• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENYALURAN BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT) DALAM MENINGKATKANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PENYALURAN BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT) DALAM MENINGKATKANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENYALURAN BANTUAN PANGAN NON

TUNAI (BPNT) DALAM MENINGKATKANKESEJAHTERAAN

MASYARAKAT PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN

SOMBA OPU KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

SALMIDA

NIM 105711113516

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

IMPLEMENTASI PENYALURAN BANTUAN PANGAN NON

TUNAI (BPNT) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN

SOMBA OPU KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

SALMIDA

NIM 105711113516

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penyelesaian studi

Mahasiswa pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)

PERSEMBAHAN

Karya Imiah ini kupersembahkan teruntuk kedua orang tuaku tercinta Terima Kasih Atas Bantuan, Doa dan Motivasi yang telah

Kalian Berikan. . .

MOTTO

Verily, every difficulty there is relief (By self)

Good will raise people who are faithful among you and People who are given some level of knowledge

(4)
(5)
(6)
(7)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Implementasi Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Prasejahtera di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa” dengan baik. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya. Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyadari sepenuhnya masih kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian ini. Ucapan terima kasi tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Ismail Rasulong, SE, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pemabngunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

xi

4. Bapak Asdar SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibu Asriati, SE., M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Faidhul Adzim, SE., M.Si ., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 7. Bapak/Ibu asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama ngikuti kulaih.

8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Kantor Dinas Sosial Kabupaten Gowa serta staf kantor Kecamatan Somba Opu yang telah memberikan izin penelitian dan mengambil data yang bersangkutan mengenai penelitian ini

10. Kepada orang tua tercinta terima kasih atas segala doa, motivasi dan kasih sayang baik secara materi dan non materi kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Ekonomi Studi Pembangunan Angkatan 2016 yang tidak sedikit bantuan dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

12. Terima kasih buat Amelia Warni, Wahda, Fitriani, Andi Elvira, dan Heriayu yang membantu dalam penyusunan Skripsi ini dan memberikan semangat untuk tetap menyelesaikan Skripsi ini.

(9)

xii

13. Terima kasuh kepada Ayuni, Indah Lestari, Dewi Purnama Sari, dan Musdalifah yang menjadi teman seperjuangan saya, hingga semangat saya tidak pernah luntur untuk menyelesaikan karya tulis ini.

14. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungnnya sehinngga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguhpenulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fatabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, , 2020

(10)

xiii

ABSTRAK

Salmida, 2020. Implementasi Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dalam meningkatka kesejahteraan masyarakat pra sejahtera Di Kecamatan Somba OPU Kabupaten Gowa, skripsi fakultas ekonomi dan bisnis jurusan ekonomi pembangunan universitas muhammadiyah Makassar dibimbing oleh pembimbing I ibu asriati dan pembimbing II bapak faidhul adzim.

Penelitian ini betujuan untuk medeskripsikan implementasi bantuan pangan non tunai melalui E-warong di kecamatan somba opu kabupaten gowa. Bantuan pangan non tunai adalah bantuan pangan dari pemerintah yamg di berikan kepada KPM setiap bulannya sebesar Rp. 150.000,- melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli pangan di E-warong /pedagang bahan pangan yang bekerja sama dengan bank himbara. Pelaksana program ini adalah mentri sosial RI. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang di kumpulkan melalui tehnik wawancara dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan kebijakan ini belum tercapai secara maksimal. Karena masih sering terjadi keterlambatan penyaluran dana dari pemerintah pusat ke rekening para KPM. Meskipun permasalahan ini bukan suatu hal yang sangat menghambat tetapi tetap saja harus diperhatikan agar program ini tercapai secara maksimal. Masih perlu adanya sebuah evaluasi yang dilakukan agar program ini berjalan dengan baik.

Kata Kunci : Implementasi bantuan pangan non tunai, dan kesejahteraan masyarkat

(11)

xiv

ABSTRACT

Salmida, 2020. Implementation of Non-Cash Food Aid Distribution In proving the welrafe of pre-prosperous communities in somba opu distririct gowa regency, thesis of the faculty of majoring in economics, university development muhammadiyah Makassar was guided by mentor I Ms asriati and mentor II, Mr. faidhul adzim.

This study aims to describe the implementation of Non-Cash food assistance trough E-warong in somba opu sub-district, gowa regncy. Non-Cash food assistance is food assistance from the government which is given to KPM every month in the amount of Rp. 150, 000-, trough an electronic account mechanism that is used only to buy food at E-warong / foodstuff traders who cooperate with himbara bank. Implementing this program is the RI social minister. This research is a descriptive approach. Data collected trough interview and documentation thecniques.The results showed that the objectives o this policy had not been maximally achieved. Because there are often delays in the distribution of finds from the central government to the accounts of KPM. Even though this problem is not something that really hinders, it must be paid attention so that this program can be maximally achieved. There is still need for an evaluation to be carried out so that this program runs well.

(12)

xv

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL i HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERSEMBAHAN iii

HALAMAN PERSETUJUAN iv

HALAMAN PENGESAHAN v

HALAMAN PERNYATAAN vi

KATA PENGANTAR vii

ABSTRAK x

ABSTRACK ix

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xvi

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfat Penelitian 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 7

(13)

xvi

1. Pengertian kebijakan publik 7

2. Cakupan Kebijakan Publik 8

3. Bentuk Kebijakan Publik 10

4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Kebijakan Publik 11

5. Tahap Tahgap Kebijakan Publik 13

6. Faktor Yang Mempengaruhi Pembuatan Kebijakan Publik 15

7. Tujuan kebijakan publik 16

B. Konsep Kebijakan Masyarakat 17

1. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat 17 2. Indicator Kesejahteraan Masyarakat 18 C. Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) 20 1. Pengertian Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) 20 2. Tujuan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) 21 3. Manfaat Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) 21

D. Tinjauan Empiris 23

E. Kerangka Konsep 25

BAB III. METODE PENELITIAN 27

A. Jenis Penelitian 27

B. Focus Penelitian 27

C. Lokasi, Waktu, dan Situs Penelitian 27

D. Sumber Data 28

E. Teknik Pengumpulan Data 28

F. Instrument Penelitian 29

G. Teknik Analisis 29

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 32

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 32

1. Keadaan Umum 33 2. Keadaan Geografis 34 3. Keadaan Penduduk 35 4. Sarana Kesehatan 36 5. Pendidikan 37 6. Keagamaan 38 7. Olaraga 39

8. Pemerintah Kecamatan Sombo Opu 40 B. Deskripsi Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) 41 C. Deskripsi bantuan pangan Non tunai (BPNT) 43

(14)

xvii

D. Deskripai Dimplementasi Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai 48 1. Bantuan Pangan Non Tunai Dalam Aspek Pelaksanaan 50 2. Bantuan Pangan Non Tunai Dalam Aspek Evaluasi 52 E. Deskripsi Sikap (Disposisi) Pihak Pelaksanaan dan Pemerintah

Setempat Dalam Proses Penyaluran BPNT 53 F. Deskripsi Struktur Birokrasi Dalam Proses Implementasi Program

BPNT 54

G. Deskripsi Bantuan Implementasi Program BPNT 56 H. Faktor Penghambat Implementasi BPNT 67 I. Faktor Pendukung Implementasi BPNT 68

BAB V. PENUTUP 60

A. Kesimpulan 60

B. Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

(15)

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Table 2.1 Peneliti Terdahulu 23

Table 4.1 Jumlah Dan Luas Kelurahan Di Kecamatan Somba Opu 34 Table 4.2 Sarana Kesehatan Kecamatan Somba Opu 36

Table 4.3 Sarana Pendidikan Kecamatan Somba Opu 37

Table 4.4 Sarana Ibadah Kecamatan Somba Opu 38

Table 4.5 Sarana Olahraga Kecamatan Somba Opu 39

Table 4.6 Jumlah KPM Di Kabupaten Gowa 45

(16)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 kerangka konsep……… 26 Gambar 4.4 peta kecamatan somba opu……… 33

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan ekonomi yang ada di berbagai Negara termasuk Indonesia, dan kemiskinan merupakan permasalahan yang multi dimensional. ada banyak faktor yang melatarbelakangi kemiskinan, dan perlu perspektif yang baru atau berbeda untuk melihat, mepnafsirkan, dan memaknai apa yang dinamakan dengan kemiskinan. Kemiskinan Indonesia. Kemiskinan yang multidimensional ini mencakup kemiskinan dalam dimensi ekonomi, kemiskinan dalam dimensi sosial, politik dan budaya. Kemiskinan dalam segala dalam segala dimensi yang ada baik pendidikan, agama, budi pekerti, serta kemiskinan dalam dimensi perdamaian dunia (hubungan bilateral atau diplomasi).

Pendapat lain mengatakan bahwa kemiskinan terbagi dalam dua kategori yaitu kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan kultural dimaknai sebagai akibat dari adanya karakter budaya dan etos kerja masyarakat yang lemah, sementara kemiskinan struktural dipandang sebagai akibat dari terjadinya ketidakadilan dalam kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang timpang, (syaiful arif, 2000: 289).

Kemiskinan juga merupakan masalah kompleks yang dihadapi oleh seluruh pemerintah yang ada di dunia. Kemiskinan adalah kurangnya kesejahteraan, pendapatan konvensional mengaitkan kesejahteraan terutama dengan kepemilikan barang, sehingga masyarakat miskin diartikan sebagai mereka yang tidak memiliki

(18)

pendapatan atau konsumsi yang memadai untuk membuat mereka berada diatas ambang minimal kategori sejahtera. Kemiskinan juga dapat dikaitkan dengan suatu jenis konsumsi tertentu. Sebagai contoh, suatu masyarakat dapat saja dikatakan miskin karena tidak memiliki tempat tinggal, kekurangan pangan, atau memiliki kondisi kesehatan yang buruk.

Masalah kemiskinan dianggap sebagai salah satu hal penghambat proses pembangunan sebuah negara. salah satu negara yang masih dililit oleh masalah sosial ini adalah Indonesia. Angka kemiskinan di tingkat masyarakat masih cukup tinggi meskipun oleh Lembaga statistik negara, selalu dinyatakan bahwa setiap tahun angka kemiskinan cenderung menurun.

Persentase penduduk miskin di Indonesia berdasarkan data dari badan pusat statistik (BPS) sebagai berikut :

1. Persentase penduduk miskin pada bulan maret 2019 sebesar 9,41 persen, menurun 0,25 persen poin terhadap september 2018 dan menurun 0,41 persen poin terhadap maret 2018.

2. Jumlah penduduk miskin pada maret 2019 sebesar 25,14 juta orang, menurun 0,53 juta orang terhadap September 2018 dan menurun 0,80 juta orang terhadap maret 2018.

3. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2018 sebesar 6,89 persen, pada maret 2019. Sementara persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada September 2018 sebesar 13,10 persen, turun menjadi 12,85 persen pada maret 2019.

(19)

3

4. Dibanding september 2018, jumlah penduduk miskin maret 2019 di daerah perkotaan turun sebanyak 136,5 ribu orang (dari 10,13 juta orang pada eptember 2018 9,99 juta orang pada maret 2019). Sementara itu, daerah pedesaan turun sebanyak 393,4 ribu orang (dari 15,54 juta orang pada September 2018 menjadi 15,15 juta orang pada maret 2019). 5. Garis kemiskinan pada maret 2019 tercatat sebesar Rp.

425.250,-/kapita/per bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 313.232,- (73,66 persen) dari Garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 112.018,-(26,34 persen).

6. Pada maret 2019, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,68 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalh sebesar Rp. 1.990,170,- / rumah tangga miskin/bulan. Dengan adanya hal tersebut pemerintah mengusahakan agar semua orang dapat memperoleh cukup pangan. Oleh karena itu mewujudkan kepeduliannya terhadap masalah ketidakcukupan kebutuhan masyarakat yang secara khusus dituangkan dalam peraturan menteri sosial republik Indonesia Nomor 25 tahun 2016 tentang bantuan pengembangan sarana usaha melalui elektronik warung pada pasal 1 Ayat (1) sebagai berikut :“penanganan fakir miskin adalah upaya yang terarah. Terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk kebijakan, program, serta fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara.”

Serta dalam pasal pasal 34 ayat 2 UUD 1945 juga dijelaskan bahwa “negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh

(20)

rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat manusia.”

Untuk mewujudkan dan mengimplementasikan bunyi dari pasal- pasal tersebut pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam memutus mata rantai kemiskinan dengan mengeluarkan program- program sosial. Peran dari pemerintah sangat diperlukan dan dibutuhkan sebab kebijakan dan peraturan yang dibuat menjadi sebuah acuan dalam mendorong kearah pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan adanya hal tersebut membuat pemerintah daerah terinspirasi untuk meringankan beban masyarakat pra sejahtera dengan membuat berbagai macam program sosial salah satunya adalah program bantuan pangan Non tunai (BPNT). Bantuan pangan Non tunai adalah bantuan yang disalurkan secara Non tunai dari pemerintah kepada keluarga penerima manfaat (KPM). Salah satu tujuan program bantuan pangan Non tunai (BPNT) adalah untuk mengurangi beban pengeluaran kebutuhan pangan masyarakat serta memberikan nutrisi seimbang kepada keluarga penerima manfaat (KPM) secara tepat sasaran dan tepat waktu.

BPNT sendiri lebih dimaksudkan pada upaya membangun sistem perlindungan (pemberdayaan pangan) sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan di Indonesia diharapkan akan membantu penduduk termiskin, bagian masyarakat yang paling membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga. Pelaksanaan BPNT secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2019 akan mempercepat pencapaian tujuan

(21)

5

pembangunan lebih baik. Hal ini pula yang menjadi acuan atau motivasi bagi pemerintah sulawesi selatan tepatnya di kecamatan sombaopu kabupaten gowa, kecamatan somba opu sendiri memiliki kelurahan/desa dengan luas wilayah -28.09 km2 atau 2.809 Ha; dengan kepadatan 4.632 orang/km2. Meskipun penduduk miskin Di Kecamatan Somba Opu tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di kabupaten gowa namun hal tersebut jugaharus menjadi perhatian pemerintah daerah untuk mensejahterakan dan meningkatkan taraf kehidupan seluruh penduduknya. Tak hanya itu hal ini juga di harapkan biasa meningkatkan kualitas hidup masyarakat dari berbagai aspek mulai dari aspek pendidikan, aspek kesehatan danaspek kesejahteraan sosial.

Dari penjelasan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut meneliti mengenai :“Implementasi Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pra Sejahtera Di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.”

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana implementasi penyaluran bantuan pangan Non tunai (BPNT) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pra sejahtera di kecamatan somba opu kabupaten gowa

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui implementasi penyaluran bantuan pangan non tunai (BPNT) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pra sejahtera di kecamatan somba opu kabupaten gowa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat teoritis : Penelitian ini diharapkan menambah khazanah keilmuan khususnya bidang pekerjaan sosial serta dapat menjadi bahan evaluasi terhadap program pemerintah dalam mengembangkan kebijakan program berikutnya.

2. Manfaat praktis : Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

(23)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebijakan Publik 1. Pengertian Kebijakan Publik

kebijakan publik merupakan tindakan yang dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh pemerintah baik itu Lembaga atau badan pemerintahan yang diajukan untuk ketimpangan masyarakat atau publik dengan menggunakan program-program atau upaya-upaya lainnya. Bila melihat konsep dari kebijakan publik tersebut, kebijakan memiliki makna atau arti yang luas tergantung bagaimana melihat atau mendeskripsikannya, beberapa ahli mendefinisikan bahwa kebijakan publik berupa serangkaian tindak atau kegiatan, maupun keputusan yang dilakukan pemerintah atau mendeskripsikannya dengan cara yang berbeda-beda.

Menurut Dunn (2000 :132) mendefinisikan bahwa kebijakan public adalah “pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektifyang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintah. Seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan masyarakat, kriminalitas, perkotaan, dan lain-lain. Lain halnya dengan Dunn,dye dalam wibawa (2011 : 2) mendefinisikan “kebijakan public adalah apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.”

Menurut stone dalam wibawa (2011 :80) “kebijakan publik sebagai hubungan antar unit pemerintah dengan lingkungannya.” Kemudian

(24)

menurut anderson (wibawa, 2011 : 2) “kebijakan adalah arah tindakan yang mempunyai maksud, yang ditetapkan oleh seorang atau beberapa actor guna mengatasi suatu masalah.”

Menurut Bridgman dan Davis dalam Suharto (2008 : 5) kebijakan public adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik sebagai konstituen pemerintah.” Kemudian menurut carl friedrich dalam Wibowo (2011 : 5) “kebijakan publik adalah tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan public ialah keputusan untuk bertindak berupa kegiatan yang diusulkan dan dilakukan oleh seorang, kelompok, atau pemerintah, dalam upaya mengatasi permasalahan dalam lingkungannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Cakupan Kebijakan Publik

Menurut surbakti (1999 : 193) terdapat empat tipe kebijakan publik yaitu regulative, redistributive, distributive, dan konstituen.

a. Kebijakan regulatif, terjadi apabila kebijakan mengandung paksaan dan akan diterapkan secara langsung terhadap individu.Biasanya kebijakan regulatif dibuat untuk mencegah agar individu tidak melakukan suatu tindakan yang tak diperbolehkan, seperti undang-undang hukum pidana, undang-undang-undang-undang anti monopoli, dan kompetisi

(25)

9

yang tidak sehat, dan berbagai ketentuan yang menyangkut keselamatan umum. Selain itu, kebijakan regulatif dibuat untuk memaksakan agar individu melakukan suatu tindakan hingga kepentingan umum tidak terganggu seperti berbagai bentuk perizinan dalam menggunakan hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

b. Kebijakan redistributif, ditandai dengan adanya paksaan secara langsung kepada warga negara tetapi penerapannya melalui lingkungan, pengenaan pajak secara progresif kepada sejumlah orang yang termasuk kategori wajib pajak untuk memberika nmanfaat kepada orang lain melalui berbagai program pemerintah merupakan inti kebijakan redistributif. Hasil penerapan undang-undang pajak pendapatan, pajak kekayaan, pajak bumi dan bangunan, pajak atas keuntungan dan bunga tabungan, dan iuran listrik,yang digunakan untuk membiayai pembangunan umum, seperti jalan, sekolah,dan rumah sakit merupakan contoh kebijakan redistributif.

c. Kebijakan distributif, ditandai dengan penegasan paksaan secara tidak langsung (kemungkinan pengenaan paksaan fisik sangat jauh), tetapi kebijakan itu diterapkan secara langsung terhadap individu. Individu dapat menarik manfaat dari kebijakan itu, walaupun tidak dikenakan paksaan kepada individu untuk menggunakannya.

d. Kebijakan konstituen, ditandai dengan kemungkinan penegasan paksaan fisik yang sangat jauh,dan penerapan kebijakan penerapan itu secara tidak langsung melalui lingkungan.

(26)

3. Bentuk Kebijakan Publik

Kita sudah mengetahui Bersama bahwa kebijakan public dibuat oleh Lembaga publik atau seseorang yang memiliki otoritas dalam hal ini secara umum adalah pemerintah. Kebijakan public tersebut adalah keputusan yang dibuat setelah adanya isu atau permasalahan pada masyarakat dengan isu-isu atau problem tertentu.

Menurut (Nugroho, 2014 : 136) di jelaskan bahwa public policy secara generic terdapat empat bentuk kebijakan publik yakni;a) kebijakan formal ; b) kebiasaan umum Lembaga-lembaga publik yang sudah diterima Bersama (konvensi) c) pernyataan pejabat publik dalam forum publik ; d) perilaku pejabat publik.

Selanjutnya menurut (Nugroho,2014 : 137), menjelaskan bahwa kebijakan formal adalah keputusan-keputusan yang dikodifikasikan atau disusun secara tertulis dan disahkan atau diformalkan identik dengan hukum, meskipun suatu kebijakan masih bersifat hierarkis. Kebijakan formal seperti gambaran yang diatas dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu ; a) perundang-undangan ; b) hukum ; c) regulasi. Perundang-undangan merupakan bentuk kebijakan public yang dikenakan dengan usaha-usaha pembangunan, baik yang berkenaan dengan negara maupun masyarakat.

Perundang-undangan biasanya bersifat menggerakkan, jadi dalam hal ini perundang-undangan bersifat mendinamiskan, mengantisipasi, dan memberi ruang bagi inovasi. Seperti yang telah dijelaskan, Indonesia masih menganut system kontinental, hal ini bisa terlihat dan dibuktikan dari kebijakan tentang perundang-undangan

(27)

11

berupa undang-undang No. 27 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, UU ini mengatur jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan sebagai berikut :

a) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b) TAP MPR

c) UU/peraturan pemerintah pengganti undang-undang d) Peraturan pemerintah

e) Peraturan presiden f) Peraturan daerah provinsi

g) Peraturan daerah kabupaten/kota

Kebijakan publik formal yang kedua adalah hukum, hukum merupakan aturan yang bersifat membatasi dan melarang dengan tujuannya adalah untuk menciptakan ketertiban publik. Terakhir, bentuk dari kebijakan public formal adalah regulasi, dimana regulasi berkenaan dengan alokasi asset dan kekuasaan negara oleh pemerintah sebagai wakil Lembaga negara kepada pihak non pemerintah, termasuk didalamnya Lembaga bisnis dan nirlaba.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Kebijakan Publik

Menurut surbakti (1999 :194) secara umum ada empat faktor yang mempengaruhi proses kebijakan, yaitu lingkungan, persepsi pembuat kebijakan mengenai lingkungan, aktivitas pemerintah mengenai kebijakan dan aktivitas masyarakat perihal kebijakan:

a. Lingkungan

Lingkungan dikelompokkan dalam tiga kategori. Pertama lingkungan umum diluar pemerintah dalam arti pola-pola yang

(28)

melibatkan faktor sosial, ekonomi, politik, system kepercayaan, dan nilai-nilai seperti pola pengangguran,pola-pola partisipasi politik, dan urbanisasi. Kedua, lingkungan dalam pemerintah dalam arti struktural. Ketiga, lingkungan khusus dari kebijakan akan dipengaruhi oleh kebijakan yang dibuat sebelumnya.

b. Persepsi pembuat kebijakan mengenai lingkungan

Persepsi pembuat kebijakan yang akurat maupun yang tidak akurat atas lingkungan-lingkungan itu, termasuk atas berbagai peristiwa dan kecenderungan yang terjadi di dalam maupun luar pemerintah, juga ikut mempengaruhi kebijakan yang akan dibuat karena elit akan bertindak atas persepsi sendiri.

c. Aktivitas pemerintah yang menyangkut kebijakan

Aktivitas pemerintah yang menyangkut kebijakan meliputi dua hal. Pertama, sejumlah aktivitas dan proses yang menghasilkan suatu rumusan kebijakan yang menyangkut intern pemerintah maupun yang menyangkut masyarakat umum. Kedua, pelaksanaan kebijakan yang menyangkut upaya-upaya penyediaan sumber daya bagi pelaksana kebijakan, membuat peraturan, petunjuk pelaksanaan, penyusunan rencana detail kegiatan, pengorganisasian pelaksanaan, dan memberikan pelayanan kemanfaatan.

d. Aktivitas masyarakat yang menyangkut kebijakan

Aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan masyarakat yaitu: pertama, pemanfaatan kebijana oleh masyarakat dalam arti siapa yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan siapa saja yang memetik manfaat dari kebijakan. Kedua, hasil program atau kebijakan dalam

(29)

13

arti dampak kebijakan terhadap masyarakat dan mengapa berdampak demikian.

5. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang dikaji. Oleh karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan publik. Namun demikian, beberapa ahli mungkin membagi tahap-tahap ini dengan urutan yang berbeda. Tahap-tahap kebijakan publik menurut William dunn yang dikutip dari budi winarno (2007 : 32-34) adalah sebagai berikut :

a. Tahap penyusunan agenda, para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak disentuh sama sekali sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu untuk waktu yang lama.

b. Tahap formulasi kebijakan, masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy

(30)

alternative/policy option) yang ada. Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini masing-masing actor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c. Tahap adopsi kebijakan, dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, consensus antara direktur atau putusan peradilan.

d. Tahap implementasi kebijakan, suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana. Tahap evaluasi kebijakan, dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar

(31)

15

untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai dampak tujuan yang diinginkan atau belum.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembuatan Kebijakan Publik Menurut suharno (2010 : 52) proses pembuatan kebijakan publik merupakan pembuatan yang rumit dan kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan. Walaupun demikian, para administrator sebuah organisasi institusi atau Lembaga dituntut memiliki tanggung jawab dan kemauan, serta kemampuan atau keahlian, sehingga dapat membuat pebijakan dengan resiko yang diharapkan (unintended risks).

Pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal penting yang turut diwaspadai dan selanjutnya dapat diantisipasi adalah dalam pembuatan kebijakan sering terjadi kesalahan umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan adalah :

a) Adanya pengaruh tekanan dari luar

Tidak jarang membuat kebijakan harus memenuhi tuntutan dari luar atau membuat kebijakan adanya tekanan-tekanan dari luar.

b) Adanya pengaruh kebiasaan lama

c) Kebiasaan lama organisasi sebagaimana dikutip oleh nigro disebutkan dalam istilah sunk cost, seperti kebiasaan investasi modal yang hingga saat ini belum profesional dan terkadang amat birokratik, cenderung akan diikuti kebiasaan itu oleh para administrator, meskipun keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan hak tersebut dikritik, karena dianggap sebagai sesuatu yang salah dan perlu diubah. Kebiasaan lama tersebut sering

(32)

terjadi secara terus-menerus pantas untuk diikuti, terlebih kalua suatu kebijakan yang telah ada tersebut dipandang memuaskan.

d) Adanya pengaruh dari kelompok luar

Lingkungan sosial dari para pembuat keputusan juga sangat berperan.

e) Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi

Berbagai keputusan/kebijakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya. Sifat merupakan faktor yang berperan dalam pembuatan keputusan.

f) Adanya pengaruh masa lalu

Maksud dari faktor ini adalah bahwa pengalaman latihan dan pengalaman sejarah pekerjaan yang terdahulu berpengaruh pada pembuatan kebijakan atau keputusan. Misalnya, orang mengkhawatirkan pelimpahan wewenang yang dimilikinya kepada orang lain karena khawatir disalahgunakan (suharno : 2010 :52-.

7. Tujuan Kebijakan Publik

Unsur dari tujuan merupakan hal yang penting dalam kebijakan, seperti halnya yg dinyatakan hoogerwerf sebagaimana dikutip dalam buku (alie, 2012:2017), bahwasanya kebijakan public adalah usaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sebagaimana definisi kebijakan publik yang dinyatakan, dalam konsep tersebut terdapat kandungan unsur tujuan didalamnya dimana tujuan tersebut tentu untuk mendapatkan kebaikan Bersama dan kesejahteraan masyarakatnya.

(33)

17

Menurut hoogerwerf sebagaimana dikutip dalam buku (alie,2012:2017), menegaskan bahwa pada umumnya tujuan kebijakan adalah untuk :

a) Memelihara ketertiban umum (negara sebagai stabilisator).

b) Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (negara sebagai coordinator).

c) Memperuntukkan dan membagi berbagai materi (negara sebagai pembagi alokasi).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan atau kebijakan publik dibuat dan dilakukan untuk mengetahui mudah atau tidaknya masalh tersebut diselesaikan, dan pada akhirnya akan mendapat suatu hasil yang sesuai dengan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran kebijakan itu sendiri. Dan yang terpenting adalah pembuatan kebijakan ini adalah suatu keputusan atau kebijakan yang pro terhadap rakyat dan mensejahterakan rakyat.

B.

Konsep Kesejahteraan Masyarakat 1. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat

Konsep kesejahteraan masyarakat dikembangkan menjadi luas dibandingkan sekedar mengukur aspek pendapatan nominal. Kesejahteraan adalah standar living, well-being, welfare, dan quality of life. Brudesh (2015) menyatakan kesejahteraan sebagai kualitas kepuasan hidup yang bertujuan untuk mengukur posisi anggota masyarakat. Dalam membangun keseimbangan hidup mencakup antara

(34)

lain : a) kesejahteraan materi, b) kesejahteraan bermasyarakat, c) kesejahteraan emosi, dan) keamanan.

Kajian organisasi ekonomi dalam keluarga menggunakan permintaan terhadap barang strategis sebagai indikator kesejahteraan. Ukuran lainnya adalah proporsi pengeluaran untuk pangan. Kesejahteraan merupakan pencerminan dari kualitas hidup manusia (quality of human life), yaitu suatu keadaan ketika terpenuhinya kebutuhan dasar serta terealisasikannya nilai-nilai hidup. Istilah melahirkan individu dengan pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

Terdapat berbagai pengertian mengenai kesejahteraan. Karena bersifat subjektif dimana setiap orang dengan pedoman, tujuan dan cara hidupnya yang berbeda-beda akan memberikan nilai-nilai yang berbeda pula tentang kesejahteraan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan.

Masyarakat sejahtera lebih sedikit dibandingkan dengan masyarakat pra sejahtera, pendapatan perkapita masyarakat prasejahtera lebih rendah dari masyarakat sejahterah, pendapatan masyarakat sejahtera dan prasejahtera lebih tinggi dari kriteria kemiskinan. Persentase pengeluaran pangan masyarakat prasejahtera lebih besar daripada masyarakat sejahtera.

2. Indikator Kesejahteraan Masyarakat

Keluarga sejahtera didefinisikan persis seperti tertuang dalam pasal 1 ayat 11 Undang-Undang nomor 10 tahun 1992. Bunyinya adalah sebagai berikut. “keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan

(35)

19

hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.” Indikator kesejahteraan masyarakat juga dapat dikatakan sejahtera jika dapat memenuhi indikator-indikator yang ada.indikator tersebut dijelaskan secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut (kantor menteri negara kependudukan/BKKBN, 1997 hal-14).

a) Keluarga prasejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan agama, pagan, sandang dan kesehatan.

b) Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.

c) Keluarga sejahtera tahap II yaitu keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangannya seperti menabung dan memperoleh informasi.

d) Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

e) Keluarga sejahtera tahap III plus yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan, meliputi kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan perkembangan serta dapat memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

(36)

Tahapan keluarga sejahtera diidentifikasikan dengan menggunakan 13 variabel. Variabel tersebut meliputi; agama, sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, keluarga berencana, tabungan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan, informasi, transportasi dan peran dalam masyarakat. Ke 13 variabel itulah yang diidentifikasikan sebagai indikasi atau indikator sebuah keluarga sejahtera.

C. Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

1. Pengertian Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

Menurut buku pedoman pelaksana bantuan pangan non tunai yang disusun oleh kementrian atau Lembaga lintas sektor terkait, yaitu kemenko pembangunan manusia dan kebudayaan, kemenko perekonomian, BAPPENAS, kementrian keuangan, kementrian sosial, kementrian dalam negeri,TNP2K, dan kantor staf presiden, prinsip umum program bantuan pangan non tunai adalah sebagai berikut :

a. Mudah dijangkau dan digunakan oleh keluarga penerima manfaat (KPM).

b. Memberi lebih banyak pilihan dan kendali kepada keluarga penerima manfaat (KPM) tentang kapan, berapa, jenis dan kualitas bahan pangan (beras dan telur) sesuai dengan preferensi.

c. Mendorong usaha eceran rakyat untuk melayani keluarga penerima manfaat (KPM).

d. Memberikan akses jasa keuangan kepada keluarga pene rima manfaat (KPM)

(37)

21

Sedangkan menurut jurnal pedoman umum bantuan pangan non tunai (BPNT) adalah bantuan sosial pangan yang disalurkan dalam bentuk non tunai dari pemerintah kepada KPM setiap bulannya melalui mekanisme uang elektronik yang digunakan hanya untuk membeli bahan pangan pedagang bahan pangan atau disebut E-warong yang bekerja sama dengan bank penyalur.

2. Tujuan Program Bantuan Pangan Non Tunai

a. mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan.

b. Memberikan gizi yang seimbang kepada KPM.

c. Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerima bantuan pangan bagi KPM.

d. Memberikan pilihan dan kendali kepada KPM dalam memenuhi kebutuhan pangan .

e. Mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan 3. Manfaat Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

a. Meningkatnya ketahanan pangan pangan di tingkat KPM sekaligus sebagai mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

b. Meningkatnya efisiensi penyaluran bantuan sosial.

c. Meningkatnya transaksi non tunai dalam agenda Gerakan nasional non tunai (GNNT).

d. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah terutama usaha mikro dan kecil dibidang perdagangan.

(38)

Besaran bantuan pangan non tunai di setiap kota adalah Rp. 150.000,-/KPM/bulan. Bantuan tersebut tidak dapat diambil tunai dan hanya dapat ditukarkan dengan beras dan atau telur di E-warong. Pagu penerima bantuan pangan kota merupakan jumlah KPM bantuan pangan non tunai di setiap kota. Pagu bantuan pangan non tunai untuk setiap kota ditetapkan oleh menteri sosial pada waktu penetapan pagu provinsi.

(39)

23

D. Tinjauan Empiris

Peneliti terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai referensi atau acuan untuk menyusun penelitian ini sebagai berikut.

Table 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Tahun Hasil

1. Anisa Rahma Dini

Efektivitas elaksanaan Program bantuan pangan non tunai (BPNT) di kelurahan gulak galik

kecamatan teluk betung utara kota bandar lampung

2019 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa dengan melihat hasil persentase

pengukuran pada 4 indikator ada yang udah efektif dan ada pulang masih belum efektif 2. Ahda Sulukin

Nisa

Analisis program bantuan pangan non tunai (BPNT) guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam perspektif ekonomi islam 2019 Berdasarkan hasil Analisis menunjukkan bahwa masih cukup banyak keluarga miskin yang tidak menerima bantuan pangan non tunai (BPNT).

(40)

3. Reinaldy Luthfi Fuady Dan Agus Maman Abadi Penentuan penerimaan bantuan pangan nontunai (BPNT) dengan menggunakan fuzzy multiple attribute decision making 2017 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dengan penentuan penerima BPNT melalui fuzzy multiple attribute decision making berpengaruh signifikan terhadap ketepatan KPM 4. Ika Surya Kharismawati Implementasi bantuan pangan non tunai (BPNT) melalui E-warong dikelurahan sidosermo kecamatan wonocolo kota

Surabaya

2018 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Variablel implementasi Berpengaruh signifikan terhadap ketepatan sasaran bantuan sosial Dalam meminimalisir tingkat kemiskinan. 5 Azlan Suhaini Implementasi program bantuan pangan non tunai Dinas social di kelurahan tuah karya kecamatan tampan kota pekanbaru

2019 Berdasarkan hasil penelitian program bantuan pangan non tunai sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat yang menerima, walaupun tidak sepenuhnya tidak berubah dalam segi ekonomi masyarakat kecuali mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Dan mampu meringankan beban masyarakat.

(41)

25

E. Kerangka konsep

Adalah alur berpikir yang disusun secara singkat untuk menjelaskan bagaimana sebuah penelitian tindakan dilakukan dari awal, proses, hingga akhir. Kerangka pikir juga merupakan alur pemikiran dari penulis sendiri atau juga mengambil dan suatu teori yang dianggap relevan dengan judul penelitian dalam upaya menjawab masalah- masalah yang ada di rumusan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, penulis meneliti mengenai implementasi penyaluran bantuan pangan non tunai (BPNT) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat prasejahtera di kecamatan somba opu kabupaten gowa.

Kemiskinan banyak terjadi di wilayah atau desa-desa pada umumnya namun tidak menutup kemungkinan juga terjadi di kota metropolitan seperti yang terjadi pada sebagian kelompok masyarakat yang tersisihkan dari kemewahan kota. Tanggung jawab atas keluarga miskin atau masyarakat prasejahtera bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah, kementrian, sektor atau bidang tertentu sehingga pemerintah bisa membuat kebijakan dan program yang berpihak pada orang miskin.

Dalam rangka percepatan pengentasan kemiskinan, pemerintah khususnya dinas sosial mempunyai banyak program yang diperuntukkan kepada masyarakat miskin, salah satunya adalah program bantuan pangan non tunai (BPNT). Dengan adanya bantuan ini diharapkan dapat meringankan beban bagi masyarakat miskin agar dapat memenuhi kebutuhan pokoknya dan mendapatkan nutrisi dan gizi yang seimbang. Namun disadari bahwa tidak semua program berjalan dengan lancar ada

(42)

kalanya suatu program atau kebijakan tidak berjalan sesuai dengan cita- cita dan harapan dan justru memiskinkan masyarakat secara struktural, hal ini biasanya terjadi jika kebijakan atau program tersebut tidak tepat sasaran. Maka dari itu program penanggulangan kemiskinan perlu penanganan yang komprehensif terpadu, sinergi, dan berkelanjutan. Agar penelitian ini dapat dipahami dengan mudah, maka kerangka pikir digambarkan seperti gambar dibawah ini :

(Kerangka konsep:Bagan 2.1) Program bantuan pangan

non tunai (BPNT)

Implementasi penyaluran bantuan pangan

Dalam bentuk uang

elektronik Belanja di E.warong

Keluarga penerima manfaat (KPM)

Meningkatkan kesejahteraan KPM

(43)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2011) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data di lakukan secara purposive dan snowball, Teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, danhasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dan penelitian yang dilakukan. Fokus pengamatan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi penyaluran BPNT di kecamatan somba opu kabupaten gowa.

C. Lokasi, Waktu, Dan Situs Penelitian

Lokasi adalah tempat dimana penelitian itu dilakukan. Penetapan lokasi penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian kualitatif, karena dengan ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah ditetapkan sehingga mempermudah penulis dalam

(44)

penelitian. Lokasi penelitian ini akan dilakukan di kecamatan somba opu kabupaten gowa

D. Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder :

1. Sumber Data Primer

Menurut (sugiypno, 2009:225) sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. 2. Sumber Data Sekunder

Menurut (sugiyono 2009:225) data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data penulis atau peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraa. Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

(45)

29

2. Wawancara

Menurut (herdiansyah, 2013:27), wawancara adalah proses interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, dimana kedua pihak yang terlibat (pewawancara dan terwawancara) memiliki hak yang sama dalam bertanya dan menjawab. Wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terdaftar sebagai KPM program BPNT, tokoh masyarakat, dan pemerintah setempat yang mengimplementasikan program BPNT di kecamatan somba opu kabupaten gowa. Dari wawancara yang dilakukan di buatlah catatan lapangan. Catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. (yin 2011:159) dalam bukunya yang berjudul qualitative research from start to finish mengungkapkan :“selain mengamati dan mewawancarai, sumber umum ketiga dari catatn lapangan berasal dari bahan tertulis.”Hal ini menunjukkan bahwa selain mengamati dan mewawancarai, sumber catatan lapangan ketiga dating dari bahan tertulis.

Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Pada waktu berada di lapangan dia membuat catatan, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun catatan lapangan. Menurut moleong (2014:208) catatan yang dibuat di lapangan sangat berbeda dengan catatan lapangan. Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram, dan lain-lain.

(46)

3. Penelitian Kepustakaan

Penelitian pustaka salah satunya bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, seperti : buku-buku, majalah, dokumen, catatan, kisah-kisah sejarah, dan lain-lainya.

F. Instrumen Penelitian

Secara umum, instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Adapun instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument), melalui wawancara yang bertindak sebagai perencana dan pelaksana dalam pengumpulan data, melakukan analisis,menafsirkan dan melakukan laporan implementasi BPNT.Peneliti informan dan mencatat berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah tentang implementasi BPNT di kecamatan somba opu kabupaten gowa. Selain peneliti (human instrument) peneliti akan menggunakan beberapa alat untuk mendukung dan memperlancar penelitian yaitu : pedoman wawancara, alat tulis kantor (ATK), HP, dan laptop.

G. Teknik Analisis

Analisis data merupakan tahapan yang penting dalam menyelesaikan suatu penelitian. Analisis data untuk memberikan arti, makna, dalam nilai yang terkandung dalam data. Tujuan dari analisis data yaitu untuk meringkas data dalam bentuk yang mudah dipahami dan

(47)

31

mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem penelitian dapat dipelajari dan diuji (kasiram, 2010:119). Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,sehingga datanya sudah jenuh.

(48)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Umum Daerah Penelitian

Agar pembaca mengetahui lebih jauh mengenai daerah penelitian, penulis kemudian memberikan gambaran umum daerah penelitian, dimana sangat memberikan andil dalam pelaksanaan penelitian terutama pada saat pengambilan data, dalam hal ini untuk menentukan teknik pengambilan data yang digunakan terhadap suatu masalah yang diteliti. Di sisi lain pentingnya mengetahui daerah penelitian, agar dalam pengambilan data dapat memudahkan pelaksanaan penelitian dengan mengetahui situasi baik dari segi kondisi wilayah, jarak tempuh dan karakteristik masyarakat sebagai objek penelitian.

1. Keadaan Umum

Pada awalnya Kecamatan Somba Opu adalah bagian yang terintegrasi dengan Distrik Tombolo berdasarkan Undang-undang Nomor 29 tahun 1959 menegaskan Gowa sebagai daerah Tingkat II yang berhak mengurus rumah tangganya.

Selanjutnya, untuk mengetahui lebih lanjut tentang keadaan Kecamatan Somba Opu,maka berikut ini penulis akan memberikan gambaran secara singkat mengenai beberapa aspek penting untuk diketahui yaitu keadaan geografis, keadaan demografis dan keadaan pemerintahan Kecamatan Somba Opu.

(49)

33

2. Keadaan Geografis

(Gambar 4.1 : Peta Kecamatan Somba Opu)

Luas wilayah 28.09 km2 atau 2.809 Ha (1,49 % dari luas wilayah kabupaten gowa) dengan ketinggian daerah/altitude berada 25 meter diatas laut permukaan laut. Sebagian besar wilayah terletak pada dataran rendah dengan koordinat geografis berada pada 5 derajat 12’5 LS dan 119 derajat 27’15 BT. Batas alam dengan kecamatan pallangga adalah sungai jeneberang yaitu sungai dengan panjang 90 kkm dan luas daerah aliran sungai 881 km2.

Kecamatan Somba Opu merupakan satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten gowa. Kecamatan Somba Opu secara administratif terbagi menjadi 14 desa atau kelurahan yaitu : Sungguminasa, Bonto-Bontoa, Batangkaluku, Tompobalang, Katangka, Pandang-Pandang, Tombolo, Kalegowa, Samata, Romang Polong, Paccinongang,

(50)

Tamarunang, Bontoramba, Dan Mawang. Adapun daftar nama dan luas wilayah Kecamatan Somba Opu berdasarkan desa atau kelurahan yaitu.

Tablel 4.1 Jumlah dan Luas Desa/Kelurahan di Kecamatan Somba Opu

Sumber : kantor kecamatan somba opu

Terlihat bahwa luas wilayah Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa yaitu 28,17 Km2. Adapun desa/kelurahan terbesar yang memiliki luas wilayah 3,71 Km2 yaitu di kelurahan Romang Polong sedangkan Desa/Kelurahan terkecil dengan luas wilayah 1,21 Km2 yaitu kelurahan Kalegowa. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Somba Opu adalah sebagai berikut : No Desa/Kelurahan Luas (Km)2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kelurahan sungguminasa Kelurahan bonto bontoa Kelurahan batangkaluku Kelurahan tompobalang Kelurahan katangka

Kelurahan pandang pandang Kelurahan tombolo

Kelurahan kalegowa Kelurahan samata

Kelurahan romang polong Kelurahan paccinongang Kelurahan tamanurung Kelurahan bontoramba Kelurahan mawang 1,46 km 1,61 km 1,30 km 1,80 km 1,36 km 1,55 km 2,06 km 1,21 km 2,44 km 3,71 km 2,32 km 2,16 km 2,20 km 2,99 km Jumlah 28,17 km2

(51)

35

a) Sebelah utara : Kota Makassar b) Sebalah Barat : Kota Makassar

c) Sebelah selatan : Kecamatan Pallangga (sungai jeneberang) d) Sebelah timur : kecamatan pattalassang dan kecamatan

bontomarannu. 3. Keadaan Penduduk

Penyebaran penduduk kabupaten gowa masih bertumpuh di kecamatan somba opu yakni sebesar 19,95 persen dari total jumlah penduduk kabupaten gowa sebesar 652,329 orang. Kecamatan somba opu juga merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya untuk wilayah perkotaan,yakni sebanyak 130.1126 orang dimana jumlah penduduk laki-laki sebesar 64.442 orang dan perempuan sebesar 65.684 orang.

Kecamatan somba opu tercatat sebagai kecamatan yg paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya yakni sebanyak 4.632 orang/km2.laju pertumbuhan penduduk kecamatan somba opu adalah tertinggi dibandingkan kecamatan lain di kabupaten gowa yakni 4,07 persen. Kecamatan somba opu memiliki rata-rata terbesar sebanyak 4,65 orang dari total jumlah 28.002 KK.

4. Sarana Kesehatan

Dalam Upaya meningkatkan kualitas kesehatan penduduk, pemerintah Kecamatan Somba opu berupaya menyediakan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. Upaya ini bertujuan agar tempat pelayanan kesehatan mudah mudah

(52)

dikunjungi dengan biaya yang relatif terjangkau oleh masyarakat. Selain meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya adalah dengan program-program kesehatan yang menyentuh langsung dan upaya pelibatan (partisipatif) masyarakat dan peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan.

Tabel 4.2 Sarana Kesehatan kecamatan Somba Opu

Sumber : kantor kecamatan somba opu

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa prasarana kesehatan yang ada di Kecamatan Somba Opu sudah cukup memfasilitasi pelayanan kesehatan, hanya saja hal ini masih perlu ditingkatkan agar seluruh masyarakat yang ada di kabupaten gowa bias merasakan pelayanan yg lebih maksimal dan lebih baik dari sebelumnya.

5. Pendidikan

Dilihat dari pendapatan penduduk dan semakin majunya ilmu pengetahuan, maka masyarakat mulai menuntut adanya peningkatan sarana dan mutu pendidikan. Pemerintah serta pihak swasta harus mampu memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi yang berkualitas. Untuk itu

No Sarana Jumlah 1 Rumah Sakit 1 2 Dokter Umum 10 3 Dokter Anak 1 4 Dokter Kandungan - 5 Puskesmas 3 6 Dokter Gigi 13 7 Dokter Hewan - 8 Rumah Bersalin 9

9 Dokter Spesialis Lainnya - 10 Klinik/Balai Pengobatan 7

11 Apotik 23

12 Toko Obat 5

13 Posyandu 34

(53)

37

beberapa upaya pemerintah telah banyak dilakukan antara lain pengadaan sarana an peralatan belajar, penyempurnaan kurikulum, penataran guru, dan perbaikan gedung sekolah dasar. Adapun prasarana yang disediakan pemerintah Kecamatan Pallangga untik meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Sarana Pendidikan di Kecamatan Somba Opu

No Jenjang Jumlah 1 SD 50 2 MI 3 3 SMP 18 4 MTS 8 5 SMA 14 6 SMK 8 7 TK 67 8 TPA 2 9 SLB 1 JUMLAH 171

Sumber : kecamatan somba opu

Sarana Pendidikan yang memadai diperlukan penduduk untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang makin bermutu. Perencanaan pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM ini didasarkan kepada pemikiran bahwa pendidikan tidak sekedar menyiapkan peserta didik agar mampu masuk dalam pasaran kerja , namun lebih dari itu, pendidikan merupakan salah satu pembangunan watak bangsa (national character building), seperti kejujuran, keadilan, keikhlasan, kesederhanaan, dan keteladanan.

6. Keagamaan

Agama mengambil peran penting dalam keberadaan suatu masyarakat atau komunitas.karena suatu agama atu kepercayaan akan

(54)

tetap langgeng jika terus diamalkan oleh masyarakat secara kontinyu. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.

Adapun sarana ibadah yang disediakan Pemerintah Kecamatan Pallangga adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Sarana Ibadah Keacamatan Somba Opu

No Sarana Jumlah 1 Masjid 189 2 Surau/Musollah 32 3 Gereja 4 4 Viiraha 0 Jumlah 225

Sumber : kantor kecamatan somba opu

7. Olahraga

Berdasarkan UU RI No. 3 Tahun 2005 tentang Olahraga, disebutkan bahwa olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur serta melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, Pemerintah Kecamatan juga ikut mendukung terwujudnya manusia yanh sehat dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu perencanaan, yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas masyarakat Somba Opu yang memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup. Adapun sarana olahraga yang difasilitaskan oleh pemerintah Kecamatan Somba Opu adalah sebagai berikut :

(55)

39

Tabel 4.5 Sarana Olahraga di Kecamatan Somba Opu

No Lapangan Jumlah 1 Sepak Bola 1 2 Bulutangkis 14 3 Tenis Meja 8 4 Volli 3 5 Basket 3 6 Tenis Lapangan 6 7 Futsal 5 8 Kolam Renang 1 9 Dan lain-lain 2 Jumlah 43

Sumber : kantor kecamatan somba opu

Adapun untuk saat ini minimnya fasilitas untuk mewadahi olahraga menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat. Namun tidak menurunkan semangat pemerintah,hal ini dibuktikan dengan pembangunan untuk memperbaharui lapangan syekh yusuf terus dilakukan sehingga menjadi lapangan yang layak dan bagus.

8. Pemerintah Kecamatan Somba Opu

Kecamatan Somba Opu merupakan kecamtan ibu Kota Kabupaten Gowa yg terletak di Jalan Sirajuddin Rani No. 71, Kelurahan Bonto-bontoa. Kecamatan Somba Opu dipimpin oleh seorang camat dengan membawahi staf yang berjumlah 25 orang, dengan jumlah PNS sebanyak 16 orang dengan tenaga honorer sebanyak 9 orang.

Pemerintah kecamatan somba opu era milenial ini telah mempunyai Media sosial dan website untuk memudahkan masyarakat, terkhusus wilayah kecamatan somba opu untuk mengetahui kegiatan ataupun berita terupdate tentang keadaan kecamatan somba opu. Adapun visi dan misi

(56)

dari kecamatan somba opu yaitu “ Terwujudnya Tata Kelola Pemerintah yang Profesional dan Inovatif menuju Masyarakat yang Mandiri.“

Visi kecamatan Somba Opu dijabarkan kedalam beberapa misi yaitu sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi bidang pemerintah, pembangunan,perekonomian, kesejahteraan masyarakat, ketentraman dan ketertiban serta kesekretariatan.

2. Meningkatkan keberdayaan masyarakat.

3. Mengembangkan usaha ekonomi masyarakat dan keluarga.

Struktur Organisasi Pemerintah Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

Berdasarkan gambar struktur organisasi kantor kecamatan somba opu diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan tugasnya aparat

(57)

41

kecamatan dapat dengan mudah mengimplementasikan visi dan misinya guna mensejahterakan masyarakat dan meningkatkan pelayanan prima dan efektif melalui pemberian tugas dan wewenang dalam pelayanan publik.

B. Deskripsi Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Di Kecamatan Somba Opu

Sesuai Dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2013 tentang tenaga kesejahteraan sosial kecamatan, disebutkan bahwa tenaga kerja kesejahteraan sosial kecamatan yang harus disingkat TKSK adalah seseorang yang diberi tugas,fungsi, dan kewenangan oleh kementrian sosial dan/atau dinas/instansi sosial provinsi dinas/instansi sosial kabupaten/kota selama jangka waktu tertentu untuk melaksanakan dan/atau membantu penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai dengan wilayah penugasan di kecamatan.

1. Kedudukan, Tugas Dan Fungsi TKSK Kecamatan Somba Opu a. Kedudukan

TKSK berkedudukan di tingkat kecamatan yang mempunyai wilayah kerja disatu wilayah kecamatan yang meliputi desa atau kelurahan.

b. Tugas

Secara umum tugas TKSK di dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputu :

1) Melakukan pemetaan sosial berupa pendataan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PKSK) atau data dan informasi lainnya yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

(58)

2) Melaksanakan dan membantu penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang ditugaskan oleh kementrian sosial yang ditugaskan oleh kementrian sosial, dinas/instansi sosial provinsi, dinas /instansi sosial kabupaten/kota, dan kecamatan.

3) Melakukan koordinasi dengan PKSK dan sumber daya manusia kesejahteraan sosial lainnya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

4) Melakukan sinergi, integrasi, dan sinkronisasi dengan camat dan perangkat organisasi dibawahnya antara penyelenggara kesejahteraan sosial dan penyelenggara tugas umum pemerintah atau pemberdayaan masyarakat tingkat kecamatan.

5) Melakukan kegiatan penyuluhan dan bimbingan baik atas inisiatif sendiri maupun atas penugasan pihak .

6) Mengembangkan partisipasi sosial masyarakat di jejaring kerja dengan berbagai pihak dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

c. Tujuan

tujuan pembentukan dan penugasan tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) meliputi :

1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di tingkat kecamatan.

2. Terwujudnya koordinasi, integrasi, dan sinkronnya program dan kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan di tingkat kecamatan.

3. Terjalinnya kerja sama dan sinergi antara penyelenggara kesejahteraan sosia; dan program pembangunan lainnya di tingkat kecamatan.

Gambar

Gambar  Judul     Halaman
Table 2.1  Penelitian Terdahulu
Tabel 4.2 Sarana Kesehatan kecamatan Somba Opu
Tabel 4.3 Sarana Pendidikan di Kecamatan Somba Opu  No  Jenjang  Jumlah  1  SD  50  2  MI  3  3  SMP  18  4  MTS  8  5  SMA  14  6  SMK  8  7  TK  67  8  TPA  2  9  SLB  1     JUMLAH  171
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Distribusi Bantuan Sosial Dalam Bentuk BSP (Bantuan Sosial Pangan) Atau Bantuan Sosial Pangan Non Tunai (BPNT) Di Desa Sambirobyong

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaksanaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di desa tanjung dilakukan dengan koordinasi antara pemerintah desa dan pendamping

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Bantuan Pangan Non Tunai atau (BPNT) adalah bantuan sosial pangan yang diberikan oleh pemerintah sebagai pengganti program

berpendapatan rendah; (2) Bantuan Pangan Non-Tunai yang dimaksud dalam kajian ini adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk nontunai dari Pemerintah yang

berpendapatan rendah; (2) Bantuan Pangan Non-Tunai yang dimaksud dalam kajian ini adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk nontunai dari Pemerintah yang

BPNT adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk non tunai dari pemerintah (Kemensos) yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) setiap bulan melalui mekanisme akun

Kesimpulan : Berasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : -Pelaksanaan program Bantuan Pangan Non Tunai di Desa Karanganyar Kecamatan Kalibening Kabupaten

Dengan dibuatnya Sistem Pendukung Keputusan menentukan peserta Keluarga Penerima Manfaat KPM Bantuan Pangan Non Tunai di Dinas Sosial Kabupaten Purwakarta, memberikan kemudahan dalam