• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BAHASA DI PERGURUAN TINGGI DALAM PERSPEKTIF MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BAHASA DI PERGURUAN TINGGI DALAM PERSPEKTIF MAHASISWA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA DI PERGURUAN TINGGI

DALAM PERSPEKTIF MAHASISWA

Andhi Dwi Nugroho

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) pemahaman mahasiswa terhadap pelaksanaan blended learning; (2) keunggulan dan penghambat dalam pelaksanaan blended

learning di perguruan tinggi, khususnya pada mata kuliah umum (MKU) Bahasa, baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa MKU Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris pada perguruan tinggi di Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi kuesioner, wawancara, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki perspektif terhadap pemahaman, keunggulan, dan hambatan dalam pelaksanaan blended learning. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menjadi rujukan untuk menentukan arah kebijakan atau pun pertimbangan pada pelaksanaan blended learning di masa mendatang di tingkat perguruan tinggi, khususnya pada mata kuliah umum Bahasa, baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris.

Kata kunci: blended learning, pembelajaran bahasa, mahasiswa Abstract

This study aims to describe (1) students' understanding of the implementation of blended learning; (2) advantages and obstacles in the implementation of blended learning in higher education, especially in general courses (MKU), both Bahasa Indonesia and English. This research method is descriptive with a qualitative approach. The subjects of this study were students of Bahasa Indonesia and English courses at universities in Yogyakarta. The data collecting techniques are questionnaire, interview, and document analysis. The results showed that students have a perspective on understandings, advantages, and obstacles of blended learning. The results of this study are also expected to contribute and become a reference for determining policy or consideration in the implementation of blended learning in the future at the higher education level, especially in general courses, both Bahasa Indonesia and English.

Keyword: blended learning, language learning, students PENDAHULUAN

Teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan pengaruh dalam berbagai bidang khususnya pendidikan. Perubahan yang dibawa oleh perkembangan teknologi yang pesat ini telah menggeser proses pembelajaran konvensional ke arah pembelajaran yang lebih terbuka dan modern. Hal ini menjadikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai bagian dari proses pembelajaran di semua jenjang

(2)

memberikan fasilitas dan kelengkapan belajar yang memadai. Dengan perubahan tersebut, berbagai informasi terkait pembelajaran dapat begitu mudah diakses melalui internet.

Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2020), pengguna internet di Indonesia naik hingga 73,7 persen dari penduduk Indonesia atau setara dengan 196,7 juta pengguna. Implementasi pembelajaran

e-learning juga berlangsung di berbagai tingkat satuan pendidikan termasuk perguruan

tinggi. Dengan begitu, mahasiswa dapat melakukan pembelajaran di luar lingkungan kelas. Menurut Bleed (2001), lingkungan belajar dapat berupa taman, museum, studio kesenian, pusat pelatihan, laman internet, tetapi tidak hanya terbatas pada tempat-tempat tersebut. Selain itu, pembelajaran berbasis e-learning juga memberikan akses panggilan video bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi dari pakar tanpa terbatas waktu dan tempat.

Arti kata e-learning terbentuk dari dua bagian yaitu ’e’ merupakan singkatan dari kata elektronik dan ’learning’ yang artinya pembelajaran. E-learning merupakan sistem pembelajaran yang menggunakan media elektronik seperti komputer dan internet sebagai alat yang digunakan dalam proses pembelajaran (Daryanto, 2013). Ada tiga model pembelajaran yang berbasis e-learning menurut Prawiladilaga (2013) yaitu adjunct, hybrid9mix/blended, dan full online atau daring penuh. Model pembelajaran yang saat ini populer di berbagai tingkat satuan pendidikan yaitu blended learning. Blended learning merupakan model pembelajaran yang tidak hanya memanfaatkan teknologi dalam prosesnya, tetapi juga melibatkan pendidik maupun peserta didik secara langsung atau tatap muka. Dengan begitu, interaksi di dalam kelas masih dapat berlangsung guna mempermudah peserta didik dalam mendapatkan panduan belajar dari pendidik (Akkoyunlu & Soylu, 2006). Pendidik juga dapat memperoleh feedback secara langsung baik dari pendidik maupun temannya. Selain itu, peserta didik dapat mengakses materi secara online untuk diulas atau dibaca kembali di manapun dan kapanpun (Hameed et al, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rovai & Jordan (2004) terkait dengan pembelajaran menggunakan model blended learning menunjukkan bahwa

(3)

dalam proses pembelajarannya, terbangun rasa kebersamaan yang lebih besar antara pendidik dan peserta didik dibandingkan dengan yang hanya menggunakan metode konvensional maupun e-learning saja. Selain itu, motivasi dan hasil belajar siswa meningkat pada saat menggunakan model pembelajaran blended learning. Sebagai tambahan, peserta didik menjadi lebih antusias dalam berdiskusi di kelas, hal itu disebabkan oleh kesiapan mereka dalam menghadapi materi yang akan dibahas dalam kelas (Sofiana, 2015).

Bagaimanapun, pemanfaatan teknologi perlu ditingkatkan secara mutu dan kualitasnya melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan efektif. Dalam implementasi blended learning, tentunya banyak hal yang perlu dipersiapkan pendidik agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Hal-hal tersebut yaitu tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran yang perlu diperhatikan agar tujuan pembelajaran tercapai. Menurut Prawiladilaga (2013), konteks aspek yang perlu ditinjau untuk konsep pembelajaran di antaranya yaitu tingkat kesiapan peserta didik guna mencapai kompetensi pembelajaran, strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik peserta didik serta tujuan pembelajaran, sumber belajar dan teknologi yang sesuai, dukungan yang diperlukam, asesmen belajar peserta didik, juga revisi yang perlu dilakukan berdasarkan hasil uji coba.

A. Blended Learning

Blended learning, sebagai model pembelajaran, mengintegrasikan proses

pembelajaran konvensional yaitu tatap muka (offline) dan pembelajaran online yang bertujuan untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif dari segi penyampaian materi oleh pendidik pada peserta didik (Brew, 2008). Sejalan dengan Brew, Prawiladilaga (2013) mengungkapkan bahwa blended learning merupakan kesatuan dari pembelajaran berbasis online dan tatap muka, di mana dalam prosesnya kedua metode tersebut tidak dapat dipisahkan. Selain itu, kegiatan belajar yang dilaksanakan menggeser pembelajaran yang berpusat pada pengajar ke pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Senffner & Kepler, 2015). Model blended jika diimplementasikan dengan baik akan memberikan dampak

(4)

positif dalam proses pembelajaran. Seperti yang dikatakan oleh McCarthy & Murphy (2010), siswa dapat menghemat waktu dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi blended learning yaitu terkait topik pelajaran mana yang tepat untuk disajikan secara online maupun tatap muka sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, serta karakteristik pembelajar maupun kondisi yang dihadapi (Prawiladilaga, 2013). Dengan demikian, dalam penerapannya blended learning dapat menjawab kebutuhan individu untuk mengembangkan wawasannya secara aktif.

B. Karakteristik Blended Learning

Karakteristik blended learning menurut Prayitno (2015) antara lain (1) Sebuah model pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai metode penyajian materi, model pendidikan, gaya pembelajaran, dan berbagai macam platform belajar berbasis teknologi; (2) Sebuah kesatuan model belajar yang terdiri dari pendidikan secara langsung, pembelajaran mandiri, serta pembelajaran mandiri berbasis virtual; (3) Dalam prosesnya, blended learning didukung oleh gabungan dari metode penyampaian materi, cara pengajaran, serta gaya pembelajaran efektif; dan (4) Dalam model ini, pendidik berperan sebagai fasilitator sedangkan orangtua peserta didik berperan sebagai pendukung.

Tujuan dilaksanakannya blended learning menurut Prayitno (2015) yaitu (1) Membantu pendidik agar dapat berkembang lebih baik dalam proses pembelajaran, sesuai dengan metode dan preferensi dalam belajar; (2) Memberikan peluang bagi pendidik agar dapat merealisasikan pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang; dan (3) Meningkatkan penjadwalan yang fleksibel bagi pendidik, dengan cara mengkombinasikan kelas online dan tatap muka untuk siswa. Kelas tatap muka dapat memberikan pengalaman interaktif kepada siswa, sedangkan kelas online memberikan akses bagi siswa maupun pendidik untuk tetap dapat menjalankan pembelajaran yang dapat dilakukan di mana saja dan kapanpun selama mendapatkan akses internet.

(5)

C. Pelaksanaan Blended Learning

Perguruan tinggi telah menggunakan metode blended learning dalam perkuliahan. Terdapat beberapa platform yang dapat digunakan untuk menungjang pembelajaran online atau virtual. Seperti penelitian yang dilaksanakan di FKIP UMSU (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) dengan dosen dan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Indonesia sebagai subjek penelitian. Berdasarkan penelitian tersebut, pembelajaran

e-learning menggunakan Edmodo sudah dilakukan sejak tahun 2013. Permasalahan

mahasiswa dan dosen pada proses pembelajaran dapat teratasi dengan penggunaan Edmodo (Ekayati, 2015). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa tahapan perkuliahan online diawali dengan mengenalkan mahasiswa pada metode blended learning, penggabungan offline (tatap muka) dan online. Platform yang digunakan untuk kelas online yaitu Edmodo. Agar dapat bergabung dalam kelas

online, mahasiswa diberi instruksi untuk mendaftar akun Edmodo dan bergabung

dalam kelas Edmodo menggunakan kode kelas yang diberikan oleh dosen. Mahasiswa juga diberi kebebasan untuk mengakses materi perkuliahan yang sudah tersedia di beberapa aplikasi berbasis android maupun IOS, seperti mencari artikel atau jurnal terkait materi. Selain itu, dosen menyiapkan bahan materi dalam akun Edmodo yang disimpan di menu Library untuk pembelajaran pada perkuliahan langsung atau tatap muka. Dengan akses Edmodo ini, mahasiswa dapat mebuat catatan individu mengenai materi yang dibahas secara detail untuk dapat didiskusikan bersama teman sekelas serta dosen. Melalui Edmodo, mahasiswa dapat mengirim tugas secara online di fitur assignment dan dapat langsung menerima feedback dari dosen. Jika ada materi yang kurang dipahami oleh mahasiswa, fitur message dapat memudahkan mahasiswa berinteraksi dengan dosen secara personal. Penggunaan Edmodo untuk kelas virual ini dapat menunjang dosen maupun mahasiswa dalam pembelajaran melalui beberapa fitur seperti quiz, assignment, poll, grade book, library, award badges, dan parent code. Sedangkan untuk materi atau bahan ajar, Edmodo juga memberikan fitur file and links (Kamarga, 2011).

(6)

Pembelajaran blended learning juga dilaksanakan oleh Pendidikan Bahasa Inggris UNISNU pada mata kuliah extensive listening mulai awal semester 2 tahun 2013/2014. Pembelajaran yang dilakukan tentunya menggabungkan antara kelas tatap muka dan online. Pada kelas online, mahasiswa dapat mengikuti kuliah listening dengan mengakses materi dari berbagai aplikasi seperti BBC Learning English, iTunesU, iBooks, Podcasts, TED, LearnEnglish (British Council), dan lain sebagainya. Materi-materi tersebut disesuaikan dengan materi yang akan didiskusikan pada sesi tatap muka. Selain itu, mahasiswa dapat berdiskusi secara

online melalui forum yang disediakan oleh dosen di Facebook. Grup diskusi yang

disediakan yaitu Fun Learning English with UNISNU Jepara. Di dalam forum tersebut, mahasiswa dapat bertanya mengenai materi terkait, mengunggah tugas-tugas yang diberikan dosen, juga berdiskusi dengan teman sekelas. Mahasiswa juga dapat langsung memperoleh feedback mengenai pertanyaan yang diajukan kepada dosen. Tetapi, pada pelaksanaannya diskusi yang terjadi melalui Facebook masih sangat rendah karena terbatasnya jaringan internet yang dapat diakses oleh mahasiswa (Sofiana, 2015).

Dilihat dari kedua pelaksanaan blended learning yang menggunakan platform belajar berbeda, dapat disimpulkan bahwa masih ada kekurangan yang ditemukan dalam implementasinya. Namun, ada banyak kelebihan yang didapatkan oleh dosen maupun mahasiswa. Berikut ini merupakan kelebihan dari blended learning diantaranya, (1) Blended learning memberikan akses mudah pada aktivitas pembelajaran seperti berbagi file materi, mengunggah tugas, serta memberikan dan memperolah feedback terkait materi yang dipelajari; (2) Bahan atau materi pelajaran dapat diakses oleh mahasiswa maupun dosen melalui berbagai macam platform yang sudah tersedia baik pada android atau IOS, sehingga memudahkan untuk mencari sumber belajar; (3) Beberapa platform belajar seperti Edmodo dan Google

Classroom menyediakan fitur yang memudahkan untuk memberi kuis, tugas, serta

penilaian terhadap mahasiswa; dan (4) Dengan menggunakan file dan link sebagai sumber belajar, dosen dapat dengan mudah berbagi materi dengan dosen atau pendidik lain.

(7)

Sedangkan, hambatan pada pelaksanaan blended learning adalah (1) Kegiatan pembelajaran menjadi terhambat apabila sarana dan prasana tidak mendukung; dan (2) Memerlukan akses internet yang kuat, sehingga dosen dan mahasiswa terhubung dengan baik.

METODE

Penelitian ini mendeskripsikan perspektif mahasiswa dalam pelaksanaan

blended learning di perguruan tinggi. Pendekatan penelitian kualitatif digunakan pada

penelitian ini dengan metode deskriptif, dimana mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta menjadi subjek penelitian. Data berupa rekaman, transkripsi, dan analisis diperoleh dari 120 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah umum (MKU) Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi kuesioner, wawancara, dan analisis dokumen (Wiersma, 1992: 56). Analisis dilakukan dengan cara mereduksi data yang tidak relevan, menampilkan data yang sesuai, dan menyimpulkan data (Miles & Hubberman, 1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perspektif Mahasiswa tentang Blended Learning

Tabel berikut mencakup perspektif mahasiswa terhadap blended learning yang dibagi menjadi tiga kategori yaitu pemahaman mahasiswa tentang blended learning, keunggulan blended learning dan kelemahan blended learning.

Teknik Pengumpulan Data

Aspek wawancara diskusi kelompok observasi Pemahaman blended learning  

Keunggulan blended learning 

Fleksibilitas dan ketersediaan   

Pengembangan kemampuan  

Pengumuman daring  

Pengumpulan tugas daring   

Kuis daring  

Aktivitas daring   

Keterlibatan mahasiswa  

Kelemahan blended learning 

(8)

Mata kuliah  

Rubrik dan penilaian   

Plagiasi elektronik  

Tabel 1. Perspektif mahasiswa tentang blended learning A. Pemahaman Mahasiswa tentang Blended Learning

Salah satu tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana mahasiswa memahami blended learning. Akan tetapi, mahasiswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini belum sepenuhnya mengenal blended learning, dan ternyata istilah e-learning yang dipakai oleh dosen dan mahasiswa. Dalam salah satu pertanyaan pada sesi wawancara yaitu, “bagaimanakah harapan Anda pada pelaksanaan perkuliahan dengan blended learning?” dan mahasiswa KRY menjawab:

“Dengan perkuliahan e-learning seperti ini, saya dapat mengikuti perkuliahan di luar kampus dengan bantuan internet karena tidak semua perkuliahan berupa tatap muka. Awalnya saya merasa repot, mungkin karena tidak terbiasa walaupun sekarang tidak masalah”

Dalam hal ini, masih terdapat kerancuan antara penggunaan istilah e-learning dengan istilah blended learning. Pada e-learning, keseluruhan perkuliahan dilaksanakan dengan sistem daring. Namun pada blended learning, perkulaiahan dilaksanakan sebagian secara tatap muka dan sebagian lainnya secara daring (Husamah, 2014).

B. Perspektif Mahasiswa terhadap Keunggulan Blended Learning 1. Ketersediaan dan fleksibilitas

Sebagian besar mahasiswa mengungkapkan bahwa blended learning dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana saja. Mahasiswa DL menyampaikan: “e-learning memberikan kami kesempatan untuk belajar di rumah atau pun di luar rumah dan waktunya bisa disesuaikan. Tidak harus tselalu di kelas”

Pelaksanaan kelas secara daring tentunya dapat memberi kesempatan yang lebih luas kepada mahasiswa untuk mengakses materi dan sumber belajar lainnya (Garrison & Vaughan, 2008). Mahasiswa juga dapat merevisi, mencetak,

(9)

dan mengunduh catatan yang diberikan dosen. Fleksibilitas ini merupakan nilai positif dalam pelaksanaan blended learning bagi mereka yang menyadari tugas dan tanggungjawabnya sebagai mahasiswa (Sandi, 2012).

2. Pengembangan Literasi dan Literasi Digital

Dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, mahasiswa dapat memperoleh referensi dari berbagai sumber. Mereka dapat memilah dan menyaring informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak hanya itu, pembelajaran yang melibatkan teknologi digital dengan intensitas yang tinggi menyebabkan mahasiswa semakin banyak memakai piranti-piranti yang dapat mendukung pembelajaran mereka, seperti komputer, ponsel pintar, dan aplikasi-aplikasi pendukung. Dalam sesi wawancara, JS menyamapaikan: “sebelumnya, intensistas penggunaan internet dan aplikasi tidak begitu banyak atau sering, tetapi sekarang semakin sering dan semakin terbiasa mencari referensi online dan banyak aplikasi-aplikasi belajar yang saya pakai. Saya pun semakin mahir memakainya”

Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya mengandalkan materi dan referensi dari dosen saja tetapi juga memperoleh sumber belajar lainnya via daring, dan hal ini sekaligus meningkatkan literasi digitalnya. Hoic-bozic (2009) bahwa blended learning membantu dalam meningkatkan dan mengembangkan literasi digital para pembelajar. Adanya blended learning membuat mahasiswa semakin akrab dengan penggunaan perangkat digital sehingga turut meningkatkan literasi digital mahasiswa.

3. LMS yang mudah digunakan (e.g. Pengumuman Daring, Penyerahan Tugas Daring, Kuis Daring, Diskusi Daring,Keterlibatan Mahasiswa)

Pembelajaran blended learning dapat terlaksana dengan bantuan sistem manajemen pembelajaran / Learning Management System (LMS) yakni, Google Classroom, Schoology, Edmodo, Class Dojo, Moodle, dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini memungkinkan dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mahasiswa DNA menyampaikan:

(10)

“Banyak hal yang bisa dilakukan dengan baik dan lancar, misalnya mengumpukkan tugas, kuis, diskusi, dan semuanya online. Pengumuman juga

online, kadang dari LMS kadang dari media sosial.”

Mahasiswa DNA menanggapi positif terkait penggunaan LMS. Fitur yang tersedia umumnya mendukung hal-hal berikut diantaranya, pengumuman

online, unggah dan unduh berkas, diskusi kelompok, memasang tautan,

memutar audio/video, dan membuat kelas daring. Dukungan teknologi yang memadai seperti LMS atau pun media sosial serta pemanfaatan yang baik dapat menghasilkan pembelajaran yang optimal (Bariah & Imania, 2017).

C. Perspektif mahasiswa terhadap kendala pelaksanaan blended learning 1. Ketersediaan fasilitas

Blended learning membutuhkan media yang beragam. Apabila tidak

didukung oleh fasilitas yang lengkap, pembelajaran dengan blended learning tidak dapat berjalan dengan optimal. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer, ponsel pintar, dan akses internet, membuat optimalisasi penerapan blended learning berbeda pada tiap mahasiswa. Setidaknya, dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, dan apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran mandiri secara daring (Sari, 2013). Beberapa mahasiswa menyampaikan bahwa akses internet yang ada di daerahnya tidak begitu baik sehingga mengalami kendala saat berdiskusi atau pun saat mengunggah dan mengunduh berkas pada LMS.

2. Rubrik dan Penilaian

Sebagian mahasiswa juga tidak cukup puas dengan penilaian pada blended learning. Hal ini disebabkan oleh kriteria-kriteria penilaian tidak dilampirkan dalam bentuk rubrik sehingga mahasiswa tidak mengetahui aspek-aspek apasaja yang dinilai. Dalam sesi diskusi kelompok daring, mahasiswa juga diminta menyampaikan pendapatnya terkait apakah diskusi daring dapat dijadikan instrumen penilaian, sebagian mengindikasiskan bahwa diskusi daring dapat digunakan sebagai nilai tambahan. Namun, sebagian lainnya juga

(11)

berpendapat bahwa jika diskusi daring dijadikan instrument penilaian, titik berat penilaian akan berpusat pada kuantitasbukan kualitas. Tidak hanya itu, kuis daring juga tidak luput dari perhatian. Kuis dalam blended learning mayoritas dilaksanakan secara daring dan tidak semua pelaksaan kuis dapat dimonitor oleh pengawas atau pun dosen. Hal ini memungkinkan terjadinya kecurangan dalam pengerjaan kuis, misalnya plagiasi.

3. Plagiasi elektronik

Hasil penelitian ini merefleksikan kurangnya pemahaman mahasiswa tentang plagiasi. Berbagai sumber belajar daring yang melimpah dapat diunduh dan disalin dengan mudah sehingga menyebabkan terjadinya plagiasi elektronik atau e-plagiarism, (Shadiqi, 2019). Berdasarkan observasi, mahasiswa menyalin pernyataan atau pesan yang ditemukan di dalam internet dan kemudian menuliskannya dengan nama sendiri. Pada sesi diskusi kelompok, beberapa mahasiswa menganggap hal tersebut tidak masalah. Batas waktu yang sedikit dan faktor kelelahan menjadi alasan utama mahasiswa. Shadiqi (2019) menjelaskan Hak atas Kekayaan Intelectual (HKI) atau Intectual Property Rights

(IPR) dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembelajaran blended

learning.

SIMPULAN

Penelitian ini menegaskan bahwa blended learning berpotensi memberikan pengalaman yang unggul bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Namun dalam pelaksanaan blended learning, pengalaman belajar yang dirasakan mahasiswa dalam pembelajaran menggunakan komputer, internet, aplikasi, maupun ponsel pintar berbeda dengan pembelajaran yang sepenuhnya dengan tatap muka. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mengenali dan memahami perbedaan-perbedaan ini dan kemudian mampu beradaptasi dalam pelaksanaannya.

Selain mengungkapkan keunggulan-keunggulan blended learning dalam pembelajaran, mahasiswa juga menyampaikan bahwa dalam pelaksanaannya, masih terdapat hal-hal yang menjadi hambatan penerapan blended learning di masa depan.

(12)

Apabila tidak diantisipasi dengan baik dan lebih dini, hal ini akan berdampak negatif pada lingkungan belajar di perguruan tinggi. Namun demikian, tidak dapat diprediksi seberapa cepat perubahan penggunaan teknologi dalam pembelajaran akan mempengaruhi blended learning. Bagi pihak pengelola perguruan tinggi sebagai penentu arah kebijakan, masukan dari mahasiswa pada saat evaluasi perlu dimanfaatkan secara optimal demi pengembangan dan perbaikan blended learning.

DAFTAR PUSTAKA

Akkoyunlu, B. & Soylu, M.Y. (2006). A Study on Students’ Views about Blended Learning Environment. Turkish Online Journal of Distance Education-TOJDE July 2006 ISSN 1302-6488 Volume: 7 Number: 3 Article: 3

APJII, T. (2020). “Survey Pengguna Internet APJII 2019-Q2 2020: Ada kenaikan 25,5 Juta Pengguna Internet Baru di RI”. Buletin APJII, November 2020.

Bariah, S. H., Imania, K. A. (2017). Pengembangan Evaluasi dan Penugasan Online Berbasis E-Learning Dengan Moodle Pada Mata Kuliah Media Pembelajaran Ilmu Komputer. Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika, 6(3).

Bleed. (2001). A Hybrid Campus for a New Millennium. Educause Review, 36 (1), 16-24 Brew, L. S. (2008). The Role of Student Feedback in Evaluating and Revising a Blended

Learning Course. Internet and Higher Education, 11, 98-105. Daryanto. (2013). Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrma Widya.

Ekayati, Rini. (2015). Implementasi Metode Blended Learning Berbasis Edmodo. Jurnal EduTech Vol. 4 No. 2 September 2018

Garrison, D.R. & Vaughan, N.D. 2008. Blended learning in Higher Education. San Francisco: Jossey-Bass.

Hameed, S., Badii, A. & Cullen, A.J. (2008). Effective E-Learning Integration with

Traditional Learning in a Blended Learning Environment. European and

Mediterranean Conference on Information System. May 25-26.

Hoic-bozic, Natasa, dkk, (2009), A Blended Learning Approach to Course and

Implementation, IEEE Transactions on Education, Vol. 52,

Husamah. 2014. Pembelajaran BAURAN (BLENDED LEARNING). Jakarta: Prestasi Pustaka.

Kamarga, Hansiswany. (2011). Constructing Online Based History Learning: Comparison Of Learning Content Management System (LCMS) To Learning Management System (LMS). International Journal of History Education. Vol. XII, No. 2.

(13)

McCarthy, M. A., & Murphy, E. A. (2010). Blended learning: Beyond initial uses to helping to solve real-world academic problems. Journal of College Education & Learning, 7(6), 67-70.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis: A sourcebook of new

methods. Thousand Oaks, CA: Sage.

Prawiladilaga, D.S., dkk. (2013). Mozaik teknologi pendidikan e-learning. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Prayitno, W. (2015). Implementasi Blended Learning Dalam Pembelajaran Pada Pendidikan

Dasar Dan Menengah. Yogyakarta: Widyaiswara LPMP.

Rovai, Alfred P and Jordan, Hope M. (2004). Blended Learning and Sense of Community: A comparative Analysis with traditional and fully online graduate courses. The International Review of Research in Open and Distance Learning, Vol 5, No 2.

Sandi, Gede. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Ditinjau Dari

Kemandirian Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 45, Nomor 3, Oktober

2012.

Sari, Annisa Ratna. 2013. Strategi Blended Learning Untuk Peningkatan Kemandirian Belajar Dan Kemampuan Critical Thinking Mahasiswa Di Era Digital. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 11(2).

Senffner, D., & Kepler, L. G. (2015). Blended Learning That Works. Alexandria, VA: ATD Press.

Shadiqi, M. A., (2019). Memahami dan Mencegah Perilaku Plagiarisme dalam Menulis Karya Ilmiah. Buletin Psikologi, 27(1), 30-42.

Sofiana, Nina. (2015). Implementasi Blended Learning Pada Mata Kuliah Extensive Listening. Jurnal Tarbawi Vol. 12 No. 1 Januari-Juni 2015

Gambar

Tabel  berikut  mencakup  perspektif  mahasiswa  terhadap  blended  learning  yang  dibagi menjadi tiga kategori yaitu pemahaman mahasiswa tentang blended learning,  keunggulan blended learning dan kelemahan blended learning
Tabel 1. Perspektif mahasiswa tentang blended learning  A. Pemahaman Mahasiswa tentang Blended Learning

Referensi

Dokumen terkait

Adapun identifikasi masalah pada penelitian ini adalah rendahnya akurasi yang diperoleh dari penelitian sebelumnya menggunakan Artificial Neural Network (ANN), dan

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan melakukan penghitungan matematis dalam menilai estetika desain layout surat kabar, dengan diambil beberapa sampel surat

Para peneliti Malawi menganggap bahwa hasilnya memberi kesan bahwa “malaria, terutama bila berulang-ulang, tidak didiagnosis, kurang diobati atau tidak diobati, dapat

Pemanfaatan sumber daya genetik dalam program per- baikan varietas dapat dilakukan dengan pemanfaatan secara langsung aksesi plasma nutfah elit baik yang berasal dari lokal

Pelaksanaan program ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif dan kerjasama antara Tim dalam Kelompok Tani Wanita Anggrek dalam mengolah hasil pertanian yang

Dalam Agenda 21 Indonesia (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997), strategi nasional untuk pembangunan berkelanjutan memuat empat program pokok saling mengisi, yaitu

Prinsip kerja cara pengupasan sentrifugal (Tabel 11) adalah bahwa mete gelondong mendapat tekanan berupa tenaga hempasan yang bersal dari gaya sentrifugal yang diberikan

pada etnis Sakai ramuan yang digunakan oleh POT cenderung diperoleh dari hutan, lahan pertanian (tumbuhan liar seperti gulma) yaitu berkisar 54 spesies seperti Cyperus