• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2. Tinjauan Pustaka"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1. Teori Pragmatik

Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis. Menurut Leech (1999: 3) pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa berintegrasi dengan tata bahasa yang terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis. Di dalam bahasa pragmatik terkadang juga memperhatikan suara, morfem, struktur kalimat dan makna suatu kalimat.

Wijana (1996: 2) juga menjelaskan bahwa makna yang dikaji oleh pragmatik adalah makna yang terikat oleh konteks. Hal ini berbeda dengan semantik yang menelaah makna yang bebas konteks yaitu makna linguistik, sedangkan pragmatik adalah maksud tuturan.

Menurut Yule (1996: 3) menjelaskan pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (penulis) dan di tafsirkan oleh pendengar (pembaca) dan pendengar berusaha menafsirkan tuturan penutur sehingga akan diperoleh makna, maksud, tujuan dari penutur. Setelah pendengar mengetahui maksud penutur maka akan diketahui jenis tindakan yang harus dilakukan oleh pendengar. Untuk itu yang menjadi pusat perhatian pragmatik adalah maksud penutur yang terdapat dibalik tuturan yang diutarakan.

2.2. Teori Danwa atau Discourse

Menurut Minami dalam Hinata (1990:1), danwa dapat disebut juga discourse (wacana), teks atau bunshou (karangan). Danwa adalah ungkapan bahasa berupa suatu kesimpulan yang terdiri dari satu atau beberapa kalimat pada

(2)

situasi yang dilihat secara lumrah, serta tidak membedakan bahasa lisan atau pun tulisan. Jadi dalam wacana tercakup situasi dan konteks dalam percakapan yang membuat percakapan menjadi wajar.

Sedangkan menurut Kridalaksana (2005:259), wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku, seri ensiklopedia, paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Berdasarkan media komunikasinya, wacana dapat diklasifikasikan atas wacana lisan dan tulisan.

1. Wacana tulis

Menurut Mulyana (2005:51-52) wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia.

Sebagaiman dikatakan Hari Mukti Kridalaksana dalam Mulyana (2005:52), wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf atau karangan yang utuh (buku, novel, ensiklopedia, dan lain-lain) yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas berorientasi pada jenis wacana tulis.

2. Wacana lisan

Menurut Mulyana (2005:52) wacana lisan (spoken discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Adanya kenyataan bahwa pada dasarnya bahasa kali pertama lahir melalui mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang paling utama, primer, dan sebenarnya adalah wacana lisan. Kajian yang sungguh-sungguh

(3)

terhadap wacana pun seharusnya menjadikan wacana lisan sebagai sasaran penelitian yang paling utama. Tentunya, dalam posisi ini wacana tulis dianggap sebagai bentuk turunan (duplikasi) semata.

2.2.1. Teori Tindak Tutur

Searle (dalam Rohmadi, 2004 : 30) mengemukakan bahwa secara pragmatis ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak tutur perlokusi (perlocutionary act). Hal ini senada dengan pendapat Austin yang juga membagi jenis tindak tutur menjadi lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

1. Tindak Lokusi

Menurut Rustono (1999: 37), tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu, tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan makna kalimat sesuai dengan makna kata itu di dalam kamus dan makna kalimat itu menurut kaidah sintaksisnya. Fokus lokusi adalah makna tuturan yang diucapkan, bukan mempermasalahkan maksud atau fungsi tuturan itu dan hanya untuk menyatakan sebuah informasi saja. Tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi karena dalam pengidentifikasiannya tidak memperhitungkan konteks tuturan. Contoh tindak tutur lokusi adalah ketika seseorang berkata “badan saya lelah sekali”. Penutur tuturan ini tidak merujuk kepada maksud tertentu kepada mitra tutur. Tuturan ini bermakna bahwa si penutur sedang dalam keadaan lelah yang teramat sangat, tanpa bermaksud meminta untuk diperhatikan dengan cara misalnya dipijit oleh si mitra tutur. Penutur hanya mengungkapkan keadaannya yang tengah dialami saat itu.

2. Tindak Ilokusi

Menurut pendapat Austin (Rustono, 1999: 37) ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu Ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Rohmadi (2004: 31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu.

(4)

Contoh tindak tutur ilokusi adalah “udaranya panas sekali”. Tuturan ini mengandung maksud bahwa si penutur meminta agar pintu atau jendela segera dibuka, atau meminta kepada mitra tutur untuk menghidupkan kipas angin. Jadi jelas bahwa tuturan itu mengandung maksud tertentu yang ditujukan kepada mitra tutur.

Searle (dalam Gunarwan, 1994:48) menambahkan bahwa tindak ilokusi diklasifikasikan menjadi 5 kategori, yaitu :

1. Representatif atau aassertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan.

2. Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, mengajak, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat.

3. Komisatif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan.

4. Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya.

5. Deklaratif yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat (pegawai), dan sebagainya.

3. Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of Affecting Someone. Tuturan yang diucapkan oleh seseorang penutur sering kali memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force) bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja oleh penuturnya. Menurut Rustono (1999:38), efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah yang disebut tindak perlokusi. Contoh tindak

(5)

tutur perlokusi adalah “Saya tidak punya uang pak”. Tuturan ini tidak hanya sekedar memberitahukan informasi tidak mempunyai uang tetapi sekaligus meminta uang. Efek dari tuturan ini akan membuat sang ayah iba dan memberikan uang kepada anaknya. Tuturan yang mengandung tindak perlokusi mempunyai fungsi yang mengakibatkan efek terhadap mitra tutur atas tuturan yang diujarkan.

2.3. Teori Sumimasen

Makna dari kata sumimasen yang banyak orang ketahui hanya dibatasi oleh makna permintaan maaf saja. Padahal sumimasen memiliki arti yang berbeda disesuaikan dengan situasi saat itu. Menurut Ono (2001:75-76) makna sumimasen terbagi menjadi 7 fungsi, yaitu :

1. Menyatakan permintaan maaf

言及対象が過去のできごとであり、かつ、そのできごとで相手が 受けた被害に注目した場面、いわゆる謝罪の場面で使用されるも のをいう。

Terjemahan :

Sasarannya berupa kejadian yang sudah lampau, dan difokuskan pada kejadian yang bersifat merusak(merugikan). Jadi digunakan pada saat meminta maaf kepada lawan bicara.

Contoh :

こんな忙しい時期に休暇をとって、すみません Terjemahan :

(6)

2. Sebagai ucapan terima kasih

言及対象が過去のできごとであり、かつ、そのできごとで自分が 受けた利益に注目した場面、いわゆる感謝の場面で使用されるも のをいう。

Terjemahan :

Sasarannya berupa kejadian yang sudah lampau, dan difokuskan di keuntungan yang didapat lewat kejadian tersebut. Jadi digunakan pada saat mengungkapkan rasa terima kasih.

Contoh :

A : はい、お茶どうぞ

B : あ、すみません

Terjemahan :

A : Silahkan teh nya

B : Ah, terima kasih

3. Untuk memulai suatu pembicaraan dan memanggil seseorang

会話を始めるときや仕切りなおすときに、相手を呼びかけ、自分 の存在を認識させるために発せられるものをいう。

Terjemahan :

Untuk memulai pembicaraan dan kembali ke titik awal pembicaran, serta memanggil lawan bicara dan supaya lawan bicara menyadari kehadiran si pembicara.

(7)

Contoh :

すみません、駅にはどう行ったらいいですか? Terjemahan :

Permisi, bagaimana caranya sampai ke stasiun?

4. Sebagai ucapan salam

道を通るときや他家への訪問時、謝罪言葉の直後に動作が続くと いう待定の場面で使用されるものをいう。謝罪言葉目体は前置き であり、続く動作が本題となっている。

Terjemahan :

Digunakan pada saat kondisi seperti menyeberangi jalan, datang berkunjung ke rumah orang lain. Digunakan dalam kondisi dimana setelah kata permintaan maaf diikuti dengan kegiatan yang terus berlanjut. Bentukan kata untuk meminta maaf disimpan didepan kalimat, sebelum dilanjutkan kalimat utama.

Contoh :

では今日はこれで、すみません。(退出する) Terjemahan :

Kalau begitu, saya pulang duluan ya, selamat sore. (Saat pulang kerja)

5. Meminta tolong kepada seseorang untuk melakukan sesuatu

依頼行為(人)に何かを頼むという行為)の前置きとして用いられる ものをいう。謝罪言葉自体は前置きであり、続く依頼行為が本題 となってる。

(8)

Terjemahan :

Digunakan dalam kegiatan ketika kita meminta sesuatu yang berhubungan dengan permintaan tolong. Ungkapan bahasa digunakan didepan kalimat permintaan tolong dan bentukan kata untuk meminta maaf di simpan didepan kalimat, sebelum dilanjutkan kalimat permintaan tolong.

Contoh :

すみません(が)、取ってもらえませんか? Terjemahan :

Permisi/maaf, bisa tolong ambilkan?

6. Untuk menolak sesuatu yang bertentangan dengan keinginan lawan bicara

相手の意に沿わないことを表明する、否定的な言及の前置きとし て用いられるものをいう。謝罪言葉目体は前置きであり、続く否 定的な言及が本題となってるいる。

Terjemahan :

Mengacu kepada sesuatu yang bertentangan atau tidak setuju dengan lawan bicara. Sebagai bentuk permintaan maaf yang diikuti dengan jawaban yang bersifat negatif yang tidak diinginkan oleh lawan bicara.

Contoh :

すみません(が)、先生にはお会いいただけません。 Terjemahan :

(9)

7. Untuk menolak

断るような場面で使用されるものをいう。 Terjemahan :

Digunakan dalam kondisi penolakan.

Contoh :

A : 僕たち付き合わない?

B : すみません

Terjemahan :

A : Apa kau mau berpacaran denganku?

B : Maaf

2.4. Teori Montase

Istilah montase berasal dari perfilman yang berarti memilah-milah, memotong- motong, serta menyambung-nyambung (pengambilan) gambar sehingga menjadi satu keutuhan. Teknik montase di dalam bidang perfilman mengacu pada kelompok unsur yang digunakan untuk memperlihatkan antar hubungan atau asosiasi gagasan, misalnya pengalihan imaji yang mendadak atau imaji yang tumpang tindih satu dan lainnya (Minderop, 2005 : 150). Teknik ini kerap digunakan untuk menciptakan suasana melalui serangkaian empresi dan observasi yang diatur secara tepat. Teknik montase dapat pula menyajikan kesibukan latar (misalnya hiruk-pikuk kota besar) atau suatu kekalutan (misalnya kekalutan pikiran) atau aneka tugas seorang tokoh (secara simultan dan dinamis). Melalui teknik ini dapat direkam sikap kaotis (kekacauan) yang menguasai kehidupan kota besar yang dirasakan oleh penghuninya (Minderop, 2005 : 153).

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Evaluasi Masalahan

Melalui belajar sejarah guru sejarah bisa menanamkan nilai karakter pada siswa, hal ini sesuai dengan Permendiknas no 22 Tahun 2002 yang menyatakan tujuan

Faktor mana yang paling mendasari anda mengikuti bimbel dari sistem pembelajaran, cara pengajaran guru, sistem penilaian, fasilitas penunjang belajar, atau suasana

Dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Kota Malang, disebutkan bahwa yang dimaksud sebagai PKL

3.a Peningkatan kemampuan relasional matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran saintifik dengan strategi konflik kognitif lebih baik daripada siswa yang

mempengaruhi bagaimana mereka mempersepsikan mengenai model pembelajaran blended learning yang mereka jalankan, yang mana persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000)

Kegiatan Inti 80 menmit : menjelaskan, diskusi kelompok dan mempresentasikannya c.Kegiatan Akhir 50 menit : menyimpulkan hasil perkuliahan.

Iterations, Shipment with costs, Shipping list ). Perusahaan akan mencapai biaya angkut total minimum apabila Pabrik A mengirim barang ke gudang 2 sebanyak 10 ton dan ke