• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PETA KONSEP PADA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI 13 KEPAHIANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PETA KONSEP PADA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI 13 KEPAHIANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

66

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI

DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PETA KONSEP

PADA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI 13 KEPAHIANG

Hendri A dan Denita Herlen

Guru SDN 13 Kepahiang dan Guru SDN 5 Kepahiang

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang melalui penggunaan Strategi Peta Konsep pada pelajaran IPA pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara siklus persiklus, setiap siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang dengan jumlah siswa 31 orang. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan lembar tes tertulis. Data tes dianalisis dengan menggunakan rumus rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar klasikal, sedangkan data observasi dianalisis dengan rata-rata skor, skor tertinggi, skor terendah, selisih skor dan kisaran nilai untuk tiap kreteria. Hasil yang diperoleh dari penelitian yaitu: (1) pra siklus dengan nilai rata-rata 53,72 dan ketuntasan belajar klasikal 38,70%; (2) siklus I dengan nilai rata-rata 60,64 dan ketuntasan belajar klasikal 70,96%, sedangkan rata-rata skor observasi aktivitas guru 22 termasuk dalam kategori baik dan rata-rata skor observasi aktivitas siswa 10 termasuk dalam kategori cukup; (3) siklus II dengan nilai rata-rata 88,46 dan ketuntasan belajar klasikal 87%, sedangkan rata-rata skor observasi aktivitas guru 33,5 termasuk dalam kategori baik dan rata-rata skor observasi aktivitas siswa 16,5 termasuk dalam kategori baik. Berdasakan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem, dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang. Maka disarankan kepada guru IPA untuk menerapkan strategi peta konsep dalam pembelajaran IPA terutama pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem.

Kata kunci: Strategi peta konsep, pembelajaran IPA, hasil belajar, dan siswa SD.

Dalam proses pembelajaran IPA penanaman konsep yang baik dan benar mutlak diperlukan, hal ini disebabkan IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berke-lanjutan dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga penguasaan konsep ditingkat dasar menentukan penguasaan konsep IPA ditingkat yang lebih tinggi. Untuk membantu siswa memahami kon-sep, salah satu upaya guru yaitu dengan memperbaiki faktor ekternal khususnya

proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang bahwa dalam proses pembelajaran masih menggu-nakan metode ceramah.

Pembelajaran dengan metode cera-mah pada dasarnya telah menjabarkan konsep-konsep dalam suatu materi, akan tetapi tidak menyajikan hubungan antar konsep secara eksplesit. Cara penjelasan seperti ini kurang membantu siswa saling

(2)

keterkaitan konsep yang menjadi salah satu tujuan pendidikan IPA tersebut. Proses belajar dengan metode ceramah sering diklaim sebagai pengajaran tradisional atau konvensional yang menyebabkan rendah-nya kualitas proses dan hasil belajar siswa karena monoton, tidak merangsang berpi-kir siswa, dan menimbulkan kepasifan, ser-ta kebosanan pada diri siswa.

Kurangnya penguasasan siswa ter-hadap konsep-konsep materi dalam pem-belajaran IPA ini mengakibatkan terjadi-nya kesalahan konsep (miskonsepsi) pada diri siswa. Menurut Fowler (dalam Supar-no P, 2005: 5) memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Dengan demikian untuk mem-buat kaitan-kaitan konsep ini perlu strategi pembelajaran yang bervariasi.

Pada dasarnya pembelajaran de-ngan strategi yang bervariasi menuntut kreativitas guru dalam merancang suatu proses pembelajaran untuk mengembang-kan penguasaan konsep yang baik dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran IPA. Dalam hal ini dibutuhkann komitmen sis-wa dalam memilih belajar sebagai suatu yang bermakna lebih dari hanya meng-hafal, yaitu membutuhkan kemauan siswa untuk mencari hubungan konseptual antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang sedang dipelajari di dalam kelas. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah dan mendorong siswa belajar secara bermakna adalah dengan penggunaan strategi peta konsep dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Lynch (dalam Silitonga, diakses tanggal 13 Januari 2008: 1) ada beberapa hal yang diduga penyebab kurangnya pe-nguasaan siswa terhadap materi pelajaran IPA yaitu:

“(1) siswa sering belajar dengan cara menghapal tanpa membentuk pengertian terhadap materi yang dipelajari; (2) materi pelajaran yang ajarkan memiliki konsep yang mengambang sehingga siswa tidak dapat menemukan kunci untuk me-ngerti materi yang dipelajari; dan (3) tena-ga pentena-gajar atau guru mungkin kurang berhasil dalam menyampaikan kunci terha-dap penguasaan konsep materi yang se-dang diajarkan”.

Kurangnya penguasaan siswa ter-hadap konsep-konsep materi dalam pembe-lajaran IPA ini mengakibatkan terjadinya kesalahan konsep (miskonsepsi) pada diri siswa. Menurut Fowler (dalam Suparno P, 2005: 5) memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan kon-sep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Dengan demikian untuk membuat kaitan-kaitan konsep ini perlu strategi pembela-jaran yang bervariasi.

Pada dasarnya pembelajaran de-ngan strategi yang bervariasi menuntut kreativitas guru dalam merancang suatu proses pembelajaran untuk mengembang-kan penguasaan konsep yang baik dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran IPA. Dalam hal ini dibutuhkann komitmen siswa dalam memilih belajar sebagai suatu yang bermakna lebih dari hanya meng-hafal, yaitu membutuhkan kemauan siswa untuk mencari hubungan konseptual antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang sedang dipelajari di dalam kelas. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar

(3)

siswa yang rendah dan mendorong siswa belajar secara bermakna adalah dengan penerapan strategi peta konsep dalam pem-belajaran IPA.

Pemetaan konsep merupakan salah satu dari strategi pembelajaran dimana pe-lajar perlu menerka suatu perkaitan dian-tara konsep-konsep individu yang saling berkaitan (Norizan, diakses tanggal 12 Januari 2008: 1). Lebih lanjut Mardining-sih (2001: 1) pemetaan konsep atau meme-takan konsep adalah suatu strategi yang dapat membantu para siswa melihat dan memahami keterkaitan antar konsep yang telah dikuasainya. Pemetaan konsep sangat efektif untuk membantu siswa belajar ber-makna, yaitu memahami hubungan logika antar konsep yang satu dengan konsep yang lain. Pemetaan konsep yang paling baik adalah yang dibuat sendiri oleh siswa.

Pembuatan peta konsep dari se-kumpulan konsep-konsep dalam suatu ma-teri pelajaran yang dibuat oleh beberapa siswa kemungkinan akan menghasilkan peta konsep yang berbeda. Hal ini dise-babkan oleh peta konsep yang dibuat oleh siswa merupakan kaitan-kiatan konsep yang paling bermakna baginya. Dengan demikian pada peta konsep terlihat sejum-lah konsep-konsep yang sama dapat tersu-sun dalam hirearki berbeda yang menun-jukkan perbedaan idiosinkratik, artinya kebermaknaan konsep-konsep itu khas bagi setiap orang.

Dahar (1989: 125), menyebutkan peta konsep mempunyai empat ciri, yaitu:

“(1) peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memper-lihatkan konsep-konsep dan proporsi-pro-porsi suatu bidang studi; (2) peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi; (3) ciri ketiga adalah hubungan antara konsep-konsep, tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama, ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari

konsep-konsep lainnya; dan (4) ciri yang keempat peta konsep yang digambarkan di bawah konsep yang lebih Inklusif, terbentuk suatu hierarki pada konsep itu”.

Menurut Sumaji (dalam Mardi-ningsih, 2001: 2) peta konsep merupakan suatu alat skematis untuk mempresentasi-kan suatu konsep yang digambarmempresentasi-kan dalam suatu kerangka proposisi. Jadi peta konsep merupakan salah satu model atau teknik belajar yang merupakan gagasan Novak yang dilandasi teori belajar Ausubel. Ausubel (dalam Dahar, 1989: 111) menjelaskan belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Dimensi yang pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang sajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan dan dimensi kedua menyangkut bagaimana cara siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Dalam proses pembelajaran peta konsep dapat dilakukan oleh guru maupun siswa. Peta konsep yang dirancang oleh guru untuk suatu topik digunakan untuk memberi gagasan pada siswa mengenai konsep-konsep dan keterkaitan antar kon-sep dari suatu topik yang ada atau sudah dipelajari. Cara tersebut dapat membantu siswa untuk mengetahui alur pikir guru ter-hadap konsep sehingga apa yang diharap-kan dapat dipahami siswa (Cliburn dalam Suprihatin, 2002: 6). Berdasarkan hasil penelitian Muhaemin (dalam Suprihatin, 2002: 6) faktor utama yang mempengaruhi guru menggunakan peta konsep dalam pembelajaran adalah sifat materi pembela-jaran. Dengan membuat atas keinginan sendiri, maka materi pelajaran akan lebih mudah dimengerti, peta konsep akan mem-bantu dalam mengemukakakan ide-ide secara sistematis sekaligus akan memudah-kan mereka dalam belajar.

(4)

Pendapat di atas senada dengan hasil penelitian Dahar (dalam suprihatin, 2002: 6) yang menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi penggunaan peta konsep dalam belajar siswa adalah tuntutan dari sifat pelajaran yang diikuti, sedangkan faktor yang lain yaitu meliputi keinginan sendiri, pengaruh guru, memu-dahkan memahami dan mengingat materi, cara belajar yang lebih unggul dan ber-fungsi sebagai pengait materi yang berhu-bungan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa tidak menggunakan peta konsep yaitu terlalu banyak memakan waktu, sulit membuatnya, memerlukan fasilitas belajar yang layak, tidak mau mengubah cara belajar, belum mengerti membuat peta konsep, dan faktor utama sulit membuatnya.

Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna, oleh karena itu hendaknya setiap siswa pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa pada siswa itu telah berlangsung belajar bermakna. Menurut Dahar (1989: 126) cara mengajarkan pembuatan peta konsep dapat diikuti langkah-langkah seba-gai berikut: (1) pilihlah salah satu bacaan dari buku bacaan, (2) tentukan konsep yang relevan; (3) urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif sampai contoh-contoh; dan (4) susunlah konsep-konsep itu dengan kata-kata penghubung.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA di kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang, dan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan strategi peta konsep dalam pembelajaran IPA di Kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang.

METODE

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Ada empat tahapan

penting dalam penelitian tindakan kelas yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengama-tan, dan refleksi. Subjek penelitian ini ada-lah guru dan siswa kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang yang berjumlah 23 orang. Secara lebih terperinci prosedur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pra Siklus: Pada tahap ini peneliti mela-kukan wawancara dan pengamatan (obser-vasi) baik melalui data maupun pelaksa-naan pembelajaran. Hasil observasi data yang diperoleh adalah hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang masih rendah jika dibandingkan dengan pelajaran lain. Kemudian peneliti melaku-kan refleksi dan memutusmelaku-kan bahwa solusi yang tepat untuk pemecahan masalah ter-sebut yaitu dengan menerapkan pendeka-tan peta konsep di kelas VI SD Negeri 13 Kepahiang.

Setelah ditemukannya pemecahan dari permasalahan tersebut maka peneliti melakukan tes awal terhadap siswa yang berguna sebagai rujukan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan terhadap prestasi belajar siswa setelah dilaksanakan-nya tindakan.

Siklus I: Adapun tahap-tahap yang dilaku-kan pada siklus I ini adalah sebagai berikut:

a) Tahap Perencanaan (Planning)

1) Menyusun Silabus, 2) Menyusun skenario pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta konsep yang terdiri dari membuat program satuan pembelajaran dan rencana pelaksa-naan pembelajaran pada konsep pe-ngaruh angin dan pepe-ngaruh hujan. 3) Menyususn kisi-kisi soal dan mem-buat alat evaluasi dengan jumlah soal 5 butir , 4) Menyusun LDS, 5) Mem-persiapkan alat dan bahan pembela-jaran, 6) Membuat lembar observasi guru dan siswa beserta indikatornya. b) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

(5)

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan yaitu melaksanakan skena-rio pembelajaran yang terdiri atas kegiatan membuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang telah direnca-nakan dengan menerapkan strategi peta konsep. Selama pelaksanaan dila-kukan observasi. Kemudian diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi de-ngan soal tes yang telah dibuat. Adapun langkah-langkah yang dilaku-kan dalam penerapan strategi menga-jar peta konsep yaitu:

“(1) guru menentukan topik atau tema dan bahan bacaan yang relevan; (2) siswa dalam kelompok mencari dan menuliskan konsep di dalam bacaan yang dianggap penting dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan; (3) siswa dalam kelompok menentukan konsep yang paling luas pengertiannya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan; (4) siswa da-lam kelompok menyusun konsep yang telah diurutkan dan memberikan garis hubung dalam bentuk pemetaan istilah dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan; (5) siswa dalam kelompok memberikan kata-kata penghubung pada setiap hubu-ngan antar konsep yang satu dehubu-ngan konsep yang lainnya dengan cara me-lengkapi lembar kerja yang telah dise-diakan; (6) guru menyuruh salah sis-wa anggota kelompok untuk menulis-kan hasil kerjanya di papan tulis; (7) guru bersama siswa membahas hasil kerja siswa yang sudah dituliskan di papan tulis tersebut; (8) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan; dan (9) guru membimbing siswa menarik kesimpu-lan” (diadaptasi dari Winarni, dkk, 2000).

c) Pengamatan (Observation)

Selama kegiatan pembelajaran ber-langsung pengamat (observer) menga-mati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pengamatan ini dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa. Aktivitas guru dinilai dengan menggunakan lembar observasi guru dan aktivitas siswa dinilai dengan menggunakan lembar observasi siswa. Yang berperan sebagai observer ada-lah peneliti secara bergantian dengan guru kelas VI.

d) Refleksi (Reflection)

Pada tahap ini dilakukan analisis ter-hadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil tes. Hasil analisis tersebut digu-nakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan se-bagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus II.

Siklus II

Pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran pada siklus I, dimana urutan-urutan kegiatannya adalah sebagai berikut:

a) Tahap Perencanaan (Planning) 1) Menyusun Silabus, 2) Menyusun skenario pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta konsep yang terdiri dari membuat program satuan pembelajaran dan rencana pelaksana-an pembelajarpelaksana-an pada konsep penga-ruh angin dan pengapenga-ruh hujan. 3) Menyususn kisi-kisi soal dan mem-buat alat evaluasi dengan jumlah soal 7 buah , 4) Menyusun LDS, 5) Mem-persiapkan alat dan bahan pembela-jaran, 6) Membuat lembar observasi guru dan siswa beserta indikatornya. b) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan yaitu melaksanakan

(6)

skena-rio pembelajaran yang terdiri atas kegiatan membuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang telah direnca-nakan dengan menerapkan strategi peta konsep. Selama pelaksanaan dila-kukan observasi. Kemudian diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi de-ngan soal tes yang telah dibuat. Proses pembelajaran tetap mengacu pada proses penerapan pembelajaran meng-gunakan peta konsep.

c) Pengamatan (Observation)

Selama kegiatan pembelajaran ber-langsung pengamat (observer) menga-mati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pengamatan ini dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa. Aktivitas guru dinilai dengan menggunakan lembar observasi guru dan aktivitas siswa dinilai dengan menggunakan lembar observasi siswa. Yang berperan sebagai observer ada-lah peneliti secara bergantian dengan guru kelas VI.

d) Refleksi (Reflection)

Pada tahap ini dilakukan analisis ter-hadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil tes. Hasil analisis tersebut digu-nakan sebagai bahan untuk melakukan

refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus berikutnya. Apabila hasil yang diinginkan telah tercapai maka pada tahap ini dilaku-kan analisis terhadap seluruh hasil pe-nilaian, baik yang menyangkut peni-laian proses (observasi guru dan sis-wa) maupun hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai rekomen-dasi bagi penelitian ini.Keseluruhan data dianalisa secara deskriptif baik yang menyangkut hasil observasi maupun tes.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Siklus I

a. Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I Deskripsi Observasi Aktivitas Siswa

Hasil analisis data observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat padas siklus I merupakan gambaran aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosis-tem. Berdasarkan hasil analisis data observasi aktivitas siswa secara kua-litatif kemampuan guru dalam menga-jar ditunjukkan pada diagram berikut.

Diagram Lingkaran 1. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Kategori Cukup

Pengamat 1 Pengamat 2 Rata-rata 11 10 9

(7)

Dari tabel di atas dapat dike-tahui bahwa rata-rata skor dari penga-mat I dan II pada observasi aktivitas siswa yaitu 10 termasuk dalam kate-gori cukup. Hal ini mempunyai arti bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran oleh siswa pada siklus I sudah cukup baik. Dari hasil observasi secara keseluruhan terlihat ada bebe-rapa aspek yang diamati berada pada kategori baik, cukup dan kurang. Per-tama aspek-aspek yang berada pada kategori baik antara lain: (1) mem-baca materi pelajaran; (2) menyusun pemetaan konsep, menentukan garis hubung dengan cara melengkapi lem-bar kerja yang telah disediakan; dan (3) menarik kesimpulan.

Kedua aspek-aspek yang ter-masuk dalam kategori cukup antara lain: (1) siswa merespon pertanyaan awal guru; (2) mencari dan menu-liskan konsep yang dianggap penting, menentukan kata-kata penghubung pada setiap hubungan antar konsep yang satu dengan yang lainya dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan; dan (3) keberanian meyampaikan hasil peta konsep yang dibuat. Namun demikian masih ada satu aspek yang berada pada kategori kurang yaitu mengurutkan konsep yang dianggap paling luas pengertian-nya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan.

b. Tes Siklus I

Tes yang dilaksanakan pada si-klus I yaitu post test untuk mengeta-hui hasil yang dicapai oleh siswa sete-lah proses pembelajaran pada pokok bahasan keseimbangan ekosistem. Dari analisis hasil belajar tes siklus I diperoleh nilai rata-rata 60,64 dan ketuntasan belajar secara klasikal

70,96% termasuk dalam kreteria cukup.

Hasil menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus I ini belum dikategorikan tuntas dalam belajar karena dari 31 orang siswa yang men-dapat nilai 7 ke atas sebanyak 22 orang atau 70,96%. Berdasarkan ketentuan BNSP yaitu kreteria ideal ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator 75% dan untuk mata pelajaran IPA indikator ketuntasan belajar secara klasikal, apabila siswa di kelas memperoleh nilai 7 ke atas sebanyak 75% (diadaptasi dari Depdiknas, 2007: 62). Berdasarkan hasil tes siklus I belum tuntas dalam belajar.

Ketidaktuntasan hasil belajar ini dikarenakan proses pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta konsep belum terlaksanan dengan optimal karena adanya kekurangan pada pelaksanaan tindakan, baik tin-dakan aktivitas guru maupun tintin-dakan aktivitas siswa.

c. Peta Konsep Siklus I

Sesuai dengan prosedur yang telah direncakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa bekerja di dalam kelompok mengisi lembar diskusi siswa untuk membuat peta konsep pada pokok bahasan kese-imbangan ekosistem. Berdasarkan analisis data hasil pemetaan konsep, diperoleh rata-rata nilai siswa dalam membuat peta konsep pada siklus I yaitu 7,23. Dilihat dari nilai rata-rata peta konsep yang dibuat mempunyai arti bahwa setiap kelompok sudah mampu membuat peta konsep dengan bimbingan guru, akan tetapi hasil yang dicapai belum optimal.

d. Refleksi Tindakan I

Proses kegiatan belajar menga-jar dengan menerapkan strategi peta

(8)

konsep pada pokok bahasan keseim-bangan ekosistem pada siklus I siswa mengalami kesulitan dalam hal me-ngurutkan konsep-konsep yang paling luas pengertiannya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh.

Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran IPA dengan menerap-kan strategi peta konsep, diantara kedua pengamat ada yang member-kan kategori cukup pada aktivitas guru dan siswa dan bahkan kategori kurang yaitu membimbing dan me-ngarahkan siswa pada saat mengurut-kan/mengelompokkan istilah (kon-sep). Untuk mengatasi aspek-aspek yang masih berada pada kategori kurang dan cukup pada siklus I seperti analisi data observasi guru dan siswa yang diberikan oleh dua orang penga-mat, hal-hal yang perlu diperbaiki pada kegiatan pengajaran selanjutnya antara lain:

Aktivitas Siswa

Sebelum kegiatan pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseim-bangan ekosistem pada siklus II, adapun langkah-langkah perbaikan oleh siswa yaitu: (1) guru sebaiknya mengarahkan kepada siswa untuk mempelajari ulang materi yang telah

dipelajari sebelumnya agar mereka merespon pertanyaan awal guru yang berhubungan dengan materi sebelum-nya dan mengarah pada konsep yang akan dipelajari; (2) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mem-baca materi yang akan dipelajari di rumah agar mereka mudah mencari dan menuliskan konsep yang diang-gap penting, mengurut-kan konsep-konsep yang paling luas pengertian-nya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh, menentukan kata-kata penghubung; dan (3) guru sebaiknya menberikan konsep yang mereka buat.

Hasil Siklus II

a. Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II Deskripsi Observasi Aktivitas Siswa

Hasil analisis data observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat padas siklus II merupakan gambaran aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseimbangan ekosis-tem. Berdasarkan hasil analisis data observasi aktivitas siswa, secara kua-litatif kemampuan guru dalam menga-jar ditunjukkan pada diagram berikut.

Diagram Lingkaran 2. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Kategori Baik

Pengamat 1 Pengamat 2 Rata-rata 16.5 16 17

(9)

Dari diagram di atas dapat dike-tahui bahwa rata-rata skor dari penga-mat I dan II pada observasi aktivitas siswa yaitu 16.5 termasuk dalam kate-gori baik. Hal ini mempunyai arti bah-wa secara umum pelaksanaan pembe-lajaran oleh siswa pada siklus II sudah baik. Dari hasil observasi secara kese-luruhan terlihat ada beberapa aspek yang diamati berada pada kategori baik.

Pertama aspek-aspek yang be-rada pada kategori baik antara lain: (1) siswa merespon pertanyaan awal guru; (2) membaca materi pelajaran; (3) mencari dan menuliskan konsep yang dianggap penting, menyusun pe-metaan konsep, menentukan garis hu-bung, menentukan kata-kata Penghu-bung pada setiap huPenghu-bungan antar kon-sep yang satu dengan yang lainya de-ngan cara melengkapi lambar kerja yang telah disediakan; (3) keberanian meyampaikan hasil peta konsep yang dibuat; dan (4) menarik kesimpulan. Kedua aspek-aspek yang termasuk da-lam kategori cukup yaitu mengurut-kan konsep yang dianggap paling luas pengertiannya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh dengan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan.

b. Tes Siklus II

Berdasarkan refleksi hasil si-klus I dilaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi peta kon-sep pada pokok bahasan keseimba-ngan ekosistem. Pada tindakan II ini tes yang digunakan yaitu post tes yaitu tes yang dilaksanakan diakhir pembelajaran. Tes siklus II ini bertu-juan unuk mengatahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan keseim-bangan ekosistem. Dari hasil analisis hasil belajar tes siklus II, diperoleh nilai rata-rata 88,46 dan ketuntasan

belajar secara klasikal 87 % termasuk dalam kriteria tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa ha-sil belajar pada siklus II telah dikate-gorikan belajar tuntas karena dari 31 siswa yang mendapat nilai 7 ke atas sebanyak 27 orang atau 87%. Hasil yang dicapai untuk ketuntasan belajar secara klasikal dalam silkus II sudah sesuai dengan acuan ketentuan BNSP kreteria ideal ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator 75% dan untuk mata pelajaran IPA indikator ketuntasan belajar secara klasikal, apabila siswa di kelas memperoleh nilai 7 ke atas sebanyak 85% (diadap-tasi dari Depdiknas, 2007: 62). Dari hasil tes siklus II sudah tuntas dalam belajar.

c. Peta Konsep Siklus II

Sesuai dengan prosedur yang telah direncakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa masih be-kerja didalam kelompok mengisi lem-bar diskusi siswa untuk membuat peta konsep pada pokok bahasan keseim-bangan ekosistem. Berdasarkan ana-lisis data pemetaan konsep, diperoleh rata-rata nilai siswa dalam membuat peta konsep pada siklus II yaitu 8,11. Dilihat dari nilai rata-rata peta konsep yang dibuat mempunyai arti bahwa setiap kelompok sudah mampu mem-buat peta konsep dengan bimbingan guru dan hasil yang dicapai sudah optimal.

d. Refleksi Tindakan II

Proses kegiatan belajar menga-jar dengan menerapkan strategi peta konsep pada pokok bahasan keseim-bangan ekosistem pada siklus II telah menampakkan hasil yang baik, dima-na siswa telah mampu memahami dan mengerti membuat peta konsep de-ngan cara melengkapi lembar kerja yang telah disediakan. Peta konsep

(10)

yang dibuat oleh siswa berbeda de-ngan peta konsep yang dibuat oleh guru, akan tetapi konsep-konsep yang dipahami adalah sama dan siswa dapat menjadi lebih mengerti dalam mengaitkan antara konsep-konsep yang telah dimilikinya dengan kon-sep-konsep yang baru. Siswa belajar dengan membuat peta konsep menun-jukkan adanya kebermaknaan di da-lam belajar, dimana peta kosep yang dibuat oleh masing-masing kelompok dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa itu sendiri.

Berdasarkan hasil observasi ak-tivitas guru dan siswa dalam siklus II sudah menampakkan hasil yang opti-mal. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek pengamatan pada observasi ak-tivitas guru dan siswa sebagian besar sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi masih ada satu aspek yang berada pada kreteria cukup.

Aspek yang berada pada krete-ria cukup pada aktivitas guru yaitu membimbing dan mengarahkan siswa pada saat mengurutkan/ mengelom-pokkan istilah (konsep) dan pada aktivitas siswa yaitu mengurutkan konsep yang paling luas pengertian-nya sampai dengan yang lebih khuhus ataupun contoh-contoh. Dengan demi-kian diperlukan perbaikan pada pene-litian selanjutnya antara lain:

Aktivitas Siswa

Guru sebaiknya harus member-kan penanganan khusus bagi kelom-pok yang pasif, hal ini dilakukan dengan cara membantu dan menga-rahkan siswa pada saat mengurutkan konsep yang paling luas pengertian-nya sampai dengan yang lebih khusus ataupun contoh-contoh.

Pembahasan

Menurut penelitian Piaget (dalam Nasution, 2005: 7), perkembangan intelek-tual anak kelas VI SD berada pada fase operasi konkrit. Operasi dimak-sud adalah usaha untuk memperoleh data tentang dunia realitas dan mengubahnya dalam pikiran kita sedemikian rupa sehingga dapat disusun atau diorganisasi dan digunakan secara selektif dalam pemecahan masalah-masalah. Pada tahap ini operasi itu “internalited”, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan atau perbuatnnya, ia telah dapat melaku-kannya dalam pikirannya. Internalisasi ini sangat penting karena dengan itu ia telah memiliki system simbolis yang menggambarkan dunia ini.

Berdasarkan pengalaman dan pe-nelitian Nasution (2005: 9) kepada anak-anak telah dapat diajarkan konsep-konsep pokok dari matematika dan pengetahuan alam pada usia jauh lebih muda dari pada yang diduga sebelumnya. Dengan demi-kian tidak ada alasan untuk membantah bahwa dalam pembelajaran IPA SD dapat diajarkan kepada setiap anak dalam suatu bentuk tertentu. Dalam pembelajaran sa-lah satu faktor yang mempengaruhi pro-ses belajar siswa yaitu pendekatan bela-jar. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang di-ajarkan siswa dalam menunjang efektifi-tas dan efisiensi proses pembelajaran ma-teri tertantu. Strategi dalam hal ini yaitu peta konsep yang merupakan seperangkat langkah operasional yang direkayasa se-demikian rupa untuk memecahkan masa-lah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

Hasil penelitian dengan menerap-kan strategi peta konsep dari kegiatan pra siklus sampai pada kegiatan siklus II me-nunjukkan bahwa adanya peningkatan yang tinggi dalam hal proses (meliputi aktifitas siswa) dan hasil belajar. Hal ini

(11)

menunjukkan bahwa penerapan strategi peta konsep sangat berpengaruh dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA terutama pada pokok bahasan perubahan lingku-ngan.

Berikut ini akan disajikan diagram perbandingan analisis data observasi siswa, dan hasil belajar yang menunjuk-kan bahwa adanya peningkatan yang tinggi dari pelaksanan tindakan siklus I sampai pelaksanaan tindakan siklus II. Dilihat dari segi proses belajar oleh sis-wa juga mengalami peningkatan yang tinggi, hal ini dikarenakan siswa sudah mampu bekerjasama dan lebih bertang-gung jawab. Peningkatan proses pembe-lajaran oleh siswa yang cukup signifikan ini dapat dilihat dari nilai obsevasi aktivitas siswa yaitu pada siklus I siswa mendapat rata-rata skor 10 termasuk dalam kategori cukup meningkat menjadi 16.5 termasuk kategori baik pada siklus II.

Berdasarkan perbandingan hasil observasi aktivitas siswa di atas dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa sudah optimal. Kegiatan pembelajaran oleh siswa dengan mene-rapkan strategi peta konsep ini sudah mengikuti langkah-langkah pembuatan peta konsep (diadaptasi dari Dahar,1989: 126) yaitu siswa dapat: (1) membaca buku bacaan, (2) mentukan konsep-kon-sep yang relevan; (3) mengurutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif sampai contoh-contoh; dan (4) menyusun konsep-konsep itu dengan kata-kata penghubung.

Untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran ini upaya yang dila-kukan oleh guru adalah dengan menerap-kan belajar secara kelompok. Kelompok belajar siswa di bagi menjadi 6 kelompok dengan jumlah anggota 5-6 orang. Pada

pelaksanaannya kegiatan belajar bersama terjadi proses komunikasi dalam setiap kelompok, kerjasama dan saling mem-bantu yang menyebabkan ada beberapa siswa mengaku lebih paham akan apa yang disampaikan oleh temannya dari pa-da oleh guru, karena bahasa yang diguna-kan oleh murid lebih mudah ditangkap dan dipahami. Maka dengan memanfaat-kan bantuan murid dapat meningkatmemanfaat-kan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran.

Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Schmid dan Telaro (dalam Suprihatin, 2002: 7) yang mengemuka-kan beberapa kegunaan peta konsep antara lain:

“(1) kegunaan bagi siswa yaitu peta konsep dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep-konsep pokok dan proporsi, berusaha me-ngaitkan pengetahuan yang sedang di-pelajari, sehingga akan terjadi pembe-lajaran bermakna, dan pemetaan kon-sep dapat mengembangkan kreativitas siswa karena pembuat peta konsep da-pat merupakan aktifitas yang kreatif; dan (2) kegunaan bagi guru yaitu pe-metaan konsep merupakan alat yang berguna untuk mengamati makna yang dipegang oleh siswa, dan konsep merupakan alat yang efektif untuk menunjukkan miskonsepsi-miskon-sepsi mengenai proposisi yang diinter-nalisasikan”.

Strategi pemetaan konsep ini men-dapat respon positif dari siswa dan men-dapat menghidupkan diskusi kelompok secara cepat. Pemetaan konsep yang telah dila-kukan siswa membantu dalam mempela-jari konsep-konsep pokok dan proporsi, berusaha mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari, sehingga akan terjadi pembelajaran bermakna, dan pemetaan konsep dapat mengembangkan kreativitas siswa karena pembuat peta konsep dapat

(12)

merupakan aktifitas yang kreatif. Kenya-taan ini didukung oleh Mardiningsih (2001: 1) bahwa pemetaan konsep adalah sauatu strategi yang dapat membantu para siswa melihat dan memahami keterkaitan antar konsep yang telah diku-asainya yang membantu siswa belajar bermakna.

Kebermaknaan dalam proses pem-belajaran yang paling dirasakan oleh sis-wa yaitu sissis-wa dapat menghubungkan konsep-konsep yang telah dipelajari de-ngan realita kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh kebermaknaan tersebut yaitu siswa dapat mengemukakan alasan me-ngapa meme-ngapa nelayan selalu pergi ke tengah laut mencari ikan pada malam hari dan pulang kedaratan pada siang ha-ri, alasannya karena mereka memahami konsep angin darat yang berhembus dari darat ke tengah laut pada malam hari dan konsep angin laut yang yang berhembus dari laut ke darat pada siang hari.

Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Amein (dalam Mardiningsih, 2001: 2) yang menyatakan bahwa peme-taan konsep dapat membantu pengemba-ngan potensi atau kekuatan pada diri sis-wa, yaitu: (1) kekuatan untuk mengeks-presikan gagasan-gagasan; (2) kekuatan untuk menanggapi; (3) kekuatan untuk berinteraksi; (4) kekuatan untuk bela-jar/berinkuiri; (5) kekuatan untuk mene-mukan konsep sendiri; dan (6) pemaha-man konsep-konsep.

Kreativitas siswa di dalam mem-buat peta konsep dengan pengembangan potensi dan kekuatan mengekspresikan gagasan, menanggapi, berineteraksi, me-nemukan dan pemahaman konsep-konsep di atas sesuai dengan hasil yang dicapai oleh siswa dalam pembuatan peta kon-sep. Untuk melihat kemajuan siswa di dalam kelompok membuat peta konsep dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat dari diagram berikut.

Diagram Batang 2. Perbandingan Nilai Peta Konsep Siswa Siklus I dengan Siklus II

Dari diagram di atas terjadi pe-ningkatan nilai rata-rata peta konsep yang dibuat oleh siswa dari siklus I sebesar 7,23 hingga mencapai 8,13 pada siklus II. Didalam kelompoknya siswa dituntut untuk membuat peta konsep, hal ini dilakukan dalam upaya membantu siswa belajar bermakna, yaitu memahami

hubu-ngan logika antar konsep yang satu de-ngan konsep yang lain. Pembuatan peta konsep oleh setiap kelompok dalam pro-ses pembelajaran ini menghasilkan peta konsep yang berbeda. Hal ini disebabkan peta konsep yang dibuat oleh siswa merupakan kaitan-kiatan konsep yang paling bermakna bagi setiap kelompok.

6,6 6,8 7 7,2 7,4 7,6 7,8 8 8,2 Siklus I Siklus II Rata-rata Nilai Peta Konsep

(13)

53,72 60,64 88,46 0 20 40 60 80 100

Prasiklus Siklus I Siklus II

Hasil Belajar Dalam proses pembuatan peta konsep dalam kelompok ini dituntut kepi-awaian guru untuk memberikan perhatian yang merata kepada setiap kelompok, karna masih ada beberapa kelompok masih perlu perhatian khusus dari guru terutama dalam mengurutkan/mengelom-pokkan istilah/konsep. Hal ini dikarena-kan apabila konsep-konsep ini tidak diurutkan secara benar akan menyulitkan siswa dalam dalam proses penyusunan pemetaan konsep.

Peta konsep yang dibuat oleh tiap kelompok ini memperlihatkan se-jumlah konsep-konsep yang sama disu-sun dalam hirearki berbeda yang menun-jukkan perbedaan idiosinkratik, artinya kebermaknaan konsep-konsep itu khas bagi setiap kelompok. Dengan demikian

peta konsep yang dibuat oleh setiap ke-lompok disusun dalam hirearki yang berbeda, akan tetapi peta konsep ini memperlihatkan kaitan konsep-konsep yang bermakna bagi orang yang me-nyusunnya.

Peningkatan kualitas proses pem-belajaran IPA pada pokok bahasan peru-bahan lingkungan dengan menerapkan strategi peta konsep diikuti dengan pe-ningkatan hasil belajar siswa dikarenakan penerapan strategi peta konsep diikuti secara aktif oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar yang diperoleh kegiatan pembelajaran dari kegiatan pra siklus, siklus I, dan Siklus II dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram Batang. Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Hasil belajar juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dari kegia-tan pra siklus sampai siklus II yaitu nilai rata-rata siswa dari 53,72 meningkat pada siklus I menjadi 60,72 begitu juga pada siklus II meningkat menjadi 88,46 dan ketuntasan belajar klasikal dari 38,70% menjadi 70,96 pada siklus I lalu meningkat pada siklus II menjadi 87%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus II telah dikategorikan belajar tuntas karena dari 31 siswa yang men-dapat nilai 7 ke atas sebanyak 27 orang atau 87%. Hasil yang dicapai dalam

silkus II sudah sesuai dengan acuan BNSP kreteria ideal ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator 75% dan untuk mata pelajaran IPA indikator ke-tuntasan belajar secara klasikal, apabila siswa di kelas memperoleh nilai 7 ke atas sebanyak 85% (diadaptasi dari Depdik-nas, 2007: 62).

Hasil belajar yang dicapai oleh sis-wa sudah mencapai hasil yang tinggi pa-da siklus II di atas senapa-da dengan pen-dapat Neil (dalam Sagala, 2006: 174) bahwa hasil belajar siswa sangat dipenga-ruhi oleh proses belajarnya di mana siswa

(14)

dituntut untuk berpikir kreatif dan belajar tanpa tekanan juga membutuhkan bim-bingan dan arahan yan menganut prinsip kemerdekaan dan demokrasi. Dalam pro-ses belajar pemetaan konsep ini terjadai transfer pengetahuan yang telah dipela-jarinya dengan pengatahuan yang sedang dipelajari, sehingga siswa mudah dalam mencari konsep-konsep yang dianggap penting. Mudahnya siswa mencari kon-sep-konsep penting didalam didalam buku bacaan karena terjadinya transfer belajar positif. Transfer ini terjadi karena guru mendorong dan mengarahkan siswa untuk belajar di ru-mah sebelum mempela-jari materi yang baru sehingga akan mempermudah siswa belajar di dalam kelas. Hasil penelitian dilakukan terhadap siswa dengan meng-gunakan pengajaran mengmeng-gunakan peta konsep dapat mening-katkan penguasaan siswa terhadap materi dan memotivasi siswa belajar sistematis dalam memecah-kan masalah.

PENUTUP Kesimpulan

1. Hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran

IPA pada pokok bahasan keseim-bangan ekosistem dengan menerap-kan strategi peta konsep mengalami peningkatan dengan kreteria baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dengan rata-rata 10 mening-kat pada siklus II menjadi 16,5. 2. Penerapan strategi peta konsep dalam

pembelajaran IPA pada pokok baha-san keseimbangan ekosistem dapat meningkatkan ketuntasan belajar sis-wa secara klasikal yaitu pada pra siklus sebesar 38,70%, pada siklus I sebesar 70,96% dan padas siklus II mencapai 87% begitu juga dengan hasil belajar dengan menerapkan strategi peta konsep, pada pra siklus hasil belajar 53,72 meningkat pada siklus I menjadi 60,64 kemudian meningkat pada siklus II menjadi 88,46.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaku-kan maka peneliti menyarandilaku-kan kepada guru pada pembelajran IPA untuk mene-rapkan strategi peta konsep dalam proses pembelajaran terutama pada pokok baha-san keseimbangan ekosistem.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2004. Evaluasi Program

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat

Sa-tuan Pendidikan SD. Jakarta:

Depdiknas.

---. 2007. Pedoman Penyusunan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendi-dikan di Sekolah Dasar. Jakarta:

Depdiknas.

Mardiningsih, L. Pengembangan Dengan

Menggunakan Teknik Peta Konsep Suatu Upaya Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep-konsep Fisika.

Jakarta: Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP. Volume 4.No.1 Tahun 2001.

Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan

da-lam Proses Belajar Mengajar.

Ja-karta: Bumi Aksara.

Norizan. 2000. Strategi Mengajar Sains

Menggunakan Peta Konsep. Http:/

geocities.com/norizan 2000/ strategi. htm.

Rahayu, P. 2008. Penggunaan Media

Pendidikan pada Pengajaran Mate-matika di Sekolah Dasar. Http/

(15)

modul tkj /portofolio/ICT Grobo-ngan/b Guru/makalaah SMK Mu-hammadiyah/gubug rahayu puji.rtf/ teori-teori belajar peta konep. Sagala, S. 2006. Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samatoa, U. 2006. Bagaimana

Membela-jarkan IPA di SD. Jakarta:

Dep-diknas.

Silitonga, M. 2008. Analisis dan

Pening-katan Guru dalm Menyusun Peta Konsep Sebagai Media dan Alat Evaluasi dalam Mengajar Kimia di SMU. Http: pelangi.united-online.

org/index.php/ mualimsilitonga/ analisis peningkatan.

Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan

Per-ubahan Konsep dalam Pendidikan

Fisika. Jakarta: PT Gramedia

Widia-sarana Indonesia.

Suprihatin. 2002. Skripsi Penggunaan Peta

Konsep Dalam Pembelajaran

Biologi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Winarni, E. W. 2006. Disertasi Pengaruh

Strategi Pembelajaran terhadap Pemahaman Konsep IPA-Biologi, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas V SD

dengan Tingkat Kemampuan

Akademik Berbeda di Kota

Bengkulu. Malang: Universitas

Gambar

Diagram Lingkaran 1. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Diagram Lingkaran 2. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Diagram Batang 2. Perbandingan Nilai Peta Konsep Siswa Siklus I dengan Siklus II
Diagram Batang. Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta berkah dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Upaya

Sayaseorang yang Ramah, PekerjaKeras, BertanggungJawabdancepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. KritisdanBerpikirLogis, Disiplin,

Fx S!nmrja, Undrng.Undrtrg l'lak HrltArdT EhYriB lderl, Trng!.pi i. dan MNukan rrds RUU Hok'Hak Abs-lm.h , Makalah Uil

.هتياو يو هسفن سيل ىاخا ناكم ي عقت ةناحا كانه رصم ي تاياو نم ةياو ناك صاخإاو ةءورماو ةيحضتلاو ةعاجشلا اهنم ةعونتما قاخأا تابح عيبي ةناحا نإ .ارماع لطرلاب

Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa konsentrasi pektin dan konsentrasi karagenan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai total

According to Yuen (2007) who conducted the research about the antecedent of budgetary participation in the context of public sector organization in Macau, found that the

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup yang dilakukan waria ODHA dalam komunitas HIWASO adalah keterbukaan, motivasi/dukungan, dan

kecenderungan berkurangnya jumlah rumah yang layak bagi para penduduk khususnya bagi kalangan para mahasiswa di Kabupaten Sleman sendiri. maka dari itu dengan adanya