• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB IV

ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS

A. PENDAHULUAN

Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan analisa yang berkaitan antara Bab II dan Bab III dengan menjawab 1 tujuan penelitian dalam Bab I, yaitu:

1. Mendiskripsikan makna corak buaya bagi masyarakat Niki-niki?

Di mana tujuan penelitian juga dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan Totem dan Tabu yang sudah dipaparkan dalam bab II.

B. MAKNA CORAK BUAYA BAGI MASYARAKAT NIKI-NIKI

Dalam mendalami dan memahami makna corak buaya dari masyarakat Niki-niki maka akan dibahas 2 sub pokok bahasan yaitu:

1. Buaya dalam masyarakat Niki-niki, dan

2. Makna corak buaya bagi masyarakat Niki-niki.

B.1. Buaya dalam masyarakat Niki-niki

Pada dasarnya, buaya harus dihormati atau disegani sebagai yang kuasa atau yang utama dalam kehidupan orang meto. Hal ini disebabkan karena adanya kedekatan dan juga hubungan antara orang meto dengan buaya. Pendapat ini didukung oleh pendapat Mariasusai Dhavamoni bahwa totemisme dalam kehidupan manusia, sebagai suatu hubungan mistik atau ritual anggota-anggota kelompok sosial terhadap suatu jenis binatang atau tumbuhan.1

(2)

2

Hubungan khusus antara buaya dengan orang meto dikarenakan buaya dianggap sebagai binatang yang mampu memberikan segala bagi orang meto. Dengan adanya anggapan ini, maka orang meto tidak segan-segan menjadikan buaya sebagai objek penyembahan. Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab III, orang meto mempunyai anggapan bahwa segala sesuatu berasal dari air. Dengan kondisi pulau meto yang kering (musim kemarau yang berkepanjangan) maka buaya dianggap sebagai penguasa air. Sebagai penguasa air, maka buaya dianggap pemilik segala-galanya.

Pernyataan penghormatan manusia kepada binatang totem (buaya bagi orang meto), juga didukung oleh pendapat Emile Durkheim di dalam bukunya The Elementary Forms OF The Religius Life yang mengatakan bahwa totem adalah sebuah bentuk pemujaan dan penyembahan terhadap binatang dan tumbuhan yang bisa diamati dalam masyarakat primitif.2

Selain penghormatan terhadap buaya, orang meto juga menjadikan buaya sebagai teman hidupnya. Pernyataan ini juga dibuktikan dengan pendapat Durkheim bahwa salah satu jenis totem adalah totem individu. Totem individu ini dipilih oleh masing-masing orang sebagai teman hidupnya misalnya totem seksual3. Meskipun buaya adalah totem secara umum bagi kelompok orang meto, tetapi buaya juga mempunyai hubungan khusus dengan manusia totemik seperti totem individu. Hubungan khusus ini tidak dilakukan oleh semua orang meto yang menyembah buaya, tetapi hubungan khusus ini hanya terjadi pada orang-orang tertentu saja. Hubungan khusus yang terjadi adalah perkawinan antara manusia dengan buaya.

Bagi orang Meto, perkawinan antara manusia dengan buaya terjadi pada orang-orang tertentu saja, dan hal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi orang yang kawin dengan

2

Emile Durkheim. Sejarah Agama, The Elementary Forms OF The Religius

Life,(Yogyakarta:IRCiSoD, 2011), 137

(3)

3

buaya. Orang yang kawin dengan buaya tidak melakukan pengorbanan untuk mendapatkan kekayaan, tetapi kekayaan yang akan mengejar kehidupan mereka.

Tentunya ketika buaya memberikan sesuatu kepada orang meto, pasti selalu ada pantangan-pantangan yang harus dilakukan oleh orang meto untuk menjaga milik kepunyaan buaya. Jika pantangan itu dilanggar, maka milik kepunyaan buaya akan kembali keasalnya. Hal ini juga berkaitan erat deng hukum tabu yang sudah dibahas dalam bab II.

B.2. Makna corak buaya bagi masyarakat Niki-niki.

Dalam kehidupan orang meto saat ini, buaya memang merupakan kenangan masa lalu yang masih tetap dikenang sampai saat ini. Salah satu upaya orang meto dalam usaha mempertahankan eksistensi buaya sebagai yang maha kuasa, dapat di lihat dari tindakan atau perilaku orang meto yang menampilkan buaya dalam kain tenun ikat, tempat siri dan tempat kapur. Hal seperti ini, bagi Durkheim adalah totem.4

Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab III, orang meto menampilkan buaya dalam semua karya seni mereka sebagai ekspresi mereka yang mengharapkan berkat dari buaya sebagai penguasa air. Oleh karena itu, penulis menganalisis bahwa corak buaya yang ditampilkan orang meto hanya untuk mendapatkan berkat dari buaya.

Corak buaya yang muncul secara mencolok dalam perkakas karya seni orang meto, juga mengingatkan orang meto akan mitos yang berkembang dalam kehidupan mereka tentang pengorbanan buaya yang mana buaya rela mati untuk memberikan tubuhnya bagi orang meto. Pendapat ini didukung juga oleh Mariasusai yang mengatakan bahwa totem berasal dari mitos yang diturunkan dari generasi sebelumnya.5 Mitos inilah yang membuat sehingga, meskipun kondisi alam pulau Meto yang kering dan gersang, tetapi orang meto

4 Ibid., 170.

(4)

4

tetap bangga menjalani hidup dan kehidupannya di Pulau Meto. Tanah yang gersang dan kering, bagi orang meto menunjukan atau menggambarkan bagian tubuh buaya yang kering dan kasar.

Selain itu, melalui corak buaya yang muncul dalam karya seni orang meto, juga sebagai karya teologi, sebagai karya estetis, behubungan dengan eskatologis dan juga sebagai tanda pengenal seseorang.

C. REFLEKSI TEOLOGIS

Dalam refleksi Teologis, akan dibahas enam hal utama yang berkaitan dengan makna corak buaya.

C.1. Sumber berkat

Seperti yang sudah diketahui, bahwa munculnya corak buaya secara mencolok dalam karya seni budaya Meto baik itu tenunan ikat, tempat kapur (tiba), tempat siri pinang (oko mama) dan dekorasi dalam rumah, merupakan bentuk atau ekspresi dari orang meto untuk mendapatkan berkat dari sang buaya. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa pada dasarnya, corak buaya yang muncul dalam karya seni orang meto di tonjolkan hanya untuk mendapatkan berkat dari sang buaya. Jika orang Meto menggunakan corak buaya sebagai dekorasi rumah, maka orang Yahudi menggunakan Mezuzah6 sebagai penghormatan kepada TUHAN.

Corak buaya yang muncul dalam karya seni budaya Timor, menegaskan bahwa sumber berkat hanya berasal dari buaya. Jika pemahaman orang meto bahwa buaya adalah sang permberi berkat, maka iman Kristen menegaskan bahwa Yesus Kristus bukan saja menjadi sumber berkat bagi orang Kristen tetapi juga menjadi sumber kehidupan yang

(5)

5

bersifat kekal. Yohanes 3:16, berkata: “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Firman ini menekankan bahwa Yesus Kristus sebagai Anak tunggal Allah, diutus ke dunia ini untuk membagikan kehidupan yang kekal secara cuma-cuma kepada manusia. Di sini juga di tekankan bahwa untuk mendapatkan kehidupan yang kekal maka hanya ada satu syarat utamanya yaitu percaya kepada Yesus Kristus. Oleh karena itu, jika orang meto beranggapan bahwa corak buaya menjamin orang meto untuk mendapatkan berkat dari sang buaya, maka iman Kristen menegaskan bahwa Yesus Kristus menjamin umat-Nya untuk mendapatkan kehidupan yang kekal.

C.2. Kenangan masa lalu

Munculnya corak buaya dalam perkakas karya seni budaya meto, juga merupakan suatu bentuk pengungkapan akan kenangan di masa lampau. Yang mana kenangangan itu masih tetap tersimpan dalam hati masyarakat meto. Kenangan akan masa lampau itu, menceritakan dan menegaskan bahwa karena pengorbanan buaya, maka nenek moyang dari masyarakat meto mendapatkan kehidupan. Jika demikian, maka jelas menunjukan bahwa corak buaya yang muncul dalam perkakas karya seni orang meto merupakan suatu bentuk pengungkapan akan kehidupan yang telah diberikan oleh buaya.

Jika orang meto mempunyai corak buaya sebagai bentuk pengungkapan kehidupan di masa lampau, maka iman Kristen mempunyai injil yang menggungkapkan kasih Yesus Kristus dimasa lampau. Roma 1: 16-17, mengatakan bahwa: sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam injil, karena injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah , yang bertolak dari iman dam memimpin kepada iman,

(6)

6 seperti ada tertulis: “orang benar akan hidup oleh iman”. Firman ini mengungkapkan secara nyata bahwa injil merupakan kekuatan Allah, karena hanya dengan injil, kenangan-kenangan akan kasih Yesus Kristus terpancar.

C.3. Karya Teologi

Sudah diketahui, bahwa corak buaya yang muncul dalam kain tenun ikat juga merupakan cara bagi orang meto untuk berteologi. Hal ini terjadi karena tentu saja bagi orang meto, di dalam corak buaya yang ditampilkan dalam kain tenun ikat maupun dalam karya seni lainnya, ada pesan spiritual yang disampaikan. Jika orang meto menggunakan corak buaya untuk memperkenalkan buaya sebagai penguasa hidup ini, yang mampu memberi segala bagi orang meto, maka iman kristen mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah objek pengenalan akan kasih dan kebesaran Allah kepada dunia. Di dalam Kolose 1:19, mengatakan bahwa: Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia.7 Maksud firman ini adalah Allah yang besar dan mulia yang tidak dapat dijangkau oleh manusia, memperkenalkan diri-Nya melalui karya Yesus Kristus. Dengan kata lain, Allah mengutus Yesus Kristus datang kedunia yaitu untuk memperkenalkalkan siapa Allah itu. Jika orang meto menggunakan corak buaya untuk memperkenalkan objek buaya kepada dunia, maka Allah mengutus anak-Nya Yesus Kristus untuk memperkenalkan kepada dunia kasih dan kemuliaan-Nya.

C.4. Status Sosial

Corak buaya yang muncul dalam karya seni orang meto, khususnya kain tenun ikat juga merupakan tanda pengenal dan status sosial seseorang. Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab III, bahwa yang bisa menggunakan kain tenun ikat bercorak buaya hanya orang yang bergolongan usif. Jika bagi orang meto, corak buaya sebagai tanda pengenal sebagai

(7)

7 usif, maka iman kristen mengajarkan bahwa kasih adalah tanda pengenal bagi orang Kristen. I Yohanes 4:8 mengatakan: Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Firman ini jelas menunjukan bahwa sebagai orang Kristen, hal utama yang harus ada didalam dirinya adalah kasih. Ayat ini juga menegaskan bahwa ketika seseorang tidak memiliki kasih di dalam dirinya, maka dia tidak mengenal Allah dan Allahpun tidak mengenal dia. Tanda pengenal orang Kristen untuk dikenal Allah, adalah Kasih.

C.5. Karya Estetis

Bagi orang meto, corak buaya yang dibentuk dalam karya seni baik itu tenunan, tempat siri dan tempat kapur untuk memperlihatkan keindahan dari karya seni itu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa karya seni yang dibentuk oleh orang meto belum terlihat indah jika tidak ditampilkan corak-corak terutama corak buaya. Jika bagi orang meto, keindahan sebuah karya seni terletak pada corak buaya yang ditampilkan, maka iman kristen mengajarkan bahwa keindahan hidup ini terlihat dalam pribadi Yesus sebagai teladan. I Petrus 2:21-22, mengatakan: sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ayat ini menunjukan secara nyata bahwa, keindahan hidup ini akan terpancar jika sebagai orang Kristen, kita meneladani pribadi Yesus yang tidak berbuat dosa dan tidak menipu.

C.6. Eskatologis

Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab III, bahwa corak buaya yang muncul dalam kain tenunan, juga mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan setelah kematian. Orang meto percaya bahwa setelah seseorang meninggal, maka ia akan kembali kepada para leluhur. Buaya juga dianggap sebagai ojek dari leluhur orang meto. Hal inilah yang

(8)

8

menyebabkan sehingga corak buaya dijadikan sebagai tanda pengenal supaya seseorang untuk dapat diterima dalam kehidupan para leluhur.

Jika bagi orang meto, seseorang dapat diterima dalam dunia para leluhur jika dia mempunyai tenunan bercorak buaya, maka iman kristen mengajarkan bahwa untuk dapat diterima dalam rumah Bapa, maka seseorang harus mengenal Yesus terlebih dahulu. Yohanes 14:6 mengatakan: kata Yesus kepadanya:”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Ayat ini jelas menunjukan bahwa untuk sampai kepada Bapa, maka hanya ada satu syarat, yaitu mengenal Yesus sebagai jalan kebenaran, yang akan membawa manusia bertemu dengan Bapa-Nya.

Referensi

Dokumen terkait

Syarat mutu biji kakao menurut SNI 2323-2008 ditentukan berdasarkan adanya serangga hidup atau benda asing, kadar air, adanya biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya,

Memberi gambaran kepada masyarakat tentang semiotika iklan khususnya dalam mengetahui bagaimana makna iklan kartu XL (versi “sulap” dan versi “korban ketagihan SMS”) dan kartu

2.1.3 Untuk mengedit tanggal dimulainya course dapat diedit dengan mengklik tombol ’ ’, seperti pada Gambar 2.4.. 2.1.4 Untuk mengedit tanggal berakhirnya course dapat

Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak

industrijski ž ivot radnika bio u rukama njihovih predradnika.. Ona je stajala pored radnica i vrednovala kvalitetu “svako g artikla”. Sto g a je odnos s njima trebao biti

Perbandingan di sini dapat berarti membandingkan unsur-unsur kebahasaan yang terdapat dalam beberapa bahasa atau dapat pula berarti membandingkan unsur unsur kebahasaan yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan dalam penelitian ini adalah unsur intrinsik novel Mahamimpi Anak Negeri karya Suyatna Pamungkas meliputi

Ilmu Pragmatik membantu untuk menemukan cara pengajaran bahasa asing yang menghasilkan pembelajar bahasa asing yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan