• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh motivasi otonom terhadap kinerja SDM Masjid Al Akbar Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh motivasi otonom terhadap kinerja SDM Masjid Al Akbar Surabaya."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI OTONOM TERHADAP KINERJA SDM MASJID AL AKBAR SURABAYA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirasah Islamiyah

Oleh

Ilham Yosi Ariansyah NIM. F12915296

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : Ilham Yosi Ariansyah

NIM : F12915296

Prodi : Dirasah Islamiyah Konsentrasi Manajemen Dakwah

Institusi : Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa TESIS ini secara keseluruhan

adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang

dirujuk sumbernya.

Surabaya, 4 Mei 2017

Saya yang menyatakan,

(3)

PERSETUJUAN

Tesis Ilham Yosi Ariansyah ini telah disetujui

pada 4 Mei 2017

Oleh

Pembimbing

(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis Ilham Yosi Ariansyah ini telah diuji

Pada Tanggal 8 Juni 2017

Tim Penguji

1. Dr. Choirul Arief, M.Fil.I (Ketua) ………..

2. Prof.Dr.H.Shonhaji Sholeh Dip.IS ………..

(5)
(6)

ABSTRAK

Ilham Yosi Ariansyah, Pengaruh Motivasi Otonom Terhadap Kinerja SDM Masjid Al Akbar Surabaya

Kata Kunci : motivasi otonom, kinerja

Motivasi otonom telah teruji dapat menghasilkan kinerja maksimal. Masjid Al Akbar Surabaya sebagai sebuah lembaga dakwah tentu juga mengharapkan adanya kinerja yang baik dari SDM. Dengan mengetahui pengaruh motivasi otonom terhadap kinerja SDM Masjid Al Akbar Surabaya, akan dapat dirumuskan sistem pemotivasian yang sesuai dengan kondisi Masjid Al Akbar Surabaya.

Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penentuan jumlah sampel menggunakan permodelan rasch dengan tingkat keteltian 95%. Konversi data serta uji bias instrumen dan responden dilakukan dengan permodelan rasch. Uji regresi dilakukan dengan product moment, serta analisis unidimensionalitas dilakukan dengan permodelan rasch.

(7)

ABSTRACT

Ilham Yosi Ariansyah, The Influence of Autonomous Motivation on The Performance of The Employees of Masjid Al Akbar Surabaya.

Keywords: autonomous motivation, performance.

Autonomous motivation is already tested will greatly enhance work performance. Masjid Al Akbar Surabaya, as a dawah institution, definitely expects a good performance from their employees. By understanding the influence of autonomous motivation on the performance of the employees of Masjid Al Akbar Surabaya, motivating system that suitable with the condition of Masjid Al Akbar Surabaya could be formulated.

This is a quantitative research. The numbers of samples are determined by using rasch model, with the accuracy of 95%. Data conversion, person and item measurement are done by using the rasch model.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Manfaat Penelitian ... 14

F. Kerangka Teoretik... 16

G. Hipotesis... 19

H. Metode Penelitian... 19

1. Jenis Penelitian... 19

2. Variabel Penelitian ... 20

3. Definisi Operasional... 21

4. Identitas Responden ... 25

5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

6. Populasi dan Sampel ... 26

7. Metode Pengumpulan Data ... 28

(9)

9. Uji Bias Instrumen dan Responden... 30

10. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

11. Analisis Faktor Motivasi Otonom... 31

I. Sistematika Pembahasan ... 32

BAB II KAJIAN TEORETIK ... 33

A. Manajemen Masjid Sebagai Pusat Dakwah ... 33

1. Dakwah ... 33

2. Kedudukan Masjid Dalam Dakwah ... 34

3. Idarah Masjid ... 35

4. Mitra Dakwah Masjid ... 36

B. Teori Motivasi Otonom... 37

1. Motivasi ... 37

2. Motivasi Instrinsik dan Motivasi Esktrinsik ... 38

3. Motivasi Otonom ... 39

C. Teori Kinerja ... 41

1. Penilaian Kinerja ... 41

2. Dimensi Kinerja ... 42

D. Konsep Motivasi Otonom dan Kinerja dalam al-Quran dan Hadis ... 43

E. Penelitian Terdahulu ... 46

BAB III MASJID AL AKBAR SURABAYA... 53

A. Profil Masjid Al Akbar Surabaya... 53

B. Struktur Pengurus Masjid Al Akbar Surabaya... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA ... 57

A. Uji Bias Instrumen dan Responden dengan Permodelan Rasch ... 57

1. Uji Bias Instrumen Pengukuran ... 57

2. Uji Bias Responden... 58

B. Identitas Responden ... 61

1. Identitas Responden Berdasarkan Jabatan ... 61

2. Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 61

3. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

(10)

5. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan ... 62

C. Uji Linearitas... 63

1. Uji Normalitas... 63

2. Uji Multikolinearitas ... 65

3. Uji Autokorelasi ... 66

D. Uji Validitas dan Reliabilitas dengan Aplikasi SPSS ... 66

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X... 66

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y... 68

E. Uji Pengaruh ... 69

1. Pengaruh Motivasi Otonom Terhadap Kinerja ... 69

2. Pengaruh Dimensi Kompetensi, Otonomi, dan Keterikatan Terhadap Kinerja... 72

3. Analisa Hasil Uji Pengaruh... 77

F. Deskripsi Hasil Penelitian Per Identitas ... 78

1. Deskripsi Berdasarkan Jabatan ... 79

2. Deskripsi Berdasarkan Usia ... 80

3. Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin... 81

4. Deskripsi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 81

5. Deskripsi Berdasarkan Besaran Gaji... 82

G. Analisis Faktor Motivasi Otonom... 83

H. Hubungan Hasil Penelitian Terhadap Teori Dakwah dan Teori Manajemen Masjid... 84

BAB V PENUTUP... 86

A. Simpulan ... 86

B. Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Pengelompokan Populasi SDM Masjid Al Akbar Surabaya ... 27

Tabel 1.2 Ukuran Sampel Permodelan Rasch... 28

Tabel 1.3 Ukuran Kualitas OUTFIT MNSQ Instrumen dan Responden... 30

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 49

Tabel 3.1 Daftar Nama Karyawan Masjid Al Akbar Surabaya ... 56

Tabel 4.1 Hasil Uji Bias Instrumen dengan Permodelan Rasch ... 57

Tabel 4.2 Hasil Uji Bias Responden ... 58

Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Jabatan ... 61

Tabel 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Usia... 61

Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

Tabel 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 62

Tabel 4.7 Identitas Berdasarkan Jumlah Pendapatan... 62

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 63

Tabel 4.9 Coefficients ... 65

Tabel 4.10 Collinearity Diagnostics... 65

Tabel 4.11 Model Summary... 66

Tabel 4.12 Reliability Statistics ... 66

Tabel 4.13 Item-Total Statistics ... 66

Tabel 4.14 Reliability Statistics ... 68

Tabel 4.15 Item-Total Statistics ... 68

Tabel 4.16 Variables Entered/Removed ... 69

Tabel 4.17 Model Summary... 70

Tabel 4.18 ANOVA ... 70

Tabel 4.19 Coefficients ... 70

Tabel 4.20 Variables Entered/Removed ... 73

Tabel 4.21 Model Summary... 73

Tabel 4.22 ANOVA ... 73

Table 4.23 Coefficients ... 73

(12)

Tabel 4.25 Deskripsi Berdasarkan Usia ... 80

Tabel 4.26 Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin... 81

Tabel 4.27 Deskripsi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 81

Tabel 4.28 Deskripsi Berdasarkan Besaran Gaji... 82

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia (SDM) memiliki peran yang besar dalam

sebuah organisasi. SDM merupakan sumber daya yang menjadi penggerak

utama organisasi. Keberadaan SDM sebagai salah satu sumber daya

organisasi memberikan pengaruh yang sangat penting dalam penentuan

strategi organisasi.1 Sejalan dengan prinsip efektifitas, bahwa suatu

strategi dikatakan efektif apabila strategi tersebut dapat mencapai tujuan

yang telah ditetapkan strategi, efektififas strategi tersebut tentu baru akan

dapat dicapai dengan turut mempertimbangkan kondisi dari SDM yang

dimiliki organisasi.2

Aspek SDM juga akan memberikan pengaruh besar pada sisi

pengimplementasian (directing) yang dilakukan manajer dalam menjalankan roda organisasi.3 Pengimplementasian bicara tentang

bagaimana seorang manajer dapat memastikan program atau strategi yang

direncanakan dapat dijalankan dengan baik oleh seluruh pihak dalam

organisasi, serta proses pemotivasian agar semua pihak tersebut dapat

menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan

1 Michael Armstrong, A Handbook of Personnel Management Practice (London dan Philadelphia: Kogan Page, 2006), 20-24.

2 Richard L. Daft, Manajemen Jilid 1, terj. Emil Salin dan Iman Karmawan (Jakarta: Erlangga, 2001), 14.

(15)

2

produktivitas yang tinggi.4 Pada tahap inilah persoalan dapat muncul.

SDM yang sebenarnya memiliki kemampuan yang baik, namun

dikarenakan motivasi yang rendah dalam bekerja, menyebabkan tugas

yang diberikan kepada SDM tersebut tidak dijalankan sebagaimana

mestinya.

Motivasi bicara tentang penemuhan kebutuhan. Adanya kebutuhan

tersebut memunculkan energi pada seseorang untuk berusaha memenuhi

kebutuhannya.5 Orang yang termotivasi adalah orang yang terdorong

untuk melakukan sesuatu. Orang yang termotivasi akan berenergi serta

secara aktif menjalankan suatu hal tertentu.6 Dalam konteks SDM,

motivasi SDM diwujudkan dalam bentuk motivasi kinerja. Motivasi

kinerja adalah sebuah proses psikologis yang mendorong, memberikan

energi, serta menjaga usaha untuk menjalankan suatu tugas atau proyek

tertentu yang telah diberikan pada SDM tersebut.7 Dalam berbagai

penelitian telah ditemukan bahwa motivasi SDM memiliki pengaruh

positif terhadap kinerja SDM. Beberapa penelitian tersebut antara lain

4 Ernie T. Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2005), 8.

5 Richard M. Ryan dan Edward L. Deci, Intrinsic Motivation and Self-Determination in Human

Behavior, 1st Edition (New York: Springer Science+Business Media. LLC, 1985), 3.

6Richard M. Ryan dan Edward L. Deci, “Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions

and New Directions”, Contemporary Educational Psychology, 25 (2000), 54.

7 Adam M. Grant dan Jihae Shin, Work Motivation: Directing, Energizing, and Maintaining Effort

(16)

3

adalah penelitian Sindi Larasati dan Alini Gilang (2014)8, Gusti Kade

Sutawa (2015)9, serta Judge, Thoresen, Bono, dan Patton (2001).10

Porter dan Lawler (1968) mengutarakan bahwa motivasi dapat

dibagi menjadi dua besaran yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari aktifitas yang

dilakukan itu sendiri. Ketika sesorang termotivasi secara intrinsik maka

orang tersebut akan menilai bahwa aktifitas yang dilakukannya menarik

serta secara spontan akan dapat memberikan kepuasan pada diri orang

tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul di

luar aktivitas yang dilakukan. Motivasi ekstrinsik dapat berupa pemberian

suatu tangible rewards tertentu atau dapat pula diwujudkan dalam bentuk pujian. Porter dan Lawler merekomendasikan, untuk dapat menghasilkan

kinerja yang baik, maka seorang manajer harus memberikan motivasi

intrinsik dan ekstrinsik kepada SDM, karena dengan kombinasi antara

motivasi intrinsik dan esktrinsik itulah yang akan dapat menghasilkan

kinerja SDM yang maksimal.11

Motivasi intrinsik dan ekstrinsik dipandang sebagai dua

pengelompokan motivasi yang akan saling menguatkan, hingga Deci

(1970) menemukan bahwa hubungan keduanya tidaklah demikian. Deci

8Sindi Larasati dan Alini Gilang, “Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan Wilayah

Telkom Jabar Barat Utara (Witel Bekasi)”, Jurnal Manajemen dan Organisasi, Vol V, No 3 (Desember, 2014), 212.

9 Gusti Kade Sutawa, “Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Motivasi Kerja, dan Perubahan Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Usaha Perhotelan Di Bali” (Disertasi—Universitas Udayana, Denpasar, 2015), viii.

10 Marylene Gagne´ dan Edrward L. Deci, “Self-Determination Theory and Work Motivation”,

(17)

4

menjelaskan bahwa pemberian motivasi eksternal berupa tangible reward

dapat menurunkan motivasi intrinsik seseorang, sedangkan pemberian

reward dalam wujud verbal, misalkan dalam bentuk pujian, justru meningkat motivasi intrinsik seseorang. Dari situlah akhirnya dikenalkan

pendekatan baru dalam ilmu motivasi yang dikenal sebagai self-determination theory (SDT).12

SDT mengkategorisasikan tingkat motivasi menjadi amotivation

serta termotivasi. Amotivation adalah kondisi ketika seseorang tidak punya keinginan untuk melakukan suatu hal, atau dapat disebut pula berada

dalam kondisi tidak termotivasi. Motivasi yang muncul pada diri

seseorang, oleh SDT dibagi menjadi dua kelompok, yakni anutonomous motivation (motivasi otonom) serta controlled motivation (motivasi terkontrol). Motivasi otonom adalah suatu kondisi ketika seseorang

termotivasi oleh hal yang dianggap menarik oleh orang tersebut yang

munculnya dari aktifitas itu sendiri dan/atau oleh suatu nilai atau

aturan-aturan dari aktifitas tersebut yang telah terintegrasi di dalam diri. Yang

termasuk dalam motivasi otonom adalah motivasi intrinsik serta motivasi

ekstrinsik yang telah terinternalisasi dengan baik. Ketika sesorang telah

termotivasi secara otonom, maka walaupun aktivitas tersebut tidak

menyenangkan bagi dirinya, ia akan tetap termotivasi karena nilai-nilai

dari aktivitas tersebut telah ia terima dan telah diiternalisasi.13

12 Ibid. 331-332.

13 Liu Woon Chia, John Wang Chee Keng, Building Autonomous Learner Perspectives from

(18)

5

Motivasi terkontrol terdiri dari external regulation, yakni satu-satunya motivasi ekstrinsik yang diperhatikan oleh peneliti terdahulu

dalam dikotomi lama antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik, serta yang

kedua adalah introjected extrinsic motivation. SDT menjelaskan bahwa hanya motivasi otonom yang akan dapat menghasilkan kinerja dengan

kualitas kinerja yang baik serta kreatifitas yang tinggi dalam menjalankan

pekerjaan tersebut.14

Terdapat tiga kebutuhan dasar yang dapat mengembangkan

motivasi otonom yakni kebutuhan akan kompetensi, keterikatan, dan

otonomi. Kompetensi adalah kebutuhan untuk merasa mampu

menjalankan suatu pekerjaan. Otonomi adalah kebutuhan untuk diberikan

kebebasan dalam menentukan sikap atau dalam menjalankan pekerjaan.15

Faktor yang dapat mendukung otonomi antara lain alasan rasional dalam

melakukan pekerjaan, penjelasan bahwa akan ada orang yang mungkin

menganggap perkerjaan tersebut tidak perlu dilakukan, serta tentu saja

adalah tekanan pada kebabasan dalam menentukan pilihan.16 Keterikatan

adalah kebutuhan akan adanya hubungan atau rasa memiliki kepada orang

tertentu, kelompok/organisasi, atau tujuan dari organisasi tersebut.17

Pemenuhan kebutuhan akan tiga kebutuhan dasar tersebut telah teruji

memberikan pengaruh pada peningkatan kinerja, kesiapan kerja, kepuasan

14 Marylene Gagne´ dan Edrward L. Deci, “Self-Determination Theory and Work Motivation, 340. 15Richard M. Ryan dan Edward L. Deci, “Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions

and New Directions”, 64.

(19)

6

kerja, menurunkan tingkat turn over, serta menurunkan kelelahan emosional.18

Cara memberikan motivasi pada setiap jenis organisasi (lembaga)

tentu akan berbeda tergantung pada konteks lembaga tersebut. Secara garis

besar, lembaga dapat digolongkan menjadi dua besaran, yakni lembaga

bisnis dan lembaga nirlaba. Lembaga nirlaba adalah lembaga yang

diperbolehkan untuk mengumpulkan keuntungan, namun keuntungan

tersebut tidak diperbolehkan untuk didistribusikan kepada pengelola

lembaga, melainkan harus dikembalikan kepada masyarakat. Hal tersebut

berbeda halnya dengan lembaga bisnis yang didefinisikan sebagai lembaga

yang memang ditujukan untuk mengeruk keuntungan serta

mendistribusikan keuntungan tersebut pada para pengelola dan

pemiliknya.19 Lembaga dakwah, sebagai lembaga yang bergerak di bidang

keagamaan, termasuk ke dalam kelompok lembaga nirlaba.20

Masjid merupakan salah satu lembaga dakwah. Ketika suatu

masjid hendak menjalankan fungsinya sebagai lembaga dakwah yang baik,

tentu pengelolaan masjid tersebut menjadi hal yang penting untuk

diperhatikan. Kata masjid berasal dari bahasa Arab yakni dari kata sajada, yasjudu, sajdan. Kata sajada berarti bersujud, patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan ta’dzim. Untuk merujuk pada suatu tempat

18 Oxford Library of Psychology, The Oxford Handbook of Work Engagement, Motivation, and

Self-Determination Theory, Edited by Marylène Gagné (New York: Oxford University Press, 2014), 18-20.

19 John Zietlow, J.A. Hankin, dan A. Seidner, Financial Management for Nonprofit Organization (New Jersey: John Wiley & Sons, Inc, 2007), 2.

(20)

7

tertentu, kata sajadah diubah menjadi masjidun. Maka dapat disimpulkan bahwa hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktifitas yang

mengandung kepatuhan kepada Allah SWT. Dengan definisi tersebut,

maka fungsi masjid meliputi sebagai tempat ibadah, tempat konsultasi

masalah ekonomi, sosial, budaya, tempat pendidikan, tempat santunan

sosial, tempat perdamaian dan pengadilan sengketa, serta pusat

penerangan dan pembelaan agama.21

Salah satu nilai penting masjid juga sempat disinggung di dalam

al-Quran pada ayat berikut ini:

















































“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah

orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat

petunjuk” (QS. At-Taubah [9]:18).22

21 Erman Suherman, Manajemen Masjid (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), 60-62.

22 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran dan Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran.

(21)

8

Masjid dapat dipahami memiliki fungsi yang sangat luas mencakup

berbagai permasalahan kemasyarakatan, tidak sekedar menjadi tempat

untuk salat semata. Salah satu masjid yang dalam penilaian awal penulis

menjalankan fungsi tersebut adalah Masjid Al Akbar Surabaya (MAS).

Masjid yang luasnya mencapai 15.800.000 m2 ini, tidak hanya luas dari

sisi bangunannya saja, melainkan di dalamnya juga terdapat berbagai

macam kegiatan yang menghidupkan MAS.23

Beberapa lembaga yang dikelola MAS antara lain Lembaga Amil

Zakat Masjid Nasional Al Akbar, Lembaga Kajian Islam dan al-Qur'an

(LKIQ) yang bertugas mengadakan kajian Islam, Taman Pendidikan

al-Qur'an (TPQ) dan Tahfidz for Kids, Remaja Masjid Nasional Al Akbar

Surabaya (REMAS MAS), Radio SAS FM, Ma'had 'Aly Masjid Nasional

Al Akbar Surabaya. Selain itu juga terdapat berbagai macam fasilitas yang

antara lain seperti perpustakaan, menara masjid yang dapat melayani

masyarakat untuk melihat Kota Surabaya dari atas menara masjid,

berbagai layanan konsultasi seperti konsultasi manajemen masjid,

konsultasi zakat, konsultasi tafsir & hadis, konsultasi fiqih & da'wah, serta

konsultasi muslimah & keluarga sakinah, selain itu juga terdapat Layanan

Akad Nikah dan Resepsi Pernikahan, dan Layanan Bimbingan Mualaf.24

Alim Puspianto (2014) menunjukkan bahwa strategi dakwah yang

dilakukan MAS periode kepengurusan 2010-2015 turut berkontribusi

dalam mempersatukan umat Islam, yakni dengan lebih mengedepankan

23Alim Puspianto, “Strategi Dakwah Masjid Nasional Al Akbar Surabaya Dalam Mempersatukan

(22)

9

pemaksimalan seluruh fungsi masjid di mana masjid tidak hanya sebagai

tempat salat semata, melainkan fungsi sebagai pusat pendidikan, sebagai

pusat perekonomian, sebagai pusat seni dan budaya dan khususnya sebagai

pusat persatuan ukhuwah umat Islam,25 kemudian Husniyah Suryani dan

Siti Inayatul Faizah (2015) menjelaskan bahwa MAS memiliki peranan

sebagai roda penggerak perekonomian masyakarakat,26 serta Muchamad

Misbachuddin (2016) menjelaskan bahwa manajemen zakat produktif pada

MAS memberikan simpulan bahwa perekonomian para mustahiq penerima dana zakat produktif di Lembaga Amil Zakat MAS didapati bahwa dari 20

penerima zakat produktif ada 18 mustahiq yang perkembangan usahanya

mengalami kemajuan.27

Hingga Oktober 2016, MAS memiliki 190 SDM yang seluruhnya

bekerja sebagai karyawan profesional. Pihak pengelola MAS memberikan

berbagai macam fasilitas terhadap ke-190 SDM tersebut. Mereka

mendapatkan gaji pokok, tunjangan kehadiran, serta reward lain seperti setiap tahunnya akan diberikan hadiah umrah atau haji gratis bagi SDM

yang berprestasi.28 Dalam kacamata manajemen, pemberian fasilitas

tersebut dapat dibaca sebagai langkah penggerakan dalam bentuk

pemberian motivasi (pemotivasian). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

pemotivasian yang cukup beragam bagi SDM MAS, yang dalam

25 Ibid, 106.

26 Husniyah Suryani dan Siti Inayatul Faizah, “Peran Masjid Sebagai Roda Penggerak

Perekonomian Masyarakat”, JESTT, Vol. 2, No. 5 (Mei 2015), 397-398.

27 Muchamad Misbachuddin, “Manajemen Zakat Produktif Sebagai Alternatif Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Miskin: Studi Kasus Pada Masjid Al-Akbar Surabaya” (Skripsi --Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2016), 96.

(23)

10

pandangan manajemen, tentu hal tersebut ditujukan agar kinerja SDM

menjadi baik. Kinerja SDM secara individu akan mendukung

produktivitas lembaga secara makro. Kinerja SDM sendiri adalah hasil

pekerjaan seorang karyawan atau SDM selama periode tertentu

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target,

sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah

disepakati bersama.29 Makin baik kinerja SDM, maka akan makin sukses

pula program yang dijalankan oleh lembaga.

B. Identifikasi Masalah

Data-data di atas menunjukkan bahwa MAS merupakan masjid

yang secara pengelolaan tidak hanya memfokuskan diri sebagai tempat

salat semata, melainkan sudah ada upaya mengarah pada fungsi-fungsi

masjid yang sebagaimana harusnya, yakni fungsi-fungsi sosial,

pendidikan, syiar, serta fungs-fungsi yang lain.

Salah satu hal yang menjadi menarik untuk diteliti adalah tentang

pengaruh motivasi otonom SDM MAS terhadap kinerja SDM MAS.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa motivasi otonom dibentuk

oleh tiga kebutuhan dasar yakni kompetensi, keterikatan, serta otonomi.

Besarnya jumlah SDM MAS yang tersebar dalam berbagai ragam

jabatan, mulai dari direktur dan kabid yang diangkat oleh SK Gubernur

dan berkantor di ruangan yang cukup nyaman dan berpendingin ruangan,

kemudian ada dokter, guru, ustadz dan ustadzah, hingga tataran jabatan

(24)

11

seperti satpam, petugas kebersihan, juga tenaga pengelola sound system, dalam dugaan awal penulis akan memunculkan rasa kompetensi yang

berbeda-beda bagi masing-masing individu dalam jabatan tersebut. Faktor

tingkat pendidikan SDM MAS yang tersebar mulai dari tingkat sekolah

dasar hingga S2 juga dalam dugaan awal penulis akan memberikan

dampak terhadap tingkat kompetensi masing-masing individu SDM MAS.

Belum lagi ketika memasukkan variabel usia dan jenis kelamin yang

dalam dugaan awal penulis akan juga mempengaruhi tingkat kompetensi

masing-masing SDM MAS.

Berikutnya dari sisi keterikatan. Berdasarkan observasi awal yang

dilakukan oleh peneliti, jabatan yang berbeda memunculkan ragam

pekerjaan yang berbeda-beda. Ada pekerjaan yang menuntut SDM untuk

bekerja secara berkelompok atau menuntut adanya interaksi SDM-SDM

dalam jabatan tersebut, contohnya seperti jajaran kabid dan staff yang

bekerja dalam satu ruangan yang sama, serta petugas kebersihan dan

keamanan yang bekerja secara berkelompok. Hal ini berbeda dengan

jabatan seperti dokter yang bekerjanya seorang diri, bergantian sesuai

dengan jadwal jaga yang telah ditetapkan. Guru, ustad, dan ustadzah juga

bekerja secara individu per kelompok yang diajar. Cara kerja yang

demikian diduga akan memberikan perbedaan terhadap kadar keterikatan

yang dimiliki oleh masing-masing SDM. Selain kedekatan antar rekan

kerja, keterikatan juga bicara tentang rasa kepemilikan SDM terhadap

(25)

12

juga akan memberikan perbedaan pada sisi keterikatan SDM Masjid Al

Akbar.

Dari sisi kebebasan dalam menjalankan tugas, dalam pengamatan

penulis ada jabatan yang cenderung memberikan kesebasan bagi SDM

dalam mengerjakan tugasnya, misalnya seperti ustad, ustadzah, guru, serta

dokter. Disebut diberikan kebebasan karena pihak atasan di MAS tidak

menspesifikkan apa-apa saja detail pekerjaan yang harus dilakukan pada

jabatan tersebut. Hal ini berbeda dengan jabatan seperti bagian kebersihan

yang tugas-tugasnya telah banyak ditentukan. Penulis menduga hal ini

akan memberikan perbedaan pada kadar otonomi masing-masing SDM

pada jabatan tersebut.

Berbagai kondisi pekerjaan tersebut berpotensi memunculkan

ragam tingkat kompetensi, keterikatan, dan otonomi yang berbeda-beda.

Menjadi semakin unik ketika penulis memahami posisi MAS yang

merupakan lembaga dakwah. Sebagai lembaga dakwah, maka visi misi

MAS akan terwarnai oleh suatu nilai-nilai reliji. Nilai reliji dalam visi ini

yang tentunya akan berbeda dengan konteks jenis organisasi yang lain,

bisnis misalnya, di mana motif pencarian keuntungan menjadi latar

belakang utama didirikannya lembaga bisnis, sedangkan dalam konteks

organisasi dakwah, tentu tujuan lembaga dalam menjalankan dakwah

menjadi motif yang dominan. Maka dibutuhkan internalisasi akan

nilai-nilai dakwah bagi SDM lembaga dakwah yang menjalankan, hal ini sesuai

(26)

13

mendapatkan bentuk motivasi berupa gaji, tunjangan, serta hadiah umrah

dan haji, yang dalam SDT digolongkan ke dalam motivasi terkontrol,

yakni bentuk motivasi yang menurut Gagne dan Deci (2005) jika dijadikan

tekanan dalam pemotivasian justru akan menurunkan motivasi otonom

SDM. Penurunan motivasi otonom nantinya akan berdampak pada

penurusan kualitas kinerja SDM.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat uji terhadap premis

yang disampaikan oleg Gagne dan Deci (2005) bahwa hanya motivasi

otonom yang akan menghasilkan kinerja dengan kualitas yang baik,

kreatifitas, serta persistensi, terutama ketika pekerjaan tersebut memiliki

tingkat kompleksitas yang tinggi.30 Menjadi menarik untuk dibuktikan

apakah benar premis tersebut akan juga berlaku pada lembaga dakwah

dalam konteks masyarakat Indonesia. Karena jika premis tersebut terbukti,

maka SDT ini akan menjadi masukan yang sangat berharga dalam

merancang sistem pemotivasian terhadap SDM lembaga dakwah di

Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang sebagaimana tersebut di atas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah pengaruh motivasi otonom terhadap kinerja SDM

Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017?”

(27)

14

Untuk menjawab masalah tersebut, ada tiga submasalah yang harus

dijawab, yaitu:

1. Bagaimanakah pengaruh kompetensi terhadap kinerja SDM

Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017?

2. Bagaimanakah pengaruh otonomi terhadap kinerja SDM

Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017?

3. Bagaimanakah pengaruh keterikatan terhadap kinerja SDM

Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi

otonom SDM Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) terhadap kinerja SDM

Masjid al-Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017.

Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat subtujuan yang harus

dijawab yakni:

1. Mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kinerja SDM

Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017

2. Mengetahui pengaruh keterikatan terhadap kinerja SDM

Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017

3. Mengetahui pengaruh otonomi terhadap kinerja SDM Masjid

Al Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017

E. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, nantinya penelitian ini memberikan manfaat

(28)

15

motivasi intriksik dan esktrinsik yang selama ini banyak berkembang.

SDT tidak hanya menjelaskan tentang dikotomi antara motivasi intriksik

dan esktrinsik, melainkan juga hubungan pengaruh antara kedua motivasi

tersebut. SDT juga menyarankan bahwa dikotomi yang lebih tepat dalam

membaca motivasi seseorang adalah dengan melihat apakah motivasi

tersebut bersifat otonom atau terkontrol.

Baik di Indonesia maupun secara global, perkembangan khasanah

keilmuan dalam hal penerapan SDT sebagai pendekatan baru dalam

memandang motivasi kerja SDM masih belum banyak dilakukan. SDT

sendiri selama ini banyak diterapkan dalam bidang pendidikan, kesehatan,

serta olahraga. Dalam bidang dakwah sendiri, penerapan teori self-determination belum pernah ditemukan. Oleh karena itu penelitian ini akan memperkaya hasanah penerapan SDT sebagai pendekatan dalam

memandang motivasi kinerja SDM pada lembaga dakwah, atau khususnya

dengan penelitian ini akan diketahui bagaimana pengaruh motivasi otonom

SDM terhadap kinerja SDM pada suatu lembaga dakwah.

Secara praktis, hasil penelitian ini akan menjadi masukan bagi

MAS ataupun lembaga dakwah yang lain dalam mengembangkan kualitas

manajemen dakwah yang dilakukan. Jika motivasi otonom memiliki

pengaruh yang besar terhadap kinerja SDM MAS, maka akan menjadi

masukan bagi lembaga MAS untuk meningkatkan motivasi otonom SDM

agar kinerja SDM semakin meningkat. Selain itu dengan penelitian ini

(29)

16

pada masing-masing departemen, ataupun juga dapat dibaca berdasarkan

kelompok usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, ataupun besaran

pendapatan yang diterima SDM. Sehingga dari sana pihak pengelola akan

mendapatkan masukan yang lebih rinci dalam memberikan pemotivasian

kepada SDM.

F. Kerangka Teoretik

Dalam upaya untuk mencapai tujuan penelitian, kerangka teoretik

yang akan digunakan adalah SDT serta teori pengukuran kinerja SDM.

Self-determination theory (SDT) adalah suatu pendekatan pada motivasi serta kepribadian manusia yang menunjukkan pentingnya

pengembangan kebutuhan dasar bawaan manusia dalam pengembangan

kepribadian dan perilaku yang bersifat self-regulated. Teori ini menjelaskan mengenai kecenderungan pertumbuhan yang melekat dalam

diri manusia serta kebutuhan fisiologis yang bersifat bawaan, yang akan

menjadi dasar bagi motivasi diri serta integrasi kepribadian, bersamaan

dengan kondisi lingkungan yang dapat mendukung terbentuknya proses

positif tersebut.31

SDT membagi motivasi menjadi dua kelompok yakni motivasi

otonom serta motivasi terkontrol. Motivasi otonom menjelaskan mengenai

kegiatan yang memberikan fasilitas terhadap keinginan manusia untuk

menentukan suatu pilihan tertentu. Mmotivasi otonom sendiri berarti suatu

motivasi yang timbul ketika manusia merasa aktivitas yang dilakukannya

(30)

17

tersebut menarik bagi dirinya, dan ketika ia melakukan aktivitas tersebut,

hal itu murni keinginan dirinya sendiri. Motivasi otonom terdiri motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang telah terinternalisasi. Sebaliknya

motivasi terkontrol menjelaskan mengenai suatu kegiatan yang terdapat

tekanan untuk harus menjalankannya.32 SDT menjelaskan bahwa hanya

motivasi otonom yang akan dapat menghasilkan kinerja dengan kualitas

yang baik, kreatifitas, persistensi, kepuasan kerja, serta komitmen

organisasi yang tinggi, terutama ketika pekerjaan memiliki tingkat

kompleksitas yang tinggi.33 Ketika orang memiliki motivasi otonom yang

tinggi, ketika itulah orang itu disebut memiliki determinasi diri ( self-determination) yang tinggi.

Terdapat tiga kebutuhan dasar yang dapat mengembangkan

motivasi otonom yakni kebutuhan akan kompetensi, keterikatan, dan

otonomi. Kompetensi adalah kebutuhan untuk merasa mampu

menjalankan suatu pekerjaan. Faktor yang mendukung kompetensi antara

lain pemahaman akan pekerjaan, penguasaan skil terkait pekerjaan,

pemberian tugas yang menantang, serta feedback positif dari pekerjaan

yang dilakukan. Otonomi adalah kebutuhan untuk diberikan kebebasan

dalam menentukan sikap atau dalam menjalankan pekerjaan.34 Faktor yang

dapat mendukung otonomi antara lain alasan rasional dalam melakukan

pekerjaan, penjelasan bahwa akan ada orang yang mungkin menganggap

32M. Gagne dan Edward L. Deci, “Self-Determination Theory and Work Motivation”, 333-334. 33 Ibid, 340-346.

34Richard M. Ryan dan Edward L. Deci, “Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions

(31)

18

perkerjaan tersebut tidak perlu dilakukan, serta tentu saja adalah tekanan

pada kebebasan dalam menentukan pilihan.35 Keterikatan adalah

kebutuhan akan adanya hubungan atau rasa memiliki kepada orang

tertentu, kelompok, organisasi, atau tujuan dari organisasi tersebut.36

Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil pekerjaan seorang

karyawan atau SDM selama periode tertentu dibandingkan dengan

berbagai kemungkinan, misalnya standard, target, sasaran, atau kriteria

yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Kinerja SDM akan dapat diukur dengan mengadakan sistem penilaian

kinerja SDM. Untuk dapat mengukur kinerja SDM diperlukan dua bahan

baku, yakni analisis pekerjaan serta standart prestasi kerja.37

Secara garis besar, faktor penilaian kinerja terdiri dari tiga aspek.

Pertama, hasil kerja, yaitu keberhasilan karyawan dalam pelaksanaan

output kerja. Kedua, perilaku, yakni aspek tindak tanduk karyawan dalam

melaksanakan pekerjaan, pelayanan, kesopanan, sikap, dan perilakunya

baik terhadap sesama karyawan maupun kepada pelanggan. Ketiga, atribut

dan kompetensi, yaitu kemahiran dan penguasaan karyawan sesuai

tuntutan jabatan, pengetahuan, keterampilan, dan keahliannya.38

Teori-teori tersebut akan digunakan di dalam penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh motivasi otonom SDM Masjid al-Akbar Surabaya

35M. Gagne dan Edward L. Deci, “Self-Determination Theory and Work Motivation”, 338. 36Richard M. Ryan dan Edward L. Deci, “Intrinsic and Extrinsic Motivations”, 64.

(32)

19

(MAS) terhadap kinerja SDM Masjid al-Akbar Surabaya (MAS) tahun

[image:32.595.129.531.168.565.2]

2016-2017.

Gambar 1.1

Kerangka Pengaruh Motivasi Otonom Terhadap Kinerja

G. Hipotesis

Berdasarkan masalah yang dijelaskan, maka terdapat dua hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini.

H0 : Motivasi otonom tidak berpengaruh terhadap kinerja SDM Masjid Al

Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017.

H1 : Motivasi otonom berpengaruh terhadap kinerja SDM Masjid Al

Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan diadakan ini adalah penelitian kuantitatif

deskriptif korelasi sebab akibat (pengaruh). Metode penelitian

kuantitatif adalah metode penelitian yang berpijak pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

Motivasi Otonom

Keterikatan Kompetensi

Otonomi Kinerja

Kompetensi Hasil Kerja

(33)

20

analisis data bersifat kuantitaif/statistik, dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.39

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk

menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain yang sudah disebutkan,

yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Salah satu

jenis penelitian deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian kali

ini adalah penelitian deskriptif korelasi sebab akibat (pengaruh), yakni

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh antara

dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan, atau

manipulasi terhadap data yang sudah ada.40

Metode penelitian ini yang akan digunakan untuk meneliti

pengaruh motivasi otonom SDM Masjid al-Akbar Surabaya (MAS)

terhadap kinerja SDM Masjid al-Akbar Surabaya (MAS) tahun

2016-2017.

2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah atribut seseorang atau obyek, yang

mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau satu

obyek dengan obyek yang lain. Variabel penelitian dapat dibagi

menjadi dua, yakni variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi otonom

(34)

21

(X). Motivasi otonom ini disusun oleh tiga dimensi yakni kompetensi

(X1), otonomi (X2), dan keterikatan (X3).

Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah kinerja (Y). Kinerja disusun oleh empat

aspek yakni hasil kerja (Y1), perilaku (Y2), dan kompetensi (Y3).

3. Definisi Operasional

Berdasarkan teori yang sudah ditampilkan, maka definisi

operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel X dalam penelitian ini adalah motivasi otonom SDM

MAS tahun 2016. Dimensi-dimensi yang menyusun variabel X yaitu:

a. Kompetensi (X1)

Kompetensi adalah kebutuhan SDM MAS tahun 2016

untuk merasa mampu menjalankan suatu pekerjaan. Indikator

yang mencerminkan dimensi ini adalah:41

1) Merasa bahwa SDM mampu dalam menjalankan

pekerjaannya

2) Rekan kerja SDM menyampaikan bahwa ia

mengerjakan pekerjaannya dengan bagus

3) SDM telah dapat menguasai skil baru yang menarik,

yang terkait dengan pekerjaan

(35)

22

4) SDM lebih sering merasa dirinya berprestasi dalam

kerjanya

5) SDM diberikan kesempatan untuk menunjukkan

prestasi dirinya

b. Otonomi (X2)

Otonomi adalah kebutuhan SDM MAS untuk diberikan

kebebasan dalam menentukan sikap atau dalam menjalankan

pekerjaannya. Indikator yang mencerminkan dimensi ini

adalah:42

1) SDM tidak merasa tertekan di dalam pekerjaan

2) SDM bebas dalam mengungkapkan ide dan opini terkait

pekerjaan.

3) SDM diberikan ruang untuk mengembangkan arahan. /

SDM tidak harus menjalankan sama persis seperti yang

disampaikan dalam arahan.

4) SDM merasa dapat menjadi dirinya sendiri di

lingkungan kerja (tidak perlu berpura-pura menjadi

orang lain)

5) SDM diberikan kebebasan untuk menentukan

bagaimana ia menjalankan pekerjaannya.

(36)

23

c. Keterikatan (X3)

Kebutuhan SDM MAS akan adanya hubungan atau rasa

memiliki kepada SDM yang lain, serta pada lembaga MAS.

Indikator yang mencerminkan dimensi ini:43

1) SDM sangat suka dengan rekan kerjanya.

2) SDM bergaul secara akrab dengan rekan kerjanya.

3) SDM sering membantu rekan kerja

4) SDM menganggap rekan kerjanya sebagai temain

baiknya

5) Rekan kerja SDM peduli kepada SDM

6) SDM memiliki banyak rekan kerja yang berhubugan

sangat dekat dengan SDM

7) Rekan kerja SDM nampak senang kenapa SDM

8) Rekan kerja SDM ramah terhadap SDM.

Variabel Y dalam penelitian ini adalah kinerja SDM MAS tahun

2016. Dimensi-dimensi yang menyusun variabel Y yaitu:

a. Hasil kerja (Y1)

Keberhasilan SDM MAS dalam pelaksanaan output

kerjanya. Indikator yang mencerminkan dimensi ini:44

43 Ibid,

(37)

24

1) SDM menyelesaikan tugas yang diberikan secara

konsisten.

2) SDM menentukan dan mengatur prioritas kerja secara

efektif.

3) SDM menggunakan waktu kerja dengan efisien.

b. Perilaku (Y2)

Tindak tanduk SDM MAS dalam melaksanakan pekerjaan,

pelayanan, kesopanan, sikap, dan perilakunya baik terhadap

sesama karyawan maupun kepada pelanggan. Indikator yang

mencerminkan dimensi ini:45

1) SDM dapat bekerja sama dalam tim.

2) SDM memberikan bantuan dan dukungan kepada SDM

lain yang membutuhkan.

3) SDM hadir rutin dan tepat waktu

4) SDM mengikuti instruksi

5) SDM memelihara sikap yang baik dan profesional

dalam segala hubungan antar rekan kerja

6) SDM dapat berkomunikasi dengan jelas dan tepat

secara lisan dan tulisan dengan rekan kerja.

7) SDM mempunyai ide tindakan dan solusi yang inovatif

(38)

25

c. Kompetensi (Y3)

Kemahiran dan penguasaan SDM MAS sesuai tuntutan

jabatan, pengetahuan, keterampilan, dan keahliannya. Indikator

yang mencerminkan dimensi ini:46

1) SDM memahami tugas dan tanggung jawabnya di

dalam pekerjaan.

2) SDM memiliki pengetahuan dan keahlian yang

dibutuhkan di dalam pekerjnaannya.

3) SDM mampu mengambil keputusan yang berhubungan

dengan pekerjaan dengan baik.

4) SDM mampu memotivasi dan mengarahkan SDM lain

untuk menjalankan pekerjaannya dengan baik.

4. Identitas Responden

Pada instrumen penelitian nanti, peneliti akan mencantumkan juga

beberapa identitas responden pada penelitian ini. Identitas tersebut

antara lain adalah jabatan, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan

total pendapatan. Adanya identitias ini akan lebih memudahkan

pembacaan tingkat motivasi otonom pada setiap kelompok identitas

tersebut, sehingga tindak lanjut yang dapat diberikan dari hasil

(39)

26

deskripsi penelitian ini akan lebih spesifik pada segmen SDM yang

membutuhkan.

5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini diadakan di Masjid Al Akbar Surabaya.

Waktu penelitian ini diadakan antara Oktober 2016 sampai dengan Mei

2017.

6. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.47 Populasi pada penelitian adalah SDM Masjid

al-Akbar Surabaya tahun 2016-2017 dengan jumlah 185 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.48 Kriteria

sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh karyawan

profesional MAS tahun 2016-2017 baik yang merupakan karyawan

tetap maupun karyawan kontrak.

(40)

27

Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan teknik stratified random sampling. Teknik ini digunakan

karena berdasarkan hasil wawancara dan observasi, penulis mendapati

ada banyak jabatan dan departemen yang di sana dinamika

pekerjaannya berbeda antara satu dengan yang lain. Antar jabatan

tersebut kemudian penulis kelompokkan dalam kelompok-kelompok

yang memiliki kemiripan dinamika pekerjaan.

7. Tabel 1.1

Daftar Pengelompokan Populasi SDM Masjid Al Akbar Surabaya

No. Kelompok Populasi

1 Tenaga Kebersihan, Keamanan, Sopir,

Perawatan Infrastruktur dan Bangunan

75 orang

2 Tenaga Pendidik, Kesehatan, Dakwah, dan

Pendirian Sholat,

65 orang

3 Jajaran Direktur, Kabag, Kabid, Kasie, dan

Staf

45 orang

Penentuan jumlah sampel menggunakan ukuran sampel dalam

permodelan Rasch yang sebagai berikut:49

8. Tabel 1.2

9. Ukuran Sampel Permodelan Rasch Kalibrasi Item

Stabil dalam

Tingkat

Kepercayaan

Kisaran

Sampel

Ukuran Sampel

yang Layak

±1 logit 95% 16-36 30

±1 logit 99% 27-61 50

±0,5 logit 95% 64-144 100

±0,5 logit 99% 108-243 150

(41)

28

Sampel yang digunakan untuk analisis data sebesar 66 responden

dengan kalibrasi item stabel dalam ±0,5 logit dan tingkat kepercayaan

95%. Sampel yang digunakan untuk analisis data hanyalah sampel

yang telah lolos uji bias instrumen dan responden, dikarenakan sampel

yang tidak lolos uji bias akan menurunkan kualitas pengukuran.50.

Jumlah sampel yang awal yang penulis tetapkan sebelum dilakukan

uji bias instrumen dan respoden, penulis menggunakan tabel Isaac dan

Michael dengan tingkat kesalahan 5%. %. Dengan jumlah populasi

185 orang, dan ketelitian 5%, maka jumlah sampel yang digunakan

adalah sebesar 123 responden.51

Sampel dibagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut, yakni

kelompok pertama sebesar 50 sampel, kedua sebesar 43 sampel, dan

ketiga sebesar 30 sampel.

10.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data tentang pengaruh motivasi otonom

SDM Masjid al-Akbar Surabaya (MAS) terhadap kinerja SDM Masjid

al-Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017 adalah dengan

menggunakan angket tertutup. Dengan angket tertutup ini akan dapat

diidentifikasi tingkat motivasi otonom SDM MAS pada tiap-tiap

dimensinya, serta kinerja SDM MAS pada tiap aspeknya. Memang

angket tertutup memiliki kelemahan yakni, sukar ditelusuri apabila ada

50 Bambang Sumintono dan Wahyu Widhiarso, Aplikasi Model Rasch Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu

(42)

29

kekurangan pengisian yang disebabkan karena responden kurang

memahami maksud item.52 Namun dengan pertimbangan untuk

mendapatkan tingkat kevalidan data yang lebih tinggi, terlebih data

yang hendak dicari berkaitan dengan penilaian SDM terhadap

lingkungan kerjanya.

11.Metode Analisa Data

Karena rumusan yang hendak dipecahkan pada penelitian kali ini

adalah tingkat pengaruh, atau berupa penelitian regresi, maka akan

dilakukan teknis analisis produk momen.53 Analisas produk momen

akan diselesaikan dengan rumus berikut:54

= ∑

√ ∑ 2 2

= ∑ � �− ∑ � ∑ �

√{ ∑ 2 − ∑

� 2}{ ∑ �2− ∑ � 2 Keterangan :

= � � � � � �

= � − ̅

= � − ̅

Selain itu nantinya akan dilakukan analisis uji faktorial degan

Rasch model terhadap dimensi variabel X untuk menentukan desain

model pengaruh masing-masing dimensi pada variabel X terhadap

variabel Y.

52 Ibid, 269.

53 Abdul Muhid, Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS for Windows (Surabaya: Zifataman Publishing, 2012), 5-6.

(43)

30

Salah satu syarat dapat digunakannya teknik produk momen adalah

data berupa interval atau rasio.55 Pada penelitian ini output data

instrumennya merupakan data ordinal, maka perlu dilakukan konversi

data terlebih dahulu untuk mengubah data menjadi data inteval dengan

menggunakan permodelan rasch.

12.Uji Bias Instrumen dan Responden

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan intrumen

yang telah disusun dan teruji penggunaannya. Pada variabel motivasi

otonom, peneliti menggunakan Basic Psychological Needs Scale yang terdapat pada website resmi self determination theory, yakni pada laman http://selfdeterminationtheory.org/questionnaires/, sedangkan

untuk variabel kinerja menggunakan instrumen yang telah disusun oleh

Prof.Dr.Moeheriono,M.Si. dalam Pengukuran Kinerja Berbasis

Kompetensi.

Baik instrumen pertanyaan maupun hasil jawaban responden akan

dilakukan uji bias dengan permodelan permodelan rasch. Pengujian

dilakukan dengan asplikasi Winstep. Instrumen pertanyaan dan hasil

jawaban responden yang tidak lolos uji tidak akan digunakan di dalam

penelitian. Ketentuan digunakan tidaknya intrumen serta hasil jawaban

responden akan mengacu pada nilai OUTFIT MNSQ pada menu item

(44)

31

[image:44.595.139.518.169.559.2]

meassure serta item meassure56. Nilai tersebut mengacu pada tabel berikut:57

Tabel 1.3

Ukuran Kualitas OUTFIT MNSQ Instrumen dan Responden Nilai Mean-Square Implikasi Pada Pengukuran

> 2,0 Menurunkan kualitas sistem pengukuran

1,5 – 2,0 Kurang bagus untuk pembuatan instrumen, tapi

tidak menurunkan kualitas

0,5 – 1,5 Kondisi baik untuk pengukuran

< 0,5 Kurang produktif untuk pengukuran, namun

tidak menurunkan kualitas; kemungkinan bisa

menyebabkan kesalahan dengan reliabilitas

yang tinggi.

13.Uji validitas dan reliabilitas

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan intrumen

yang telah disusun dan teruji penggunaannya. Pada variabel motivasi

otonom, peneliti menggunakan Basic Psychological Needs Scale yang terdapat pada website resmi self determination theory, yakni pada laman http://selfdeterminationtheory.org/questionnaires/, sedangkan

untuk variabel kinerja menggunakan instrumen yang telah disusun oleh

Prof.Dr.Moeheriono,M.Si. dalam Pengukuran Kinerja Berbasis

Kompetensi.

Walaupun telah dilakukan uji bias, peneliti juga melakukan uji

validitas dan reliabilitas intrumen dengan menggunakan aplikasi SPSS.

56 Bambang Sumintono dan Wahyu Widhiarso, Aplikasi Model Rasch Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu

(45)

32

14.Analisis Faktor Motivasi Otonom

Analisis faktor dilakukan untuk mengidentifikasi apakah item-item

pertanyaan yang diberikan kepada responden benar-benar

menggambarkan satu kesatuan yang membentuk variabel motivasi

otonom.58

Metode analisis faktor menggunakan permodelan rasch dengan

bantuan aplikasi Winstep pada menu item: dimention. Jika nilai raw varianve explained by measure lebih dari 20% maka motivasi otonom lulus uji unidimensionalitas atau dengan kata lain setiap item

pertanyaan yang diberikan kepada responden benar-benar

mencerminkan satu kesatuan yang membentuk variabel motivasi

otonom.59

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan untuk mendapatkan pengaruh motivasi

otonom SDM Masjid al-Akbar Surabaya (MAS) terhadap kinerja SDM

Masjid Al-Akbar Surabaya (MAS) tahun 2016-2017 adalah sebagai

berikut:

Bab I berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kerangka teoretik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II

berisi tentang kajian teoretik mengenai masjid sebagai lembaga dakwah,

teori motivasi otonom, teori kinerja, serta penelitian terdahulu. Bab III

58 Bambang Sumintono dan Wahyu Widhiarso, Aplikasi Model Rasch Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu

(46)

33

menjelaskan tentang gambaran profil Masjid Al Akbar Surabaya. Bab IV

menjelaskan mengenai hasil penelitian, yakni motivasi otonom SDM

Masji Al Akbar Surabaya (MAS) terhadap kinerja SDM Masjid Al Akbar

Surabaya (MAS) tahun 2016-2017 serta analisanya. Bab V penutup yang

(47)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Manajemen Masjid Sebagai Pusat Dakwah. 1. Dakwah

Kata dakwah berasal dari kata da’a ( ﺎ ﻋ د ) yad’u ( ﻮﻋﺪ ﯾ )

da’watan ( ةﻮ ﻋ د ) yang yang berarti seruan, ajakan, panggilan, undangan, atau doa. Menurut istilah, dakwah dapat didefinisikan sebagai setiap usahan dari seseorang atau kelompok manusia yang menyeru, mengajak, memanggil, mengundang atau mendoakan diri sendiri, keluarga, orang lain atau masyarakat luas untuk mengikuti agama Allah dan jejak Rasulullah saw.60

Unsur unsur yang terdapat di dalam dakwah antara lain adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode), sertaatsar(efek dakwah).61

Dakwah bertujuan untuk mengubah sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi lebih baik atau meningkatkan kualitas keimanan seseorang dengan berbasiskan kesadaran, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Sedangkan fungsi dakwah antara lain adalah yang pertama, menyebarkan Islam kepada manusia sebagai individu dan

60

Jamaluddin Kafie,Pengantar Ilmu Dakwah(Surabaya: Penerbit Karunia, 1988), 1-4. 61

(48)

34

masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat Islam sebagai agama yangrahmatan lil alamin. Kedua, melestarikan ajaran Islam dari generasi ke generasi, sehingga kelestarian agama Islam tetap terjaga. Ketiga, meluruskan akhlak, mencegah kemungkaran, dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.

Sebuah kegiatan dakwah yang baik haruslah menjadikan mad’u sebagai titik tolak kegiatan dakwah yang dilakukan.

Sehingga dakwah yang dilakukan akan dapat benar-benar sesuai dengan kondisi mad’u sehingga lebih mudah dipahami serta diterimamad’u.62

2. Kedudukan Masjid Dalam Dakwah

Masjid memiliki beberapa fungsi yang antara lain adalah:63 a. Sebagai tempat beribadah dan mendekatkan diri kepada

Allah

b. Sebagai tempat beri’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin agar selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga.

c. Sebagai tempat musyawarah kaum muslimin untuk memecahkan masalah masyarakat.

d. Sebagai tempat berkonsultasi, meminta bantuan, dan pertolongan.

62

Ibid, 347-348 63

(49)

35

e. Sebagai tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan bergotong-royong membangun kesejahteraan bersama. f. Sebagai masjelis taklim untuk meningkatkan kecerdasan

dan ilmu pengetahuan muslim.

g. Sebagai tempat pembinaan dan pengembangan calon pemimpin umat.

h. Sebagai tempat pengumpulan dana, penyimpanan, serta pembagian kepada masyarakat.

Jika kita menggunakan definisi dakwah yang berarti setiap usaha dari seseorang atau kelompok manusia yang menyeru, mengajak, memanggil, mengundang atau mendoakan diri sendiri, keluarga, orang lain atau masyarakat luas untuk mengikuti agama Allah dan jejak Rasulullah saw, maka setiap fungsi masjid di atas dapat digolongkan dalam kegiatan dakwah.

Masjid juga merupakan media dakwah yang tidak tergantikan dari awal di masa Rasulullah dulu, sekarang, hingga masa depan. Karena pada masa kapanpun masyarakat akan membutuhkan masjid sebagai sarana ibadah. Oleh karena itu dapat dinilai bahwa masjid memilih peranan yang sangat besar dalam dakwah.

3. Idarah Masjid

(50)

36

maadiy atau manajemen fisik bangunan masjid serta yang kedua adalahidarah binail ruhiyatau manajemen fungsional masjid.64

Manajemen fisik masjid meliputi pengaturan pembangunan fisik masjid, pengaturan kebersihan, keindahan, serta kesucian masjid. Sedangkan manajemen fungsional masjid meliputi fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pembangunan, pendidikan, moralitas dan kebudayaan umat.65 4. Mitra Dakwah Masjid

Mitra dakwah dapat disebut juga sebagai obyek dakwah atau mad’u. Masjid dalam menjalankan fungsi dakwahnya tentu tidak

akan dapat dilepaskan dari mitra dakwahnya. Mitra dakwah masjid dapat digolongkan menjadi dua, yang pertama adalah mitra dakwah yang berada di luar struktur organisasi masjid (mitra dakwah eksternal), dan yang kedua adalah mitra dakwah yang berada di dalam struktur kepengurusan masjid (mitra dakwah internal).

Mitra dakwah eksternal masjid antara lain adalah jamaah, masyarakat sekitar masjid, serta tamu dan musafir yang berkunjung ke masjid. Sedangkan mitra dakwah internal masjid antara lain meliputi pengurus atau takmir masjid, remaja masjid, muadzin, imam, serta marbot masjid. Mitra dakwah internal masjid memerankan peran yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan mitra dakwah eksternal dalam rangka menentukan sukses

64

Ibid, 33. 65

(51)

37

tidaknya kegiatan dakwah yang dijalankan masjid tersebut.66 Masjid sebagai sebuah organisasi atau lembaga dakwah tentu memerlukan kinerja yang baik SDM atau karyawannya. Karena tanpa memberikan perhatian kepada para pengelola masjid yang memiliki peranan besar dalam menjalankan program masjid, maka akan sulitnya kiranya masjid dapat memberikan layanan yang optimal kepada mitra dakwah eksternal masjid tersebut.67

B. Teori Motivasi Otonom 1. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berrarti menggerakkan.68 Motivasi terkait bagaimana SDM mau menjalankan pekerjaan yang diberikan. SDM dapat memahami hal apa yang harus dilakukan, menguasai keahlian yang diperlukan dalam menjalankan pekerjaan, namun tanpa adanya motivasi, SDM kemampuan dan pemahaman SDM tidak akan berwujud memjadi kinerja.

Beberapa macam perkembangan teori motivasi yang ada antara lain adalah teori hirarki kebutuhan manusia oleh Maslow, teori X dan Y oleh Douglas McGregor, teori motivasi-higieneoleh Frederick Herzberg, teori ERG oleh Clayton Alderfer, teori tigas

66

Ibid, 101-159. 67

Ahmad Sutarmadi,Manajemen Masjid Kontemporer(Jakarta: Media Bangsa, 2012), 189-204. 68

(52)

38

kebutuhan oleh David McCleland,teori penentuan tujuan, teori penguatan, teori keadilan, serta teori harapan.69

Dalam berbagai penelitian telah ditemukan bahwa motivasi SDM memiliki pengaruh positif terhadap kinerja SDM. Beberapa penelitian tersebut antara lain adalah penelitian Sindi Larasati dan Alini Gilang (2014)70, Gusti Kade Sutawa (2015)71, serta Judge, Thoresen, Bono, dan Patton (2001).72

2. Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ektrinsik

Porter dan Lawler (1968) meyatakan bahwa motivasi dapat dibagi menjadi dua besaran yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari aktifitas yang dilakukan itu sendiri. Ketika sesorang termotivasi secara intrinsik maka orang tersebut akan menilai bahwa aktifitas yang dilakukannya menarik serta secara spontan akan dapat memberikan kepuasan pada diri orang tersebut. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul di luar aktivitas yang dilakukan. Motivasi ekstrinsik dapat berupa pemberian suatu tangible rewards tertentu atau dapat pula diwujudkan dalam bentuk pujian.73

69

Sondang P. Siagian,Teori Motivasi dan Aplikasinya(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 146-179. 70Sindi Larasati dan Alini Gilang, “Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan Wilayah Telkom Jabar Barat Utara (Witel Bekasi)”, 212.

71 Gusti Kade Sutawa, “Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Motivasi Kerja, dan Perubahan Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Usaha Perhotelan Di Bali”, viii.

72

Marylene Gagne´ dan Edrward L. Deci, “Self-Determination Theory and Work Motivation”, 352.

73

(53)

39

Porter dan Lawler merekomendasikan, untuk dapat menghasilkan kinerja yang baik, maka seorang manajer harus memberikan motivasi intrinsik dan ekstrinsik kepada SDM. Karena dengan kombinasi antara motivasi intrinsik dan esktrinsik itulah yang akan dapat menghasilkan kinerja SDM yang maksimal.74 Namun pandangan ini menjadi tidak relevan ketika Deci (1970) menemukan bahwa hubungan keduanya tidaklah demikian. Deci menjelaskan bahwa pemberian motivasi eksternal berupa tangible reward dapat menurunkan motivasi intrinsik seseorang, sedangkan pemberian reward dalam wujud verbal, misalkan dalam bentuk pujian, justru meningkat motivasi intrinsik seseorang. Dari situlah akhirnya dikenalkan pendekatan baru dalam ilmu motivasi yang dikenal sebagaiself-determination theory (SDT).75

3. Motivasi Otonom

Tingkat self-determination (determinasi diri) ditentukan oleh dua hal, yakni autonomous motivation(motivasi otonom) serta controlled motivation (motivasi terkontrol) pada diri seseorang. Motivasi otonom adalah motivasi yang menyebabkan seseorang termotivasi oleh hal yang dianggap menarik oleh orang tersebut yang munculnya dari aktifitas itu sendiri dan/atau oleh suatu nilai atau aturan-aturan dari aktifitas tersebut yang telah terintegrasi di dalam diri. Yang termasuk dalam motivasi otonom adalah motivasi

74

Ibid, 331. 75

(54)

40

intrinsik serta motivasi ekstrinsik yang telah terinternalisasi dengan baik. Ketika sesorang telah termotivasi secara otonom, maka walaupun aktivitas tersebut tidak menyenangkan bagi dirinya, ia akan tetap termotivasi karena nilai-nilai dari aktivitas tersebut telah ia terima dan telah diiternalisasi.76 Motivasi otonom telah teruji memberikan pengaruh pada peningkatan kinerja, kesiapan kerja, kepuasan kerja, menurunkan tingkat turn over, serta menurunkan kelelahan emosional.77

Pemenuhan akan tiga kebutuhan dasar manusia diperlukan untuk memunculkan motivasi otonom. Tiga kebutuhan dasar tersebut adalah kompetensi, otonomi, serta keterikatan. Kompetensi adalah kebutuhan untuk merasa mampu menjalankan suatu pekerjaan. Otonomi adalah kebutuhan untuk diberikan kebebasan dalam menentukan sikap atau dalam menjalankan pekerjaan.78 Keterikatan adalah kebutuhan akan adanya hubungan atau rasa memiliki kepada rekan kerja, kelompok/organisasi, atau tujuan dari organisasi tersebut.79

Motivasi otonom akan muncul ketika orang merasa menguasai atau mampu dalam menjalankan suatu pekerjaan tertenu. Kompetensi punya peranan besar dalam memunculkan hal

76

Liu Woon Chia, John Wang Chee Keng, Building Autonomous Learner Perspectives from Research and Practice using Self-Determination Theory, 11.

77

Oxford Library of Psychology,The Oxford Handbook of Work Engagement, Motivation, and Self-Determination Theory, Edited by Marylène Gagné, 18-20.

78Richard M. Ryan dan Edward L. Deci, “Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions and New Directions”, 64.

(55)

41

tersebut. Sebenarnya motivasi apapun akan membutuhkan adanya rasa percaya untuk mampu menjalankan pekerjaan tersebut. Namun dengan adanya otonomi, bersama-sama dengan kompetensi, nantinya yang akan mendorong munculnya motivasi intrinsik, yang kemudian melahirkan motivasi otonom. Keberadaan otonomi sangat penting dalam menumbuhkan motivasi otonom. Gagne (2014) menyebutkan bahwa adanya kebebasan seseorang dalam memilih hal menarik apa yang harus ia lakukan, termasuk target apa yang akan hendak ia capai dalam hal tersebut akan mengoptimalkan motivasi dalam diri individu tersebut.80

Keterikatan sendiri dibutuhkan agar seorang individu mampu menginternalisasi suatu nilai tertentu. Semakin orang merasa memiliki perusahaan/organisasi atau anggota di dalam organisasi tersebut, maka akan makin bagi individu tersebut untuk menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam organisasi tersebut, dengan kata lain adanya keterikatan sangat mendorong terbentuknya motivasi otonom.81

C. Teori Kinerja

1. Penilaian Kinerja

Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil pekerjaan seorang karyawan atau SDM selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standard, target, sasaran, atau 80

Oxford Library of Psychology,The Oxford Handbook of Work Engagement, Motivation, and Self-Determination Theory, Edited by Marylène Gagné

Gambar

Tabel 4.29 Hasil Unidimentionality Pengukuran Motivasi Otonom .................... 83
Gambar 3.1 Struktur Pengurus Masjid Al Akbar Surabaya.................................
Gambar 1.1 Kerangka Pengaruh Motivasi Otonom Terhadap Kinerja
Tabel 1.3 Ukuran Kualitas OUTFIT MNSQ Instrumen dan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

り情緒的関係を営むという発想を退け、集団としての「家」の情緒の維持に回収する言

Peneliti menemukan tema pesan dakwah moderasi yang diangkat merupakan tema nasionalisme yang dapat didefinisikan melalui judulnya yaitu, Kidung Rindu di Tapal Batas yang

Ahmad Dahlan banyak bergaul dengan kelompok Islam kota, maka model pendidikan Muhammadiyah juga dipengaruhi kultur kekotaan saat itu yaitu tidak terlalu alergi

Jika nilai b1 yang merupakan koefisien regresi dari Citra Merek (X 1 ) sebesar 0, 484 yang artinya mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen (Y)

Pada reaksi substitusi, atom atau gugus atom yang Pada reaksi substitusi, atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul digantikan oleh.. terdapat dalam suatu

Kurikulum Tingkat Satuan PAUD Taman Kanak-Kanak Kurikulum Tingkat Satuan PAUD Taman Kanak-Kanak Kenanga disusun oleh Tim Pengembang Lembaga yang terdiri Kenanga disusun

perawatan tersebut bersifat sementara, bentuknya sederhana dan fasilitasnya tidak memadai untuk menanggulangi berbagai penyakit yang berkembang semakin pesat di perkebunan,

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, telah dilakukan spesiasi unsur Mg, Ca, Mn, Zn, Mo, dan Cd dalam cairan floem tanaman jarak ( Ricinus communis L.), dengan target utama