di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat.

Sumber : https://geotimes.co.id/berita/dpd-ri-sepakati-inisiasi-revisi-uu-penanggulangan-bencana/

(10)

Terdapat Lima Materi Perubahan, meliputi,

1. Pengertian dan jenis bencana;

2. Sistem penetapan status dan tingkatan bencana;

3. Kelembagaan;

4. Peran serta masyarakat;

5. Pendanaan penanggulangan bencana.

(11)
(12)

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis

Beberapa Usulan Perubahan Poin Pertama : Pengertian dan Jenis

Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dampak sosial dan dampak psikologis, yang melampaui kemampuan dan sumber daya masyarakat yang terdampak untuk menghadapi.

1. Mengubah definisi atau pengertian tentang “bencana” pada Pasal 1 butir 1, dengan memasukkan aspek kapasitas dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana, sehingga menjadi:

(13)

Usulan Perubahan Poin Pertama : Pengertian dan Jenis Bencana

Indikator bencana yang bisa dikuantitatifkan

Timbulnya korban jiwa : Dapat dihitung dengan kuantitatif Kerusakan Lingkungan : Dapat dihitung dengan kuantitatif Kerugaian Harta Benda : Dapat dihitung dengan kuantitatif

Dampak Psikologis : Tidak dapat dihitung  perlu ada indikator dampak psikologis

Poin Revisi UU No 24 Tahun 2007

(14)

Usulan Perubahan Poin Pertama : Pengertian dan Jenis Bencana

3. Perlu adanya klasifikasi bencana berdasarkan Pasal 1 butir 2 dan 3

Bencana Alam Benana Non Alam Bencana Sosial

1. Gempa Bumi 1. Gagal Teknologi 1. Konflik Sosial 2. Tsunami 2. Gagal Modernisasai 2. Teror

3. Gunung Meletus 3. Epidemi

4. Banjir 4. Wabah Penyakit 5. Kekeringan

6. Angin Topan 7. Tanah Longsor

Klasifikasi bencana akan mempermudah stakeholder dalam persiapan

penanganan bencana dan dampak kebijakan yang akan mengikutinya

(15)

Usulan Perubahan Poin Kedua: Sistem penetapan status dan

tingkatan bencana

(2) Penetapan status keadaan darurat bencana dan tingkatan bencana nasional dan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. jenis bencana;

b. cakupan wilayah terdampak; c. jangka waktu; dan

d. tataran penyelenggaraanya.

1. Mengubah ayat (2) Pasal 7 (Klasifikasi Bencana) sehingga menjadi :

Poin Revisi UU No 24 Tahun 2007

Jangka Waktu Klasifikasi Bencana

Kurang dari 1 bulan bencana tingkat Pemerintah daerah kabupaten/kota,

Antara 1 – 3 bulan bencana tingkat

Pemerintah daerah Provinsi

(16)

Pasal 18 Ayat (2)

(2) Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. badan pada tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib;dan

b. badan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/walikota atau setingkat eselon IIa.

Usulan Perubahan Poin Ketiga: Kelembagaan

a. Implementasi amanat Undang-Undang ini dinilai perlu konsistensi, sehingga jabatan Kepala BPBD menjadi jabatan kedua bagi Sekretaris Daerah yang akan menghambat “keputusan segera” dalam penanggulangan Bencana, dikarenakan tugas Sekda banyak. Diusulkan agar pejabat pada BPBD tidak rancu (tidak dijabat oleh Sekda).

b. Berdasarkan Fungsi Koordinasi, Komando danPelaksana, maka diusulkan agar implementasi Pasal 18 Ayat 2 dapat dilaksanakan dengan usulan :

1. Kepala Pelaksana BPBD diganti menjada Kepala BPBD

2. Kepala BPBD bukan ex officio dari Sekda, namun berdiri sendiri

3. Kepala BPBD tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah gubernur (setingkat eselon 1b) dan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin pejabat setingkat di bawah Bupati (eselon II a)

8. Konsistensi dalam Pelaksanaan Pasl 18 ayat (2)

(17)

TIDAK Pasal YANG DIMAKSUD

Usulan Perubahan Poin Keempat: Peran Serta Masyarakat

Bagian Ketiga Peran Serta Masyarakat Pasal 27A

(1) Masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(2) Untuk mendorong peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan kegiatan yang menumbuhkan dan mengembangkan inisiatif serta kapasitas masyarakat dalam penanggulangan bencana.

(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan kearifan masyarakat setempat

(4) Untuk meningkatkan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat, (2), dan ayat (3) dapat dibentuk forum pengurangan risiko bencana sebagai wadah kerjasama masyarakat dalam penanggulangan bencana.

(5) Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dibentuk di provinsi dan/atau kabupaten/kota.

(6) Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah.

UU No 24 Tahun 2007 Poin Revisi UU No 24 Tahun 2007 1. Menambah 1 (satu) bagian dan 1 (satu) pasal pada Bab V, sehingga menjadi:

(18)

Pasal 50

(1) Dalam hal status keadaan darurat bencana ditetapkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai kemudahan akses yang meliputi: .

Usulan Perubahan Poin Keempat: Peran Serta Masyarakat

Pasal 50

(1) Dalam hal status keadaan darurat bencana ditetapkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan perangkat daerah yang membidangi sub urusan bencana mempunyai kemudahan akses yang meliputi:

UU No 24 Tahun 2007 Poin Revisi UU No 24 Tahun 2007 2. Mengubah Pasal 50 ayat (1), sehingga menjadi:

(19)

Pasal 51

(1) Penetapan status darurat bencana dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan skala bencana. (2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk skala nasional dilakukan oleh Presiden, skala provinsi dilakukan oleh gubernur, dan skala kabupaten/kota dilakukan oleh bupati/walikota.

Usulan Perubahan Poin Keempat: Peran Serta Masyarakat

Pasal 51

(1) Penetapan dilaksanakan oleh pemerintah sesuaistatus keadaan darurat bencana dengan

tingkatan bencana nasional dan daerah.

(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk tingkatan bencana nasional dilakukan oleh Presiden, tingkatan bencana daerah

provinsi dilakukan oleh gubernur, dan tingkatan bencana daerah kabupaten/kota dilakukan oleh bupati/walikota.

UU No 24 Tahun 2007 Poin Revisi UU No 24 Tahun 2007 3. Mengubah Pasal 51, sehingga menjadi sebagai berikut:

(20)

Usulan Perubahan Poin Kelima:Pendanaan Penanggulangan

Bencana

Pasal 61

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan dana penanggulangan bencana sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 60 paling sedikit 1 (satu) persen dalam anggaran pendapatan dan belanja negara, dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

UU No 24 Tahun 2007 Poin Revisi UU No 24 Tahun 2007 1. Mengubah ketentuan Pasal 61, sehingga menjadi:

(21)

Peran DPD RI dalam Penganggulangan Bencana

2. Advokasi Di Daerah

(22)
(23)

• Anggota DPD RI melakukan komunikasi dan sosialisasi

dengan Pemerintah Dearah terkait dengan berbagai

peraturan terkait dengan bencana alam di Indonesia, salah

satunya adalah Revisi UU No 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana.

• Mendorong Pembentukan BPBD (Badan Penanggulangan

Bencana Daerah) agar ada di setiap kabupaten/provinsi

(24)

Peran DPD RI dalam Penganggulangan Bencana

3. Mendorong Implementasi Asuransi Bencana

(25)

DPD RI Melalui Komite II Mengusulkan adanya Asuransi Bencana

RMOL. Pemerintah diminta segera mewujudkan sistem penanganan bencana alam nasional di Indonesia. Sistem tersebut harus dibuat dalam bentuk regulasi melalui usulan draf Rancangan Undang-Undang (RUU) Asuransi Bencana Alam.

Demikian dikatakan Ketua Komite II DPD RI Parlindungan Purba kepada wartawan, Rabu (24/1). Dia mengatakan hal itu setelah melihat dan mendengar pemberitaan terkait gempa bumi di Banten dan daerah lainnya di Indonesia

Sumber :

http://politik.rmol.co/read/2018/01/24/3239

(26)

25/DPD-Dorong-Asuransi-Bencana-Alam-Kenapa Asuransi Bencana

Alam?

(27)

Indonesia

menjadi negara

dengan

tingkat

underinsurance

yang paling jelek

(nomor 2 dari

bawah

setelah

Bangladesh)

(28)

Asuransi Bencana

Alam di Beberapa

Negara

Jepang

Japan Earthquake Reinsurance (JER)

yang didirikan oleh 20 perusahaan asuransi umum di Jepang pada 1966. Saat ada gempa bumi yang merusak rumah warga, perusahaan asuransi, JER, dan pemerintah berperan

dengan skema tertentu. Dalam satu gempa bumi, pemerintah memiliki batasan membayar klaim asuransi hingga 11,12 triliun yen. Pada Gempa Bumi dan Tsunamo 2011, klaim

(29)

Asuransi Bencana Alam di Beberapa Negara

Turki

Di negara dengan ancaman gempa bumi yang tak sebesar

Indonesia tersebut, ada asuransi wajib gempa bumi yang diatur

oleh pemerintah.

Turkish Catastrophe Insurance Pool (TCIP)

yang

didirikan pada 2000 ditugaskan untuk menjadi penanggung bagi

risiko gempa bumi pada rumah penduduk.

Di Indonesia sebenarnya ada perusahaan yang spesialis menjamin

risiko gempa bumi. Sayangnya, asuransi gempa bumi diberlakukan

seperti asuransi lain, yakni belum diwajibkan dan peran

pemerintah masih minim

(30)

•Indonesia rawan bencana, berada di ring of fire

•Prasyarat masyarakat tinggal di kawasan yang layak

huni sebelum sepenuhnya diterapkan

•Aturan belum ada yang spesifik membahas tentang

Asuransi Bencana,

(31)

1.

Sertifikasi tenaga tenaga SAR/Badan Penganggulangan Bencana

Daerah (BPBD) yang terlibat dalam evekuasi bencana. Eksekusinya

bisa bekerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Provinsi,

2.

Mempercepat pembentukan BPBD di seluruh Kabupaten/Kota dan

Provinsi. Sebagai informasi, semua Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara sudah memiliki BPBD,

3.

Dukungan pendanaan dari pemerintah daerah kepada BPBD dalam

penanggulangan bencana,

4.

Adanya penyusunan tanggap bencana/SOP berdasarkan kearifan

lokal, sebagai pengetahuan

5.

Menyusun RUU tentang Asuransi Bencana

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua variabel mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, variabel kesadaran Wajib Pajak memiliki nilai p value

dibandingkan antena +rid.. ola radiasi Solid dish.. Dri&en# adalah titik catu dari kabel antena# biasan!a "an)ang fsik dri&en adalah setengah "an)ang gelombang

Data Terisolasi, disebabkan jika data tersebar dalam beberapa file dengan format yang tidak sama, maka akan menyulitkan dalam pembuatan program aplikasi untuk mengambil

KKN-PPM terbuka bagi semua mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang sudah memenuhi semua persyaratan untuk melaksanakan kegiatan KKN-PPM. Persyaratan tambahan

Pada gambar 23 pengujian dilakukan secara menyeluruh dimana lampu lalu lintas tersebut dapat berjalan sesuai dengan simulasi yang telah diuji se- belumnya,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keawetan alami empat jenis kayu rakyat yaitu durian, karet, manii dan petai serta mempelajari pengaruh konsentrasi

Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf atau karangan yang utuh (buku, novel, ensiklopedia, dan lain-lain) yang membawa amanat yang

Berdasarkan hasil pnelitian dapat diambil kesimpulan bahwa alat destilator dapat dibuat secara sederhana dengan beberapa komponen yang terdiri dari pressure gauge,