• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. Eka Sucipto Panigoro 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. Eka Sucipto Panigoro 2015"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP LUAS RENTANG GERAK SENDI TUNGKAI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS GLOBAL TELAGA KABUPATEN GORONTALO

Eka Sucipto Panigoro 1, dr. Edwina Monayo, M.Biomed 2, Ns. Wirda Y.Dulahu, S.Kep, M.Kep 2 1.Mahasiswa Jurusan Keperawatan UNG

2.Dosen Jurusan Keperawatan UNG

Abstrak

Berbagai masalah yang terjadi pada lansia ini merupakan hal yang fisiologis karena pada kondisi lanjut usia terjadi. Proses penuaan dimana lansia akan mengalami penurunan di berbagai sistem tubuh. Salah satu penurunan tersebut adalah adanya penurunan luas rentang gerak aktiv yang menyebabkan kemungkinan adanya gangguan pada aktifitas fisik yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot.

Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan ulang atau one group pre and posttest desain. Populasi dan sampel adalah seluruh lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 20 dengan teknik accsidental sampling. Data dikumpul menggunakan satuan acara pelaksanaan ROM aktiv dan dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed Ranks Test dan Paired T Test.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) aktif terhadap luas rentang gerak sendi tungkai pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Global Kabupaten Gorontalo.

Berdasarkan hasil penelitian ini di sarankan kepada Puskesmas hendaknya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia dengan mengajarkan latihan Range of Motion (ROM) aktif dalam meningkatkan fleksibilitas sendi dan untuk lansia hendaknya memanfaatkan latihan Range of Motion (ROM) untuk meningkatkan fleksibilitas sendi lutut pada lansia.

Kata kunci : luas rentang gerak sendi, ROM Aktiv Daftar Pustaka : 25 (2004-2013)

(6)

PENDAHULUAN

Perubahan kesehatan ini dapat terjadi pada semua orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan tergantung keadaan dalam kehidupan. Pada usia 90-an, 32% wanita dan 17% laki-laki mengalami patah tulang panggul dan 12-20% meninggal karena komplikasi. Massa tulang menurun 10% dari massa puncak tulang pada usia 65 tahun dan 20% pada usia 80 tahun. Pada wanita, kehilangan massa tulang lebih tinggi, kira-kira 15-20% pada usia 65 tahun dan 30% pada usia 80 tahun. Laki-laki kehilangan massa tulang sekitar 1% pertahun sesudah usia 50 tahun, sedangkan wanita mulai kehilangan massa tulang pada usia 30-an tahun, dengan laju penurunan 2-3% pertahun sesudah menopouse (Karim, 2006)1.

Berbagai masalah yang terjadi pada lansia ini merupakan hal yang fisiologis karena pada kondisi lanjut usia terjadi. Proses penuaan dimana lansia akan mengalami penurunan di berbagai sistem tubuh. Salah satu penurunan tersebut adalah adanya kehilangan total massa tulang progresif yang menyebabkan kemungkinan adanya gangguan pada aktifitas fisik, perubahan hormonal dan reabsorpsi tulang aktual, terjadinya perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan waktu reaksi dan relaksasi serta kerja fungsional (Stanley & Beare, 2007)2.

Hasil penelitian riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi penyakit sendi pada lansia berdasarkan diagnosis di Indonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis klinis atau gejala 24,7% (Kemenkes, RI, 2013).

Menurut Indriana (2005)3, aktifitas fisik yang teratur atau program latihan fisik yang terstruktur

sangat disarankan dan mempunyai banyak manfaat. Perbaikan cara berjalan, keseimbangan, kapasitas fungsional tubuh secara umum, dan kesehatan tulang dapat diperoleh melalui latihan. Tulang, sendi dan otot saling terkait. Oleh karena itu salah satu cara untuk melatih ROM adalah latihan fleksibilitas yang dapat meningkatkan kekuatan tendon dan ligamen, mempertahanakan kekuatan otot yang melintasi sendi, mengurangi nyeri pada kasus osteoartritis sehingga ROM bisa dipertahankan.

Pergerakan sendi yang penting dalam aktifitas sehari-hari lansia, seperti berjalan, adalah persendian panggul, lutut, pergelangan kaki dan punggung serta otot tungkai sebagai otot pendukung untuk berjalan. Menurut Miller, perubahan yang terjadi pada persendian lansia, yaitu pengurangan viskositas cairan sinovia, degenerasi kolagen dan sel elastin, fragmentasi struktur jaringan fibrosa pada jaringan penghubung dan kartilago, pembentukan jaringan sikatrik dan kalsifikasi pada area kapsula persendian dan jaringan penghubung, perubahan degeneratif pada peredaran arteri kartilago. Perubahan tersebut akan menurunkan fleksibilitas jaringan fibrosa sehingga ROM pada sendi lutut menurun (dalam Pudjiastuti, S. S & Utomo, B, 2006)4.

Hasil penelitian Ulliyah (2007)5 pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) terhadap fleksibilitas sendi lutut pada lansia di Panti Wreda Wening Wardoyo Ungaran menemukan terdapat peningkatan yang bermakna antara pengukuran pertama dan kedua ; pertama dan ketiga pada fleksi sendi lutut kiri sebesar 35° dan antara pengukuran pertama–kedua sebesar 31,87°. Hasil tersebut menunjukkan bahwa latihan ROM selama 3 minggu sudah dapat meningkatkan ROM fleksi sendi lutut pada lansia yang mengalami keterbatasan gerak.

Latihan fisik berupa ROM (Range of Motion) aktif dan pasif perlu diberikan kepada lansia, karena dianggap memberi pengaruh yang lebih signifikan, antara lain: fleksibilitas untuk melatih keadekuatan gerakan sendi, dan kekuatan. Mobilitas yang baik dapat diperoleh dengan melakukan

1 Karim, panduan kesehatan olahraga bagi petugas kesehatan, Jakarta, depkes RI, 2006. 2 Standly & beare, buk ajar keperawatan gerontik edisi kedua, Jakarta, EGC, 2007. 3 Indriyana, Gerontology dan progeria, Yogyakarta, pustaka belajar, 2005

4 Pudjiastuti, S. S & Utomo, B, Fisioterapi pada lansia, Jakarta, EGC, 2006.

5 Ulliya, Pengaruh latihan range of motion (ROM) Terhadap fleksibilitas sendi lutut pada lansia Di panti wreda wening wardoyo ungaran. Media Ners, 2007.

(7)

latihan fisik yang berguna untuk menjaga agar fungsi sendi-sendi dan postur tubuh tetap baik agar tidak terjadi kekakuan sendi. Latihan dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kemampuan lansia (Martono, 20096).

Untuk provinsi Gorontalo menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo jumlah lansia yang tercatat pada tahun 2008 mencapai 49.902 dan angka ini meningkat pada tahun 2014 mencapai 78.820 atau mengalami peningkatan rata-rata 15% pertahun (Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2012). Khusus Lansia di Puskesmas Global Kabupaten Gorontalo, tercatat sebanyak 1.125 orang lansia yang tinggal menetap.

Survei awal peneliti melalui wawancara dan observasi terhadap 8 orang lansia didapatkan adanya keluhan hambatan dalam melakukan pergerakkan terutama gerakan saat bangun dari duduk atau bangun dari tidur bahkan untuk melakukan aktifitas seperti berjalan atau mengangkat sesuatu mereka mengalami kesulitan. Adanya keterbatasan gerak ini memang hal yang fisiologis pada lansia namun keterbatasan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kemungkinan diantaranya kurangnya aktifitas olah raga dan latihan gerak aktif.

Permasalahan yang dihadapi tersebut merupakan hal yang dirasakan sangat menggangu kegiatan lansia sehari. Untuk itu peneliti merasa penting melakukan suatu penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) aktif terhadap luas rentang gerak sendi tungkai pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan selama 2 minggu mulai tanggal 22 Mei sampai dengan 4 Juni 2015 di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo.

Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan ulang atau one group pre and posttest desain. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi seluruh lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Global Telaga Kabupaten Gorontalo sebanyak 20 Lansia.

Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk lembar observasi yang digunakan untuk mencatat hasil pengukuran kekuatan otot ekstremitas bawah serta luas gerak sendi lutut dan panggul sebelum dan setelah dilakukan intervensi latihan ROM baik pada kelompok intervensi. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test dan Paired

T Test.

HASIL PENELITIAN

1. Pengaruh pemberian Range of Motion (ROM) aktif terhadap luas rentang gerak sendi panggul kiri lansia

Tabel 1 Luas rentang gerak sendi panggul kiri lansia sebelum dan sesudah intervensi Responden Lansia di wilayah kerja puskesmas Global Telaga

Luas rentang gerak sendi n Mean Rank Sum of Ranks Z P value

Luas RGS panggul kiri sebelum dan setelah

intervensi 20 4,00 28,00 -2.428 0,015

Sumber ; data primer 2015

Berdasarkan analisis uji Wilcoxon Signed Ranks Test besarnya nilai Z sebesar -2.428 dengan signifikansi (p=value) sebesar 0.015. Dengan demikian nilai probabilitas 0.000 lebih kecil daripada α <0.05 maka disimpulkan terdapat pengaruh intervensi ROM aktif terhadap luas rentang gerak sendi panggul kiri pada lansia.

(8)

2. Pengaruh pemberian Range of Motion (ROM) aktif terhadap luas rentang gerak sendi panggul kanan lansia

Tabel 4.2 Luas RGS panggul kanan lansia sebelum dan sesudah intervensi Responden Lansia di wilayah kerja puskesmas Global Telaga

Luas rentang gerak sendi n Mean Rank Sum of Ranks Z P value

Luas RGSpanggul kanan sebelum

dan setelah intervensi 20 3,00 15,00 -2.070 0,038

Sumber ; data primer 2015

Berdasarkan analisis uji Wilcoxon Signed Ranks Test besarnya nilai Z sebesar -2.070 dengan signifikansi (p=value) sebesar 0.038. Dengan demikian nilai probabilitas 0.000 lebih kecil daripada α <0.05 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh intervensi ROM aktif terhadap luas rentang gerak sendi panggul kanan pada lansia.

3.

Pengaruh pemberian Range of Motion (ROM) aktif terhadap luas rentang gerak

sendi lutut kiri lansia

Tabel 4.3 Luas rentang gerak sendi lutut kiri pada lansia sebelum dan sesudah intervensi Responden Lansia di wilayah kerja puskesmas Global Telaga

Luas rentang gerak sendi n Mean % Standar deviasi T P value

Luas RGSlutut kiri sebelum

dan setelah intervensi 20 -1,500 1,6 % 2,856 -2,349 0,030

Sumber ; data primer 2015

Berdasarkan analisis Paried T Test yang ditujukan pada tabel diatas bahwa rata-rata luas

rentang gerak sendi lutut kiri pada lansia di wilayah kerja puskesmas Global sebelum dan

setelah dilakukan intevensi range of Motion (ROM) aktif sebesar -1,500 atau meningkat

sebesar 1,6%. Dengan demikian didapatkan

p value sebesar 0,030 (p value<0,05). Hasil ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh intervensi ROM aktif pada lansia terhadap luas

rentang gerak sendi lutut kiri pada lansia.

4. Pengaruh pemberian Range of Motion (ROM) aktif terhadap luas rentang gerak sendi lutut kanan lansia

Tabel 4.4 Luas rentang gerak sendi lutut kanan pada lansia sebelum dan sesudah intervensi Responden Lansia di wilayah kerja puskesmas Global Telaga

Luas rentang gerak sendi n Mean Rank Sum of Ranks Z P value

Luas RGS lutut kanan sebelum dan setelah

intervensi 20 3,50 21,00 -2.271 0,023

(9)

PEMBAHASAN

1. Pengaruh pemberian Range of Motion (ROM) aktif terhadap luas rentang gerak sendi panggul dan Lutut lansia.

Hasil penelitian diketahui responden 32 Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata luas rentang gerak sendi pangul kiri sebelum intervensi adalah 490 dan setelah intervensi sebesar 51.500. selanjutnya untuk rata-rata luas rentang gerak sendi pangul kanan sebelum intervensi adalah 49,500 dan setelah intervensi sebesar 51.500. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan luas rentang sendi setelah dilakukan intervensi ROM aktiv.

Hasil uji statistic Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan p value sebesar 0,015 untuk luas rentang gerak sendi panggul kiri dan 0,038 untuk sendi panggul kanan (p value<0,05) yang artinya bahwa intervensi latihan ROM aktif berpengaruh terhadap luas rentang gerak sendi panggul pada lansia. Pada responden lansia di wilayah kerja puskesmas Global sebelum dan setelah dilakukan intevensi range of Motion (ROM) aktif dengan masing-masing nilai beda sebesar 2,500 (4,85%) dan sebesar 2,00 (3,88%). Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi latihan RGS yang dilakukan selama dua minggu dimana dilakukan perlakuan 4 kali dalam seminggu dengan frekuensi 2 kali sehari pada lansia dapat meningkatkan 4,85% luas rentang gerak sendi pada panggul kiri serta 3,88% untuk panggul kanan.

Menurut asumsi peneliti adanya pengaruh ROM aktiv terhadap luas rentang gerak sendi karena ROM aktif dapat mencegah terjadinya kontraktor, atropi otot, meningkatkan peredaran darah ke esktremitas, mengurangi kelumpuhan vascular sehingga dapat meningkatkan fleksi sendi sehingga sendi tidak menjadi kaku. Walaupun secara umum terdapat pengaruh ROM aktiv pada sendi panggul kiri dan kanan terhadap lansia namun masih ada beberapa orang lansia yang tidak mengalami perubahan dikarenakan proses penuaan itu sendiri dimana menurut hasil observasi terjadi keterbatasan gerak pada mereka yang berusia lebih dari 70 tahun dan agak sulit dalam meningkatkan rentang gerak sehingga pemberian ROM aktiv kurang berpengaruh.

Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan Werner (2009)7, bahwa intervensi latihan rentang gerak

sendi aktif yang dilakukan secara rutin ditujukan untuk memelihara sendi agar tetap fleksibel. Latihan ini juga dapat membantu sendi agar tidak kaku dan mencegah kontraktur serta menghindari deformitas. Resiko yang paling besar adalah terjadinya paralisis atau spastis yang menyebabkan ketidakseimbangan otot, dimana sendi tertarik lebih kuat ke satu arah sehingga menekuk secara terus menerus.

Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi, dapat memperparah kondisi sistem muskuloskeletal yang mengalami penurunan karena proses menua. Menurut Martini (2004), Latihan ROM baik sebagai persiapan untuk lansia yang lemah fisik dalam permulaan program latihan. Dengan latihan ROM, diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas sendi pada lansia yang mengalami keterbatasan gerak sendi, sehingga lansia dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan lebih mandiri atau latihan yang lebih tinggi seperti latihan senam (Ulliya, 2007)8.

Secara umum pada lansia terdapat kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat, dan pembentukan tulang dipermukaan sendi-sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat secara progresif yang jika tidak dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi dan deformitas (Stanley & Beare, 2007)9.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliastati (2011) yang menemukan bahwa terdapat kenaikan pada luas gerak sendi baik lutut maupun panggul setelah dilakukan latihan RGS selama 3 minggu dengan frekuensi 2 kali sehari. Pada analisis lebih lanjut juga menunjukkan bahwa dengan

7 Werner, Disabled Village Children A guide for community health workers, rehabilitation workers, and families. California, The Hesperian Foundation, 2009

8 Ulliya, Pengaruh latihan range of motion (ROM) Terhadap fleksibilitas sendi lutut pada lansia Di panti wreda wening wardoyo ungaran. Media Ners, 2007

(10)

pengaruh sebesar 17%, latihan RGS memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan RGS panggul kanan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa latihan ROM aktif mampu memberikan dampak yang baik bagi pergerakan sendi panggul dan dapat mencegah terjadinya kekakuan rentang gerak serta kekakuan otot sehingga mengurangi keterbatasan aktivitas pada lansia dimana hal ini secara fisiologis terjadi. Untuk itu tindakan ROM aktiv ini diharapkan dapat dilakukan lansia setiap hari minimal 2 kali sehari sehingga kesehatan persendian dapat terjaga dengan baik.

Pada pengukuran luas rentang sendi lutut, hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata luas rentang gerak sendi lutut kiri sebelum intervensi adalah 87,00 dan setelah intervensi sebesar 88,500. selanjutnya untuk rata-rata luas rentang gerak sendi lutut kanan sebelum intervensi adalah 88,00 dan setelah intervensi sebesar 90.500. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan luas rentang sendi setelah dilakukan intervensi ROM aktiv.

Hasil uji statistic Paired T Test didapatkan p value sebesar 0,030 luas rentang gerak sendi lutut kiri dan Wilcoxon Signed Ranks Test didaptkan p value 0,023 untuk sendi lutut kanan (p value<0,05) pada responden lansia di wilayah kerja puskesmas Global sebelum dan setelah dilakukan intevensi range of Motion (ROM) aktif dengan masing-masing nilai beda lutut kiri sebesar 2,500 (4,85%) dan sebesar 2,000 (3,88%). Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi latihan RGS yang dilakukan selama dua minggu berturut turut dengan frekuensi minimal 2 kali sehari pada lansia dapat meningkatkan 1,6 % luas rentang gerak sendi pada lutut kiri serta 3,88% untuk lutut kanan sehingga dapat disimpulkan bahwa intervensi latihan ROM aktif berpengaruh terhadap luas rentang gerak sendi lutut pada lansia.

Menurut peneliti adanya pengaruh yang bermakna latihan ROM terhadap luas RGS lutut, karena latihan ini mampu menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam sendi, sehingga adanya penekanan pada kartilago akan membawa cairan sinovia akan ditarik kembali dengan membawa nutrisi, yang akan berdampak pada pleksibilitas sendi dan lansia dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan lebih mandiri.

Walaupun secara umum terdapat pengaruh ROM aktiv pada sendi lutut kiri dan kanan terhadap lansia namun masih ada beberapa orang lansia yang tidak mengalami perubahan dikarenakan proses penuaan itu sendiri dimana menurut hasil observasi terjadi keterbatasan gerak pada mereka yang berusia lebih dari 70 tahun dan agak sulit dalam meningkatkan rentang gerak sehingga pemberian ROM aktiv kurang berpengaruh.

Astrand dan Rodahl (200310), menyatakan bahwa adanya pergerakan pada persendian akan

menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi. Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling bergesekan. Hazzard, et al (2003) dan Jenkins (2005) juga mengemukakan bahwa kartilago banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam hialuronat yang bersifat hidrophilik, sehingga kartilago banyak mengandung air sebanyak 70-75%. Penekanan pada kartilago akan mendesak air keluar dari matrik kartilago ke cairan sinovia. Pada saat tekanan berhenti maka air keluar ke cairan sinovia ditarik kembali dengan membawa nutrisi dari cairan sinovia.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Ulliya (2007)11 yang menunjukkan, terdapat peningkatan yang bermakna (p<0,05) antara pengukuran pertama dan kedua ; pertama dan ketiga pada fleksi sendi lutut kiri, meskipun terdapat peningkatan rerata pada setiap pengukuran. Terdapat peningkatan ROM sendi lutut kiri antara pengukuran pertama-ketiga sebesar 35° dan antara pengukuran pertama–kedua sebesar 31,87°. Hasil tersebut menunjukkan bahwa latihan ROM selama 2 minggu sudah dapat meningkatkan ROM fleksi sendi lutut pada lansia yang mengalami keterbatasan gerak.

Hasil penelitian Siswoyowati (2013) menemukan ada perbedaan yang bermakna antara fleksibilitas sendi lutut kiri dengan peningkatan fleksibilitas sendi lutut sebesar 2,58 derajat dan fleksibilitas sendi lutut kanan dengan peningkatan fleksibilitas sendi lutut sebesar 2,69 derajat

10 Astrand dan Rodahl, K., Textbook of Work Physiology. 3rd ed. New. York, McGraw-Hill Book Company, 2003 11 Ulliya, Pengaruh latihan range of motion (ROM) Terhadap fleksibilitas sendi lutut pada lansia Di panti wreda wening wardoyo ungaran. Media Ners, 2007

(11)

sebelum dan sesudah diberikan latihan Range of Motion (ROM) aktif di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada kelompok intervensi.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usia merupakan faktor penting dalam menentukan fleksibilitas seseorang. Fleksibilitas seseorang meningkat pada masa kanak-kanak dan berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Pada proses menua biasanya terjadi penurunan produksi cairan synovial pada persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan (fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan persendian terutama pada sendi lutut. Untuk itu diperlukan latihan ROM aktif memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, meningkatkan massa otot dan mengurangi kehilangan tulang.

2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dirasakan oleh peneliti selama pelaksanaan penelitian ini adalah jumlah sampel hanya terbatas pada 3 desa dan tidak tergambar pada 4 desa di wilayah puskesmas Global Telaga sehingga belum mewakili secara keseluruhan populasi lansia. Masalah lain adalah waktu penelitian yang seharusnya dapat dilaksanakan selama 3 minggu namun peneliti hanya dapat melaksanakannya selama 2 minggu karena keterbatsan waktu penelitian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti berkesimpulan bahwa 5.1.3 Terdapat pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) aktif terhadap luas rentang gerak sendi tungkai pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Global Kabupaten Gorontalo

SARAN

Hasil kesimpulan penelitian tersebut maka peneliti menyarankan kepada Lansia hendaknya dapat memanfaatkan latihan Range of Motion (ROM) sebagai salah satu alternatif dalam penatalaksanaan untuk meningkatkan fleksibilitas sendi lutut pada lansia dan petugas Puskesmas hendaknya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia, dengan menginformasikan manfaat latihan Range of Motion (ROM) aktif serta mengajarkan latihan Range of Motion (ROM) aktif sebagai salah satu terapi untuk mengintervensi fleksibilitas sendi lutut pada lansia yang menurun

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Astrand dan Rodahl, K. 2003.Textbook of Work Physiology. 3rd ed. New. York : McGraw-Hill Book Company.

Depkes. 2005. 1 dari 3 wanita dan 1 dari 3 pria memiliki kecenderungan menderita osteoporosis. www.depkes.go.id. Diakses tanggal 10 Maret 2015

Fatimah. 2008. Osteoporosis dan Faktor Risikonya pada Lansia Etnis Jawa. Media medika Indonesia. Jurnal.Volume 43 Nomor 2

Hardyal, S. (2010). How to record goniometric measurement. Diunduh tanggal 18 Maret 2015 dari http:/www.ehow.com

Indriana, 2005. Gerontologi & Progeria. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Karim, 2006. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes RI

Lukman dan Ningsih, 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika

Martono, 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI Maryam Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika Mujahidullah 2012. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Bintang Tiga

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, W. 2008.Gerontik dan Geriatik. EGC: Jakarta

Potter & Perry, 2009. Buku ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Praktiknya. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press

Pudjiastuti, S. S & Utomo, B. (2006). Fisioterapi pada lansia. Jakarta: EGC

Siswoyowaty. 2013. Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Aktif terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut pada Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 1 no. 1-12.

Stanley & Beare, 2007. Buku ajar Keperawatan Gerontik. Edisi Kedua. Jakarta: EGC Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Suratun. 2008. Seri asuhan keperawatan : Klien gangguan sistem muskuloskelatal. Jakarta : EGC Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.

(13)

Ulliya. 2007. Pengaruh latihan range of motion (ROM) Terhadap fleksibilitas sendi lutut pada lansia Di panti wreda wening wardoyo ungaran. Media Ners, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2007, hlm 49

Werner, D. (2009). Disabled Village Children A guide for community health workers, rehabilitation workers, and families. Barkeley, California: The Hesperian Foundation

Widodo. 2013. Pengaruh Free Active Exercaise Terhadap Peningkatan Range Of Motion (Rom) Sendi Lutut Wanita Lanjut Usia. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehata , ISSN : 2338-2694 Vina dwi, 2010. Memahami Kesehatan Pada Lansia. Jakarta:Trans Info Media

Gambar

Tabel  1  Luas  rentang  gerak  sendi  panggul  kiri  lansia  sebelum  dan  sesudah  intervensi  Responden  Lansia di wilayah kerja puskesmas Global Telaga
Tabel  4.2  Luas  RGS  panggul  kanan  lansia  sebelum  dan  sesudah  intervensi  Responden  Lansia  di  wilayah kerja puskesmas Global Telaga

Referensi

Dokumen terkait

urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh walikota sesuai dengan karakteristik wilayah dan kebutuhan daerah serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya berdasarkan

Maka dari itu, dengan adanya strategi komunikasi tersebut, perusahaan dapat melakukan handling customer complaint secara terstruktur dan mengkoordinasikan setiap

Mengacu pada perhitungan neraca air menggunakan metode Thornwaite and Mather di wilayah Mendoyo (Tabel 3), periode defisit air terjadi mulai bulan Juli hingga

Ditinjau dari hasil nilai uji berbagai jenis pengu- jian yang telah dilakukan maka peleburan dengan campuran natrium karbonat dan natrium tetraborat, untuk pasir besi dapat

Jadi dalam hal ini berarti perilaku yang paling mendominasi pelajar dalam hal berkendara tidak ada, tetapi dari hasil wawancara di dapatkan perilaku positif banyak

Pemberian izin oleh penguasa atau pemerintah terhadap pemohon izin berarti memberikan serta memperkenankan pemohon tersebut dalam melakukan tindakan tertentu. Secara umum

Bahwa Termohon telah menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara Partai Politik Peserta Pemilu dan Perolehan Suara Calon Legislatif DPR RI secara nasional pada

Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk membunuh sel mikroba vegetatif yang tertinggal pada permukaan alat. Agar proses sanitasi efisien maka permukaan yang akan disanitasi