Modul |” 1
Modul 10
POD dan Metode Pelatihan Partisipatif
Peserta memahami dan menyadari:
1. Semua warga belajar adalah narasumber
2. Pendiidkan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi
3. Metode-metode pelatihan Partisipatif
Kegiatan 1: Diskusi Andragogi VS Pedagogi Kegiatan 2: Diskusi Metode pelatihan Partisipatis
(3 JPL)
Pengalaman berstruktur
Metode Diskusi
2 Modul |
Kertas plano
Kuda-kuda untuk flip chart
Papan tulis dengan perlengkapannya
Supidol, selotip kertas dan jepitan besar
OHP (Overhead Projector)/Infokus
Diskusi Andragogi vs Pedagogi
Tujuan
1. Semua warga belajar adalah narasumber
2. Pendiidkan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi
Materi
Peserta diajak untuk mendiskusikan ciri-ciri pendidikan orang dewasa
Waktu
1 JPL (45‟)
Perlengkapan
Infocus, plano, flipcart, spidol
1) Bukalah pertemuan dengan memberi salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan membahas Tema : Teknik Fasilitasi dan dimulai dengan Modul Pendidikan Orang Dewasa dan uraikan apa yang akan dicapai melalui modul ini, yaitu peserta memahami dan menyadari : Semua warga belajar adalah narasumber
Modul |” 3 2) Uraikan kemudian bahwa Modul ini akan dimulai dengan kegiatan belajar 1, yaitu Diskusi
Andragogi vs Pedagogi dan jelaskan apa yang akan dicapai melalui kegiatan ini, yaitu :
Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata sendiri perbedaan mendasar antara fasilitasi dengan mengajar ( menggurui)
3) Ajaklah peserta untuk berbagi menjadi 3 kelompok diskusi Masing-masing kelompok akan mendiskusikan gambar/komik “Tuan Guru dan Tukang Perahu“ yang akan dibagikan pada kelompok.dengan pertanyaan penggerak sebagai berikut:
Apakah cerita ini mungkin terjadi?.
Apa tanggapan anda tentang kedua tokoh tersebut ? Apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut ?.
4) Setelah diskusi kelompok selesai mintalah masing–masing wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan ajaklah peserta untuk mengkritisi masing-masing ide/gagasan yang disampaikan.
Setiap orang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang harus dihargai dan mungkin tidak dimiliki oleh yang lainnya. Karena itu semua orang bisa menjadi sumber belajar bagi yang lain, dalam proses fasilitasi yang dilakukan adalah proses membelajarkan (membantu proses belajar) bukan mengajar, dimana semua peserta adalah subjek dari proses belajar sedangkan objeknya adalah relaitas kehidupan
5) Ajaklah peserta untuk membahas perbedaan mengajar dengan membelajarkan dengan mengisi tabel seperti yang sudah disediakan dalam LK 1 –
6) Bahas bersama, pakailah media bantu sebagai acuan pembahasan apabila diperlukan.
Ciri – ciri pendidikan orang dewasa
Belajar dari realitas atau pengalaman : yang dipelajari bukan „ajaran‟ (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat dan sebagainya ) dari seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. Keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau „kepintaran‟ omongannya.
Tidak menggurui : karena itu , tak ada „ guru‟ dan tak ada „murid yang digurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah „guru sekaligus murid‟ pada saat yang bersamaan.
Dialogis : karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses „ mengajar – belajar‟ yang bersifat satu arah, tetapi proses „komunikasi‟ dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan media (peraga, grafika, audio visual, dan sebagainya) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat di dalam proses pelatihan tersebut.
4 Modul |
7) Refleksikan bersama hasilnya sehingga ditemukan perbedaan yang hakiki antara andargogi dan pedagogi , dan beri penegasan oleh pemandu apabila diperlukan.
Model pendekatan pendidikan menurut Knowles dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk pendekatan yang kontradiktif yakni antara pedagogi dan andragogi. Perbedaan antara kedua pendidikan tersebut, sesungguhnya tidak semata perbedaan „obyek‟nya. Pedagogi sebagai „seni mendidik anak‟ mendapat pengertian lebih luas dimana suatu proses pendidikan yang „menempatkan obyek pendidikannya sebagai „anak – anak‟ walaupun secara biologis mereka sudah termasuk „dewasa‟. Konsekuensi logis dari pendekatan ini adalah menempatkan peserta didik sebagai „murid‟ yang pasif. Murid sepenuhnya menjadi obyek suatu proses belajar seperti misalnya : guru menggurui, murid digurui, guru memilihkan apa yang harus dipelajari, murid tunduk pada pilihan tersebut, guru mengevaluasi, murid dievaluasi dan seterusnya. Kegiatan belajar mengajar model ini menempatkan guru sebagai inti terpenting, sementara murid menjadi bagian pinggiran.
Sebaliknya, andragogi atau pendekatan pendidikan „orang dewasa‟ merupakan pendekatan yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. Di balik pengertian ini Knowles ingin menempatkan „murid‟ sebagai subyek dari sistem pendidikan. Murid sebagai orang dewasa diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang dianggap bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat pendidikan. Fungsi guru adalah sebagai „fasilitator‟, dan bukan menggurui. Oleh karena itu relasi antara guru – murid bersifat „multicommunication‟ dan seterusnya.
Diskusi Kelompok dan Pleno Metode Pembelajaran
Tujuan
Peserta bisa menerangkan metode dan teknik – teknik pelatihan untuk
penyadaran kritis
Peserta mampu memilih metode yang tepat untuk pelatihan
Materi
Peserta diajak melakukan diskusi mengenai metode-metode pelatihan partisipatif
serta kekurangan dan kelebihannya
Waktu
1 JPL (45‟)
Perlengkapan
Modul |” 5
1)
Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 2 dalam Modul ini, yaitu
membahas metode pembelajaran yang cocok untuk pelatihan partisipatif.
2)
Tanyakan kepada peserta , selama mengikuti pelatihan (semua peserta pasti pernah
mengikuti pelatihan paling tidak menjadi peserta pelatihan dasar), metode (teknik ) apa
yang pernah dikenal. Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano.
3)
Bahas bersama bahwa, dalam pelatihan paling tidak metode yang biasa digunakan
adalah :
Tanya jawab
Curah pendapat (Brainstorming)
Ceramah
Diskusi Kelompok
Diskusi Kelompok Terfocus
Penugasan/Praktek
Permainan
Bermain peran
Simulasi
Analisa Kasus
4)
Bagi peserta ke dalam 3 kelompok, kemudian tugaskan setiap kelompok untuk
membahas :
Apa pengertian dari setiap metode?
Untuk tujuan apa kegunaan setiap metode ?
Apa kelebihan dan keuntungan setiap metode ?
Bagaimana efektifitas metode tersebut untuk meningkatkan partisipasi peserta?
Kelompok 1 :
Membahas metode : Tanya jawab, curah pendapat, ceramah dan diskusi kelompok
Kelompok 2 :
Membahas metode diskusi kelompok terfocus, penugasan/praktek, permainan
Kelompok 3:
Membahas metode bermain peran, simulasi, dan analisa kasus.
5) Berikan kesempatan semua kelompok untuk presentasi Bahas hasil diskusi dalam pleno
kelas, kemudian simpulkan bersama dan berikan pencerahan. (gunakan bahan bacaan
sebagai acuan untuk pencerahan).
6 Modul |
Metode pembelajaran dipilih biasanya didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain : Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai, apakah pelatihan untuk meingkatkan
pengetahuan, pemahaman, merubah sikap atau meningkatkan keterampilan peserta? Pemandu mampu memfasilitasi dengan menggunakan metode tersebut.
Peserta belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebut. Murah, artinya tidak terlalu memakan alat bantu yang banyak Besarnya kelompok (jumlah peserta) yang difasilitasi
Ketersediaan waktu
Efektifitas partisipasi peserta.
Penggunaan metode – metode dalam satu proses belajar bisanya tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan gabungan dari beberapa metode. Misalnya Penjelasan atau ceramah selalu disertai dengan tanya jawab; analisa kasus bisa digabungkan dengan diskusi kelompok dan sebagainya. Untuk dapat memilih metode yang tepat Pemandu perlu mengetahui karakteristik dan ranah belajar dari setiap metode .
Metode Ranah Belajar Efktifitas partisipasi
peserta
Pengetahuan Sikap Keterampilan Tinggi Rendah
Tanya Jawab Curah pendapat Diskusi kelompok Ceramah FGD Penugasan/praktek Permainan Bermain peran Analisa kasus Simulasi
Metode – metode di atas memiliki karakter dasar yang cenderung merangsang partisipasi. Tetapi pemilihan metode belum tentu menjamin proses fasilitasi berlangsung secara partisipatif, karena yang paling penting adalah sikap dan perilaku Pemandu yang tidak menggurui dan menumbuhkan suasana dialogis di antara peserta dengan peserta dan peserta dengan Pemandu.Agar proses dialogis terjadi Pemandu harus mampu membangun kesetaraan, artinya harus menghilangkan sekat – sekat sosial dia antara semua peserta dan di antara Pemandu dengan peserta. Pemandu harus mampu menghancurkan paham bahwa perannya sebagai Pemandu sarat dengan kekuasaan sehingga peserta dianggap tidak memiliki tanggung jawab sama sekali terhadap jalannya proses belajar.