• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DUMPING. Dumping merupakan suatu kebijakan negara atau perusahaan dari suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DUMPING. Dumping merupakan suatu kebijakan negara atau perusahaan dari suatu"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG DUMPING

A. Pengertian Dumping

Dumping merupakan suatu kebijakan negara atau perusahaan dari suatu negara untuk menjual produk di luar negeri dengan harga yang lebih rendah dibandingkan terhadap harga jual produk itu didalam negeri itu sendiri, dan tindakan dumping merupakan suatu tindakan dalam perdagangan yang tidak jujur.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, bahwa dumping diartikan sebagai system penjualan barang di pasaran luar negeri dalam jumlah banyak dengan harga yang rendah sekali (dengan tujuan agar harga pembelian di dalam negeri tidak diturunkan sehingga akhirnya dapat menguasai pasar luar negeri dan dapat menguasai harga kembali).5

Menurut Sumadji P, Yudha Pratama dan Rosita, dumping adalah politik ekonomi yang dilakukan suatu negara untuk menjual hasil produksinya diluar negeri dengan harga lebih murah daripada penjualan dalam negeri dengan tujuan menguasai pasaran luar negeri.6

Dumping dalam perdagangan internasional merupakan istilah yang dipergunakan dalam pratik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan harga yang kurang dari nilai yang wajar

5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1997, hal 246.

6 Sumadji. P, Yudha Pratama dan Rosita, Kamus Ekonomi Edisi Lengkap Inggris-Indonesia, Cet. I, Wacana Intelektual, Jakarta, 2006, hal. 265.

(2)

atau lebih rendah dari harga barang tersebut di negerinya sendiri, atau dari harga jual kepada negara lain pada umumnya, sehingga merusak pasaran dan merugikan produsen pesaing negara pengimpor.7

Adapun pengertian mengenai dumping sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa sarjana dalam Sukarmi adalah sebagai berikut:

Praktik dumping dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara pengimpor.

8

1. Menurut Agus Brotosusilo, dumping adalah bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara pengekspor yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk eksport tersebut.

2. Menurut Muhammad Ashari, dumping merupakan suatu persaingan curang dalam bentuk diskriminasi harga, yaitu suatu diskriminasi harga yaitu suatu produk yang ditawarkan di pasar negara lain lebih randah dibandingkan dengan harga normalnya atau dari harga jual dinegara ketiga.

Menurut Ralph H. Folsom dan Michael W.Gordon, disebutkan dumping

involves selling abroad at a price that is less than the price used to sell the same goods at home (the normal or fair value).To be unlawful, dumping must threaten or cause material injury to an industry in the export market, the market where prices are

7 AF. Elly Erawaty dan J.S. Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia, (Jakarta, Proyek ELIPS, 1996, hal.39.

8

(3)

lower. Dumping is recognized by most of the trading world as an unfair practice (againt to price discrimination as an antitrust offense).9

Dalam GATT 1947 Pasal VI ayat (1) Article VI GATT: Anti Dumping and

Countervalling Duties, pengertian dumping diuraikan sebagai berikut :

Berdasarkan uraian pengertian dumping di atas, bahwa dumping adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau pengekspor yang melaksanakan penjualan barang di luar negeri atau negara lain dengan pengekspor maupun negara pengimpor.

Dengan demikian pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara pengekspor yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk tersebut.

10

a) Is less than the comparable price in the ordinary course of trade, for the like product when destined for consumption in the exporting country or

The contracting parties recognize that dumping, by which product of one country are introduced into the commerce of another country at less than normal value of the products, is to be condemned if it causes or threatens material injury to an established industry in the territory of a contracting party or materialy retards the establishment of a domestic industry. For the purpose of this article, aproduct is to be considered as being introduced into the commerce of an importing coutry at less than its normal value, it the price of the product exported from one country to another.

b) In the absence of such domestic price, is less than either c) The highest

Dumping merupakan praktik diskriminasi harga yang menjual produk impor dengan harga yang lebih murah dari produk yang sama di negara asal. Selain itu,

9 Ralph H.Folsom and Michael W.Gordon, Dalam Sukarmi, 2002 Regulasi Antidumping Di

Bawah Bayang baying Pasar Bebas, Jakarta, Sinar Grafika, hal 25.

10

(4)

praktik diskriminasi harga yang menjual produk impor dengan harga yang lebih rendah dari pada biaya produksinya yang di kategorikan sebagai dumping.

Praktik dumping merupakan tindakan yang jelas-jelas dapat menimbulkan kerugian yang sangat serius terhadap perekonomian setiap negara yang mana setiap negara memerlukan perlindungan (protection) yang memadai, sehingga lahirlah suatu instrument kebijaksanaan perdagangan yang dikenal dengan istilah anti dumping.11

Jadi, praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang di ikuti munculnya dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengangguran dan bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.

11 Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 1992, Anti Dumping Code Latar Belakang Penafsiran dan Tinjauan atas Sejumlah Tuduhan Terhadap

Indonesia, Proyek Pengembangan Perdagangan Luar Negeri pusat, Departement Perdagangan

(5)

B. Jenis-jenis Dumping

Praktik dalam perdagangan internasional merupakan praktik dagang yang tidak fair yang di pandang sebagai perbuatan curang, yaitu merupakan persaingan yang fair.

Dalam praktik perdagangan internasional yang tidak fair, ada beberapa jenis dan oleh beberapa ahli ekonomi pada umumnya dapat mengklasifikasikan atas 3 (tiga) jenis dumping, yaitu :

1. Sporadic dumping (dumping yang bersifat sporadis)

Yaitu dumping yang dilakukan dengan menjual barang pada pasar luar negeri (pasar ekspor) pada jangka waktu yang pendek dengan harga dibawah harga di dalam negeri atau biaya produksi tersebut. Biasanya produsen menjual barang untuk jangka waktu yang pendek dengan harga jual dibawah harga biasa dan biasanya dimaksudkan untuk menghapuskan barang yang tidak di inginkan, dumping jenis ini biasanya mengganggu pasar domestik negara pengekspor karena adanya ketidakpastian dikarenakan permintaan diluar negeri berubah secara tiba-tiba.

Dumping jenis tersebut merupakan diskriminasi harga pada waktu tertentu dilakukan oleh produsen yang mempunyai keuntungan karena terjadi over produksi (karena perubahan pasar dalam negeri yang tidak terantisipasi atau buruknya perencanaan produksi), untuk mencegah penumpukkan barang di pasar domestik produsen menjual kelebihan produksinya tadi kepada pembeli

(6)

luar negeri dengan harga yang telah di reduksi sehingga harganya menjadi lebih rendah dari harga di dalam negeri.12

2. Presistent dumping (diskriminasi harga internasional)

Yaitu penjualan barang pada pasar luar negeri dengan harga di bawah harga domestik atau biaya produksi yang dilakukan secara menetap dan terus-menerus yang merupakan kelanjutan dari penjualan barang yang dilakukan sebelumnya. Penjualan tersebut dilakukan oleh produsen barang yang mempunyai pasar secara monopolistik di dalam negeri dengan maksud untuk memaksimalkan total keuntungannya dengan menjual barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi dalam pasar domestiknya. Dumping yang menetap itu terjadi dalam masa yang lama terjadi karena perbedaan keadaan pasar di negara importir dan negara eksportir.13

Dumping dapat disebut sebagai diskriminasi harga berarti menjual barang yang sama dengan harga berbeda pada pasar-pasar yang terpisah. Hal ini biasanya sejalan dengan suatu posisi monopoli di pasar dalam negeri yang bersangkutan, pembentukan kartel dan atau biaya yang melindungi terhadap import yang lebih murah, dapat juga diartikan sebagai penawaran di luar negeri dengan harga di bawah biaya produksi pada negara yang mengeksport.14

12 Sukarmi, Op. Cit, hal. 40

13 Sobri, Ekonomi Internasional, Teori, Masalah dan Kebijaksanaanya, bagian penerbitan fakultas ekonomi (BPFE), UII, Yogyakarta, 1986, hal. 91

14

(7)

3. Predatory Dumping (predatori dumping)

Yaitu dumping yang terjadi apabila perusahaan untuk sementara waktu membuat diskriminasi harga tertentu sehubungan dengan adanya para pembeli hasil, diskriminasi itu untuk menghilangkan pesaing-pesaingnya dan menaikkan lagi harga barangnya setelah persaingan tidak ada.

Predatory dumping adalah dumping yang paling buruk karena dumping

tersebut di praktekkan hanya untuk tujuan merebut keuntungan monopoli dan membatasi perdagangan untuk tujuan merebut keuntungan monopoli dan membatasi perdagangan untuk jangka waktu yang lama meskipun hal itu menyebabkan kerugian jangka pendek.15

1. Market Expansion Dumping

Menurut Robert Wilig ada 5 (lima) tipe dumping yang dilihat dari tujuan eksportir kekuatan pasar dan struktur pasar import, yaitu :

Perusahaan pengekspor bisa meraih untung dengan menetapkan “mark-up” yang lebih rendah di pasar impor karena menghadapi elastisitas permintaan yang lebih besar selama harga yang ditawarkan lebih rendah.

2. Crylical Dumping

Motivasi dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal yang luar biasa rendah atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi yang menyertai

15

(8)

kondisi dari kelebihan kapasitas produksi yang terpisah dari pembuatan produk terkait.

3. State Trading Dumping

Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan kategori dumping lainnya, tetapi yang menonjol adalah akuisisi moneternya.

4. Strategic Dumping

Istilah ini diadopsi untuk menggambarkan ekspor yang merugikan perusahaan saingan dinegara pengimpor melalui strategis keseluruhan negara pengekspor, baik dengan cara pemotongan harga ekspor maupun dengan pembatasan masuknya produk yang sama kepasar negara pengekspor. Jika bagian dari porsi pasar domestik tiap eksportir independen cukup besar dalam tolak ukur skala ekonomi, maka memperoleh keuntungan dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pesaing asing.

5. Predatory Dumping

Monopoli dipasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari dumping jenis ini adalah matinya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis.16

16 Antidumping in the America: Analyses on trade and integration in the Americas by Jose Tavares de Araujo Jr.,2001,hal. 9 http://www.dttc.oas.org/trade/studies/subsid/Antidmptav.pdf, Artikel. Diakses pada tanggal 26 Februari 2013

(9)

C. Barang-barang dan Batas Harga Dumping

Yang disebut dengan barang dumping ialah suatu barang yang diekspor ke negara lain dimana harga ekspornya lebih rendah dari harga normalnya, atau harga domestik negara pengekspor, dimana tujuannya agar pengusaha dapat merebut konsumen sebanyak-banyaknya, maka pengusaha menempuh strategi persaingan harga dengan menekan harga serendah mungkin untuk barang sejenis dengan perusahaan lain.

Berdasarkan dengan ketentuan Agreement on Implemtation of Article VI, bahwa barang dumping adalah barang yang dijual di pasar luar negeri dengan harga ekspor lebih kecil dari harga domestik.

Untuk menentukan barang dumping atau tidak ialah tergantung dari harga normal (normal value). Bahwa menurut PP No. 34 tahun 2011 Pasal 1 angka 4 bahwa barang dumping adalah barang yang di impor dengan tingkat harga ekspor yang lebih rendah dari nilai normalnya di negara pengekspor.17 Sedangkan menurut kesepakatan mengenai dumping yang tertuang dalam Article VI ayat (1) bagian b butir I dan II yang menentukan barang dumping adalah sebagai berikut:18

i. the highest comparable price for the like product for export to any third country in the ordinary course of trade, or

Bagian (b) : in the absence of such domestic price, it less than either :

17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Anti

Dumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 angka 4

18

(10)

ii. the cost of production of the product in the country of origin plus reasonnable addition for selling cost and profit.

Bardasarkan dari pada ketentuan yang disebutkan tersebut di atas Article VI ayat (1), dapat dikatakan bahwa syarat terhadap barang yang dianggap sebagai barang dumping adalah:

a. harga domestik pada level ex-pabrik (nilai normal).

b. Harga domestik yang wajar (harga pada kondisi perdagangan yang wajar (in

ordinary course of trade)).

c. Barang tersebut di impor untuk tujuan konsumsi.

d. Barang tersebut sejenis dengan produk sejenisnya yang di jual di pasar domestik.

Dari ketentuan di atas dapat dilihat, bahwa tidak adanya harga domestik yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan harga normal. Dengan demikian penentuan harga normal di dasarkan pada harga perbandingan tertinggi barang sejenis yang di ekspor kenegara ketiga dalam perdagangan pada umumnya, atau ditentukan atas dasar biaya produksi barang sejenis dengan tambahan biaya penjualan dan laba secara wajar.19

19

Sukarmi, Op. Cit., hal 160

Penentuan harga normal seperti yang diatur pada ketentuan diatas didasarkan atas pertimbangan berikut, yaitu:

(11)

1. adanya produsen disuatu negara yang hanya memproduksi suatu barang untuk tujuan ekspor atau tidak memproduksi barang sejenis untuk dikonsumsi di dalam negeri.

2. Adanya produsen disuatu negara yang selain memproduksi barang sejenis untuk tujuan ekspor, juga memproduksi barang sejenis untuk dipasarkan di pasar domestik, tetapi volume penjualan di pasar domestik di negara pengekspor relatif kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar nilai normal.20

Untuk menentukan apakah perhitungan harga normal produk yang bersangkutan didasarkan pada harga jual sebenarnya atau biaya produksi. Dalam Buku Panduan berjudul “Bagaimana Menghadapi Tuduhan Dumping” yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengamanan Perdagangan Jenderal Kerja Sama Industri dan Perdagangan Internasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan diuraikan penghitungan harga normal (normal value) berdasarkan harga dalam negeri dan berdasarkan biaya produksi (constructed value) sebagai berikut: 21

1. Harga Normal (Normal Value) Berdasarkan Harga Dalam Negeri.

Agar diperoleh perhitungan margin dumping yang benar, maka harga domestik harus dalam bentuk domestik eks-pabrik.

20 Sukarmi, Loc. Cit.

21 Departemen Perindustrian Dan Perdagangan, 2001, Bagaimana Menghadapi Tuduhan

Dumping. Direktorat Jenderal Kerjasama Industri dan Perdagangan Internasional Departemen

(12)

2. Harga Normal (Normal Value) Berdasarkan Biaya Produksi (Constructed

Value)

Apabila pemohon tidak memperoleh harga domestik di negara ekspor, maka harga normal dapat ditentukan berdasarkan biaya produksi dengan menetapkan biaya produksi yang terdiri dari biaya pabrik di tambah biaya-biaya pemasaran dan administrasi, serta financing charges. Kemudian untuk memperoleh harga jual domestik eks-pabrik, maka biaya produksi ditambah profit margin (bisa 5% atau 10% disesuaikan dengan tingkat keuntungan normal industri tersebut).

Dalam UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan pada penjelasan Pasal 1822

1. Harga tertinggi sejenis yang diekspor kenegara ketiga.

ditentukan bahwa apabila terjadi ketiadaan harga domestik, maka harga normal ditentukan berdasarkan:

2. Harga yang dibentuk dari penjumlahan biaya produksi, biaya administrasi, biaya penjualan, dan laba yang wajar (constructed value).

Dari uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan barang dumping adalah barang yang di imporkan dengan harga dumping, yaitu harga ekspornya lebih rendah dari harga normalnya di pasaran domestik negara pengekspor.

Jika berdasarkan dengan ketentuan dalam Pasal VI ayat (1) GATT 1947, teknis perhitungan margin of dumping adalah sebagai berikut:23

(13)

1. Selisih antara harga normal dengan harga less than fair value (LTFV) dipasar domestik negara tujuan ekspor

(dalam ketentuan aslinya berbunyi ”Is less than the comparable price, in the

ordynary course of trade, for the like product when destined for comsuption in the exporting country, or.”)

2. Selisih harga normal dan harga less than fair value (LTFV) di pasar negara ketiga jika terdapat harga dalam negeri

(dalam ketentuan aslinya berbunyi “the highest comparable price for the like

product for export to any third country in the ordynary of trade, or”)

3. Selisih antara harga normal dan jumlah biaya produksi, ongkos-ongkos penjualan, dan keuntungan jika tidak terdapat harga dalam negeri

(dalam ketentuan aslinya berbunyi “the cost of production of the product in

the country of origin plus a reasonable addition for selling cost and profit”).

D. Dampak Praktik Dumping Di Indonesia

Dampak praktik dumping di Indonesia dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yakni dari pihak importir dan pihak eksportir.

1. Dampak praktik dumping di Indonesia sebagai Importir

Ada beberapa yang menjadi tolak ukur yang menjadi dampaknya bagi negara Indonesia sebagai pihak importir, yaitu sebagai berikut:24

23 http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/legal_e.htm, diakses pada tanggal 13 Maret 2013

24 Yulianto Syahyu, Hukum Anti Dumping di Indonesia, Jakarta; Ghalia Indonesia, 2003, Hal.49

(14)

a. Tingkat produksi (level of output)

Total output dari keadaan di bawah diskriminasi harga mungkin lebih besar dibandingkan dengan keadaan di bawah harga monopoli tunggal. Kenyataannya dalam pasar yang diskriminatif, jika setiap pembeli bersedia membayar sesuai dengan kurva permintaan klasik (pada saat permintaan meningkat harga akan meningkat, demikian sebaliknya), maka total output akan cenderung sama dengan output pada situasi industri yang sangat kompetitif.

Disisi lain ada kemungkinan bagi kaum monopolis untuk menggunakan strategi diskriminasi harga untuk mengurangi output di salah satu pasar. Karena itu tidak ada teori umum dan pasti tentang implikasi dari diskriminasi harga.

Dalam perdagangan internasional cenderung mengurangi hasil produksi dari produsen pesaing lokal, tetapi hal ini dapat meningkatkan hasil produsksi dari industri hilir. Setiap situasi patut dianalisis secara khusus dan karena itu dumping tidak berbeda dari impor dengan harga rendah lainnya.

b. Penyebaran Pendapatan

Di satu sisi, pesaing lokal yang merupakan produksi barang sejenis dapat kehilangan keuntungan karena praktik dumping ini. Karena dumping ini pemegang saham akan kehilangan dividennya dan pekerja akan kehilangan

(15)

pekerjaan untuk beberapa waktu. Di sisi lain, barang dengan harga rendah ini akan secara langsung menguntungkan kondisi keuangan dari para konsumen.

c. Dampak terhadap proses kompetisi dalam perdagangan internasional (effects

on the competitive proces in international trade)

Dampak praktik dumping ini terhadap kompetisi sangat bervariasi, tergantung pada apakah diskriminasi harga yang terjadi secara horizontal atau vertical. Dampaknya antara lain sebagai berikut:

1) Jika dikriminasi harga ini merupakan hasil transisi dari monopoli total kebiasaan yang lebih kompetitif, maka diskriminasi harga akan berpihak kepada persaingan.

2) Jika diskriminasi harga membantu proses pengrusakan kartel internasional, maka diskriminasi harga ini akan menjadi prokompetitif terhadap negara impotir dan juga negara eksportir.

3) Jika diskriminasi harga merupakan bukti adanya harga praktik penangsaan atau merupakan tameng dari adanya kerusakan sistem ekonomi, maka diskriminasi harga bisa menjadi anti kompetitif.

Diskriminasi harga horizontal adalah diskriminasi terhadap pesaing pada tingkat industri yang sama, sebagaimana penjualan dengan harga rendah lainnya. Bahwa diskrimansi harga horizontal ini akan menghilangkan beberapa pesaing di negara pengimpor.

(16)

Dalam perdagangan internasional, dumping tersebut menguntungkan bagi industri hilir dinegara pengimpor. Adanya produk impor dengan harga rendah (pada umumnya berbentuk bahan baku) akan meningkatkan keuntungan bagi industri dalam negeri yang menggunakannya.

2. Dampak praktik dumping di Indonesia sebagai eksportir

Dalam pola diskriminasi harga internasional, pasar yang kurang elastis atau mempunyai peraturan bisnis yang sangat kaku, umumnya cenderung memberlakukan harga tinggi untuk konsumen dalam negeri.

Di sisi lainnya dengan memperluas kesempatan ekspor, diskriminasi harga yang berupa dumping ini dapat menguntungkan konsumen dalam negeri dengan memungkinkan adanya biaya produksi yang rendah, investasi yang lebih besar untuk produk baru dan juga peningkatan kapasitas produksi yang dapat menambahkan kesejahteraan dari konsumen barang dumping.

Konsekuensi dari praktik dumping ini mengakibatkan produksi barang industri dalam negeri secara bersamaan membatasi untuk investasi pula pada penelitian dan pengembangan serta peningkatan daya manusia.

Di samping itu akan terjadi ketertutupan negara tersebut dengan produk sejenis dari yang lain, terutama jika terjadi subsidi silang atas barang dumping. Jadi, apapun alasannya bahwa praktik dumping tetaplah dapat merugikan negara eksportir secara tidak langsung dan untuk jangka waktu yang panjang akan dapat merugikan.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pemasaran adalah seluruh kegiatan yang bertujuan memperlancar arus penyampaian barang dan

Dalam saluran distribusi ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer

Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa pengertian Implementasi E-library pada Jurusan Manajemen Informatika Politeknik Negeri Sriwijaya merupakan suatu

Dari pengertian-pengertian di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah rangkaian kegiatan perusahaan dimulai dari penciptaan produk barang dan jasa untuk

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa marketing merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan secara individu atau kelompok untuk menawarkan barang yang

Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjualan dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik

Maksud dari pengertian ini adalah adanya serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam kegiatan operasionalnya sehari-hari untuk memproduksi barang

Melihat beberapa uraian di atas mengenai pengertian keselamatan dan pengertian kesehatan kerja di atas, maka dapat disimpulkan mengenai pengertian keselamatan dan