• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

50 3.1 Lokasi/ Data Fisik

3.1.1 Kondisi Fisik Lokasi Perencanaan

Lokasi perencanaan Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke di Semarang berlokasi di Jalan Sultan Agung, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari. Walaupun bukan berada di pusat Kota Semarang, lokasi ini strategis karena dekat dengan beberapa fasilitas umum, fasilitas sosial yang ada, dan masih asri. Lokasinya yang berada dipinggir jalan terkadang akan membuat lokasi ini ramai pada jam jam tertentu.

Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Kota Semarang Sumber: BAPPEDA Kota Semarang

3.1.2 Letak Geografis dan Administrasi

Kota Semarang merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia dan ibukota provinsi Jawa Tengah. Semarang terletak 6°50’ - 7°10’ Lintang Selatan dan garis 109°35’ - 110°50’ Bujur Timur. Kota ini berbatasan wilayah dengan :

(2)

Tabel 3.1 Batas Wilayah Kota Semarang No. Uraian Description Batas Wilayah Borderline Letak Lintang Latitude Keterangan Explanation 1. Sebelah Utara North 6°50’ LS Laut Jawa 2. Sebelah Selatan South 7°10’ LS Kabupaten Semarang 3. Sebelah Barat West 109°50’ LS Kabupaten Kendal 4. Sebelah Timur East 110°35’ BT Kabupaten Demak Sumber: (BPS Kota Semarang, 2015)

Letak geografis Semarang sangat berpengaruh besar pada lalu lintas perekonomian di Pulau Jawa, hal ini dikarenakan kota ini merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang, yaitu: koridor Pantai Utara, koridor Selatan atau yang dikenal sebagai koridor Merapi-Merbabu menuju ke Kabupaten Magelang dan Surakarta, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak atau Kabupaten Grobogan, dan koridor Barat menuju ke Kabupaten Kendal. Semarang juga berperan penting dalam perkembangan Jawa Tengah karena Semarang memiliki pelabuhan, jaringan tranport darat (yang berupa jalur kereta api dan jalan) serta transportasi udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah.1

Luas area Kota Semarang adalah 373,70 km2 atau 144,27 mil2 yang

secara administratif terbagi menjadi 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Kota ini memiliki 2 kecamatan dari 16 kecamatan yang mempunyai wilayah terluas. Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas adalah Kecamatan Mijen (dengan luas wilayah 57,55 Km2) dan Kecamatan Gunungpati (dengan luas wilayah 54,11 Km2). Kedua kecamatan tersebut terletak pada bagian selatan Kota Semarang yang memiliki potensi sebagai perkebunan dan pertanian dengan wilayah perbukitan. Semarang juga memiliki kecamatan dengan luas terkecil

1 Sumber: http://pamboedifiles.blogspot.co.id/2013/04/kondisi-geografis-kota-semarang.html,

(3)

yaitu Kecamatan Semarang Selatan (dengan luas wilayah 5,93 Km2) dan Kecamatan Semarang Tengah (dengan luas wilayah 6,41 Km2).

Luas yang ada di Kota Semarang, terdiri dari 39,56 km2 atau sekitar

10,59% dari luas wilayahnya merupakan tanah sawah dan 334,14 km2 atau sekitar 89,41% dari luas wilayahnya bukan tanah sawah. Lahan kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan/ tanah untuk bangunan dan halaman sekitar, yaitu sebesar 42,17% dari total lahan bukan tanah sawah. 3.1.3 Kondisi Alam

Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya, sehingga kota ini mempunyai ciri khas sebagai kota pegunungan dan kota pantai. Daerah pegunungan di Kota Semarang memiliki ketinggian 90 - 359 meter di atas permukaan laut sedangkan di daerah dataran rendah/ pantai mempunyai ketinggian 0,75 - 3,5 meter di atas permukaan laut. Kelerengan tanah di Kota Semarang berkisar antara 2% - 40%.

Gambar 3.2 Peta Kelerengan Kota Semarang Sumber: BAPPEDA Kota Semarang

Semarang merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis dengan temperatur sedang yang suhu hariannya berkisar antara 24 ºC - 33ºC. Curah hujan 27,7 – 34,8 mm per tahun dengan hari hujan rata-rata 161 hari per tahun.

(4)

Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Kota Semarang Sumber: BAPPEDA Kota Semarang

Sebagaimana dengan kota lain yang ada di Indonesia yang memiliki iklim tropis, Semarang juga memiliki musim kemarau dan musim hujan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan September. Kelembaban udara yang dimiliki Semarang bervariasi antara 62% sampai 84% dan kecepatan angin rata rata yaitu 5,9 km/jam.

3.2 Data Statistik Kota Semarang

3.2.1 Kasus Stroke

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, pada tahun 2011 kasus stroke di Semarang mencapai 14.690 kasus. Terdiri dari 2.507 kasus stroke hemoragik dan 12.183 kasus stroke non hemoragik atau stroke iskemik. Sedangkan faktor pencetus Stroke memiliki jumlah angka kasus yang sangat tinggi, yaitu hipertensi (hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya) sebesar 128.594 kasus kemudian diikuti oleh diabetes melitus (tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin) sebesar 59.857 kasus.

Tabel 3.2 Kasus PTM Kota Semarang Thn. 2011

No. KASUS JUMLAH

1. Angina Pectoris 6.736

2. IMA 2.130

(5)

No. KASUS JUMLAH 4. Hipertensi Esensial 106.977 5. Hipertensi lainnya 21.617 6. Stroke Haemorragie 2.507 7. Stroke non Haemorragie 12.183 8. DM tergantung insulin 14.326 9. DM tidak tergantung insulin 45.551

10. Ca Hati 332 11. Ca Bronchus 452 12. Ca Mamae 4.942 13. Ca Cerviks 5.155 14. PPOK 4.249 15. Asma Bronkiale 17.670 16. Kecelakaan Lalu Lintas 8.785

17. Psikosis 39.935

Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015

Pada tahun 2012, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 72% dari tahun sebelumnya sebesar 14.690 kasus menjadi 4.079 kasus yang terdiri dari 987 kasus stroke hemoragik dan 3.092 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 71% untuk kasus hipertensi (hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya) menjadi 37.175 kasus dan 73% untuk kasus diabetes melitus (tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin) menjadi 15.624 kasus.

Tabel 3.3 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2012

No. KASUS JUMLAH

1. Angina Pectoris 2.577 2. IMA 1.182 3. Decompensatio Cordis 1.347 4. Hipertensi Esensial 34.202 5. Hipertensi lainnya 2.973 6. Stroke Haemorragie 987 7. Stroke non Haemorragie 3.092 8. DM tergantung insulin 976 9. DM tidak tergantung insulin 14.648

10. Ca Hati 292 11. Ca Bronchus 186 12. Ca Mamae 932 13. Ca Cerviks 482 14. PPOK 1.342 15. Asma Bronkiale 5.674 16. Kecelakaan Lalu Lintas 3.659

(6)

No. KASUS JUMLAH

17. Psikosis 1.023

Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015

Tahun 2013, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 9% dari tahun sebelumnya sebesar 4.079 kasus menjadi 3.692 kasus yang terdiri dari 882 kasus stroke hemoragik dan 2.864 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 6% untuk kasus hipertensi (hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya) menjadi 34.895 kasus dan 9% untuk kasus diabetes melitus (tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin) menjadi 14.207 kasus.

Tabel 3.4 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2013

No. KASUS JUMLAH

1. Angina Pectoris 2.275 2. IMA 1.161 3. Decompensatio Cordis 1.130 4. Hipertensi Esensial 33.440 5. Hipertensi lainnya 1.455 6. Stroke Haemorragie 828 7. Stroke non Haemorragie 2.864 8. DM tergantung insulin 1.095 9. DM tidak tergantung insulin 13.112

10. Ca Hati 270 11. Ca Bronchus 152 12. Ca Mamae 832 13. Ca Cerviks 529 14. PPOK 820 15. Asma Bronkiale 5.040 16. Kecelakaan Lalu Lintas 2.440

17. Psikosis 1.449

Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015

Pada tahun 2014, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 20% dari tahun sebelumnya sebesar 3.692 kasus menjadi 2.942 kasus yang terdiri dari 801 kasus stroke hemoragik dan 2.141 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 7,4% untuk kasus hipertensi (hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya) menjadi 37.673 kasus dan kenaikan 8,2% untuk kasus diabetes melitus (tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin) menjadi 15.474 kasus.

(7)

Tabel 3.5 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2014

No. KASUS JUMLAH

1. Angina Pectoris 2.034 2. IMA 1.073 3. Decompensatio Cordis 1.911 4. Hipertensi Esensial 34.956 5. Hipertensi lainnya 2.717 6. Stroke Haemorragie 801 7. Stroke non Haemorragie 2.141 8. DM tergantung insulin 1.010 9. DM tidak tergantung insulin 14.464

10. Ca Hati 126 11. Ca Bronchus 148 12. Ca Mamae 1.024 13. Ca Cerviks 335 14. PPOK 917 15. Asma Bronkiale 5.309 16. Kecelakaan Lalu Lintas 1.922

17. Psikosis 3.888

Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015

Tahun 2015, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 36% dari tahun sebelumnya sebesar 1.885 kasus yang terdiri dari 670 kasus stroke hemoragik dan 1.215 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 19% untuk kasus hipertensi (hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya) menjadi 30.582 kasus dan penurunan 82% untuk kasus diabetes melitus (tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin) menjadi 2.760 kasus.

Tabel 3.6 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2015

No. KASUS JUMLAH

1. Angina Pectoris 979 2. IMA 792 3. Decompensatio Cordis 1.010 4. Hipertensi Esensial 29.335 5. Hipertensi lainnya 1.247 6. Stroke Haemorragie 670 7. Stroke non Haemorragie 1.215 8. DM tergantung insulin 970 9. DM tidak tergantung insulin 1.790

10. Ca Hati 119

11. Ca Bronchus 170

(8)

No. KASUS JUMLAH

13. Ca Cerviks 253

14. PPOK 917

15. Asma Bronkiale 5.319 16. Kecelakaan Lalu Lintas 1.925

17. Psikosis 3.889

Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015

Stroke merupakan peringkat tiga besar kasus yang menyebabkan kematian karena Penyakit Tidak Menular (PTM) di Semarang. Hal tersebut terbukti dengan terjadinya kasus kematian Kota Semarang pada tahun 2010 banyak diakibatkan oleh penyakit stroke, yaitu sebanyak 348 kasus dengan 199 kasus stroke hemoragik dan 149 kasus stroke non hemoragik atau iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetus stroke kasus kematiannya hanya berkisar 66 kasus hipertensi dan 85 kasus diabetes melitus.

Kemudian pada tahun 2011, mengalami kenaikan sebesar 3% yaitu terjadi 361 kasus dengan 199 kasus stroke hemoragik dan 162 kasus stroke non hemoragik atau iskemik. Angka kematian yang diakibatkan karena hipertensi berkisar pada angka 155 kasus dengan 140 kasus disebabkan oleh hipertensi esensial dan 15 kasus karena hipertensi lainnya. Faktor pencetus lainnya yaitu diabetes melitus meningkat menjadi 90 kasus yang pada tahun sebelumnya hanya 80 kasus. Kasus kematian yang diakibatkan diabetes melitus berjumlah 90 kasus yang terdiri 53 kasus diabetes melitus tergantung insulin dan 37 kasus diabetes melitus tidak tergantung insulin.

Pada tahun 2014, kasus kematian yang diakibatkan oleh stroke mengalami penurunan sebesar 50% dari tahun 2011 menjadi 181 kasus yang terdiri dari 52 kasus stroke hemoragik dan 129 kasus stroke non hemoragik / iskemik. Sedangkan faktor pencetus stroke mengalami kenaikan dari tahun 2011 menjadi 370 kasus hipertensi dan 178 kasus diabetes melitus.

Tabel 3.7 Kasus Kematian PTM (Penyakit Tidak Menular) Kota Semarang

No. KASUS Tahun

2010 Tahun 2011 Tahun 2014 1. Angina Pectoris 28 25 75 2. IMA 80 80 42 3. Decompensatio Cordis 32 32 91 4. Hipertensi Esensial 53 140 273

(9)

No. KASUS Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2014 5. Hipertensi lainnya 13 15 97 6. Stroke Haemorragie 199 199 52 7. Stroke non Haemorragie 149 162 129 8. DM tergantung insulin 60 53 154 9. DM tidak tergantung insulin 25 37 24

10. Ca Hati 19 18 4 11. Ca Bronchus 28 48 3 12. Ca Mamae 41 58 21 13. Ca Cerviks 50 48 11 14. PPOK 36 46 20 15. Asma Bronkiale 15 27 34

16. Kecelakaan Lalu Lintas 78 86 70

17. Psikosis 3 0 5

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Semarang

Walaupun kasus stroke setiap tahun di Semarang mengalami penurunan, tetapi faktor pencetus munculnya stroke mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal tersebut nantinya dapat menjadi bumerang bagi Semarang bila tidak menangani masalah tersebut secara serius karena bisa saja kasus - kasus tersebut dimasa depan dapat meningkatkan angka kasus stroke yang sudah ada saat ini.

Kasus stroke pada tahun 2014 di Semarang sebanyak 2.942 kasus yang terdiri dari 801 kasus stroke hemoragik dan 2.141 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Sedangkan kasus kematian yang disebabkan oleh stroke pada 2014 sebesar 181 kasus yang terdiri 52 kasus stroke hemoragik dan 129 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dari 2.942 kasus stroke yang ada di Semarang terdapat 181 kasus kematian dan 2761 yang berhasil selamat dari stroke. Walaupun berhasil selamat dari stroke, terkadang ada sebagian besar mengalami kecacatan maupun terjadi stroke ulangan. Untuk menangani pasien pasca-stroke tersebut diperlukanlah pusat rehabilitasi yang dapat mengembalikan kondisi pasien seperti semula.

3.2.2 Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Menurut Badan Pusat Statistik Kota Semarang, Semarang pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.527.433 jiwa dengan jumlah laki

(10)

– laki sebanyak 758.267 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 769.166 jiwa. Pada tahun berikutnya, jumlah penduduk di Semarang meningkat 1% menjadi 1.544.358 jiwa dengan jumlah laki – laki sebanyak 767.884 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 776.474 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2012, Kota Semarang jumlah penduduknya meningkat 0,96% menjadi 1.559.198 jiwa dengan jumlah laki – laki sebanyak 775.793 jiwa dan jumlah perempuan menjadi 783.405 jiwa.

Tahun 2013 jumlah penduduknya meningkat 0,83% dari tahun sebelumnya menjadi 1.572.105 jiwa dengan 781.176 jiwa penduduk laki – laki dan 1.572.105 jiwa penduduk perempuan. Kemudian tahun 2014, jumlah penduduk Semarang meningkat 0,97% dari tahun 2013 menjadi 1.584.881 jiwa dengan penduduk laki - laki sebanyak 787.705 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 797.176 jiwa.

Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Kota Semarang Menurut Warga Negara Tahun 2010-2014

Tahun

Banyaknya Penduduk Menurut Warga Negara (WNI+WNA)

Laki - Laki

Perempuan Jumlah Total 2010 758.267 769.166 1.527.433 2011 767.884 776.474 1.544.358 2012 775.793 783.405 1.559.198 2013 781.176 790.929 1.572.105 2014 787.705 797.176 1.584.881

Sumber: (BPS Kota Semarang, 2015)

Tahun 2010 kepadatan penduduk Semarang mencapai 4.087 jiwa per km2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 438.537, tingkat kelahiran kasar

sebesar 14,98 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,77 jiwa per 1000 penduduk. Tahun berikutnya kepadatan penduduk meningkat menjadi 4.133 jiwa per km2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 429.268, tingkat kelahiran kasar sebesar 16,09 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,76jiwa per 1000 penduduk.

Selanjutnya pada tahun 2012, meningkat menjadi 4.172 jiwa per km2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 435.184, tingkat kelahiran kasar

(11)

sebesar 15,23 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,45 jiwa per 1000 penduduk. Pada tahun 2013, meningkat menjadi 4.207jiwa per km2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 442.089, tingkat kelahiran kasar sebesar 15,18jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,55jiwa per 1000 penduduk. Tahun 2014, meningkat menjadi 4.241jiwa per km2 dengan

jumlah rumah tangga sebanyak 443.541, tingkat kelahiran kasar sebesar 15,63 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,80 jiwa per 1000 penduduk.

Tabel 3.9 Indikator Perkembangan Penduduk Kota Semarang Tahun 2010-2014 N o. Indikator Satua n Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 1. Jumlah Penduduk Jiwa 1.527.4 33 1.544.3 58 1.559.1 98 1.572.1 05 1.584.9 06 2. Pertumbu han Per Tahun Perse n 1,36 1,11 0,96 0,83 0,97 3. Kepadata n Per Km2 4.087 4.133 4.172 4.207 4.241 4. Jumlah Rumah Tangga Ruma h Tang ga 438.53 7 429.26 8 435.18 4 442.08 9 443.54 1 5. Rasio Jenis Kelamin Per 100 Pddk 99 99 99 99 99 6. Tingkat Kelahiran Kasar Per 1000 Pddk 14,98 16,09 15,23 15,18 15,63 7. Tingkat Kematian Kasar Per 1000 Pddk 6,77 6,76 6,45 6,55 6,80

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Semarang

3.2.3 Peta Sebaran Penduduk

Kota Semarang memiliki julukan sebagai Kota ATLAS, yaitu Kota yang Aman, Tertib, Lancar, Asri, dan Sehat. Namun, Kota Semarang memiliki pola kepadatan penduduk yang berbeda-beda di tiap daerahnya. Hal ini, menyebabkan suatu daerah akan menjadi kumuh jika daerah tersebut sangat padat dan minim akan perawatannya.

(12)

Seperti yang terlihat dalam peta penetapan sebaran penduduk (eksisting) terdapat beberapa daerah yang memiliki tingkat kepadatan yang sangat tinggi (warna kuning kecoklatan). Daerah yang berwarna kuning kecoklatan tersebut yaitu: Tanjung Emas, Bandarharjo, Panggung Lor, Bulu Lor, Gisikdrono, Srondol Wetan, Tegalsari, Jomblang, Sendang Mulyo, Pandean, Rejosari, dan Muktiharjo Timur. Sedangkan untuk daerah dengan kepadatan yang tinggi berwarna kuning tua, yang terdiri dari daerah Genuksari, Palebon, Gemah, Plamongansari, Sendangguwo, Tandang, Lamper Tengah, Gayamsari, Karanganyar, Jatingaleh, Ngesrep, Srondol Kulon, Gajah Mungkur, Candi, Wonodri, Randusari, Bojong, Bongsari, Simongan, Ngemplak, Manyaran, Kalipancur, Kembang Arum, Purwoyoso, Ngaliyan, Tambakaji, Krobokan, Kuningan, Dadapsari, Sarirejo, Bugangan, Mlatibaru, Kemijen, dan Tambakrejo. Gambar dibawah adalah peta sebaran penduduk berdasarkan kecamatan yang ada dan lokasi untuk perancangan pusat rehabilitasi pasca stroke berada pada Kecamatan Candisari (ditandai lingkaran merah).

Gambar 3.4 Peta Sebaran Penduduk (Existing) Kota Semarang Sumber: BAPPEDA Kota Semarang

Dengan tidak meratanya persebaran penduduk itulah Pemerintah Kota Semarang berencana untuk membatasi jumlah daerah yang memiliki kepadatan sangat tinggi. Pemerintah berfikir jika suatu daerah memiliki kepadatan yang sangat tinggi tetapi kalau daerah tersebut tidak terawat dengan baik dan memiliki fasilitas kesehatan yang memadai maka akan timbul beberapa

(13)

penyakit yang mengancam kesehatan penduduknya. Oleh karena itu pada peta rencana jumlah penduduk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, pemerintah merencanakan hanya daerah Tanjung Emas, Muktiharjo Timur, Tlogosari Kulon, dan Sendang Mulyo yang memiliki jumlah penduduk 21.034 – 38.019 jiwa.

Gambar 3.5 Peta Rencana Jumlah Penduduk Kota Semarang Sumber: BAPPEDA Kota Semarang

3.3 Gagasan Perancangan

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke di Kota Semarang merupakan fasilitas kesehatan dengan menyatukan pusat rehabilitasi dengan edukasi yang berfungsi untuk mengurangi kasus stroke yang terjadi akibat kelalaian penderita dalam menjaga kesehatan. Penataan pusat rehabilitasi diharapkan dapat membuat pasien atau penderita dapat segera pulih dari kondisi sebelumnya dan membuat penderita merasakan kenyaman selama proses rehabilitasi tersebut berlangsung. Pusat rehabilitasi pasca-stroke ini hanya menangani keluhan secara fisik.

Sasaran perancangan dari pusat rehabilitasi ini adalah masyarakat sekitar Kota Semarang dan luar Kota Semarang. Pusat rehabilitasi ini dirancang dengan menyediakan fasilitas indoor dan outdoor berdasarkan jenis kegiatan yang akan dilakukannya.

(14)

3.3.1 Komponen Perancangan

Komponen yang terdapat di dalam perancangan pusat rehabilitasi pasca-stroke di Semarang dipilih berdasarkan jenis kegiatan dan pengguna yang akan menggunakan bangunan tersebut:

a. Care Center

Care Center adalah bangunan yang berfungsi untuk melayani pasien

pasca-stroke yang memerlukan perawatan rawat jalan maupun rawat inap.

Care Center ini didesain untuk mengani keluhan masalah secara fisik.

Bangunan ini menyediakan fasilitas penanganan pasien berupa: terapi okupasi, terapi wicara, terapi mendengar, ortotik prostetik, fisioterapi, pool terapi, pelayanan sosial medik, psikologi, dan pelayananan rawat inap.

Care Center dirancang untuk berfokus pada kesembuhan dan pemulihan

pasien atau penderita yang datang ke pusat rehabilitasi pasca-stroke. b. Minimarket & Ed. Center

Minimarket & Ed. Center dirancang untuk menunjang kegiatan yang ada

di pusat rehabilitasi pasca-stroke ini. Minimarket berfungsi menunjang kebutuhan pasien serta pengunjung yang ada. Sedangkan Ed. Center berfungsi untuk mengedukasi pengunjung tentang bagaimana cara hidup sehat agar tidak terkena stroke dan berkaitan erat dengan pasca-stroke. Diharapkan dengan adanya Ed. Center ini dapat mencegah serta mengurangi kasus stroke di Semarang.

c. Staff Headquarter

Staff Headquarter dirancang untuk memberikan fasilitas kepada staff yang

bekerja di pusat rehabilitasi ini sehingga staff yang bekerja tidak merasa “bosan” karena merawat penderita pasca-stroke membutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi. Staff Headquarter juga bisa digunakan untuk melatih staff baru maupun menerima magang terapis dan calon suster. d. Paviliun Rawat Inap

Paviliun rawat inap ini dirancang bagi penderita yang ingin secara intensif melakukan perawatan agar dapat sembuh secara maksimal. Paviliun ini bisa digunakan bagi penderita yang berasal dari Kota Semarang maupun

(15)

luar Kota Semarang. Paviliun ini nantinya akan dirancang menjadi 2 jenis, yaitu untuk melayani pasien yang akan tinggal bersama salah satu orang keluarganya dan untuk melayani pasien yang akan tinggal sendiri.

e. Masjid

Masjid adalah salah satu fasilitas peribadatan yang sangat vital bagi umat muslim. Masjid dibangun di Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke ini berguna untuk mengingatkan karyawan untuk selalu melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim disela kesibukannya yang ada.

f. Gedung Parkir

Gedung parkir adalah salah satu fasilitas yang digunakan untuk memarkirkan mobil dan motor baik untuk pasien rawat inap maupun karyawan.

g. Outdoor Space

Outdoor space yang ada dirancang berupa healing garden yang berfungsi

untuk melakukan kegiatan terapi secara outdoor. Penataan outdoor space yang baik sangat diperlukan guna meunjang psikologis penderita serta membuat nyaman penderita selama melakukan proses rehabilitasi.

h. Power house

Power house adalah salah satu bangunan penunjang yang penting untuk menjaga kelangsungan jaringan listrik yang ada pada site.

Gambar

Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Kota Semarang
Tabel 3.1 Batas Wilayah Kota Semarang  No.  Uraian  Description  Batas Wilayah Borderline Letak Lintang  Latitude  Keterangan  Explanation  1
Gambar 3.2 Peta Kelerengan Kota Semarang
Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Kota Semarang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat bahwa setiap mesin yang terhubung kedalam internet haruslah memiliki alamat yang unik, maka jika dilihat maka jumlah tersebut tidak mungkin akan cukup untuk

Berdasarkan rajah di atas, tugas SISC+ adalah 60% dalam membimbing GDB di sekolah band rendah dan 20% dalam melaksanakan latihan dan pembangunan profesionalisme berterusan

Dari hasil analisa rasio yang telah didapat maka rasio likuiditas dan rasio profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Mochammad Yuliostiano & Retno Tanding Suryandari (2003), menyatakan bahwa semua variabel predictor yaitu

tersebut dengan mengambil judul “PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN SANKSI TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) PERSERO, TBK CABANG

image for a background), click the Cell Background pop- up menu in the Table Inspector dialog and choose a type of background.. To return to editing text, simply click within

Rasio yang digunakan untuk mengukur risiko likuiditas adalah dengan menggunakan dua rasio keuangan, yaitu LDR dan IPR. a) Pengaruh LDR terhadap risiko likuiditas adalah berlawanan