• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam memahami penelitian ini, maka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam memahami penelitian ini, maka"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Batasan Istilah dan Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami penelitian ini, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu yang dimaksud dengan judul penelitian “Program Pembiasaan Disiplin melalui Kegiatan Shalat Berjamaah sebagai Upaya Membangun Generasi Berakhlak Mulia”. Adapun penjelasan istilah untuk masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Program Pembiasaan

a. Program (KBBI, 1989: 702) adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan. Pembiasaan secara terminologi berasal dari kata dasar “biasa” yang berarti sebagai sedia kala, sebagai yang sudah-sudah, tidak menyalahi adat, atau tidak aneh (Poerwadarminta, 2007: 153). Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses.

b.Program pembiasaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah sebagai penguatan terhadap kurikulum dalam upaya pengembangan diri siswa yang tujuannya sesuai dengan visi dan misi lembaga tersebut. Kata program pembiasaan merupakan sebuah phrase yang memiliki satu makna yaitu kegiatan yang diprogramkan melalui metode atau pendekatan pembiasaan.

(2)

2. SMP Assalaam Bandung

SMP Assalaam Bandung merupakan SMP swasta yang memiliki ciri khas keagamaan. Sekolah tersebut berada di bawah naungan sebuah yayasan terkemuka di kota Bandung yaitu Yayasan Assalaam. SMP Assalaam Bandung mulai beroperasi pada 17 Januari 1973.

3. Disiplin

a. Disiplin berasal dari bahasa latin discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian, yaitu: pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib (Starawaji, 2009: 1).

b. Disiplin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah disiplin yang menekankan pada aspek pelaksanaan ibadah shalat yang berimplikasi pada self development (pengendalian diri). Disiplin dalam pelaksanaan ibadah shalat mencakup: disiplin diri, kebersihan waktu, gerakan shalat, kebersamaan dan sebagainya. Berikut peneliti gambarkan melalui tabel:

Tabel 3.3

Nilai-nilai Disiplin yang terkandung dalam Ibadah Shalat

No Bentuk Indikator

1. Disiplin Diri 1. Memperhatikan penampilan diri; 2. Menguasai diri;

(3)

2. Disiplin Kebersihan 1. Bersuci dari najis; 2. Berwudhu; 3. Berpakain yang suci dan bersih

3 Disiplin Waktu 1.Shalat tepat waktu; 2.Tidak bolong-bolong; 3. Tidak menunda-nunda shalat

4 Disiplin terhadap perintah pimpinan (imam)

1.Mengikuti setiap gerakan imam; 2. Mendengarkan bacaan imam

5 Disiplin kebersamaan dan kesetiakawanan

1.Saling mengenal; 2. Menjalin persaudaraan; 3. Menghormati satu sama lain; 3. Menghilangkan ego 6 Disiplin tertib dan urutan 1. Tidak terburu-buru; 2. Menyelaraskan diri dengan

gerakan iman; 3. Tertib shaf dan urutan 4. Shalat berjamaah

a. Shalat ialah ibadat yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram pada Allah Ta’ala dan di sudahi dengan memberi salam. Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh ibadat mana pun juga. Ia merupakan tiang agama di mana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu (Sabiq, 1995: 191).

b. Shalat berjamaah adalah sebuah proses yang pelaksanaan shalat yang dilakukan dengan cara bersama-sama (berjamaah). Menurut kajian ilmu fiqh sahalat berjamaah adalah shalat yang dikerjakan oleh dua atau lebih orang secara bersama-sama dengan satu orang di depan sebagai imam dan yang lainnya di belakang sebagai makmum. Shalat berjama'ah bagi laki-laki di masjid yang tepat waktu memiliki nilai 27 derajat lebih baik daripada shalat sendiri. (HR. Muttafaq ‘alaih).

c. Adapun yang dimaksud kegiatan shalat berjamaah dalam penelitian ini adalah pelaksanaan shalat yang dilakukan secara berjamaah yang

(4)

diawali oleh proses kegiatan berwudlu (bersuci) sebagai syarat untuk melaksanakan shalat, praktek pelaksanaan kegiatan shalat berjamaah itu sendiri, dan kegiatan setelah melaksanakan praktek shalat berjamaah. 5. Akhlak Mulia

a. Akhlak adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab yakni ”al-khulq” yaitu mempunyai makna perangai, tingkah laku, tabiat yang mulia. Kata akhlak itu sendiri diartikan sebagai perbuatan manusia yang berasal dari dorongan jiwanya karena kebiasaan, tidak lagi harus memerlukan pikiran terlebih dahulu. Maka gerakan refleks, denyut jantung, dan kedipan mata tidak dapat disebut akhlak (Mustofa, 2005). b. Sedangkan yang dimaksud akhlakulkarimah (akhlak mulia) dalam

penelitian ini adalah perbuatan atau perilaku yang baik sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits.

c. Yang dimaksud dengan generasi yang berakhlak mulia pada penelitian ini adalah para siswa SMP Assalaam Bandung kelas VIII tahun pelajaran 2009–2010 yang akan menyelesaikan pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (paradigma kualitatif). Pendekatan ini dipilih karena peneliti menganggap sangat cocok dengan karakteristik masalah yang menjadi fokus penelitian, yaitu untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan

(5)

tentang program dan pelaksanaan pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah sebagai upaya membangun generasi berakhlak mulia.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati dalam lingkungan hidupnya, interaksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 1988: 5). Dalam penelitian ini yang diamati adalah orang, yaitu para siswa/i SMP Assalaam Bandung yang melaksanakan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah dan pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu guru agama, Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kurikulum, dan kesiswaan, dan orang tua siswa.

Istilah penelitian kualitatif mengacu kepada berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, yang meliputi penelitian lapangan, observasi partisipan, wawancara mendalam, etnometodologi, dan peneli tian etnografi. Terdapat banyak perbedaan mendasar antara macam-macam penelitian tersebut, tetapi semuanya menekankan pada “mendekati” dan berdasarkan konsep bahwa “pengalaman” cara yang terbaik untuk memahami perilaku sosial. Penelitian kualitatif didefinisikan oleh Filstead (Chadwich, 1984: 234) sebagai berikut:

Metodologi kualitatif mengacu pada strategi penelitian, seperti observasi participan, wawancara mendalam, participan total ke dalam aktivitas mereka yang diselidiki, kerja lapangan dan sebagainya, yang memungkinkan peneliti memperoleh informasi tangan pertama mengenai masalah sosial empiris yang hendak dipecahkan. Metodologi kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan komponen-komponen keterangan yang analitis, konsepsual, dan kategoris dari data itu sendiri, dan bukannya dari teknik-teknik yang dikonsepsikan sebelumnya, tersusun secara kaku, dan dikuantifikasi secara tinggi yang memasukan saja

(6)

dunia sosial empiris ke dalam definisi operasional yang telah disusun oleh peneliti.

Selain itu, pendekatan ini juga memiliki karakteristik yang menjadi kelebihannya tersendiri. Guba dan Lincoln (Alwasilah, 2006: 104-107) mengungkapkan terdapat 14 karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut: (1) Latar alamiah; (2) Manusia sebagai instrumen;. (3) Pemanfaatan pengetahuan non-proporsional; (4) Metode-metode kualitatif; (5) Sampel purposif; (6) Analisis data secara induktif; (7) Teori dilandaskan pada data di lapangan; (8) Desain penelitian mencuat secara alamiah; (9) Hasil penelitian berdasarkan negosiasi; (10) Cara pelaporan kasus; (11) Interpretasi idiografik; (12) Aplikasi tentatif;. (13) Batas penelitian ditentukan fokus; (14) Keterpercayaan dengan kriteria khusus.

Dengan digunakannya pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna. Sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Keistimewaan yang melekat pada penelitian kualitatif sebagaimana ditegaskan oleh Alwasilah (Aini, 2009: 84) adalah:

1. Pemahaman makna

Peneliti bukan saja tertarik pada aspek fisik dari kejadian atau tingkah laku responden, melainkan bagaimana memaknai semua itu.

2. Pemahaman konteks tertentu

Dalam penelitian kualitatif perilaku responden dilihat dalam konteks tertentu dan pengaruh konteks terhadap tingkah laku itu.

3. Identifikasi fenomena dan pengaruh yang tidak terduga

Bagi peneliti kualitatif setiap informasi, kejadian, perilaku, suasana dan pengaruh baru adalah terhormat dan berpotensi sebagai data. 4. Kemunculan teori berbasis data (grounded theory)

Teori yang sudah jadi pesanan, atau apriori tidaklah mengesankan kaum naturalis, karena teori-teori ini akan kewalahan jika disergap oleh informasi, kejadian, suasana, dan pengaruh dalam konteks baru

(7)

5. Pemahaman proses

Para peneliti naturalistik berupaya untuk lebih memahami proses (dari pada produk) kejadian atau kegiatan yang diamati. Proses yang membantu perwujudan fenomena itulah yang paling berkesan bukannya fenomena sendiri.

2. Metode Penelitian

Sejalan dengan pendekatan kualitatif, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini dipilih karena permasalahan yang dikaji menyangkut hal yang sedang berlangsung di masyarakat (Syaodih, 2005: 54).

Metode deskriptif yaitu metode yang berupaya mengungkapkan keadaan yang terjadi saat ini, untuk selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan. Dalam hubungan ini Singarimbun (1989: 4) menjelaskan bahwa metode deskriptif ”dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa”.

Metode deskriptif sangat efektif dan sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu peristiwa yang sedang terjadi, khususnya pada pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah sebagai upaya membangun generasi berakhlak mulia.

Sedangkan jenis penelitian ini tergolong kepada penelitian kasus. Menurut Arikunto (1998: 131) penelitian kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu. Dalam penelitian ini, maka yang diteliti adalah kegiatan shalat berjamaah yang diterapkan oleh SMP Assalaam

(8)

Bandung pada para siswa/i yang sudah berjalan sejak lembaga tersebut berdiri.

Sehingga dalam kaitannya sebagai penelitian kasus, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross-sectional (pendekatan silang). Suharsimi Arikunto (1998: 10) menyatakan bahwa pendekatan

cross-sectional (pendekatan silang) merupakan kompromi antara one-shot method (menembak satu kali terhadap satu kasus), dan longitudinal method (menembak beberapa kali terhadap kasus yang sama).

Sesuai dengan kekhasannya, bahwa pendekatan studi kasus dilakukan pada objek yang terbatas. Oleh karenanya persoalan pemilihan sampel yang menggunakan pendekatan tersebut tidak sama dengan persoalan yang dihadapi oleh penelitian kuantitatif. Sebagai implikasinya, penelitian yang menggunakan pendekatan studi kasus hasilnya tidak dapat digeneralisasikan, dengan kata lain hanya berlaku pada kasus itu saja.

Sedangkan menurut Whiterington (Buchori, 1985: 24) dia mengungkapkan bahwa studi kasus (cases study) penyelidikan-penyelidikan hanya dilakukan terhadap sejumlah kecil individu, tetapi dilakukan secara mendalam.

3. Sumber dan Jenis Data

Dalam penelitian ini, sumber data utamanya adalah kata-kata dan tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh siswa/i SMP Assalaam Bandung, dua orang Pembantu Kepala Sekolah (PKS), guru agama dan orang tua siswa/i SMP Assalaam Bandung yang menjadi subjek penelitian,

(9)

selain itu dimanfaatkan pula berbagai dokumen resmi yang mendukung seperti bentuk program, kurikulum, data base siswa, media, sarana prasarana dan profile sekolah. Hal tersebut merujuk kepada ungkapan Lofland dan Lofland (Moleong, 2007:157-158) bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, sumber data tertulis lainnya, foto, dan statistik.

Sedangkan sumber data yang diperlukan dapat diklasifikasikan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari subyek penelitian yaitu siswa/i SMP Assalaam Bandung kelas VIII tahun Pelajaran 2009-2010, Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kurikulum, dan kesiswaan, seorang guru agama, dan orang tua/wali. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen resmi maupun tidak resmi yang berhubungan dengan materi penelitian dan mendukung data primer.

Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan berperanserta (observasi) merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya peneliti terhadap subyek penelitian di SMP Assalaam Bandung. Hal tersebut dilakukan secara sadar dan terarah karena memang direncanakan oleh peneliti. Terarah karena memang dari berbagai macam informasi yang tersedia tidak seluruhnya akan digali oleh peneliti. Senantiasa bertujuan karena peneliti memiliki seperangkat tujuan penelitian yang diharapkan dicapai untuk memecahkan sejumlah masalah penelitian.

(10)

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dimaksudkan sebagai alat pengumpul data seperti tes pada penelitian kuantitatif, adapun instrumen dalam penelitian (kualitatif) ini adalah peneliti sendiri, maksudnya bahwa peneliti langsung menjadi pengamat dan pembaca situasi pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah di SMP Assalaam Bandung. Yang dimaksud dengan peneliti sebagai pengamat adalah peneliti tidak sekedar melihat berbagai peristiwa dalam situasi pendidikan, melainkan memberikan interpretasi terhadap situasi tersebut. Sedangkan yang dimaksud peneliti sebagai pembaca situasi adalah peneliti melakukan analisa terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam situasi tersebut, selanjutnya menyimpulkan sehingga dapat digali maknanya.

Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistik (menyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel penelitian. Kalaupun dapat dipisah-pisahkan, variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif ”the researcher is the key instrument”. Peneliti

(11)

adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009: 223).

5. Sampling dan Satuan Kajian

Teknik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan yang non kualitatif. Pada penelitian nonkualitatif, sampel dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi, sampel benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi. Pada paradigma alamiah, menurut Guba dan Lincoln (Moleong, 2007: 223) peneliti memulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri.

Selain itu, dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi, maksud sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions). Dengan demikian, tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.

Menurut Moleong (2007: 224-225) sampel bertujuan dapat diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut:

1. Rancangan sampel yang muncul, yaitu sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu;

2. Pemilihan sampel secara berurutan. Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan

(12)

sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap sampel berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau diisi adanya kesenjangan informasi yang ditemui. Dari mana dan dari siapa ia mulai tidak menjadi persoalan, tetapi bila hal itu sudah berjalan, pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti. Teknik sampling bola salju bermanfaat dalam hal ini, yaitu mulai dari satu makin lama makin banyak;

3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada mulanya, setiap sampel dapat sama kegunaannya. Namun, sesudah makin banyak informasi yang masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja maka sampel akan dipilih atas dasar fokus penelitian;

4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Pada sampel bertujuan seperti ini, jumlah sampel ditentukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperlukan. Jika maksudnya memperluas informasi yang dapat dijaring, penarikan sampel pun sudah dapat diakhiri. Jadi, kuncinya di sini adalah jika sudah terjadi pengulangan informasi, penarikan sampel sudah harus dihentikan.

Dalam kontek penelitian ini, sampel semula ditentukan hanya siswa/i kelas VIII, Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kurikulum dan bidang kesiswaan, dan seorang guru agama, dalam perjalanannya mengalami pengembangan seiring dengan makin banyaknya informasi yang masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja. Dalam perjalanannya sampel bertambah yakni orang tua/wali siswa SMP Assalaam Bandung, hal ini sesuai dengan kekhasan dari penelitian kualitatif yang memberlakukan teori bola salju dalam pemilihan sampel, serta grounded theory yang mengembangkan teori berdasarkan data lapangan dan diuji terus menerus sepajang penelitian.

Pemilihan sampel berakhir pada saat terjadi pengulangan informasi yang diperoleh dari sampel yang dipilih, dalam hal ini siswa/i kelas VIII, Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kurikulum dan bidang kesiswaan,

(13)

seorang guru agama, dan orang tua/wali siswa SMP Assalaam Bandung. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Moleong di atas bahwa dalam pemilihan sampel kuncinya adalah jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah harus dihentikan.

Selain masalah sampel, satuan kajian biasanya ditetapkan juga dalam rancangan penelitian. Keputusan tentang penentuan sampel, besarnya, dan strategi sampling pada dasarnya bergantung pada penetapan satuan kajian. Kadang-kadang satuan kajian itu bersifat perseorangan, seperti siswa, klien, atau pasien yang menjadi satuan kajian. Bila perseorangan itu sudah ditentukan sebagai satuan kajian maka pengumpulan data dipusatkan di sekitarnya. Hal yang dikumpulkan adalah apa yang terjadi dalam kegiatannya, apa yang mempengaruhinya, bagaimana sikapnya, dan seterusnya.

Dalam konteks penelitian ini, satuan kajiannya adalah siswa/i SMP kelas VIII Assalaam Bandung tahun pelajaran 2009-2010 sebanyak 200 orang siswa yang tersebar di lima rombel yaitu rata-rata 40 siswa yang terdiri dari 129 orang siswa dan 71 orang siswi, dua orang Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kurikulum dan bidang kesiswaan, tiga orang guru PAI, dan salah seorang guru PAI kelas VIII yang menjadi mitra peneliti dalam mengumpulkan data, serta 20 perwakilan dari orang tua/wali siswa SMP Assalaam Bandung.

(14)

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diharapkan sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka dalam melakukan pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu: observasi/pengamatan berperan serta, wawancara, angket, dokumentasi dan studi pustaka.

1. Teknik Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk memperoleh data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya. Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah observasi partisipan atau disebut juga pengamatan berperan serta, maksudnya peneliti mengamati sekaligus ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan responden. Peneliti berpartisipasi dalam kegiatan responden tidak sepenuhnya artinya dalam batas tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan antara kedudukan peneliti sebagai orang luar (pengamat) dan sebagai orang yang ikut berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan responden.

Teknik observasi ini dilakukan untuk melihat sendiri pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah yang dilaksanakan di SMP Assalaam Bandung. Dengan observasi ini memungkinkan peneliti menarik inferensi (kesimpulan) ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa atau proses yang diamati (Alwasilah, 2003: 154).

(15)

Peneliti berpartisipasi dalam kegiatan responden, dalam hal ini para Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kesiswaan dan kurikulum, serta satu orang guru agama, dalam membimbing pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah. Dalam kesempatan tertentu, selain bertindak sebagai pengamat pada saat siswa/i melakukan kegiatan shalat berjamaah, pengamat juga ikut membimbing pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah, hal ini dilakukan untuk menguji konsistensi temuan yang mencuat pada saat peneliti berperan sebagai pengamat.

Selain sambil partisipasi, observasipun dilakukan secara terbuka, artinya diketahui oleh responden karena sebelumnya telah mengadakan survey terhadap responden dan kehadiran peneliti ditengah-tengah responden atas ijin responden. Seperti dalam melakukan observasi ke masjid atau tempat kegiatan sebelum shalat, peneliti meminta ijin kepada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kesiswaan dan kurikulum, termasuk kepada Kepala SMP Assalaam Bandung, sehingga proses pengamatan atas sepengetahuan pihak bersangkutan.

Pengamatan terhadap pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah muncul diperjalanan (tanpa perencanaan sebelumnya), setelah diperoleh informasi pada saat melakukan wawancara dengan Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kesiswaan dan guru agama. Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif bahwa proses penelitian terus akan berkembang dan mencuat berdasarkan data

(16)

lapangan. Dalam paradigma kualitatif inilah yang disebut dengan

grounded theory.

Agar hasil observasi dapat membantu menjawab tujuan penelitian yang sudah digariskan, maka peneliti dalam penelitian ini memperhatikan apa yang diungkapkan oleh Herlan (Alwasilah, 2006: 215-216) yang menyebutkan bahwa dalam observasi harus ada lima unsur penting sebagai berikut:

1. Latar (setting) 2. Pelibat (participant)

3. Kegiatan dan interaksi (activity and interaction) 4. Frekuensi dan durasi (frequency and duration) 5. Faktor substil (subtle factors)

Terdapat beberapa alasan mengapa dalam penelitian ini pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya, Guba dan Lincoln (Moleong, 2007: 174-175) memberikan bantuan alasan sebagai berikut:

Pertama, teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara

langsung. Pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin menanyakannya kepada subjek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan tentang keabsahan data tersebut, jalan yang ditempuhnya adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung peristiwanya.

(17)

Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan

mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam

situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan

pada data yang dijaringnya ada yang keliru atau bias. Kemungkinan keliru itu terjadi karena kurang dapat mengingat peristiwa atau hasil wawancara, adanya jarak antara peneliti dan yang diwawancarai, ataupun karena reaksi peneliti yang emosional pada suatu saat. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan.

Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu

memahami situasi-situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.

Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi

lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Selama melakukan pengamatan, peneliti mencatat setiap fenomena yang ditemukan dan sesampainya di rumah (pada malam hari) catatan yang dibuat pada saat di lapangan, langsung ditranskif ke dalam Catatan Lapangan

(18)

yang dibagi menjadi dua bagian, yakni catatan deskriptif dan catatan reflektif. Selanjutnya, dalam rangka mengkonfirmasi dan menindaklanjuti temuan-temuan pada saat observasi yang sudah dituangkan ke dalam catatan lapangan, maka peneliti selanjutnya melakukan proses wawancara terhadap guru bersangkutan dan dua orang siswa, kegiatan wawancara akan diuraikan dalam bagian selanjutnya.

Sesungguhnya observasi dimaksudkan untuk menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara. Observasi yang akan dilakukan peneliti juga nanti tergolong pada observasi terus terang atau tersamar. Maksudnya, ketika melakukan pengumpulan data, peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian (Sugiyono, 2009: 228-229).

Dalam paradigma kualitatif apa yang dilakukan peneliti, fokus itu dibiarkan mencuat sendirinya, tidak direkayasa jauh hari. Walau demikian, perilaku manusia- sekalipun bervariasi silang individu- ada pola tertentu yang dapat ditelusuri. Pola itu dapat dijadikan ceklis dalam setiap observasi (Alwasilah, 2008: 215).

Adapun tahapan observasi yang peneliti tempuh berdasarkan pada tahapan yang dirumuskan oleh Spradley (Sugiyono, 2006: 230), yaitu observasi deskriptif, observasi terfokus, dan observasi terseleksi.

1) Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum,

(19)

dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang didengar, dilihat, dan dirasakan. Observasi tahap ini sering disebut sebagai ground

tour observation.

Dalam penelitian ini, sebelum peneliti sampai pada fokus yang diteliti yaitu tentang program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah sebagai upaya membangun generasi berakhlak mulia, maka peneliti melakukan penjelajahan secara umum. Materi yang teramati ketika itu adalah meliputi bentuk program pembiasaan dan pelaksanaan kegiatan shalat berjamaah.

2) Observasi Terfokus

Pada tahap ini, peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga disebut sebagai observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksanomi sehingga dapat menemukan fokus.

Sebagaimana yang telah dikemukakan pada tahap observasi deskriptif, bahwa peneliti melakukan penjelajahan secara umum tentang program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah sebagai upaya membangun generasi berakhlak mulia. Akhirnya melalui penjelajahan tersebut peneliti menemukan fokus penelitian yang dirasakan sangat menarik bagi peneliti dan dirasa penting untuk dijadikan bahan peneliti, yaitu pada pelaksanaan kegiatan shalat berjamaah.

(20)

Pemilihan fokus tersebut dikarenakan ketertarikan peneliti untuk memotret bagaimana pelaksanaan pembiasaan disiplin melalui shalat berjamaah yang diterapkan di lembaga tersebut, sehingga memberikan dampak terhadap perilaku dan akhlak para siswa/i di SMP Assalaam Bandung.

3) Observasi Terseleksi

Pada tahap observasi ini, peneliti telah mengurai fokus yang ditemukan, sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan antara satu kategori dengan kategori yang lainnya.

Setelah pada tahap observasi terfokus peneliti menemukan fokus penelitian, maka pada tahap ini peneliti dapat merumuskan masalah apa saja yang akan diteliti. Lebih rincinya tentang masalah yang diteliti sebagaimana telah peneliti rumuskan dalam rumusan masalah di bab I.

Tahapan-tahapan observasi di atas, digambarkan Spradley (1980) seperti berikut ini:

TAHAP DESKRIPSI Memasuki situasi sosial:

ada tempat, aktor, aktivitas

TAHAP REDUKSI Menentukan Fokus: memilih diantara yang

telah dideskripsikan

TAHAP SELEKSI Menguraikan focus: Menjadi komponen yang

lebih rinci

(21)

Gambar 3.4 Tahapan Observasi

(Sumber: Sugiyono, 2006: 230)

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara dilakukan dalam rangka melengkapi data-data hasil observasi, wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian. Teknik wawancara yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yakni wawancara yang dilakukan untuk menanyakan permasalahan-permasalahan seputar pertanyaan penelitian dalam rangka memperjelas data atau informasi yang tidak jelas pada saat observasi/pengamatan berperan serta.

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (intervewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Menurut Esterberg (Aini, 2009: 96) interview atau wawancara adalah

”a meeting of two person to exchange information and idea through question

Q s x ‘ 3 4 5 w ^ $ Y y D # @ * n n F 3 & 6 7 D W v B 9 * ) ( + @ % D s 4 9 5 A P e $ 6 V n $ G c k y * d s ! + V Y l s 3 5 & @ < < u R ^ $ ( * % @ # + > % @ # + & % - ? / * ~ ; “ $ * ^ @ ? B < & ( ) % QYDFDWDBBVGVRS wynvsenckybssu 3453679495635 bceknsuw 345679 Kesimpulan 1 Kesimpulan 2 Kesimpulan 3

(22)

and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data utama berupa ucapan buah pikiran, pandangan dan perasaan serta tindakan responden (Nasution, 1988: 73) menyatakan bahwa teknik wawancara terkandung maksud untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan perasaan responden untuk itu maka peneliti melakukan wawancara secara mendalam dengan tetap mengacu pada arah sasaran dan fokus penelitian.

Menurut Lincoln dan Guba (Alwasilah, 2006:195) terdapat lima langkah penting dalam melakukan interviu, yakni:

1. Menentukan siapa yang akan diinterviu 2. Menyiapkan bahan-bahan interviu 3. Langkah-langkah pendahuluan

4. Mengatur kecepatan menginterviu dan mengupayakan agar tetap produktif. 5. Mengakhiri interviu

Berdasarkan langkah-langkah yang diungkapkan oleh Lincoln dan Guba di atas, maka langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan bersama guru mitra siapa yang akan di interviu, hal ini dilakukan setelah dilakukan observasi pendahuluan di kelas dan minta masukan nama siswa kepada guru bersangkutan. Guru ekonomi, guru fikih dan dua orang

(23)

siswa dari masing-masing kelas yang diobservasi ditetapkan sebagai responden interviu.

Setelah orang yang akan diinterviu jelas, selanjutnya peneliti bersama mitra menyusun pedoman wawancara sebagai kompas dalam praktek wawancara agar senantiasa terarah kepada fokus penelitian, dalam prakteknya pertanyaan terlontar secara sistematis sesuai dengan pedoman, namun tidak jarang ditambahkan beberapa pertanyaan tambahan atas fenomena baru yang mencuat. Pedoman wawancara isinya mengacu kepada rumusan masalah, hasil observasi dan hasil wawancara sebelumnya, ruang lingkup pedoman wawancara berbeda setiap sasaran responden yang diwawancarai (lihat lampiran).

Waktu dan tempat interviu ditetapkan berdasarkan kesepakatan dengan terwawancara dan guru mitra. Di akhir kegiatan wawancara, peneliti tidak langsung menutup kegiatan wawancara, melainkan berharap agar kiranya terwawancara bersedia kembali untuk diwawancarai pada kesempatan lain apabila terdapat fenomena-fenomena yang memerlukan penjelasan lebih lanjut.

Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan untuk melengkapi data-data hasil observasi, wawancara dilakukan terhadap subyek penelitian yang dalam hal ini Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kurikulum bidang kesiswaan, seorang guru agama, beberapa siswa/i SMP Assalaam Bandung kelas VIII tahun Pelajaran 2009-2010, dan orang tua siswa.

(24)

3. Teknik Kuesioner/Angket

Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dalam jumlah banyak. Survey atau angket digunakan karena dibutuhkan dalam penelitian deskriptif dalam hal ini Alwasilah (Aini, 2009: 101) menyatakan bahwa survey atau angket adalan teknik pengumpulan data yang sangat populer dalam penelitian deskriptif (descriptive research). Sementara Singarimbun (1989: 3) mendefinisikan survey sebagai penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok yang dapat digunakan untuk maksud :

(1) Penjajakan (eksploratif), (2) Deskriptif, (3) Penjelasan (Eksplanatori) atau kompirmatori yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa (4) Evaluasi, (5) Prediksi atau meramalkan kejadian tertentu dimasa datang, (6) Penelitian operasional, (7) Pengembangan indikator-indikator sosial

Survey atau angket ini diberikan kepada 20 responden orang tua siswa, dan 200 siswa/i kelas VIII SMP Assalaam Bandung. Survey atau angket ini disusun berupa pertanyaan yang hasus dijawab dalam bentuk pilihan (option) yang minta dipilih oleh responden sesuai dengan kenyataan pada dirinya.

Survey yang digunakan adalah survey anonim (tidak bernama) agar subjek dalam jumlah besar itu merasa bebas untuk mengeluarkan opininya tanpa tekanan siapapun dan ini adalah salah satu kelebihan teknik survey (Alwasilah, 2006: 152).

(25)

4. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh dokumen-dokumen yang mendukung penelitian, dalam hal ini yang berkenaan dengan pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah di SMP Assalaam Bandung. Dokumen adalah setiap bahan tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah (Syaodih, 2005: 222).

Guba dan Lincoln (Moleong, 2006: 216) mendefinisikan dokumen sebagai setiap bahan tertulis ataupun film. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk memprediksi liku-liku pengumpulan data.

Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi dilakukan untuk mengetahui dokumen tentang bagaimana pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah di SMP Assalaam Bandung sebelum penelitian. Dokumen diperoleh dari Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kurikulum, bidang kesiswaan, dan guru agama. Data demografi siswa dari wali kelas yang kelasnya menjadi responden, data-data lainnya yang berhubungan dengan kehadiran pada saat pelaksanaan kegiatan shalat, catatan kesiswaan, serta profile dan struktur kurikulum SMP Assalaam Bandung yang diperoleh dari arsip wakil kepala madrasah bidang kurikulum.

(26)

Guba dan Lincoln (Moleong, 2006: 217) mengungkapkan bahwa dokumen digunakan untuk keperluan penelitian dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti berikut ini:

1. Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong;

2. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian;

3. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, serta lahir dan berada dalam konteks;

4. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan;

5. Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian isi; 6. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas

tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. 5. Teknik Studi Pustaka

Studi pustaka dilaksanakan sejak penyusunan proposal penelitian untuk mengumpulkan data ilmiah dari berbagai literatur dalam rangka melengkapi kajian teoritis yang berhubungan dengan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah sebagai upaya membangun generasi berakhlakul karimah di SMP Assalaam Bandung. Data yang sudah terkumpul kemudian akan peneliti olah sehingga tercapai pengolahan data yang lengkap.

(27)

Studi pustaka juga dilaksanakan untuk mengumpulkan data ilmiah dari berbagai literatur yang berhubungan dengan pendidikan umum, pendidikan nilai, program pembiasaan, disiplin, shalat berjamaah, metode penelitian pendidikan dan teori-teori yang mendukung penelitian.

Dalam memperoleh data-data ilmiah ini, penulis mengkaji referensi-referensi kepustakaan dari perpustakaan UPI, perpustakaan Program Studi Pendidikan Umum SPs UPI, penelitian-penelitian terdahulu, perpustakaan pribadi penulis, internet, majalah, koran dan sumber lainnya.

D. Tahapan-Tahapan Penelitian

Upaya pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi, awalnya peneliti mengadakan pra survei ke lokasi penelitian yaitu SMP Assalaam Bandung setelah disetujuinya proposal penelitian, terutama melalui acara dialog dengan Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kurikulum dan beberapa orang guru. Selanjutnya mengadakan wawancara sederhana tentang pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah di SMP Assalaam Bandung. Dari hasil pendekatan ini, kemudian peneliti menentukan lima unsur responden yakni Pembantu Kepala Sekolah (PKS ) bidang kurikulum dan bidang kesiswaan, seorang guru agama, beberapa siswa/i kelas VIII, dan beberapa orang tua siswa.

(28)

Hal ini sesuai dengan kekhasan dari paradigma kualitatif yang lebih luwes dalam proses penelitian lapangan. Responden terus berkembang seiring dengan berkembangnya data yang ditemukan di lapangan. Adapun batasannya adalah ketika informasi sudah betul-betul utuh dan terjadi pengulangan informasi yang diperoleh dari responden.

Setelah ditentukan responden penelitian, peneliti mengadakan observasi permulaan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah di SMP Assalaam Bandung. Pada Februari 2010 peneliti juga tidak lupa mengurus surat izin penelitian dalam rangka menjaga keamanan dan stabilitas sosial di lokasi penelitian.

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini, peneliti mulai melakukan kunjungan ke lokasi penelitian yaitu SMP Assalaam Bandung pada Januari 2010 dan melakukan pendekatan pada responden. Selanjutnya mengadakan pengamatan permulaan terhadap proses pelaksanaan pelaksanaan program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah di lokasi, selanjutnya meningkat tidak hanya pada mengamati, melainkan berpartisipasi bersama responden dan mengadakan wawancara kepada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang kurikulum dan bidang kesiswaan, seorang guru agama, dan beberapa siswa/i kelas VIII SMP Assalaam Bandung untuk mendukung kelengkapan data.

Proses pengamatan dilakukan dengan membuat janji terlebih dahulu dengan pihak bersangkutan pada Februari 2010 sehingga proses pengamatan diketahui oleh pihak tersebut, adapun dalam menentukan siswa yang akan

(29)

diobservasi juga atas masukan dari guru PAI yang bersangkutan, selain didasari oleh hasil pengamatan di lokasi penelitian.

3. Tahap Pencatatan Data

Catatan merupakan rekaman hasil observasi dan wawancara, ketika melakukan penelitian di lapangan berupa catatan singkat atau catatan kunci (key words) maupun setelah selesai dari lapangan. Pencatatan data setelah dari lapangan segera dilakukan pada saat ingatan masih segar yaitu pada Maret-Mei 2010.

Pada waktu berada di lapangan, peneliti membuat catatan kemudian setelah pulang ke rumah barulah membuat catatan lapangan. Catatan yang dibuat di lapangan sangat berbeda dengan catatan lapangan. Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, gambar, sketsa, sosiogram, diagram, dan lain-lain.

Catatan itu berguna hanya sebagai alat perantara yaitu antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium, dan diraba dengan catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan. Catatan itu baru dirubah ke dalam catatan yang lengkap dan dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba di rumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan atau wawancara, tidak dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya terbatas.

Penemuan pengetahuan atau teori harus didukung oleh data konkret dan bukan ditopang oleh yang berasal dari ingatan. Pengajuan hipotesis kerja,

(30)

penentuan derajat kepercayaan dalam rangka keabsahan data, semuanya harus didasarkan atas data yang terdapat dalam catatan lapangan. Di sinilah letak pentingnya catatan lapangan itu. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif ”jantungnya” adalah catatan lapangan.

Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007: 211-212), pada dasarnya catatan lapangan berisi dua bagian. Pertama, bagian deskriptif yang berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraan.

Kedua, bagian reflektif yang berisi kerangka berfikir dan pendapat peneliti,

gagasan, dan kepeduliannya.

Tujuan bagian refleksi adalah untuk memperbaiki catatan lapangan dan untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan studi ini di kemudian hari. Termasuk yang terpenting dari isi bagian catatan ini jika dibandingkan dengan isi bagian deskriptif adalah kemungkinan dapat ditemukan konsep awal, hipotesis kerja, dan teori. Bagian reflektif pada catatan lapangan dinamakan Tanggapan Peneliti/Pengamat/Pewawancara atau disingkat TP.

Dalam penelitian ini, penulis membuat beberapa catatan lapangan sebagai transkipsi dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan selama proses penelitian, adapun contoh catatan lapangan lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.

4. Tahap Analisa Data

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dituangkan kedalam catatan, selanjutnya data diolah dan dianalisa pada April-Mei 2010. Pengolahan dan penganalisaan data merupakan upaya menata data secara

(31)

sistematis. Maksudnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap masalah yang sedang diteliti dan upaya memahami maknanya, analisis data yang digunakan adalah analisis data induktif.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan yaitu dari Januari-Mei 2010. Dalam hal ini Nasution (Aini, 2009: 108) mengatakan bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus menerus sampai penulisan penelitian.

Pada penelitian kualitatif, analisis data telah dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, demikian pula hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh orang lain untuk kajian yang relevan dengan fokus penelitian yang diambil oleh peneliti.

Dalam konteks penelitian ini, peneliti melakukan analisis dengan cara membaca dan mengkaji beberapa hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan fokus penelitian, yaitu mengkaji penelitian dari Imron Fauzi (2009) dan Muzakki (2008).

Analisis data penelitian kualitatif, juga dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung. Pada saat wawancara dan observasi, peneliti langsung membuat analisis terhadap jawaban yang diwawancarai, yaitu dengan membuat transkripsi hasil wawancara dan catatan lapangan hasil observasi. Bila belum memuaskan, peneliti akan kembali ke lapangan untuk

(32)

menanyakan kembali dan melanjutkan penelitian sampai diperoleh data yang kredibel.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009: 246-247). Ia mengatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification. Langkah-langkah analisis tersebut ditunjukkan dalam

gambar berikut ini:

Gambar 3.5a

Komponen Dalam Analisis Data (Flow Model)

Data Collection Conclusions : drawing/ verifying Data Reduction Data Display Kesimpulan/verivifakasi Periode Pengumpulan setelah setelah setelah selama Display Data Antisipasi selama Reduksi data selama ANALISIS

(33)

Berikut adalah penjelasan analisis data di lapangan yang peneliti gunakan berdasarkan model Miles dan Huberman

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh di lapangan melalui hasil observasi, wawancara, survey, studi dokumentasi dan kajian pustaka jumlah cukup banyak untuk it maka perlu dicatat secara teliti dan rinci dalam catatan lapangan yang selanjutnya dilakukan reduksi data.

Mereduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dalam hal ini tema yang berkaitan dengan program pembiasaan disiplin melalui shalat berjamaah sebagai upaya membangun generasi berakhlak mulia.

Dalam mereduksi data ini peneliti dibantu dengan peralatan elektronik berupa komputer (Note book).

b.Penyajian Data (Display Data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data, dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, bagan alur (Flow Chat).

Berkaitan dengan penelitian ini peneliti menyajikan data melalui uraian singkat berupa paparan deskriptif dan bagan. Namun kebanyakan peneliti menyajikan data penelitian ini dengan teks yang bersifat naratif.

Gambar 3.5b

(34)

c. Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)

Langkah ketiga dalam analisis kualitatif berdasarkan model Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dalam penelitian ini sejak mula peneliti mencoba mengambil kesimpulan dari data-data yang diperoleh. Kesimpulan ini mula-mula masih sangat tentatif, kabur dan diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan tersebut lebih grounded.

5. Tahap Pelaporan

Data yang sudah dianalisa kemudian dipadukan dengan teori-teori yang relevan dan konsepsi penulis tentang permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Proses pemaduan konsepsi penelitian dituangkan dalam draf bab III, IV tesis ini sebagai laporan penelitian dengan sistematika mengacu kepada pedoman penulisan karya tulis ilmiah dari Universitas Pendidikan Indonesia edisi 2009. Selain itu, dalam rangka menyempurnakan laporan penelitian dilakukan proses bimbingan secara berkelanjutan dengan dosen pembimbing, baik pembimbing I maupun pembimbing II sebelum pelaksanaan bimbingan bersama.

E. Pengujian Kredibilitas Data

Agar nilai kebenaran secara ilmiahnya dapat teruji serta memiliki nilai keajegan, maka dalam penelitian ini dilakukan uji kredibilitas atas data yang ditemukan dari lapangan.

(35)

Menurut Alwasilah (2006: 169) validitas adalah kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan, tafsiran dan segala jenis laporan. Ancaman terhadap validitas hanya dapat ditangkis dengan bukti, bukan dengan metode, karena metode hanyalah alat untuk mendapatkan bukti.

Dalam menguji validitas ini dapat dilakukan dengan beberapa teknik, peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik yang disarankan oleh Alwasilah (2006: 175-184) bahwa terdapat 14 teknik dalam menguji validitas penelitian sebagai berikut: 1) Pendekatan Modus Operandi (MO); 1) Mencari bukti yang menyimpang dan kasus negatif; 3) Triangulasi; 4) Masukan, asupan atau feedback; 5) Mengecek ulang atau member ckecks. 6) ”Rich” data atau data yang melimpah. 7) Quasi-statistics; 8) Perbandingan; 9) Audit; 10) Metode partisipatori (participatory mode of research); 11) Bias penelitian; 12) Jurnal reflektif (Reflective Journal); 13) Catatan pengambilan keputusan.

Bila merujuk pada Sugiyono (2009: 270) pengujian kredibilitas data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchek.

(36)

Gambar 3.6. Uji Kredibilitas Data dalam Penelitian Kualitatif

Namun dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan semua teknik di atas yang peneliti gunakan untuk menguji kredibilitas data adalah:

1. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian secara cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara mambaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait

Uji Kredibilitas data Perpanjangan pengamatan Peningkatan ketekunan data Membercheck Analisis kasus negatif data Diskusi dengan teman sejawat data Tringulasi

(37)

dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti semakin luas dan tajam sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.

Teknik ini juga peneliti gunakan ketika mengecek data yang telah diperoleh tentang program pembiasaan disiplin melalui kegiatan shalat berjamaah, peneliti melakukan pengamatan berulang kali terhadap kegiatan shalat berjamaah yang diterapkan di SMP Assalaam Bandung.

2. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan angket. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal sama melalui sumber berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah siswa/i SMP Assalaam Bandung, guru agama, PKS bidang kesiswaan, PKS bidang kurikulum dan orang tua siswa. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, baik pada pelaksanaan kagiatan shalat berjamaah maupun diluar pelaksanaan program tersebut.

Dengan triangulasi dlam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah nara sumber memberikan data yang sama atau tidak, kalau nara sumber memberikan data yang berbeda maka artinya data tersebut belum kredibel.

(38)

3. Diskusi dengan guru PAI dan rekan

Untuk menunjang keabsahan data yang diperoleh, peneliti sering melaksanakan diskusi dengan guru PAI dan rekan, melalui diskusi ini banyak pertanyaan dan saran yang muncul. Pertanyaan yang berkenaan dengan data yang belum bisa terjawab, maka peneliti kembali ke lapangan untuk mencari jawabannya dengan demikian data menjadi semakin lengkap.

4. Membercheck

Pengujian kredibilitas data dengan membercheck dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian pada sumber data yang telah memberikan data, melalui diskusi ini muncul sanggahan atau pertanyaan yang membutuhkan penjelasan. Peneliti mencoba menjelaskan kepada nara sumber akhirnya mau memahami, selanjutnya para nara sumber ada yang menambah data tetapi ada juga yang menghendaki beberapa data dihilangkan.

5. Observasi partisipan

Pada penelitian ini peneliti juga bermitra dengan guru PAI kelas VIII untuk memudahkan perolehan data di lapangan, sehingga dalam waktu singkat yaitu Februari-Mei peneliti dapat memperoleh data yang cukup lengkap. Selain itu peneliti juga menggunakan teknik observasi partisipan di mana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan pembiasaan shalat berjamaah bersama dengan siswa/i yang diamati. Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap prilaku yang nampak.

Gambar

Gambar  3.4 Tahapan Observasi
Gambar 3.6. Uji Kredibilitas Data dalam Penelitian Kualitatif

Referensi

Dokumen terkait

Ketika liabilitas keuangan saat ini digantikan dengan yang lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau modifikasi

Penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintahan. Karena sistem akuntansi pemerintahan merupakan

Selain itu, garap bagian dhawah balungan .3.2 .3.2 .3.2 (Dw A4-A6 dan B4- B6), menurut wilayah pathet slendro sanga yang digunakan pada gending Plara-lara, maka garap genderan

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan

Kelimpahan mikroplastik dari setiap zona di tiga stasiun, tiga transek, dan dua kedalaman yang diamati menunjukkan bahwa zona 1 memiliki kelimpahan mikroplastik tertinggi

Komponen tersebut adalah tujuan, materi, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi.” Tujuan merupakan komponen utama yang paling penting dalam kegiatan

Mengacu pada hasil analisis data yang telah dilakukan, maka pada bagian pembahasan akan dijabarkan tentang deskripsi pengaruh variabel kreativitas iklan, daya tarik iklan

Pada postur kerja jongkok di stasiun kerja penghalusan tingkat bahaya resiko pada postur kerja ini adalah terjadinya cedera otot dalam jangka waktu yang pendek