• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KINERJA GURU DI SD IKHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG Pengelolaan Kinerja Guru Di SD Ikhsanul Fikri Kota Magelang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN KINERJA GURU DI SD IKHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG Pengelolaan Kinerja Guru Di SD Ikhsanul Fikri Kota Magelang."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN KINERJA GURU DI SD IKHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Manajemen Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Disusun Oleh: Hardiati Wuryaningsih

Q.100.110.117

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

NASKAH PUBLIKASI

PENGELOLAAN KINERJA GURU DI SD IKHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG

Oleh:

Disusun Oleh: Hardiati Wuryaningsih

Q.100.110.117

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Eko Supriyanto, MH., MHum

Drs. Maryadi, MA.

PROGRAM PASCASARJANA

(3)

PENGELOLAAN KINERJA GURU DI SD IKHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG

1

Hardiati Wuryaningsih, 2Eko Supriyanto, 3Maryadi 1 and solutions of the teachers’ performance in SD Ikhsanul Fikri Magelang.

The type of this study is qualitative study with ethnographic design. The main subjects of this study are the teachers, and the headmaster. The analyses of the data are performed with data collection, data reduction, data display and conclusion drawing or verification. The ways to test the validity of the data, the writer is used triangulation technique.

The results of the research are indicated that (1) the improvement of the teachers’ performance include the implementation of the classification tasks in teaching-learning process. The headmaster gives the instruction to the curriculum division to classify the teachers’ duty in teaching-learning process. The classifications of the teachers’ duty in teaching-learning process are based on the qualification degree of the teachers. (2) The model of development teachers’ career in SD Ikhsanul Fikri Magelang is performed by life cycle model, organization basic models, directional pattern models and The support from the school is very important to secure the teachers’ career. All of the teachers should get guidance or instruction to decide their own decision in how fast their career will get progress. (3) The problems in teachers’ performance are: sometimes some teachers still break the rule, there is a little careless from the headmaster when he classify the duty or the job for the teachers. The solutions from the headmaster to improve the teachers’ performance are: discipline building, motivation, reward, development and training

(4)

PENDAHULUAN

Berbicara tentang guru, tentu tidak dapat terlepas dari citra guru sebagai sosok pendidik, karena guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut Aqib (2012:22) guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah (Aqib, 2012: 24). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan. Di samping itu kompetensi guru memerlukan suatu standar baku. Djamarah berpendapat bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional (Djamarah, 2009: 74). Sebagai tenaga professional seharusnya guru memiliki suatu bentuk kecakapan dan keahlian yang teruji, di samping itu guru harus memiliki latar belakang pendidikan yang relevan, baik.dan sarjana,karena sekarang standar pelayanan minimal guru SD sudah harus S1.

Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan demikian , guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang apabila sikapnya tidak baik, dan tentunya berkaitan dengan kinerja serta totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya.

Pandangan tersebut lebih berpusat kepada ketidak mampuan guru didalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya mutu pendidikan. Kalau pandangan itu lebih mengarah kepada sisi kelemahan pada guru, maka hal itu tidak sepenuhnya akan dibebankan kepada guru, mungkin ada sistem yang berlaku, baik sengaja mau pun tidak disengaja, tentu berpengaruh terhadap permasalahan tadi.

(5)

sekolah. lambannya sebagian guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran, serta adanya beberapa guru yang kurang telaten dalam membimbing siswa. Permasalahan seperti ini jelas mengganggu kinerja sekolah dalam memberikan pelayanan pendidikan.

Kinerja sangatlah penting bagi sekolah guna mewujudkan tujuan sekolah, yaitu memberikan layanan pendidikan yang optimal bagi masyarakat. Disamping itu, agar guru memiliki sikap sesuai dengan apa yang disetujui oleh sekolah (Gibson et.al., 2007: 89).

Suyanto (2007: 28) mengemukakan bahwa sistem rekruitmen dan pembinaan guru perlu selalu ditingkatkan di daerah masing-masing. Tanpa pembinaan kualitas guru akan selalu ketinggalan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, agar guru tetap profesional perlu ada sistem pembinaan yang baik, tersistem, dan berkelanjutan. Salah satu langkah pembinaan guru adalah melalui pengelolaan kinerja guru.

Pengelolaan kinerja guru sangat penting, terutama dalam mendukung tugas mengajar di sekolah-sekolah yang berkualitas. Pengelolaan kinerja guru hendaknya harus terus dilakukan agar mereka dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai satuan pengajar pendidikan. Dalam pengelolaan kinerja juga berkaitan dengan pembinaan kinerja yang harus senantiasa dilakukan secara berkala karena berdasarkan fakta-fakta di lapangan misalnya seperti; masih adanya guru yang tidak mau membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran, kurang memberikan motivasi kepada siswa dan kurang menyampaikan tujuan pembelajaran saat proses belajar mengajar. Hal tersebut disebabkan seorang juga manusia yang terkadang lelah, atau pun lupa karrena terlalu banyak tugas sampiran yang lain.kurang mendapat pembinaan dan pengawasan, juga belum adanya reward yang tersistem

(6)

Fathoni (2008: 5-6) menemukakan bahwa hakikat pembinaan disiplin adalah proses pemberian bimbingan, pimpinan, pengaturan, pengendalian dan pemberian fasilitas lainnya, yang juga merupakan proses kegairahan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sumber daya manusia yang mempunyai wawasan masa depan memperhitungkan kemampuan yang ada, untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang lebih baik di masa yang akan datang. Beberapa elemen dasar pembinaan disiplin yang kaitannya dengan kinerja sumberdaya manusia meliputi kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan, proses dilakukan secara rasional, melalui manusia lain, menggunakan metode atau teknik tertentu, dalam lingkungan organisasi tertentu.

Usman (2008: 6-7) mengemukakan bahwa guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam kemasyarakatan. Guru merupakan profesi atau jabatan/pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh setiap orang di luar bidang kependidikan,walaupun kenyataannya masih banyak terjadi dilakukan orang diluar kependidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti mengembangkan dan meneruskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang dimiliki siswa. Dengan demikian, kinerja guru menjadi penting untuk dihayati dan dilakukan oleh guru.

(7)

Pengelolaan kinerja yang diterapkan SD Ikhsanul Fikri tersebut menjadikan SD ini sebagai salah satu SD favorit. Pengelolaan kinerja yang diterapkan juga membuahkan hasil dengan diraihnya berbagai prestasi akademik dan nonakademik. Prestasi akademik berupa peringkat 1 UN SD tingkat Kota Magelang tahun 2010/2011 dan tahun 2011/2012. Juara 1 lomba MTQ tingkat kota Magelang tahun 2011, juara lomba pidato tingkat kota Magelang tahun 2012, Juara lomba MAPSI tingkat Karesidenan Kedu , serta juara III lomba MIPA tingkat Propinsi tahun 2011. Budaya disiplin sebagai dasar kinerja yang diterapkan tersebut tidak lepas dari keberhasilan kepala sekolah dalam membina guru untuk mematuhi segala aturan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja.

Pada tahap inilah kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin atau mengelola sekolah, juga dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja (climate-maker) sehingga dapat mencegah timbulnya desintegrasi dan mampu memberikan dorongan agar semua komponen yang ada di sekolah bersatu mencapai tujuan yang ingin dicapai (Simamora, 2006: 610).

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap (Mulyasa, 2009: 90). Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu mengelola sumber daya guru dengan baik, agar guru disiplin dalam bekerja. Pengelolaan sendiri merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan (Mulyasa, 2007: 20) Tanpa pengelolaan tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien.

(8)

Atas dasar latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pengelolaan Kinerja Guru SD Ikhsanul Fikri kota Magelang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeksripsikan (a) Kinerja guru SD Ikhsanul Fikri Magelang. (b) Model pengembangan karir guru SD Ikhsanul Fikri Magelang. (c) Kendala dan solusi kinerja guru SD Ikhsanul Fikri Magelang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena sumber data utama dan hasil penelitian berupa kata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya (alamiah). Berdasarkan fokus penelitian maka desain penelitian ini adalah etnografi. Menurut Sutopo (dalam Mantja, 2007: 6-7) etnografi adalah deskripsi analitik atau rekonstruksi pemandangan budaya (cultural scene) dan kelompok secara utuh.

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 7 (enam) bulan dimulai Pebruari hingga Agustus 2013. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode wawancara atau interview ini penulis gunakan dengan tujuan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pengelolaan kinerja Guru SD Ikhsanul Fikri kota Magelang. Adapun sumber informasi (informan) adalah guru-guru dan Kepala Sekolah SD Ikhsanul Fikri Magelang. Data dalam bentuk dokumentasi yang akan digunakan peneliti berkenaan dengan Pengelolaan Kinerja Guru SD Ikhsanul Fikri kota Magelang.

Dalam melakukan analisis data peneliti mengacu kepada tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman (2007: 16) yang terdiri dari tiga tahapan yaitu: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing/verivication), biasa dikenal dengan model analisis interaktif (interactive model of analysis).

(9)

Teknik Trianggulasi digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan penggunaan sumber, yang berarti membandingkan dan mengecek balik keterpercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kinerja Guru SD Ikhsanul Fikri Magelang

Kegiatan belajar mengajar merupakan aktivitas utama dalam pendidikan. Dalam aktivitas tersebut aktor utama adalah guru dan siswa. Di samping itu guna mencapai hasil belajar yang maksimal dibutuhkan seorang guru benar-benar menguasai akan pelajaran yang akan diampunya. Seorang yang berpendidikan/berlatar belakang pendidikan matematika mengajar matematika tentunya akan mahir dalam menyampaikan materi, dibanding jika guru tersebut harus mengajar pelajaran fisika misalnya.

Di samping faktor kesesuaian ijasah, tentunya faktor kompetensi juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru dengan bidang keilmuan yang sama tentunya akan memiliki pengetahuan sama pula, akan tetapi dalam pendalaman materi atau tingkat pemahaman terhadap pelajaran tersebut tentunya akan berbeda pula tergantung pada kompetensi yang dimiliki. Kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk memperoleh hasil belajar juga sangat menentukan. Brophy (2007: 176) dan Brooks (2009) menjelaskan bahwa motivasi dapat dibangkitkan dengan memberikan kepercayaan pada siswa bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas, atau dengan mempertahankan perasaan bahwa mereka dapat mencapai sukses dengan kemampuan mereka sendiri. Proses ini dapat dilakukan dengan memberikan strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi pemberian materi secara jelas dan rinci. Berdasarkan temuan penelitian di atas mengenai pembagian tugas guru di SD Ikhsanul Fikri Magelang dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut.

(10)

diploma empat (D4), menguasai kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rokhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kedua, didasarkan atas kompetensi yang dimiliki guru tersebut. Pembagian guru di SD Ikhsanul Fikri Magelang sesuai dengan kompetensi ini merupakan suatu bentuk implementasi dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu maka diperlukan guru yang memiliki kompetensi yang baik. Ketiga, senioritas atau pengalaman. Kebijakan manajemen SD Ikhsanul Fikri Magelang dalam menempatkan posisi guru dalam mengajar suatu tingkatan kelas juga didasarkan atas senioritas dan pengalaman yang dimilikinya. Terutama penempatan bagi guru kelas VI/kelas akhir yang akan menghadapi ujian nasional. Manajemen SD Ikhsanul Fikri Magelang menempatkan guru yang memiliki pengalaman mengajar yang lebih baik.

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas modal insani. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

(11)

Temuan penelitian di muka dapat dibahas mengenai pembagian tugas guru SD Ikhsanul Fikri Magelang di luar kegiatan belajar megajar/pelaksanaan tugas organisasi. Pertama, bahwa pembagian tugas guru didasarkan atas kapasitas guru tersebut. Hal ini dimaksudkan pada pertimbangan mengenai kemampuan guru dalam menjalankan dan mewujudkan tugas yang diberikannya. M isalnya, jika seorang guru berijazah ( S1) PGSD maka bisa dijadikan sebagai wali kelas, apabila berijazah (S1) matematika, Bahasa Indonesia atau pun bidang kesenian, maka guru tersebut mengajar sesuai dengan bidangnya Kedua, kemauan guru, karena jika tidak ada kemauan guru dalam melaksanakan tugas yang diberikannya, maka tugas tersebut tidak akan berjalan secara maksimal. Ketiga

berdasarkan atas usia. Berdasarkan temuan penelitian bahwa dalam pembagian tugas guru di SD Ikhsanul Fikri Magelang tersebut banyak direkrut dari guru muda. Hal ini dimaksudkan agar proses pelaksanaan dan ketercapaian tugas dapat dijalankan dengan cepat tepat dan kredibel, sehingga visi dan misi SD Ikhsanul Fikri Magelang dapat tercapai.

Peneliti membandingkan dengan penelitian terdahulu oleh Flumerfelt (2009) dalam “The Empowering Principal: Leadership Behaviors Needed by Effective Principals as Identified by Emerging Leaders and Principals.”

Penelitian ini mengupas cara-cara yang dipakai kepala sekolah dalam pengelolaan kinerja guru. Cara efektif yang dilakukan memberikan pelatihan-pelatihan yang bersifat formal dan pengadaan pelatihan yang memberikan jaminan kualitas. penelitian penulis kali ini, bahwa kepala sekolah sama-sama mengelola kinerja guru dengan pemberdayaan melalui berbagai pelatihan. Perbedaannya, bahwa penelitian Flumerfelt nampak khusus, sedangkan penelitian kali ini pemberian pelatihan lebih umum dan nampak jelas seperti pelaksanaan KKG, PKG, workshop, diklat dan PTK secara berkala dan berkesinambungan.

(12)

kolaborasi dari kurikulum nasional, lokal dan kurikulum inovasi guru pengajar.dibanding dengan penelitian penulis sama-sama menuju kepada strategi dalam pengelolaan pembelajaran siswa melalui kurikulum yang dilaksanakan, perbedaannya penelitian ini dengan studi situs, sedangkan penelitian terdahulu melalui studi kasus.

2. Model Pengembangan Karir Guru SD Ikhsanul Fikri Magelang

Pengembangan karir cukup penting dalam institusi formal. Karir guru di lembaga pendidikan SD Ikhsanul Fikri Magelang merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh guru. Dengan adanya jenjang tahapan karir bagi guru menjadi salah satu alat untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kinerja. Di SD Ikhsanul Fikri Magelang, perkembangan karir guru perlu mendapat perhatian dari pihak Kepala Sekolah. Pengembangan karir ini terutama diprioritaskan bagi guru yang berstatus sebagai guru tetap yayasan (GTY). Pihak yayasan telah memprogramkan hal ini, namun semuanya tergantung pada individu masing-masing guru. Meskipun tidak semuanya aktif dan memperhatikan karir, di SD Ikhsanul Fikri masih ada beberapa guru tetap yayasan yang kurang memperhatikan perkembangan karirnya dikarenakan terlalu sibuk serta menikmati tugasnya sebagai guru.

Agar perkembangan karir guru di SD Ikhsanul Fikri tumbuh kembang dengan baik, maka kepala sekolah melakukan berbagai macam usaha sehingga guru-guru yang merupakan bawahannya di organisasi sekolah yang dipimpinnya, mau memperhatikan perkembangan karirnya. Kepala sekolah memiliki program-program pengarahan dan bimbingan yang berupaya untuk mengembangkan karir para guru secara formal dan layak. Usaha kepala sekolah tersebut berupa anjurannya kepada para guru dalam peningkatan kinerja, peningkatan pendidikan, pengurusan golongan dan juga pemberian motivasi pada guru.

(13)

SD Ikhsanul Fikri. Persiapan tersebut terutama adalah kesiapan potensi guru. Guru diharapkan memiliki 4 kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, maupun kompetensi sosial. Dengan kompetensi tersebut diharapkan setiap guru mampu berkompetisi baik di wilayah internal sekolah maupun eksternal SD Ikhsanul Fikri.

Di SD Ikhsanul Fikri ada pengembangan karir model tradisional dan dan modern/konteporer. Pengembangan karir secara tradisional menurut Kepala Sekolah SD Ikhsanul Fikri sudah jarang dipakai karena seorang guru atau karyawan bisa meningkat jabatannya disebabkan kedekatannya dengan Kepala Sekolah, atau masih ada faktor kekeluargaan dengan ketua yayasan, sehingga menurut pandangan mereka kurang profesional. Sedangkan pengembangan karir yang sekarang dijalankan di Sd Ikhsanul Fikri pada umumnya adalah pengembangan karir secara modern antara lain, a) Model siklus hidup ( life-cycle model), adalah pengembangan karir yang sifatnya pasti dimana seseorang akan berpindah pekerjaannya melalui perbedaan tahap karir. Contoh. Guru A pindah jabatan dengan mengambil pekerjaan baru yang sifatnya dinilai lebih pasti/lebih baik dari sebelumnya .b) Model berbasis organisasi, yaitu model pengembangan yang menjelaskan bahwa karir seseorang akan melalui tahap-tahap karir, tetapi di dalam model ini juga dijelaskan bahwa dalam proses pengembangan karir ada proses pembelajaran bagi karyawan untuk memiliki jalur karir yang pasti, misalnya dengan peningkatan kualifikasi akademik. c) Model pola terarah.yaitu dalam model ini guru/karyawan dibimbing atau diarahkan untuk membuat keputusan sendiri mengenai seberapa cepat mereka menginginkan kemajuan dalam karir mereka. Misalnya melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan/PKB dengan membuat karya ilmiah, menciptakan alat peraga pembelajaran, dan sebagainya.

(14)

berkembang karena adanya hubungan yang baik antara pihak SD Ikhsanul fikri dengan beberapa institusi yang bergerak di bidang pendidikan, baik melalui kerjasama dengan LPMP Jateng, LSM, Dinas Pendidikan dan Harian Suara Merdeka serta harian Kedaulatan Rakyat, seperti yang diamat oleh peneliti pada awal September 2013.

Peneliti membandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Simanungkalit (2010) dengan judul ”Analisis Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Serta Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan pelatihan serta pengembangan karir terhadap kinerja pegawai di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan serta Pengembangan Karir mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja pegawai di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan.

Dari hasil penelitian terdahulu oleh Simanungkalit (2010) dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan peneliti ini, sama-sama bertujuan untuk meningkatkan pengembangan karir karyawan serta bisa berpengaruh yang nyata, hanya perbedaannya peneliti menggunakan metode Analisis data secara induktif sedangkan peneliti terdahulu menggunakan metode analisis regresi linier berganda, dengan subyek penelitian karyawan umum, sedangkan subyek yang peneliti lakukan adalah karyawan khusus pendidikan.

Kendala dan Solusi Kinerja Guru SD Ikhsanul Fikri Magelang

(15)

Sebagaimana diakui oleh kepala sekolah, ada beberapa kendala dalam program kerja kepala sekolah pada pengelolaan kinerja guru yang ada di SD Ikhsanul Fikri ini, seperti; adanya sebagian guru yang berada jauh dari tempat mengajar, jika pagi hari jalan raya banyak macet, hal ini menjadikan sebagian guru sering mengalami keterlambatan sampai di sekolah. Selain guru, ada juga karyawan yang terlambat datang karena berbagai macam alasan. Hal ini menjadi image yang kurang baik bagi siswa, sehingga ada juga sebagian siswa yang tidak takut jika terlambat karena guru dan karyawan pun masih ada yang terlambat. Selain keterlambatan kedatangan di SD, ada juga sebagian guru yang terlambat dalam mengerjakan tugas-tugas utama sebagai guru, seperti perlengkapan perangkat pembelajaran yang sebenarnya harus dipersiapkan oleh guru sebelum mengajar. Ini juga menjadi faktor negatif yang menjadi kendala kinerja guru, adanya pembagian job description yang kurang sesuai dengan kompetensi dan atau tidak berimbang sehingga mengakibatkan adanya ketidakmampuan guru dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, baik tugas tambahan tersebut maupun tugas-tugas yang utama seperti mempersiapkan perangkat pembelajaran.

Kendala yang lain misalnya masih adanya guru yang tidak mau membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran, kurang melakukan evaluasi, kurang memberikan motivasi kepada siswa dan kurang menyampaikan tujuan pembelajaran saat proses belajar mengajar.

Dari beberapa kendala tersebut, kepala sekolah berupaya mencari solusi untuk tercapainya pengelolaan kinerja guru agar lebih baik. Solusi dari Kepala Sekolah. Beberapa usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk mengatasinya supaya mereka bisa berprestasi dan menjadi guru profesional, antara lain berupa pembinaan

disiplin, Pemberian motivasi, penghargaan (reward), pengembangan dan pelatihan.

Sebagaimana penjabaran berikut ini: a) Pembinaan Disiplin, dalam hal pembinaan

disiplin guru, kepala sekolah tidak hanya menyuruh atau memerintah saja tapi beliau juga

memberikan contoh secara langsung yaitu dari perilaku beliau sendiri dengan cara datang

ke sekolah lebih awal dan pulang lebih akhir. Prinsip yang beliau pakai adalah Al-Qur’an,

didalamnya disebutkan Laqod kaana lakum fii rosuulillahi uswatun khasanah dan

seterusnya, artinya : dalam menjalankan tugas beliau harus bisa menjadi panutan, “jika

(16)

berdiri di tengah-tengah, kalau kita ingin bayang-bayang kita lurus ya yang berdiri harus

lurus. Itulah perumpamaan yang dipakai oleh kepala SD Ikhsanul Fikri Magelang dalam

menjalankan tugasnya. b) Pemberian Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang

terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Adapun motivasi itu sendiri bisa timbul karena faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Intrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena memang telah ada pada diri individu sendiri yaitu sesuai/sejalan dengan dirinya. c) Penghargaan (Reward) dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi,

khususnya kinerja guru misalnya dengan cara: 1) mengadakan punishment atau

hukuman berupa teguran bagi guru yang melanggar prinsip kedisiplinan yang beliau

terapkan dan melanggar tata tertib sekolah, memberikan reward bagi guru dan karyawan

yang nyata-nyata berprestasi dalam melaksanakan tugasnya, reward tersebut bisa berupa

intensif, piagam penghargaan.2) memberlakukan angka kredit untuk kemudian dijadikan

acuan pengangkatan jabatan dan golongan bagi guru dan karyawan sekolah. 3)

mengadakan acara pemilihan “guru teladan,guru berprestasi, guru berdedikasi dan guru

yang kreatif” dalam event tertentu, misalnya dalam acara Hari Guru Nasional.

Kemudian juga mengadakan pengembangan dan pelatihan sebagai bentuk solusi

dari kendala kinerja guru di SD Ikhsanul Fikri Magelang. Adapun solusi yang dilakukan

oleh kepala sekolah antara lain mendatangkan tutor pembelajaran multimedia dari ITS,

Pembelajaran komputer, pelatihan di PT.TELKOM, Pelatihan komputer yang acaranya di

HITECH yang mengadakan acaranya dari ITS, Mengikuti Workshop dari Depag maupun

Diknas, Mengikutsertakan guru dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Dan

Kelompok Kegiatan Guru (KKG).

(17)

mabuk-mabukan. Berdasarkan survey bahwa guru lebih banyak merespon permasalahan ketidakdisiplinan. Hal ini karena guru memiliki lebih banyak kontak langsung dengan siswa. Peneliti membandingakn dengan penelitian terdahulu tersebut oleh ada beberapa persamaan dengan penelitian ini yaitu keterlambatan yang berkaitan dengan permasalahan ketidakdisiplinan. Dengan hal tersebut maka kepala sekolah mempunyai solusi untuk memberikan motivasi kepada guru dan karyawannya dengan cara yang cenderung memasukkan motivasinya kedalam hati, sehingga yang muncul adalah kesadaran diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

SIMPULAN

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib dan Sujak. 2011. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAK. Jakart a: Yrama W idya.

Djamarah, dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar M engajar. Jakart a: Rineka Cipt a.

Gibson, James L. et.al. 1988. Organizations, Behavior, Structure, Processes. 4th ed, Richard D. Irwin Inc.

Hamalik, Oemar. 1985. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

James P. Spradley. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana,. Edisi II. Miles, Mattew, B., dan Huberman, A. M ichael. 1992. Analisa Data Kulalitatif.

Alih Bahasa, Tjet jep ohidi, Rohendi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Mulyasa E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Simamora, Henry. (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit STIE

YKPN, Yogyakarta Ekaningrum Indri F, (2002), The Boundaryless Career Pada Abad ke –21, Jurnal Visi (Kajian Ekonomi manajemen dan Akuntansi),Vol.IX. No.1 Februari 2002, FE Unika Soegijapranata Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang ada menunjukkan ketika minat beli dengan daya tarik dikontrol variabel kelompok referensi maka nilai korelasi X (daya tarik iklan televisi) dan Y (minat

Pasal 968 KUH Perdata tersebut mempunyai konsekuensi yaitu jika seseorang boleh memberi hibah wasiat terhadap benda yang sebetulnya belum ada atau tidak dimiliki pemberi hibah

4 Persentase Distribusi Karakteristik Masyarakat Pemakai Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012 Berdasarkan Frekuensi

Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni, pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia, dan kedua, sebagai sarana budaya yang

Pembuatan E-Learning Bahasa Mandarin ini membahas tentang bentuk-bentuk dasar bahasa Mandarin, seperti bentuk dasar dari huruf,aturan dalam pembutan kalimat yang baik,dll. Untuk

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Timur Nomor 3 Tahun 1999 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Kabupaten Aceh Timur sebagaimana telah diubah dengan Qanun

kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas

variabel dependen (tidak bebas) dengan dua atau lebih variabel independen. (bebas)..