• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELAYANG PANDANG TENTANG AKUNTANSI LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SELAYANG PANDANG TENTANG AKUNTANSI LINGKUNGAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

38

SELAYANG PANDANG TENTANG AKUNTANSI LINGKUNGAN Heni Nurani Hartikayanti

E-Mail : [email protected]

P

ersaingan usaha di era giobalisasi dan teknologi, menyebabkan semakin berkembangnya jumlah perusahaan dengan berbagai jenis produk yang dihasilkan. Perkembangan dunia usaha ini mau tidak mau berdampak terhadap lingkungan hidup yang terganggu sebagal dampak dari proses produksi ataupun pengembangan usaha yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Dampak dari hal ini maka telah terbukti diberbagai belahan bumi umumnya, khususnya di Indonesia, terjadi kerusakan lingkungan hidup. Memperhatikan hal tersebut para ilmuwan akuntansi mengembangkan cabang kelimuan akuntansi baru untuk mengantisipasi kebutuhan informasi tentang lingkungan. Sejak tahun 1970 an telah berkembang cabang keilmuan akuntansi dengan istilah akuntansi lingkungan (environmental accounting). Diharapkan jika perusahaan (termasuk didalamnya UNJANI karena mempunyai visi berwawasan lingkungan) menerapkan akuntansi lingkungan dalam proses bisnis dan pelaporan keuangannya maka dapat terjadi sinergi bahwa dunia usaha turut serta memikirkan kelangsungan lingkungan hidup yang sehat.

Kata kunci : Lingkungan hidup, Akuntansi Lingkungan

1. PENDAHULUAN

Kejadian lumpur Lapindo

mengingatkan kita pada kondisi alam yang rusak akibat pengembangan dunia usaha yang belum memperhitungkan dampak negat if jika terjadi kesalahan prosedur.

Demikian pula dengan kerusakan

lingkungan yang terjadi di Kalimantan Selatan.

Ke p a la B a d a n L in g k u ng a n H id u p Provinsi Kalimantan Selatan

Rakhmadi Kurdi menyatakan bahwa

kerusakan lingkungan alam di Kalsel sudah cukup parah sehingga sebagian besar daerah kaya tambang itu menjadi sensitif terhadap bencana alam. Menurut dia, alih fungsi lahan kehutanan dan pertanian menjadi lahan perkebunan serta pertambangan membuat daerah Kalimantan Selatan sering dilanda banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Salah satu indikasi kerusakan lingkungan Kalimantan Selatan cukup parah antara lain bila beberapa tahun lalu banjir besar

hanya terjadi lima tahun sekali kini justru banjir besar terjadi lima kali setahun bahkan lebih. Berdasarkan peta rupa bumi yang dipantau dari satelit pada 2007, Kalimantan Selatan telah kehilangan 60% kawasan hijau. Beberapa daerah yang kawasan hijaunya sudah berkurang antara lain Kabupaten Tanah Bumbu, Tanah Laut dan Kotabaru yang merupakan daerah kaya sumber daya alam pertambangan.

Selain itu, kata dia, indeks kualitas lingkungan Kalimantan Selatan juga dibawah 30% sehingga masuk kategori sangat parah. "Sehingga wajar bila hujan sedikit saja beberapa daerah langsung terendam banjir dan musim kemarau menjadi kekeringan," katanya. Apalagi kondisi 13 DAS di Kalimantan balk itu DAS Barito, Cengal dan beberapa DAS lain juga sudah parah. Di Kecamatan Haruyan banjir menggenangi beberapa desa yaitu Lokbuntar. Simpang Empat Haruyan, Mangunang, Haruyan Seberang, Pengambau

(2)

39

Hulu dan Pengambau Hilir. Camat Haruyan Kurmadi mengatakan, dibanding tahun-tahun sebelumnya banjir kali ini merupakan yang terparah. Menurut dia, biasanya banjir hanya setinggi lutut sekarang sudah sepinggang orang dewasa atau satu meter

Demikian pula berita tentang dampak pemanasan global terus berkesinambungan. Mulai dari mencairnya salju di puncak Cartenz, Papua, rusaknya ekosistem laut hingga perubahan iklim yang membuat cuaca semakin tidak jelas. Disebutkan, 25% kawasan pegunungan di dunia terancam proyek pembangunan jalan, pertambangan, jalur pipa bendungan yang direncanakan untuk 30 tahun ke depan. Pembangunan jalan di gunung secara teori lingkungan dapat menyebabkan erosi pada lereng-lereng terjal. Namun, toh tetap

dibangun karena memudahkan para

penebang masuk ke hutan dan melakukan lebih banyak kerusakan (Irwan Wisanggeni).

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya yang melangsungkan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur

lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Unsur Hayati (Biotik) Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. b. Unsur Sosial Budaya Unsur sosial budaya, yaitu

lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagal makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.

c. Unsur Fisik (Abiotik) Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim , dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi.

2. ATURAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Berdasarkan kajian tentang kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan bisnis perusahaan maka banyak pihak yang menyarankan adanya regulasi ataupun standar yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup.

Hal ini berkembang mulai tahun 1970 an di Eropa khususnya karena lingkungan hutan

yang mengalami kerusakan karena

dieksploitasi berlebihan. Demikian pula di USA dan Australia, sementara di Indonesia, melalui Kementrian Lingkungan Hidup (KLH).

UU Nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan — Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur hak dan kewajiban semua pihak (masyarakat) untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam kawasan Nusantara.

Selanjut diperbaharui dengan

diterbitkannya UU nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian diperbaharui dengan terbitnya UU nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang

menekankan tujuan pada :

a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup;

b. Menjamin keselamatan,kesehatan, dan kehidupan manusia;

c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan

(3)

40

e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan masa depan;

g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

i. MewuJudkan pembangunan berkelanjutan; j. Mengantisipasi isu lingkungan global.

At ur a n per lind u nga n t er had ap lingkungan hidupdiperjelas pula dalam penjelasan Lembaran Negara Republik Indonesia dan Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia nomor 5059. Undang-undang ini Iebih menekankan kembali tentang perlunya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk menjaga kelestarian alam Indonesia dimasa mendatang.

Tahun 2005 diperoleh kesepakatan antara KLH dengan BI sebagai tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia No 7/2/ PBI/2005 tentang penetapan kualitas aktiva bagi bank umum dimana aspek lingkungan

menjadi salah satu variabel penentu dalam pemberian kredit dan kinerja lingkungan yang dikeluarkan KLH melalui PROPER (Program For Poluution Control, Evaluation and Rating) pada tahun 2009. Program penilaian peringkat kerja perusahaan sebenarnya telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995 dengan indikator penilaian yang terus diperbaiki sampai dengan terakhir indikator yang ditetapkan pada tahun 2009.

Penilaian PROPER didasarkan pada ketaatan perusahaan dalam memnuhi berbagai kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang yang difokuskan pada aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara dan pengelolaan Iimbah B3 serta berbagai kewajiban lainnya yang terkait

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan).

PROPER menggunakan lima warna

dengan tujuh kategori untuk memacu

perusahaan meningkatkan kinerjanya.

Masing-masing peringkat memperlihatkan cerminan kinerja lingkungan perusahaan

Tabel 1. Kriteria Peringkat PROPER

No. Peringkat Keterangan

1. Emas Telah mefakukan pengelolaan lingkungan Iebih dari yang disyaratkan dan telah melakukan upaya 3 R, menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang berkesinambungan, serta telah melakukan upaya-upaya yang berguna bagi kepentingan masyarakat jangka panjang

2. Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan Iebih dari yang dipersyaratkan, telah mempunyai sistem pengelolaan lingkungan, mempunyai hubugan balk dengan masyarakat, termasuk melakukan upaya 3R

3. Biru Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku

4. Merah Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan tetapi baru sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan

5. Hitam Belum melakukan uapaya pengelolaan lingkungan berarti, secara sengaja tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan sebagaimana yang dipersyaratkan serta berpotensi mencemari lingkungan.

(4)

41

Hasil penilalan PROPER 2009-2010, dari 690 perusahaan yang dinilal secara umum 71% taat, sedangkan sisanya tidak taat. Jika dijabarkan lebih lanjut kedalam peringkat warna maka diperoleh hasil penilaian sebagai berikut :

Tabel 2. Peringkat Warna

No. Warna Perusahaan

1 Emas 2 (0,29%)

2 Hijau 54 (7,83%)

3 Biru 435 (63,04%)

4 Merah 152 (22,03%)

5 Hitam 47 (6,81%)

Sumber : Sekreteriat PROPER Kai, 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah pula menetapkan beberapa standar akuntansi yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup, diantaranya PSAK No 32 dan 33. Kedua PSAK ini mengatur tentang kewajiban perusahaan dari sektor

pertambangan dan pemilik Hak

Pengusahaan Hutan (HPH) untuk

melaporkan item-item yang

berhubungan dengan tanggungjawab

sosial perusahaan dalam hal

pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaporan keuangannya.

3. AKUNTANSI LINGKUNGAN

Sebagai bagian dari ilmu akuntansi, maka akuntans i lingkungan merupakan ba g ia n ya ng t a k t e rp is a hk a n s e ba g a i proses yang harus menghasilkan informasi keuangan perusahaan. Steele dan Powell

(2002) mendefinisikan akuntansi

lingkungan sebagai:

"The identification, allocation and analysis of material streams and their related money flows by using environmental accounting systems to provide insight in environmental impacts and associated financial effects"

Sedangkan Bennett dan James (1998) menyatakan bahwa akuntansi lingkungan sebagai

:

"The generation, analysis and use of financial and non financial information in order to optimeze corporate, environmental and economic performance, acheiving a sustainable business"

Berdasarkan pendapat di atas maka d a p a t d is i mp u l k a n b a h w a a k u n t a n s i lingkungan merupakan alat bantu manajemen d e n g a n c a r a m e n g i d e n t i f i k a s i k a n

at au me ngu mpu lka n,

me nga lo kas ika n, menganalis is dan

melaporkan informasi mengenai

akt ivit a perusahaan dengan penekanan pada aspek lingkungan. Dengan demik ia n akunt ans i lingku nga n ada la h suatu prakt ik akuntansi yang berupa ya untuk

menspesifikasikan pembiayaan yang

dilakukan perusahaan dan pemerintah dalam

me mperhat ika n ko nser vas i

lingkung a n hidup dalam praktik bisnis perusahaan dan pemerintah.

Beberapa aktivitas konservasi

lingkungan yang dapat dilakukan perusahaan menurut Lindrianasari (2007) diantaranya :

a. Ko nvserva s i t erhadap ko ndis i yang berpengaruh terhadap kesehatan mahluk hidup dan lingkungan hidup yang berasal dari polusi udara, polusi air, pencemaran tanah, kebisingan, getaran bau busuk dan lain sebagainya.

b. Ko ns e r va s i t er ha d ap ko nd is i ya ng berpengaruh secara menyeluruh seperti pemanasan global, penipisan lapisan ozon, serta pencemaran air !aut.

c. Ko n s e r v a s i t e r ha d a p s u mb e r d a ya (termasuk air). Ko nservasi ini dapat d ila ku ka n d e ng a n c ara me ng ur a ng i penggunaan bahan

kimia yang dapat mencemari

lingkungan, mengendalikan

s a m p a h d a r i k e g i a t a n p r o d u k s i perusahaan, penggunaan material dari hasil daur ulang.

d. Konservasi lainnya

Akuntansi lingkungan dapat

diterapkan oleh perusahaan besar

(5)

42

setiap skala industri dalam s e k t o r ma n u fa k t u r d a n ja s a , d i ma n a

penerapan yang dilakukan harus

secara sistematis atau didasarkan pada kebutuhan dasar perusahaan. Bentuk yang diambil harus mencerminkan tujuan-tujuan dan kebutuhank e bu t u ha n d ar i p e ng g u na p er u s a ha a n. Baga imana-pun juga, pada set iap aspek bisnis, dukungan tim manajemen puncak dan

tim fungsional yang bersebrangan

menjadi poin penting dalam mencapai

keberhasilan imp le mentasi dari

akuntans i lingkungan disebabkan: a . Ak u nt a n s i lingkungan

memerlukan suatu cara baru dalam memperhatikan biaya lingkungan

perusahaan, kinerja dan

pengambilan keputusan. Komitmen

manajemen puncak mampu

menetapkan nada positif dan

penghitungan insentif bagi

organisas i sela ma mengado psi akuntansi lingkungan.

b. Perusahaan mungkin ingin

memasang t im fu ng s io n a l u nt u k me n e r a p k a n a k u nt a nsi ling k u ng a n, t er ma s u k d i dalamnya desain, ahli k imia , a h li mesin, manajer produksi, operator, staf keuangan,manajer lingkungan, personal, dan para

akuntan yang tidak mempunyai

pekerjaan bersama sebelumnya.

Karena akuntansi lingkungan bukan hanya suatu isu akuntansi, dan informasi penting untuk dibagi kepada seluruh anggota kelompok, orang-orang butuh untuk berbicara dengan orang Iainnya dalam mengembangkan panda nga n u mu m da n ba hasa sert a memuat pandangan lebih nyata.

M a n fa a t d ar i p e ne r a p a n a k u nt a ns i lingkungan menurut Bosshard (2003) dapat dirasakan untuk operasional dan manajerial s e r t a u n t u k m e m b a n t u p e m a s a r a n . M a nfa at ope ras ional ba g i per usa haa n antara lain untuk

me mbant u mendeteks i biaya

lingkungan, menyediakan informasi

penggunaan bahan yang bisa

menimbulkan polusi, penetapan sikius hidup lingkungan d a n me n d u k u n g s i s t e m p e n g e lo l a a a n lingkungan. Sementara manfaat pemasaran berujung pada peningkatan kualitas persepsi pihak eksternal terhadap produk perusahaan

dengan berkurangnya resiko,

kemudahan dalam memtuhi aturan

lingkungan dan image positif yang dapat meningkatkan penjualan. Environment al

Account ing S ystem Japan (2000)

menyatakan manfaat dari akuntansi lingkungan sebagai berikut ;

a . K in e r ja k e u a ng a n ya ng t e r d ir i d a r i identifikasi biaya lingkungan

dan efek eko no mis ya ng

dihubungkan dengan pengukuran lingkungan

b. Kinerja lingkungan perusahaan

terhadap lingkungan

c . Perusahaan dengan sistem manajemen l i n g k u n g a n f u n g s i o n a l f o r m a l p e r l u melembagakan akuntansi

lingkungan karena akuntansi

lingkungan merupakan suatu alat logis untuk mendukung keputusan slstem ini.

Bosshard (2003) merinci manfaat

yang diperoleh dari akuntansi

lingkungan yaitu:

a. Penent uan pengeluaran lingkungan

b. Penganggaran dan proses

perencanaan bisnis

c. Penghitungan biaya dan

penghematan dari proyek

lingkungan

d. Produksi dan proyek yang bersih dan ramah lingkungan

e. Desain dan implementasi

environmental management system f. Pengembangan ukuran, penilaian,

ind ikator dan benchmark ing

kiner ja lingkungan

g. Menjamin environmental

management s yst e m t er int e gra si

de nga n s ist e m manajemen

(6)

43

h. Pengungkapan eksternal pengeluar- an dan kewajiban lingkungan. Sa ma ha ln ya de ng a n be berap a alat

manajemen perusahaan lainnya,

penggabungan pendekatan manajemen bisnis yang ada sebelumnya sangat sesuai dengan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan, antara lain meliputi:

a . Biaya Berdasarkan Kegiatan /

Management Berdasarkan

Kegiatan

b. Total Manajemen Kualitas/Total

Kualitas b,

Lingkungan c . Proses Bisnis

Re-Engerineering/ Pengurangan Biaya

d . Model Kualitas Biaya/Model Kualitas Lingkungan Biaya

Desain untuk Lingkungan/Desain Siklus Hidup.

Semua pendekatan di atas sesuai diterapkan dalam akuntansi lingkungan disebabkan karena kemampuannya untuk me mperba ik i rancangan serta dapat mengintegrasikan informasi lingkungan ke dalam keputusan bisnis. Perusahaan-perusahaan yang ingin mempertimbangkan secara eksplisit pengadopsian akuntansi lingkungan sebagai bagian dari sistem perusahaan dalam penggunaannya teriebih dahulu melakukan evaluasi pendekatan sistem ini.

Berbeda hanya dengan perusahaan kecil yang tidak mempunyai sistem manajemen lingkungan formal, atau tidak menggunakan

pendekatan-pendekatan seperti yang

dijelaskan di atas, akan tetapi perusahaan kecil juga dapat menerapkan akuntansi lingkungan dengan sukses. Kunci utamanya terletak pada komitmen manajemen dan keterlibatan fungsional. Dengan demikian sistem akuntansi lingkungan harus dibangun dengan asumsi bahwa hasilnya akan digunakan secara internal maupun eksternal.

Menurut Bosshard (2003), akuntansi lingkungan pada penerapannya dapat

dikiasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Akuntansi manajemen lingkungan (environmental management accounting /EMA) yaitu bagian dari akuntansi

lingkungan yang difokuskan pada

pengumpulan dan penyajian informasi mengenai bahan dan energl serta biayanya secara rinci untuk keperluan pengambilan keputusan internal oleh manajemen perusahaan.

b. Akuntansi keuangan lingkungan (environmental financial accoungting/ EFA) atau akuntansi lingkungan eksternal (external environmental accounting) yaitu bagian dari akuntansi lingkungan yang difokuskan pada pelaporan kewajiban lingkungan, biaya-biaya lingkungan yang signifikan, dan penyediaan informasi keuangan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan untuk kepentingan stakeholder eksternal perusahaan. Pada intinya, biaya lingkungan meliputi semua biaya yang timbul akibat penggunaan input (energi, air, bahan) dan pembuangan output non-produk (limbah dan emisi) ditambah dengan biaya-biaya lainnya yang berkaitan

dengan upaya menjaga lingkungan

se ba ga ima na pe ng e lo mpo ka n bia ya lingkungan yang dilakukan oleh IFAC (2005) berikut ini

Kelompok 1: Biaya bahan dari aoutput produk yaitu biaya pembelian bahan yang akan dikonversi menjadi produk akhir, produk sampingan dan kemasan. Kelompok 2 : Biaya bahan dari output

non-produk yaitu biaya pembelian bahan yang akan dikonversi

menjadi limbah dan

emisi yang terdiri dari bahan bakar, air dan energi

Kelompok 3 : Biaya pengendalian limbah dan emisis, yaitu biaya untuk penanganan, perlakuan, dan pembuangan limbah dan emisi.

(7)

44

Kelompok 4 : Biaya pencegahan dan biaya pengelolaan lingkungan hidup la i n n y a ya it u b ia ya ya n g dikeluarkan untuk

aktivitas pengelolaan

lingkungan yang bersifat bersifat mencegah seperti biaya pengelolaan supply

chain lingkungan, biaya

produksi yang bersih, biaya untuk pengelolaan lingkungan

lainnya seperti biaya

perencanaan, biaya

pengukuran lingkungan, biaya

audit lingkungan, biaya

komunikasi lingkungan,

dukungan finansial untuk proyek lingkungan di masyarakat.

Kelompok 5 : Biaya riset dan pengembangan ya it u bia ya akt ivit as riset d a n pe ng e mba ng a n ya ng berka it a n denga n isu dan inisitaif lingkungan

Kelompok 6 : Biaya tak berwujud yaitu biaya internal dan eksternal yang tak berwujud (sulit dikuantifisir) yang biasanya tidak ditemukan dalam

sistem informasi perusahaan namun nilainya berpotensi signifikan.

Sement ara itu, Hansendan Mowen (2007;780) mengembangkan environmental quality cost model yang menekankan pada kondisi ideal adalah tidak adanya kerusakan ling k u ng a n at a u z ero d a ma g e t o t he environment yang analog dengan zero deflect dalam total quality management. Hansen dan Mowen mengelompokkan biaya lingkungan menjadi :

a. Biaya pencegahan lingkungan

(environmental prevention cost) yaitu biaya yang timbul dari aktivitas untuk mencegah kotoran dan limbah produksi yang akan merusak lingkungan.

b. Biaya deteksi lingkungan

(environmental detection cost) yaitu biaya yang dari akt ivit as unt uk me njad ikan produk, proses, dan aktivitas lain dalam upaya me menuhi standar lingkungan yang ditetapkan

c. Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure cost) yaitu biaya yang timbul dari aktivitas yang dilakukan karena kotoran dan limbah yang dihasilkan namun belum dibuang ke lingkungan sekitar

d. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external failure cost) yaitu biaya yang timbul sesudah kotoran dan limbah dibuang ke lingkungan sekitar perusahaan.

Semua biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk ikut menjaga kelestarlan h a r u s d i ma s u k k a n d a la m p e la o p r a n keuangan tahunannya. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan akan digunakan oleh stakeholder sebagal informasi untuk pengambilan keputusan dalam bentuk pengungkapan yang jelas. Pengungkapan

Informasi lingkungan menurut

Campbell (2004) adalah :

"Environmental disclosure was taken to comprise dlsclosur relating to the company's attitude, policy or behaviour towards its environmental Impact, emissions, pollutions, cleaning up (after pollution), re-landscaping or energy efficiency (that was not intended as an explicit economic message)."

Pengungkapan informasi lingkungan lni belum ada ketentuan standarnya

sehingga menyebabkan informasi

lingkungan yang disampaikan dalam

pelaporan keuangan p e r u s a ha a n in i be r is i d a n be nt uk n ya berbeda-beda dan masih bersifat umum dan sangat bervariasi. Khusus untuk di Indonesia, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroaan Terbatas telah mewajibkan perusahaan yang menjalankan kegiatan dibidang usaha yang berakitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan

(8)

45

tanggung jawab sosial dan lingkungan serta mengungkapkannya dalam laporan keuangan tahunannya.

4. PENUTUP

Akuntansi lingkungan merupakan

sist em akunt ansi yang menit ik

beratkan pada informasi biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan untuk

mengelola lingkungan. B e r b a g a i c a r a d a p a t d i l a k u k a n o l e h

perusahaan agar dapat ikut

melestarikan l i n g k u n g a n h i d u p . S e b a g a i b e n t u k tanggungjawab sosial

dari perusahaan maka penerapan

akuntansi lingkungan merupakan hal yang diwajibkan oleh pemerintah melalui

perundang-undangan dan standar

akuntansi yang berlaku di Indonesia agar

perusahaan bersa ma-sa ma de nga n

mas yarakat dan pemerintah menjaga

kelestarian lingkungan hidup bagi

generasi mendatang. DAFTAR PUSTAKA

1. Bo sshard, R.E, 2003 :

Enviro nme nt a l Accounting :A case Study of Its Application to Small

Business in At lant ic Canada.

Theses. Dalhousie University. Halifax

2. Bennett dan James (1998),

Sustainable measures : evaluation and reporting of environmental and social performance. Greenleaf Publishing. 3. Campbell D. (2004) "A Longitudina l

and cross-sectional analysis of

environmental disclusure in UK

companies-a research note". The British Accounting Revieew 36: 1107 -

117

4. Environmental Agency Japan, 2000

Developing an Environmental

Accounting System: Study Group

for Developing System For

Environmental Accounting.

5. Hansen. DR dan Mowen, MM,

2007. Manageria l Acco unt ing 8 Ed. Sout h Western. Thompson.

6. International Federation of

Accountant (IFAC). 2005 :

International Guidance Document :

Environmental Management

Accounting

7. Irwan Wisanggeni. 2010.

Environmental Accounting dan

Pecegahan Kerusakan Lingkungan.

Http://www.mediaindonesia. corn

Tanggal 15 Maret 2012

8. Lindrianasari, 2007 : Hubungan

Antara Kinerja Lingkungan Dan Kualitas

Pengu ngk apa n Ling ku nga n

De nga n Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia. JAAI Vol. 11 No. 2.

9. S t e e l e , A P a n d P o w e l l , J R 2 0 0 2 . Environmental Accounting : Application for Local Authorities to Quantity Internal and External Costs of Alternative Waste Management

Strategies. Environmental

Manage me nt Acco unt ing Network

Europe. Fith Annual Conference,

Gloucestershire Business School. BIODATA

Dr. Heni Nurani Hartikayanti, SE., M.Si., Ak. adalah Dosen Biasa Fakultas Ekonomi

jurusan Akunt ansi dan disa mping

kesehariannya sebagai dosen, menjabat sebagai Pembantu Rektor II Unjani

View publication stats View publication stats

Gambar

Tabel 1. Kriteria Peringkat PROPER
Tabel 2. Peringkat Warna

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penyajian koleksi pun museum ini masih kurang bisa menarik pengunjung karena beberapa pengunjung merasa tidak mengerti dengan storyline yang ada pada museum ini

Dengan daftar nilai awal diatas peneliti akan melakukan penelitian dengan metode pembelajaran kooperatif dalam jenis metode Student Team Achievement Devisien (STAD), menurut

Kritik periwayatan hadis dilakukan juga oleh para ulama dengan cara yang dilakukan oleh para sahabat seperti contoh dimuka, terutama ketika terjadi penyebaran

Perhitungan evaluasi kritikalitas teras OPR1000 dilakukan dengan menggunakan program MCNP4C dengan kondisi teras semua bahan bakar masih baru, daya nol, tanpa boron, keadaan teras

menyediakan dan menyalurkan dana padanan untuk pembiayaan KUKM-CPPU minimal 20% (dua puluh perseratus) dari kebutuhan dana. melakukan monitoring dan pendampingan kepada

Teknik pembuatan sediaan infus dekstrosa 5% yang digunakan adalah dengan melakukan sterilisasi akhir sediaan yang dibuat, dimana sterilisasi akhir ini digunakan

Gambar 2.1. Halaman Utama Web UMK ... Tampilan Registrasi Pada Web. Tampilan Awal ... Registrasi pada Aplikasi Android ... Masukan Username dan Password ... Tampilan Menu Utama ...

Hasil dari uji regresi berganda terhadap 229 sampel pemerintah daerah dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa ukuran pemerintah daerah dan jumlah penduduk memiliki