• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman monokotil. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) secara taksonomi kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo : Spadiciflorae (Arecales) Famili : Palmae

Sub-family : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis giuneensis Jacq.

Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacq pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika). Jenis-jenis lain dari marga Elaeis antara lain adalah E.madagascariensis Becc dan E.melanococca Gaer. 1. Akar (Radix)

Kelapa sawit termasuk sebagai tumbuhan monokil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula (bakal akar) dan plumula (bakal batang). Selanjutnya akar ini akan mati dan kemudian disusul dengan tumbuhnya. Pengelompokan akar berdasarkan diameternya dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Berdasarkan diameternya pengelompokan akar adalah :

Nama Diameter (mm)

Primer 5 – 10

Sekunder 2 – 4

Tertier 1 – 2

Kuarter 0,1 – 0,3

Akar primer tumbuh ke bawah sampai kedalam 1,5 m, pertumbuhan kesamping akar ini sampai ± 6 m dari pangkal pohon. Jumlah terbanyak terdapat pada jarak 2 – 2,5 dari

(2)

pohon dan pada kedalaman 20 – 25 cm. Akar paling yang aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan akar kuerter yang berbeda pada kedalaman 0 – 60 cm dan jarak 2 – 2,5 m dari pangkal pohon (Wahyuni, 2007).

Akar pertama yang muncul dari biji yang telah tumbuh (berkecambah) adalah radikula yang panjangnya dapat mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan. Dari radikula muncul akar lainnya yang berfungsi mengambil air dan hara lainnya dari media tumbuh namun masih perlu dibantu dari cadanagan makanan yang ada pada endosperm.

Akar ini kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer (Utama) yang keluar dari bagian bawah batang (bulb) beberapa bulan kemudian. Akar ini tumbuh 45 derajat vertical ke bawah berfungsi mengambil air dan makanan. Dari akar primer tersebut tumbuh akar sekunder yang tumbuh pula akar tertier dan kwarter yang berada dekat dengan permukaan tanah. Akar tertier dan kwarter inilah yang paling aktif mengambil air dan hara lain dari dalam tanah. (Lubis, 2008).

2. Batang (Caulis)

Bakal batang disebut plumula (seperti tombak kecil), tanaman kelapa sawit berbatang lurus, dan tidak bercabang. Pada tanaman dewasa diameternya 45 – 60 cm. Bagian bawah batang biasanya lebih gemuk, disebut bongol dengan diameternya 60 – 100 cm. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertutupi pelepah yang belum tunas. Kemudian batang mulai tinggi dengan kecepatan tumbuh 35 – 70 cm/tahun (Wahyuni, 2007).

Batang kelapa sawit memiliki tiga lapisan, 1) lapisan kulit luar, yang dibentuk perpanjangan basis daun dan terdiri dari jaringan fibrosa padat. Hal ini cukup tipis dan berwarna krem; 2) lapisan partikel, ditemukan dalam kulit dan berwarna keabu-abuan. Ini adalah jaringan dari mana akar dibentuk pada pangkal batang batan dan di dalam lubang

(3)

tanam; dan 3) pusat silinder atau inti, yang terdiri dari ikatan pembuluh padat terdiri dari jaringan floem dan xylem di sekitar parenkim.

Batang tegak lurus dan terlihat seragam, apalagi jika bekas tunas daun dan pendek akan menjadi pandangan yang indah. Putaran letak daun jelas terlihat pada tanaman yang tingginya diatas 1 m. Diatas batang tumbuh tunas dan primorida daun dan bunga. Pada giant tree ukuran batang menjadi besar tapi tidak normal, bakal buah selalu aborsi, jika tidak perlu dirawat lebih lanjut. Arah putaran pelepah ada yang kekanan ada pula yang kekiri. Aslinya terlihat karena potongan pelepah mulai lapuk dan biasanya dibagian atas atau tengah (Memet, 2007).

Pertambahan tinggi batang juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, tanah, iklim, pupuk kerapatan tanaman, dan lain-lain (Wahyuni, 2007).

3. Daun (Folium)

Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter, jumlah anak daun tiap pelepah dapat mencapai 380 helai. Panjang anak daun mencapai 120 cm. Panjang sejak terbentuk sampai tua mencapai 60 pelepah.

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut:

 Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib)

 Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat

 Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang

 Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberikan kekuatan pada batang

Untuk tanamn yang normal terdapat 45 sampai 55 pelepah daun, kadang-kadang sampai 60 pelepah jika tidak dipotong. Sisa pelepah yang dipotong akan melekat pada

(4)

batang minimal 12 tahun. Umur daun dari mulai terbentuk sampai tua sekitar enam hingga tujuh tahun.

Letak pelepah daun pada batang menurut garis spiral yang bergerak dari kanan atas kekiri bawah. Letak daun 1 hampir tepat sejajar pada spiral daun ke-9, 17, 15, 33 dan seterusnya atau spiral lain daun ke-2, 10, 18, 26, 34, dan seterusnya. Pola ini berlaku untuk daun ke-3, 4, 5 dan seterunya.

4. Bunga

Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tertua dan jantan.

Bunga kelapa sawit merupakan karangan bunga (inflorescence) yang berkelamin tunggal (uni sexual) dan berumah satu. Karangan bunga jantan dan bunga betina terdapat pada ketiak daun (leaf axil). Bunga ini letaknya pada satu tandan yang disebut tandan bunga. Tandan bunga muncul sekitar tanaman berumur 3-4 tahun. Setiap tandan bunga dibungkus oleh seludang (spathe), dan lapisan luar akan pecah lebih awal sebelum bunga membuka, sedangkan lapisan dalam membuka 1-2 minggu sebelum bunga berkembang. Tangkai bunga jantan cukup panjang, sehingga seluruh karangan bunga terletak diatas ketiak daun, sedangkan tangkai bunga betina agak pendek sehingga terjepit oleh ketiak daun.

Pada tanaman kelapa sawit terdapat cylus pembentukan jenis kelamin bunga. Cylus karangan bunga betina berlangsung selama kurung waktu 3-6 bulan, llu istirahat 3 bulan yang kemudian dilanjutkan dengan cylus pembentukan karangan bunga jantan. Cylus ini tidak bermusim karena itu karangan bunga betina dan jantan muncul pada waktu bersamaan pada pohon yang berbeda (Sembiring, 2010).

(5)

Gambar 1. Bunga Betina dan Bungan Jantan Kelapa Sawit

5. Buah

Secara botani buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (atau kulit), mesocarp (yang secara salah kaprah bias disebut pericarp) dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti/karnel (umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio.

Buah kelapa sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung biji yang digunakan. Buah yang bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Kandungan minyak akan bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, Free Fatty Acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah memiliki 3 lapisan:

 Eksoskarp, bagian kulit buah yang berwarna kemerahan dan licin  Mesokarp, serabut buah

 Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti kelapa sawit merupakan endosperm dan embrio dan embrio dengan kandungan minyak ini berkualitas tinggi.

(6)

Berdasarkan tebal tipisnya tempurung sangat tebal, dibedakan menjadi 4, yaitu: 1. Macrocarya, yaitu kelapa sawit yang memiliki cangkang sangat tebal, yaitu ± 5

mm

2. Dura, yaitu kelapa sawit yang memiliki cangkang tebal, sekitar 3-5 mm

3. Tenera, yaitu kelapa sawit yang memiliki tebal cangkang sedang, sekitar 2-3 mm 4. Pisifera, yaitu kelapa yang memiliki cangakang yang tipis.

Gambar 2. Irisan Melintang Buah Kelapa Sawit

6. Biji

Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji Dura Afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji Dura Deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji Tenera Afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji.

Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahan dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50 persen. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, maka biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment. (Hartanto, 2011)

B. Teknis Pembibitan Kelapa Sawit 1. Tahapan Pembibitan

Dalam melakukan pembibitan tanaman kelapa sawit memiliki dua tahapan yang sering dilakukan pada umumnya, yaitu:

(7)

a. Pembibitan Satu Tahap

Berarti pembibitan dilakukan dengan cara kecambah yang ada langsung ditanam dipolybag besar.

Kelebihan dari pembibitan satu tahap adalah:  Penggunaan polybag lebih sedikit

 Terhindar dari transplanting shock

 Lebih sedikit sumber daya yang digunakan karena pemindahan bibit tidak diperlukan  infrastruktur dan peralatan pembibitan awal tidak dibutuhkan

b. Pembibitan Dua Tahap

Berarti kecambah sawit ditanam dalam polybag kecil dulu setelah umur 3 – 4 bulan barulah bibit dipindah ke polybag besar.

Kelebihan dari tahapan ini adalah:  Mempermudah dalam pengawasan  Seleksi bibit yang ketat dan baik

2. Proses Pembibitan

a. Pemilihan Lokasi Pembibitan

Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut:

 Areal diusahakan memiliki topografi rata  Dekat dengan sumber air

 Memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan  Terhindar dari gangguan hama dan manusia

 Tidak tergenang air

 Jauh dari sumber hama dan penyakit tanaman  Lokasi dipilih suatu tempat yang permanen

(8)

 Luas bibit disesuaikan dengan rencana penanaman b. Penanaman Bibit

Pemindahan bibit dari Pre Nursery ke Min Nursery dapat dilakukan pada saat bibit berumur 3,0 – 3,5 bulan atau telah berdaun 3 – 4 helai (pelepah). Umur tersebut sampai saat ini merupakan standar baku yang dianggap paling baik untuk menentukan waktu pindah ke Main Nursery.

c. Naungan

Naungan atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan belakang sama) dan jarak antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun 2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari arah timur agar sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan. Pengurangan naungan dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat karena dapat mengahambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan terlalu cepat maka akan menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan dilakukan setelah bibit berumur 6 minggu.

d. Penyiraman

Penyiraman yang cukup dan efisiensi sangat penting untuk mendapatkan tanaman yang jagur, sehat dan homogen. Kebutuhan air sangat ditentukan oleh umur bibit, dimana semakin besar bibit memerlukan air yang semakin banyak.

e. Pemupukan

Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk. Namun, jika tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk diaplikasikan melalui daun

(9)

dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun. Frekuensi pemupukan dilakukan seminggu sekali.

Jika pemupukan pada bibit di Pre Nursery hanya diperlukan pada kondisi tertentu, maka pemupukan pada bibit di Main Nursery dapat dilakukan untuk mendapatkan bibit yang jagur. Aplikasi pempukan di Main Nursery dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK Mg 15:15:6:4, NPK Mg 12:12:7:2 dan Kieserit/dolomit, sedangkan pada kondisi khusus dapat diberikan extra N (urea) apabila helai daun kelihatan memucat, dengan dosis disesuaikan kebutuhan umur bibit (Guntoro, 2010).

Tabel 2. Rekomendasi pemupukan bibit kelapa sawit di Main Nursery (gram/bibit) Umur (Minggu) Pupuk N-P-K-Mg (15-15-6-4) Pupuk N-P-K-Mg (12-12-7-2) Kieserit Dolomit 2-3 2,5 - - - 4-5 5,0 - - - 6-8 7,5 - - - 10-12 10,0 - - - 14 - 10 7,5 10,0 16 - 10 - - 18 - 10 7,5 10 20 - 10 - - 22 - 15 10 15 24 - 15 - - 26 - 15 10 15 28 - 15 - - 30 - 20 15 22,5 32 - 20 - - 34 - 20 15 33,5 36 - 20 - - 38 - 25 15 22,5 40 - 25

Sumber : Buku Pintar Mandor 2010

C. Pemeliharaan

Bibit yang telah ditanam di polybag dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapangan sesuai dengan umur dan

(10)

saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, penyiangan, dan pemupukan.

1. Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7-8 mm pada hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Kebutuhan air siraman ± 2 lt/polybag/hari, disesuaikan dengan umur bibit.

Tabel 3. Kebutuhan air di pembibitan

Umur Bibit Jumlah air (liter/bibit/hari)

0-2 bulan 0,6 2-4 bulan 0,7 4-6 bulan 1 >6 1,5 Sumber: PPKS 2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan sekitar polybag dan didalam polybag. Penyiangan dilakukan secara manual, yakni dengan mencabut gulma dengan tangan. Tujuan penyiangan diantaranya membersihkan pembibitan dari vegetasi selain bibit dan mengindari pembentukan lapisan kedap air dalam tanah.

3. Pemupukan

Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organic adalah kompos.

Pada umumnya pemupukan pada bibit kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan pupuk tunggal (urea) dan pupuk majemuk (N,P,K,Mg) yang dimana unsur-unsur hara yang ada diatas sangat dibutuhkan oleh setiap tanaman termasuk kelapa sawit. Pada pembibitan

(11)

kelapa sawit pupuk urea berfungsi untuk memacu pertumbuhan vegetative bibit kelapa sawit, pemberian pupuk urea dengan dosis tertentu merupakan salah satu tindakan dalam usaha untuk meningkatkan kesuburan tanah yang berimplikasi meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit. Selain unsur hara yang utama yang terkandung didalam pupuk urea Nitrogen (N) memainkan peranan yang sangat penting dalam setiap fisiologis tanaman.

Selain pupuk tunggal, pupuk majemuk juga diaplikasikan pada fase pembibitan kelapa sawit, baik di pembibitan awal maupun utama. Berdasarkan pada defenisinya pupuk majemuk tersebut ialah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara, beberapa diantaranya jenis pupuk majemuk mengandung 2 atau 3 unsur utama N, P, K dan lain-lain. Didalam pupuk ini keinginan yang dibutuhkan oleh tanaman sudah hampir terpenuhi karena sudah kompleks.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Untuk mendapatkan bibit yang sehat dan prima pengendalian hama dan penyakit sangat penting. Untuk itu perlu pengenalan yang baik tanda serangan awal, pencegahan dan mengendalikan sehingga ada atau tidak ada gangguan maka pengawasan serta perlengkapan pestisida dan alat penyemprotan perlu selalu siaga.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan agar perkembangan dapat dideteksi sejak awal dan dikendalikan secara efektif dan segera. Pengendalian hama dan penyakit di pre nursery tidak dibenarkan memakai cara menyemprot dengan pestisida. Hama yang sering terdapat di pembibitan kelapa sawit antaranya belalang, kumbang apogonia, ulat api, keong, dan tikus.

Sementara penyakit yang sering dijumpai di pembibitan utama yakni antharacnosa, dan culvularia. Bibit yang terserang antracnosa memiliki gejala seperti daun mongering dari ujung ketepi, sedangkan culvularia memiliki gejala berupa bintik-bintik kuning ditengah

(12)

daun. Bintik tersebut meluas dan berubah warna menjadi coklat. Cara mengendalikan penyakit ini dengan menggunakan fungisida.

D. Kompos Dan Aplikasinya

Kompos adalah hasil akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah, serasah tanaman ataupun bangkai binatang. Ciri-ciri kompos yang baik adalah berwarna coklat berstruktur remah, berkonsistensi gembur dan berbau daun lapuk (Yuliarti, 2009).

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: 1. Aspek Ekonomi:

 Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah  Mengurangi volume/ukuran limbah

 Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

2. Aspek Lingkungan:

 Mengurangi populasi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembungan sampah

 Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan 3. Aspek bagi tanah/tanaman:

 Meningkatkan kesuburan tanah

 Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah  Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah  Meningkatkan aktifitas mikroba tanah

 Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah  Menyediakan hormone dan vitamin bagi tanaman  Menekan pertumbuhan/serangan penyakit

(13)

 Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Isroi (2008) menyatakan kompos dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kandungan bahan organic tanah yang akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.

Aplikasi kompos yaitu dengan ditaburkan langsung ke lahan lalu diaduk merata dengan tanah dan digunakan sebagai media tanam. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos (dibawah 40° c) dan memiliki C/N rasio mendekati C/N rasio tanah, yaitu 12-15 (Alex, 2013).

Kandungan kompos didominasi oleh bahan organik yang dapat mencapai 18%, bahkan ada yang mencapai 59%. Unsur-unsur lain, seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium berada dalam jumlah yang relative sedikit sekali, yaitu di bawah 2%. Besarnya persentase dari unsur-unsur tersebut tergantung dari bahan dasar yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpannya (Indriani, 2010).

Tabel 4. Kadar Hara Kompos Beberapa Sumber Unsur Kompos Jerami Padi Kompos TTKS Kompos Sisa Pangkasan teh Kompos Kulit Buah Kakao N (%) 1,86 1,5 2,12 1,3 P2O5 (%) 0,21 0,8 0,38 0,19 K2O (%) 5,35 2,5 0,73 5,5

Gambar

Tabel 1.  Berdasarkan diameternya pengelompokan akar adalah :
Gambar 1.  Bunga Betina dan Bungan Jantan Kelapa Sawit
Tabel 2. Rekomendasi pemupukan bibit kelapa sawit di Main Nursery (gram/bibit)  Umur  (Minggu)  Pupuk N-P-K-Mg  (15-15-6-4)  Pupuk N-P-K-Mg (12-12-7-2)  Kieserit  Dolomit  2-3  2,5  -  -  -  4-5  5,0  -  -  -  6-8  7,5  -  -  -  10-12  10,0  -  -  -  14  -
Tabel 3. Kebutuhan air di pembibitan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sistem basis data ( database system ) ini adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan lainnya

Meskipun KLBF dapat mempertahankan margin laba kotor di kisaran 30%, laba kotor divisi distribusinya turun 9% dari Rp488 miliar pada 2Q16 menjadi Rp442 miliar pada

Menurut Fardiaz (1992), senyawa antimikroba didefinisikan sebagai senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba, sedangkan menurut Branen

Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) pada tahun 1911. Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah

keuangan dan akibat dari kebijakan pemerintah Belanda yang melarang terbitnya majalah Pembela Islam. 6 Walaupun majalah Pembela Islam dilarang terbit kembali, namun

Statistik inferensial digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Pada tahap ini akan dilakukan uji perbedaan dan pengaruh rata-rata

Saya menjadikan Laptop Acer sebagai pilihan pertama saya dalam memilih Laptop dibandingkan dengan produk lain yang sejenis.. Saya merasa

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan selama lebih kurang satu bulan menunjukan bahwa Aktivitas Humas Pemerintah Kota Pekanbaru dalam Mensosialisasikan Gerakan