• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DEPAN... i. HALAMAN SAMPUL DALAM... ii. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA... iii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DEPAN... i. HALAMAN SAMPUL DALAM... ii. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA... iii"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN SAMPUL DALAM ... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

SKRIPSI TELAH DIUJI ... vii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... viii

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 5

1.3. Ruang Lingkup Masalah ... 6

1.4. Orisinalitas Penelitian ... 6 1.5. Tujuan Penelitian ... 8 1.5.1. Tujuan umum ... 8 1.5.2. Tujuan khusus ... 8 1.6. Manfaat Penelitian ... 9 1.6.1. Manfaat teoritis ... 9 1.6.2. Manfaat praktis ... 9

(2)

1.7. Landasan Teoritis ... 9

1.8. Metode Penelitian ... 13

1.8.1. Jenis penelitian ... 13

1.8.2. Jenis pendeketan ... 13

1.8.3. Sifat penelitian ... 14

1.8.4. Data dan sumber data ... 15

1.8.5. Teknik pengumpulan data ... 16

1.8.6. Teknik pengelolahan dan analisis data ………... 16

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PERUSAHAAN JOINT VENTURE 2.1. Perjanjian ... 18

2.1.1. Pengertian dan dasar hukum perjanjian ... 18

2.1.2. Tujuan dan azas perjanjian ... 20

2.1.3. Syarat sahnya perjanjian ... 24

2.1.4. Prestasi dan Wanprestasi………. 27

2.2. Perusahaan Joint Venture ... 32

2.2.1. Pengertian dan dasar hukum perjanjian joint venture ... 32

2.2.2. Pendirian perusahaan joint venture berdasarkan Undang-Undang... 33

2.2.3. Struktur perjanjian joint venture ... 35

(3)

BAB III IMPLEMENTASI PERJANJIAN JOINT VENTURE DI THE BRITISH INSTITUTE (TBI) BALI

3.1. Pihak-pihak dalam perjanjian joint venture di TBI Bali... 41 3.2. Hak dan kewajiban para pihak di perjanjian joint venture TBI Bali ... 44 3.3. Penerapan perjanjian joint venture di TBI Bali ... 52 BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN

JOINT VENTURE DI TBI (THE BRITISH INSTITUTE) BALI

4.1. Akibat hukum dalam hal salah satu pihak wanprestasi ... 57 4.2. Upaya penyelesaian sengketa wanprestasi sesuai dengan perjanjian joint venture di TBI (The British Institute) Bali ... 63 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 71 5.2. Saran-saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

(4)

PELAKSANAAN PERJANJIAN JOINT VENTUREDI THE BRITISH INSTITUTE (TBI) BALI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian joint venture di The British Institute (TBI) Bali yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata .Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian empiris, menggunakan pendekatan fakta dimana mendapatkan informasi melalui wawancara dan kenyataan yang terjadi dilapangan dan pendekatan perundang-undangan. Kesimpulan dari penulisan skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan dan implementasi dari suatu perjanjian joint

venture di The British Institute (TBI) yang dalam pelaksanaannya ditemukan

bahwa salah satu Pihak wanprestasi dan upaya yang dilakukan oleh Para Pihak untuk menyelesaikan permasalahan tersebut agar perjanjian berjalan sesuai yang diinginkan

(5)

ABSTRACT

This research aims to find out how the implementation of the agreement on the joint venture The British Institute (TBI) regulated in Bali-UndangNomor 40 2007 about foreign capital investment law number 25 of 2007 About Investing book of civil law legislation. In the writing of this thesis the author uses the method of empirical research, using the approach of the facts where to get the information through interviews and the fact that occurred in field and approach legislation. The conclusions of this thesis writing is how the execution and implementation of a joint venture agreement in The British Institute (TBI) that in practice it was found that one of the parties in tort and the efforts made by the parties to resolve these problems so that the agreement runs as desired

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan ekonomi yang sangat pesat menuntut kesiapan dan kemampuan pranata hukum dalam mengikuti perkembangan ekonomi sebagai akibat ekonomi dunia tersebut.

Salah satu fenomena yang nyata dari pertumbuhan ekonomi akibat globalisasi ekonomi dunia adalah meningkatnya kebutuhan perusahaan- perusahaan terhadap modal dan kebutuhan tersebut menuntut struktur permodalan yang lebih komplek. Investasi dalam era globalisasi dunia bukan hanya daalam bentuk direct investment ataupun equity investment (investasi dalam bentuk penyertaan saham secara formal) tetapi investasi dalam bentuk penyertaan modal secara informal.

Telah diketahui bahwa bentuk-bentuk usaha persekutuan dan perseroan merupakan Assosiasi Modal yang dibentuk karena suatu aktifitas usaha yang akan dijalankan secara terus menerus, memerlukan modal yang besar yang mungkin tidak dapat dipikul oleh sesorang saja, sehingga modal usaha tersebut perlu dikumpulkan dari beberapa orang.

(7)

Penyertaan modal usaha dalam bentuk primair merupakan bentuk penyertaan modal/saham yang dipenuhi setorannya dengan uang tunai. Kemudian bentuk penyertaan modal/saham tersebut memperlihatkan variasinya bukian hanya dalam bentuk setoran tunai bahkan dapat pula dilakukan setoran dalam bentuk barang (inbreng). Pasal 34 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mementukan bahwa:

1. Penyetoran atas modal atau saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya.

2. Dalam hal penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penilaian setoran modal saham ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan Perseroan.

Perkembangan lebih lanjut dari penyertaan modal tersebut adalah dalam bentuk penyertaan modal secara informal seperti bidang Licensing, Franchising,

maupun Joint Venture. Salah satu bentuk penyertaan modal secara informal

tersebut yang akan penulis angkat sebagai bahan skripsi dalam rangka memenuhi syarat penyelesaian studi pada program sarjana hukum, yaitu masalah perusahaan patungan ( Joint Venture )1

Pada bentuk penyertaan modal ini pihak akan melakukan kerjasama diantara dua orang atau lebih dalam jangka waktu tertentu . Kerjasama berakhir apabila kedua belah pihak telah mencapai suatu tujuan atau kesepakatan yang sama . Kerjasama ini disebut dengan Joint Venture , dalam perjanjian ini biasanya

1

Amrial,1996, Hukum Bisnis (Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia teori dan

(8)

ad satu peruahaan yang ditunjuk sebagai pemimpin usaha atau yang biasa dikenal dengan Managing Partner yang berkewajiban menyelenggarakan pembukuan dan penyajian laporan keuangan

Legalitas yuridis joint venture sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1967 dengan dikeluarkannya Undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing Pasal 23 dilanjutkan dengan PP nomor 17 tahun 1992 jo. PP nomor 7 tahun 1993 tentang Pemilik Saham Perusahaan Penanaman Modal Asing , PP Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing, Lalu ada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal .2

Di dalam Joint Venture ada beberapa unsur yang harus dipenuhi antara lain:

1. Kerjasama antara dua pihak atau lebih 2. Ada modal

3. Ada surat perjanjain

Bisnis Joint Venture ini didasarkan atas suatu perjanjian, yaitu perjanjian kerjasama antara Warung Bendega dengan PT. Titian Buana Ilmu , dalam hal ini untuk bekerja sama membangun The British Instittute (TBI) . Perjanjian yang dilakukan antara Warung Bendega dengan PT. Titian Buana Ilmu haruslah sesuai dengan pasal 1320 KUH Perdata yaitu syarat sahnya dari suatu perjanjian ,dan juga dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

2

(9)

agar perjanjian tersebut berjalan sesuai dengan keputusan bersama Yang sering menimbulakan konflik adalah karena hal-hal yang sudah diperjanjikan yang sudah disetujui bersama tidak dipenuhi oleh salah satu pihak, misalnya janji salah satu diantara perusahaan tersebut untuk menyediakan sarana mengajar guru bahasa inggris dalam hal ini karena The British Institute (TBI) merupakan tempat kursus bahasa inggris lalai dalam melakukan kewajibannya, oleh karena itu harus ada perjanjian perjanjian yang berisikan bagaimanakah penyelesaiannya apabila salah satu pihak tidak menjalankan kewajibannya sesuai dengan yang tertuang diperjanjian tersebut dalam hal ini mengguganakan dasar hukum pasap 1320 KUH pertada.

Joint Venture pada prinsipnya adalah kerjasama investasi dalam

menjalankan bisnis, sehingga keberhasilannya sangat tergantung pada kerjasama yang baik antara Warung Bendega dengan PT. Titian Buana Ilmu dengan saling memperhatikan hubungan antara keduanya yang menyangkut hak dan kewajiban.

Hal-hal yang di atur oleh hukum dan perundang-undangan merupakan das sollen yang harus diatati oleh para pihak dalam perjanjian Joint Venture , oleh karena itu disini penulis akan menganalisis perjanjanjian Joint Venture di TBI (The British Institute). Jika para pihak mematuhi peraturan dan tidak melanggar dari aturan main yang ada, maka tidak akan timbul permasalahn dalam perjanjian franchise ini. Dalam kenyataan kehidupan masyarakat seringkali terjadi pelanggaran dari aturan yang sudah ada. Berlakunya hukum dari pola harapan dan pelaksanaannya (expectation and performance) ini memberikan bobot yang lebih realistis serta dinamis terhadap berlakunya hukum.

(10)

Dalam era pembangunan sekarang ini, perlindungan hukum bagi masyarakat pelaku usaha khususnya investor dalam bidang perjanjian joint

venture perlu mendapatkan pemerataan hasil-hasil pendapatan dapat dinikmati

dengan aman, sah sah, dan tidak perlu menimbulkan masalah hukum dikemudian hari.3 Ini berarti bahwa format bisnis Joint Venture sesungguhnya memiliki satu aspek yang didambakan oleh kedua belah pihak yang melakukan perjanjian yaitu masalah kepastian dan perlindungan hukum. Berdasarkan masalah-masalah yang dikemukakan tersebut, menunjukkan bahwa format bisnis Joint Venture ini menyimpan potensi konflik.

Beranjak dari paparan latar belakang masalah di atas, maka merasa tertarik untuk meneliti dan berusaha menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN PERJANJIAN JOINT VENTURE DI THE BRITISH INSTITUTE (TBI) BALI”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkanuraian tersebut di atas, rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, adalah:

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian Joint Venture di The British

Institute (TBI) Bali ?

2. Bagaimanakah akibat hukum dan upaya penyelesaian dalam hal perjanjian yang berlaku di The British Institute (TBI) Bali terdapat wanprestasi ?

3Ibid. hal. 55

(11)

1.3 RUANG LINGKUP MASALAH

Agar penelitian ini tidak menimbulkan penafsiran yang terlalu luas dan untuk lebih terarahnya dalam melakukan penelitian ini diperlukan pembatasan ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini hanya membatasi untuk mengetahui apakah perjanjian Joint Venture The British Institute (TBI) sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan KUH Perdata Pasal 1320 dan bagaimana akibat hukum dan penyelesaiannya apabila perjanjian tersebut tidak sesuai dengan peraturn perundang undangan yang berlaku

1.4 ORISINALITAS PENELITIAN

Dalam rangka menghindari plagiat dalam penulisan ini, maka penulis mencantumkan beberapa karya ilmiah terdahulu yang pembahasannya berkaitan dengan analisis aspek hukum perjanjian waralaba serta pelaksanaannya .

Tabel 1.1

Daftar Penelitian Sejenis

No. Peneliti Judul Penelitian Rumusan Masalah 1. Airlanga Z. Pratama Sengketa Dalam Perusahaan Joint Venture : Studi 1. Bagaimana Kedudukan perusahaan joint

(12)

Kasus PT Kalpataru Investama v.M.S.K. Plantation , Ltd Tesis Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun 2011 venture dalam penanaman modal asing ? 2. Bagaimana pola penyelesain sengketa penanaman modal? 3. Bagaimana sengketa yang terjadi dalam perusahaan joint venture , khusus dalam kasus M.S.K Plantation Ltd . v BKPM 2. Krisyalia Wahyu Sari Perlindunga Hukum Bagi Pelaku Usaha Waralaba Tesis program Magister Kenotariatan Universitas 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian waralaba dalam praktek ? 2. Bagaimana Perlindungan

(13)

Diponegoro Semarang 2009

hukum bagi para pihak dalam melaksanakan perjanjian waralaba 1.5 TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian:

Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Tujuan Umum

1. Untuk memenuhi prasyarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Universitas Udayana.

2. Untuk melatih mahasiswa mengembangkan daya nalar dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis.

3. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya pada bidang penelitian ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk lebih memahami perjanjian joint venture di The British

Institute (TBI) Bali sudah sesuai atau kah belum dengan

Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan KUHPerdata

(14)

2. Untuk mengetahui akibat hukum apabila pelaksanaan perjanjian dalam bisnis joint venture di The British Institute (TBI) tidak sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku

1.6 MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan atau data informasi di bidang ilmu hukum bagi mahasiswa, akademisi ataupun masyarakat umum, dan sebagai upaya untuk menambah pengetahuan mengenai bagaimana menganalisis apakah suatu perjanjian perdata tentang joint venture sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman modal dan KUHPerdata dan bagaimana implementasi perjanjian tersebut. Serta memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum dan Hukum Perjanjian pada khususnya. b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, dasar hukum dan solusi yang tepat bagi para pelaku usaha yang ingin melakukan perjanjian dan investasi di bidang joint

venture

1.7 LANDASAR TEORITIS 1. Perlindungan hukum

(15)

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu bersifat preventif (pencegahan) ataupun represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis ataupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.

Menurut Sudikno Mertokusumo hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia, hukum harus dilaksanakan.4

2. Perjanjian

Hukum perjanjian ini adalah bagian dari hukum perdata yang perlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam hukum perdata, oleh karena hukum perdata banyak mengandung peraturan-peraturan hukum yang berdasar atas janji seseorang.5

Dari segi hukum, Joint Venture melibatkan bidang-bidang hukum perjanjian tentang pemberian hak dan kewajiban masing masing perusahaan yang melakukan perjanjian untuk melengkapi nya agar perusahaan yang dibangun berjalan sebagaimana mestinya. Bidang-bidang tersebut dapat dikelompokkan dalam bidang hukum perjanjian dan bidang hukum dalam hak intelektual (intellectualproperty right).

Asas-asas hukum perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata ada 3 yakni adalah :

4Sudikno Mertokusumo, 1993Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung: Citra

Aditya Bhakti, hlm. 140.

5

(16)

1. Azas konsensualisme, bahwa perjanjian yang dibuat pada umumnya bukan secara formil tetapi konsensual, artinya perjanjian itu dibuat karena persesuaian kehendak atau konsensual.

2. Azas kekuatan mengikat dari perjanjian, bahwa para pihak harus memenuhi apa yang telah diperjanjikan, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata bahwa perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak.

3. Azas kebebasan berkontrak, bahwa orang bebas membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas menentukan isi, berlakunya dan syarat-syarat perjanjian, dengan bentuk tertentu atau tidak dan bebas memilih undang- undang mana yang akan digunakan dalam perjanjian itu.

Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, untuk sahnya suatu perjanjian para pihak harus memenuhi syarat-syarat tersebut di bawah ini:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri.

2. Kecakapan para pihak dalam membuat suatu perjanjian. 3. Suatu hal tertentu.

4. Suatu sebab yang halal.

Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis Joint Venture adalah sebagai berikut:

1. PP Nomor 17 Tahun 1992 jo. PP Nomor 7 Tahun 1993 tentang Pemilik Saham Perusahaan Penanaman Modal Asing

2. PP Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

(17)

3. SK Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 15/SK/1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal 3. Kepastian Hukum

Asas pacta sunt servanda juga dengan asas kepastian hukum. Asas ini adalah asas yang menyatakan bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi perjanjian, sebagaimana lakyaknya sebuah Undang-Undang. Pihak ketiga tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak (Salim,2006:10).

Asas Pacta Sun Servanda pada mulanya dikenal dalam hukum gereja, yang menyebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian apabila ada kesepakatan kedua belah pihak dan dikuatkan dengan sumpah. Asas ini memiliki makna yaitu, setiap perjanjian yang dibuat merupakan perbuatan yang sacral, namun, dalam perkembangannya asas ini diberi arti pactum , yang berarti sepakat tidak perluh dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalitas lainnya. Sedangkan nudus

pactum sudah cukup dengan sepakat saja(Salim 2006:10). Asas pacta sunt servanda memiliki ruang lingkup sebatas para pihak yang membuat perjanjian, hal

ini ditunjukan pada hak yang lahir merupakan hak perorangan( persoonlijk recht) dan bersifat relative (Isnaeni,1996:32), namun pada situasi tertentu asas 37 ini diperluas, sehingga bisa menjangkau pihak-pihak lain, mengakibatkan hak perorangan yang pada prinsipnya menguatnya hak perorangan. Asas pacta sunt

(18)

servanda merupakan akibat hukum dari pihak yang terlibat dalam suatu

perjanjian. Maksudnya, isi perjanjian yang dibuat oleh para pihak, menjadi aturan atau Undang-Undang yang harus ditaati dan dihormati oleh para pihak dalam melaksanakan perjanjian.

4. Joint Venture Agreement

Perjanjian Joint Venture (Joint Venture agreement) memuat kumpulan persyaratan, ketentuan dan komitmen yang dibuat dan dikehendaki oleh para pelaku perjanjian tersebut . Di dalam perjanjian joint venture tercantum ketentuan berkaitan dengan hak dan kewajiban kedua belah pihak.

1.8 Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Yuridis-Empiris. Jenis penelitian ini merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebenaran, yaitu dengan membandingkan aturan yang ada dengan pelaksanaannya atau kenyataan dalam masyarakat (dasollen dan dassein).6

Pertimbangan dalam penggunaan jenis penelitian ini dikarenakan obyek kajian yang akan diteliti terdapat kesenjangan antara peraturan yang ada dengan pelaksanaanya di masyarakat, berkenaan dengan analaisis dari perjanjian Joint Venture TBI ( The British Institute ) serta akibat hukum nya apabila tidak sesuai dengan peraturan perundang undangan

2. Jenis Pendekatan

6

Johan Nasution, Bahder, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, h.15

(19)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan fakta (The Fact Approach) dan pendekatan perundang-undangan (The

Statue Approach). Pendekatan fakta (The Fact Approach) dilakukan

dengan melihat keadaan nyata di wilayah penelitian. Pendekatan perundang-undangan (The Statue Approach) dilakukan dengan kajian terhadap undang-undang yang dikaitkan dengan permasalahan yang ada di lapangan.7

Pendekatan fakta ini, merupakan data primer yang diperoleh dalam penelitian di lapangan, sedangkan data penelitian sekunder diperoleh melalui pendekatan perundangan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutpaut dengan isu hukum yang sedang ditangani, dalam penelitian ini terkait dengan analisis bagaimana perjanjian waralaba tersebut terjadi dan pelaksanaannya.

3 Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bersifat menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.8 Sehingga dalam penelitian ini akan difokuskan pada penggambaran/pemaparan khususnya mengenai analisis suatu perjanjian joint venture dan pelaksanaannya serta akibat hukumnya apabila tidak sesuai dengan peraturan perundang undangan

7

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, h. 97.

8

Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

(20)

4. Data dan Sumber Data

Pada penulisan dan penelitian ini, adapun data yang digunakan adalah bersumber dari:

1. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari sumber utama di lapangan, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan baik dari responden maupun informan, dimana data tersebut berasal dari observasi atau pengamatan secara langsung ke tempat kejadian dan melalui wawancara. Informan bisa di artikan sebagai seseorang atau lebih yang memberikan informasi kepada tentang segala hal yang berkaitan dengan subjek penelitian.9 Responden adalah seseorang atau lebih yang dapat memberikan tanggapan atas pertanyaan yang di ajukan peneliti kepadanya lewat daftar pertanyaan.10Dalam hal ini pihak- pihak yang mengetahui atau sebagai responden terkait mengenai bentuk bentuk perjanjian joint venture adalah TBI (The British Institute) Bali

2. Sumber Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari tangan kedua atau dengan kata lain data yang bukan berasal dari sumber utama, yang dalam hal ini berasal dari peraturan perundang-undangan terkait dengan permasalahan, selain itu juga berasal dari literatur –

9

Ade Saptomo, 2009, Pokok pokok metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni, Jakarta Trisakti, Jakarta, h.81.

10

(21)

literatur buku, kamus hukum, website, media massa, dan lain sebagainya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis pengumpul data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, wawancara atau interview.11 Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik wawancara (interview) dan teknik wawancara dilakukan bukan sekedar bertanya kepada seseorang melainkan juga dibarengi dengan pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukkan kepada narasumber atau informan, pertanyaan itu dirancang untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian ini, hal tersebut dilakukan agar hasil wawancara nantinya memiliki nilai validitas. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada narasumber yang bekerja di The British

Institute (TBI) Bali. Penelitian akan dilakukan di The British Institute

(TBI) Bali di Kota Denpasar.

6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data ini dikumpulkan dan dicari kebenarannya dalam hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, kemudian data ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif.12Pada penelitian dengan teknik analisis kualitatif atau analisis

11

Soerjono Soekanto, 1990, Ringkasan Metodelogi Penelitian Hukum Empiris, Cet. Ke-1, IND-HILL-CO, Jakarta, h. 114.

12

(22)

deskriptif, maka keseluruhan data yang terkumpul dari data primer maupun sekunder akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan ke dalam pola dan tema, dikategorikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu dengan yang lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas data dan proses analisis tersebut dilakukan terus menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis, kemudian dilakukan analisis secara kualitatif, kemudian data akan disajikan secara deskriptif, kualitatif dan sistematis.13

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini merupakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan, pendekatan analisis konsep hukum dan pendekatan kasus yang akan

Adapun ajaran yang tersurat di dalam lontar Krama Pura terkait dengan perilaku di tempat suci Pura adalah suci laksana yang mengarah pada pengendalian

23 Roeslan Saleh, 1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana (Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana), Cet.. Indikatornya adalah perbuatan tersebut melawan hukum

Dari hasil analisis data dari pengujian hipotesis yang dilakukan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan shooting dalam setiap jenis point tembakan dan daerah tembakan di setiap serangan yang dilakukan tim

2) Oleh karena nyata-nyata telah terbukti secara sah menurut hukum Termohon I, Termohon II dan Termohon III mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya

(sumber:www.jababeka.com). Jababeka merupakan brand yang digunakan oleh PT Jababeka, Tbk. Brand “Jababeka” sendiri merupakan easy name yang menggambarkan tentang

b) Penyelesaian masalah yang dapat ditempuh PT. Federal Internasional Finance atas wanprestasi dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Data Sekunder adalah data yang diperoleh