• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN ATAS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DALAM STUDI PADA FLASH SALE TOKOPEDIA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN ATAS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DALAM STUDI PADA FLASH SALE TOKOPEDIA SKRIPSI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DALAM STUDI PADA FLASH SALE TOKOPEDIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

SHINTA DANI NIM : 11150480000194

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

SHINTA DANI NIM : 11150480000194

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

i

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN ATAS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DALAM STUDI

PADA FLASH SALE TOKOPEDIA Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Shinta Dani NIM : 11150480000194

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Hidayatulloh, M.H. Saomi Rizqiyanto, S.E.I., M.Si. NIP. 19870830 201801 1002 NIDN. 0313058706

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

KARYAWAN ATAS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DALAM STUDI PADA FLASH SALE TOKOPEDIA” oleh Shinta Dani NIM : 11150480000194 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 21 Juli 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, 09 Agustus 2021 Mengesahkan

Dekan,

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. NIP. 19760807 200312 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.

NIP. 196702303 201411 1 1001 ( ) 2. Sekretaris : Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum.

NIP. 19650908 199503 1 1001 ( ) 3. Pembimbing I : Hidayatulloh, S.H., M.H.

NIP. 19870830 201801 1 1002 ( ) 4. Pembimbing II : Saomi Rizqiyanto, S.E.I., M.Si.

NIDN. 0313058706 ( )

5. Penguji I : Mustolih Siradj, S.H.I., M.H., CLA.

NIDN. 2009088001 ( )

6. Penguji II : Maman Rahman Hakim, S.E.I., M.M.

(5)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini :

Nama : Shinta Dani

Tempat, Tanggal Lahir : Denpasar, 05 Desember 1996

NIM : 11150480000194

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Jln. Pulau Adi 1 No. 12, Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat, Bali

Kontak : 085656872869

Email : Shinta.dani15@mhs.uinjkt.ac.id

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti hasil karya saya bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 Agustus 2021

(6)

iii ABSTRAK

Shinta Dani, NIM 11150480000194,“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

KARYAWAN ATAS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DALAM STUDI PADA FLASH SALE TOKOPEDIA”, Strata Satu (S-1), Konsentrasi Hukum

Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2021 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme penting dalam melakukan pemutusan hubungan kerja serta mengetahui perlindungan hukum terhadap karyawan yang terdampak dalam pemutusan hubungan kerja dalam kasus

flash sale Tokopedia.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian normatif empiris. Penelitian yang dilakukan selain melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan jurnal (library research) yang berhubungan dengan skripsi ini, peneliti juga melakukan penelitian langsung ke lapangan dengan cara wawancara kepada pihak yan berhubungan, yakni karyawan Tokopedia yang dikenai Pemutusan Hubungan Kerja dan juga pihak Tokopedia.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa adanya kesalahan atau ketidaksesuaian pada mekanisme atau prosedur PHK karyawan Tokopedia atas dugaan perbuatan curang dalam kasus flash sale Tokopedia pada tanggal 24 Agustus 2018.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Pemutusan Hubungan Kerja,

Tokopedia

Pembimbing Skripsi : 1. Hidayatullah, M.H.

2. Saomi Rizqiyanto, S.E.I., M.Si.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat Nya, penyusunan

skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

KARYAWAN ATAS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DALAM STUDI PADA FLASH SALE TOKOPEDIA” dapat diselesaikan dengan baik, walaupun

terdapat kendala yang dihadapi saat proses penyusunan skripsi ini.

Hal ini tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dorongan dan bimbingan dari berbagi pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Hidayatullah, M.H., dan Saomi Rizqiyanto,S.E.I., M.Si., Pembimbing skripsi, Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H., Pembimbing akademik, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabarannya dalam membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik.

4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan Skripsi ini. 5. Alm. H. Ibrahim selaku kakek, Hj. Syarifah selaku nenek, dan seluruh

Keluarga Besar H. Ibrahim yang selalu memberikan kasih sayang tanpa henti, memberikan dukungan, semangat, nasehat, perhatian dan mendoakan peneliti. Mendidik peneliti dengan baik sampai peneliti dapat menyelesaikan Studi pada

(8)

v

Jenjang Perguruan Tinggi dan banyak hal baik lainnya tidak dapat disebutkan satu persatu.

6. Kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang ikut berkontribusi dan selalu memberikan saran dan masukan ketika peneliti kesulitan dalam mengerjakan Skripsi ini.

Tidak ada yang dapat peneliti berikan atas segala jasa-jasa semua pihak kecuali do’a dan ucapan terimakasih. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 09 Agustus 2021

(9)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metode Penelitian ... 7

E. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II : TINJAUAN HUKUM PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA ... 13

A. Kerangka Konseptual ... 13

B. Kerangka Teoritis ... 15

C. Pengertian dan Unsur-Unsur Perjanjian Kerja ... 18

D. Hak dan Kewajiban Pemberi Kerja dan Pekerja ... 19

E. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja dan Jenis-Jenis Pemutusan Hubungan Kerja ... 21

F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ... 23

BAB III : DATA GAMBARAN UMUM PIHAK (TOKOPEDIA) ... 25

A. Pengertian Data ... 25

B. Profil Pelaku Usaha ... 25

C. Kronologi Kasus ... 28

BABIV : MEKANISME SERTA PERLINDUNGAN HUKUM ATAS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA STUDI PADA FLASH SALE TOKOPEDIA ... 31

A. Mekanisme Pemutusan Hubungan Kerja dalam Ketentuan Perundang-undangan ... 31

(10)

vii

B. Tujuan Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja ... 52

C. Perlindungan Hukum Tenaga Kerja yang Dikenai Pemutusan Hubungan Kerja ... 55

D. Analisis Penerapan Hukuman terhadap Karyawan yang Dikenai Pemutusan Hubungan Kerja dalam Kasus Flash Sale Tokopedia ... 59

E. Analisis Perlindungan Hukum terhadap Karyawan Tokopedia yang Dikenai Pemutusan Hubungan Kerja ... 65

BAB V : PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Rekomendasi ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(11)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantungan antara yang satu dengan yang lain, terutama dalam melengkapi kebutuhan hidup. Dalam kehidupan ini manusia dituntut untuk bekerja guna membiayai kehidupannya, baik itu pekerjaan yang diusahakan sendiri atau bekerja dengan orang lain. Majunya suatu Negara diikuti dengan majunya masyarakat yang terdapat dalam negara tersebut, dimana masyarakat serta pemerintah bersinergi dalam membangun perusahaan-perusahaan dan institusi yang berkembang. Dalam suatu perusahaan atau institusi akan mengalami pertumbuhan serta perkembangan yang tidak selalu stabil, dikarenakan banyaknya faktor yang di sengaja ataupun tidak disengaja. Dalam suatu perusahaan atau institusi akan ditemukan pemberi kerja serta pekerja yang saling bersinergi untuk membangun atau menjalankan suatu perusahaan atau institusi tersebut.

Di Indonesia Hubungan Industrial ternyata berkaitan dengan semua pihak yang terlibat dalam hubungan kerja di suatu perusahaan tanpa mempertimbangkan gender, keanggotaan dalam serikat pekerja/serikat buruh, dan jenis pekerjaan. Hubungan Industrial pada dasarnya adalah proses terbinanya komunikasi, konsultasi musyawarah serta berunding dan ditopang oleh kemampuan komitmen yang tinggi dari semua elemen yang ada di dalam perusahaan.

Secara sederhana, pengertian mengenai Hubungan Industrial adalah sebuah sistem hubungan yang terbangun atau terbentuk antara para pelaku proses produksi barang dan/atau jasa, baik internal maupun eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang terkait di dalam hubungan ini terutama adalah pekerja, pengusaha, dan pemerintah yang kemudian diistilahkan sebagai tripartit. Dalam proses produksi pihak-pihak yang secara fisik sehari-hari terlibat langsung adalah pekerja/buruh dan pengusaha (operator), sedangkan

(12)

pemerintah terlibat dalam hal-hal tertentu saja terutama yang berkaitan dengan atau sesuai kewenangan (regulator).1

Pekerja dalam Pasal 1 Bab 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan diartikan sebagai : tenaga kerja yang bekerja

didalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah.

Sedangkan pemberi kerja diartikan sebagai : orang perseorangan,

pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan upah/imbalan dalam bentuk lain.

Dalam menjalankan suatu pekerjaan makan seorang pekerja akan bekerja pada si pemberi kerja dengan kata lain pengusaha. Akan terbentuk suatu hubungan kerja antara kedua belah pihak. Hubungan kerja tersebut terjadi setelah adanya perjanjian oleh pekerja dan pengusaha, dimana pekerja menyatakan kesanggupannya bekerja dengan pengusaha dengan menerima upah, dan pengusaha pun menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan pekerja dengan membayar upah (seperti tercantum dalam perjanjian kerja). Perjanjian kerja memuat ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja tersebut, yaitu mencakup hak dan kewajiban pekerja serta hak dan kewajiban pengusaha.2

Hubungan kerja yang diatur dalam perjanjian kerja dapat berlangsung untuk waktu tidak menentu dan juga diadakan untuk jangka waktu tertentu. Ada 2 bentuk perjanjian kerja dalam praktik yaitu :

1. Perjanjian tertulis, yaitu perjanjian yang sifatnya tertentu atau adanya kesepakatan para pihak bahwa perjanjian yang dibuat harus secara tertulis agar memiliki kepastian hukum.

2. Perjanjian tidak tertulis, yaitu perjanjian yang oleh undang-undang tidak disyaratkan dalam bentuk tertulis.

1 Zaeni Asyhadie, Peradilan Hubungan Industrial, (Jakarta : Raja Grafindo, 2009), h.1.

2 Sumanto, Hubungan Industrial : Memahami dan mengatasi potensi konflik-kepentingan pengusaha-pekerja pada era modal global, (Jakarta : Center Of Academic Publishing (CAPS),

(13)

Dalam menjalankan suatu pekerjaan akan ada saja sesuatu yang timbul menyebabkan pekerja melakukan kesalahan, baik itu kesalahan kecil maupun kesalahan besar yang tidak dapat ditolerir lagi. Dengan adanya kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja maka akan menimbulkan yang dinamakan dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan suatu masalah yang sering terjadi dan permasalahan yang cukup menarik perhatian, baik dari pekerja/buruh, perusahaan/pengusaha/pelaku usaha, serikat pekerja/buruh, dan pemerintah. Bagi para Pekerja/buruh pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi suatu masalah karena mereka dan keluarganya terancam kelangsungan hidupnya dan merasakan derita akibat PHK tersebut. Mengingat fakta dilapangan bahwa mencari pekerjaan tidaklah mudah. Semakin ketatnya persaingan, angkatan kerja terus bertambah dan kondisi dunia usaha yang selalu fluktuatif, sangatlah wajar jika pekerja/buruh selalu khawatir dengan adanya pemutusan hubungan kerja itu.3

Sebagaimana yang dikatakan Imam Soepomo dalam bukunya yang menyatakan bahwa:

“pemutusan hubungan kerja bagi buruh merupakan permulaan dari segala pengakhiran, permulaan dari berakhirnya mempunyai pekerjaan, permulaan dari berakhirnya kemampuan membiayai keperluan hidup sehari-hari baginya dan keluarganya, permulaan dari berakhirnya kemampuan menyekolahkan anak-anak dan sebagainya”. 4

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan suatu peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya, khususnya dari pihak pekerja/buruh, karena dengan PHK tersebut pekerja/buruh yang bersangkutan

3 Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung : PT. Citra

Aditya Bakti, 2014), h. 175.

4 Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja, (Jakarta :

(14)

kehilangan mata pencaharian untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. 5 Karenanya, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dihindari dan merupakan jalan yang tidak ingin ditempuh dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.

Secara umum Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bisa terjadi dengan dan dalam berbagai cara dan kondisi. Secara teori, ada 4 (empat) jenis PHK, yaitu: 6

1. Pemutusan Hubungan Kerja oleh majikan 2. Pemutusan Hubungan Kerja oleh buruh 3. Pemutusan Hubungan Kerja demi hukum 4. Pemutusan Hubungan Kerja demi pengadilan

Permasalahan sesungguhnya berasal dari PHK yang di sebabkan oleh majikan atau pengusaha karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh pengusaha umumnya keberatan dan tidak diterima dengan baik oleh pekerja/buruh.

Dalam hal ini peneliti menemukan sebuah kasus PHK pada salah satu

E-Commerce besar di Indonesia. Dimana diduga terjadi tindakan curang yang

dilakukan oleh karyawan Tokopedia itu sendiri, ketika dimulainya promo “Flash Sale Tokopedia Spesial 9”. Agenda diskon barang sampai 78 persen yang digelar dari 15 hingga 17 Agustus 2018. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp9.999 hingga Rp999 ribu. Para konsumen harus berebut barang diskon jam 9 pagi dan jam 9 malam. Dimana konsumen hanya diberi waktu 99 menit untuk memilih barang sekaligus membayarnya. Setiap satu nomor ponsel sekaligus satu identitas pribadi, hanya dapat melakukan transaksi untuk satu unit barang. Namun muncul berbagai macam bentuk komplain dari pemburu promo tersebut. Para konsumen mengadukan berbagai hal mulai dari server yang mendadak eror hingga barang tertulis masih tersedia tetapi tak bisa

5 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h. 65.

6 Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta : PT Rajagrafindo Perkasa,

(15)

melakukan transaksi. Diduga saat itu beberapa pekerja Tokopedia melakukan kecurangan yang menyebabkan persaingan dengan konsumen menjadi tak adil. Permasalahan baru diketahui perusahaan setelah melakukan audit internal. Mereka menemukan transaksi 49 produk yang dilakukan oleh pekerjanya sendiri, dengan cara melanggar prosedur. Setelah itu terjadilah PHK terhadap para karyawan yang terlibat. Proses Pemutusan Hubungan Kerja terjadi begitu cepat dan pihak perusahaan tidak mau menjawab bagaimana masalah pidana pekerja yang di-PHK. Pihak Tokopedia tidak menjawab bagaimana prosedur penanganan masalah hingga memutuskan melakukan PHK terhadap karyawannya tersebut. Prosedur pemecatan yang simpang siur, membuat nasib pekerja Tokopedia tidak jelas. Para karyawan yang dipecat akan kesulitan untuk bisa bekerja di situs belanja online yang lain.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dan hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN ATAS

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DALAM STUDI PADA FLASH SALE TOKOPEDIA”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa hal yang dijadikan pokok permasalahan dalam penelitian yang dilakukan, pokok permasalahan ini berkaitan dengan :

a. Keabsahan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan Tokopedia

b. Hak-Hak pekerja/karyawan setelah ditetapkan Pemutusan Hubungan Kerja

c. Perlindungan hukum bagi pekerja/karyawan akibat Pemutusan Hubungan Kerja

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, peneliti membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembatasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Di sini

(16)

peneliti akan membahas mekanisme pemutusan hubungan kerja serta perlindungan hukum terhadap karyawan atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) studi pada Flash Sale Tokopedia.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti pertegas dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Apakah pemutusan hubungan kerja karena tindakan curang oleh karyawan Tokopedia dalam flash sale sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku?

b. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap karyawan Tokopedia yang dikenai pemutusan hubungan kerja?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa hal yang dijadikan tujuan dalam penelitian yang dilakukan, antara lain :

a. Untuk mengetahui mekanisme pemecatan atau pemutusan hubungan kerja yang sesuai dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap karyawan atas

pemutusan hubungan kerja dalam kasus Flash Sale Tokopedia.

2. Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa hal yang dijadikan manfaat dalam penelitian yang dilakukan, antara lain :

a. Manfaat Teoritis :

Dapat menambah wawasan serta keilmuan para cendekia tentang ketegakerjaan terutama mengenai Pemutusan Hubungan Kerja. Sebagai acuan untuk memperdalam penelitian berikutnya terkait permasalahan yang serupa. Memperdalam pengetahuan peneliti khususnya di bidang

(17)

hukum ketenagakerjaan sebagai bekal akademisi yang cakap keilmuannya.

b. Manfaat Praktis :

Dapat menjadi masukan dan perbaikan bagi penegak hukum maupun pelaku usaha agar menerapkan hukum yang berlaku demi pemenuhan hak-hak pekerja. Mengetahui langkah perusahaan dalam menjatuhkan hukuman disiplin bagi karyawan yang melanggar ketentuan atau peraturan yang disepakati. Menjadi sumbangsih pemikiran bagi perusahaan dalam memahami dan menerapkan Undang-Undang Ketenagakerjaan agar hak-hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dengan perusahaan terpenuhi.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif empiris, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan dan mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (Kodifikasi, Undang-Undang atau Kontrak) secara in Action/ in

abstracto pada setiap peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat.7

Penelitian ini dilakukan untuk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum itu telah sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-Undang yang telah dilaksanakan sebagaimana mestinya atau tidak, sehingga para pihak yang berkepentingan mencapai tujuannya. Penelitian empiris harus dilakukan dilapangan dengan metode dan teknik lapangan yaitu mengadakan kunjungan dan berkomunikasi dengan para pihak yang berkaitan langsung.

2. Jenis Penelitian

7 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti,

(18)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian hukum kualitatif. Penelitian disebut penelitian kualitatif apabila jenis data dan analisa yang digunakan bersifat naratif dalam bentuk penyataan-pernyataan yang menggunakan penalaran. Penelitian sosial yang bersifat kualitatif pada umumnya membeberkan masalah sikap, perilaku dan pengalaman, yang pengumpulan datanya dilakukan melalui interview bebas, mandalam dan kadangkala juga menggunakan metode fokus group. Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara mendalam terhadap kasus-kasus yang diteliti.

3. Sumber Data

Dalam penelitian hukum empiris data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Data Primer: yaitu data yang diperoleh terutama dari penelitian yang dilakukan langsung di dalam masyarakat.8

b. Data Sekunder : yaitu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan bahan-bahan hukum.9 Informan diperlukan di dalam penelitian empiris untuk mendapatkan data secara kualitatif. Informan yang terdiri dari Narasumber.

Narasumber adalah orang yang memberi atau mengetahui secara jelas atau menjadi sumber. Narasumber juga disebut dengan informan. Setelah data dikumpulkan kemudian data diolah secara kualitatif dengan melakukan studi perbandingan antara data lapangan dengan data kepustakaan sehingga akan diperoleh data yang bersifat saling menunjang antara teori dan praktik.

4. Teknik Pengumpulan Data

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 2000), h. 156.

9 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Ghalia Indonesia,

(19)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan bahan buku-buku bacaan yang berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan. Penelitian menggunakan penelitian kepustakaan yakni sumber data berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan nun-hukum dikumpulkan berdasarkan permasalahan dan dikaji secara komprehensif agar dapat digunakan untuk menjawab suatu pertanyaan atau untuk memecah masalah.10 Studi lapangan (field research) dengan melakukan wawancara kepada narasumber yang berhubungan dengan objek permasalahan yang diteliti. Studi lapangan (field research) dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi dengan pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari Tokopedia.

5. Metode Analisis Data

Deskriptif Analitis, yaitu menguraikan gambaran dari data yang diperoleh dan menghubungkan satu sama lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan umum. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui serta diperoleh kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.

Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

Dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan tersebut, digunakan metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.11

10 Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Bumi Intitama Sejahtera,

2009), h.56.

(20)

Dalam metode analisis deskriptif, setelah data dianalisis kemudian disusun kembali secara sistematis sehingga mendapatkan kesimpulan tentang permasalahan hukum dalam penelitian ini.

6. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Pengolahan data pada dasarnya tergantung dari jenis datanya, bagi penelitian hukum normatif yang hanya mengenal data sekunder saja, yang terdiri dari: bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, maka dalam mengolah bahan hukum tersebut tidak bisa melepaskan diri dari berbagai penafsiran yang dikenal dalam ilmu hukum.12 Metode yang digunakan dalam analisis data adalah analisis kualitatif, yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan analisis.13

7. Teknik penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika merupakan gambaran dari penelitian agar memudahkan dalam

mempelajari seluruh isinya. Untuk mempermudah penulisan atau penyajian, peneliti menjabarkan materi atau isi materi melalui lima bab. Dimana setiap

12 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004), h. 163.

13 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya, 2004),

(21)

bab akan dijelaskan secara rinci sebagai bagian dari keseluruhan penelitian ini. Sistematika uraian proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi sekilas pengantar untuk memahami garis besar dari seluruh pembahasan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penulisan, identifikasi masalah, pembatasan masalah yang akan dibahas, rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, manfaat dari penulisan skripsi, metode penelitian dan sistematika dalam penulisan penelitian ini.

BAB II TINJAUAN HUKUM PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Bab ini membahas mengenai tinjauan pustaka yang membahas mengenai kerangka konsep, kerangka teori, serta beberapa tinjauan (review) kajian terdahulu. Teori-teori yang diuraikan dalam bab ini akan menunjukkan penerapan seharusnya dalam kegiatan hubungan kerja yang baik.

BAB III DATA GAMBARAN UMUM PIHAK (TOKOPEDIA)

Bab ini membahas tentang gambaran umum perusahaan yaitu berisi profil PT Tokopedia, data observasi kepada pihak terdampak Pemutusan Hubungan Kerja dari Tokopedia serta kronologi kasus.

BAB IV MEKANISME SERTA PERLINDUNGAN HUKUM ATAS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA STUDI PADA FLASH SALE TOKOPEDIA

Bab ini menguraikan analisis serta interpretasi hasil penelitian, yang menguraikan dengan jelas data hasil penelitian tentang mekanisme pemutusan hubugan kerja serta perlindungan hukum terhadap karyawan Tokopedia yang dikenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

(22)

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan, dan rekomendasi atas temuan yang peneliti temukan dalam penelitian ini. Dalam kesimpulan, akan diuraikan secara ringkas mengenai berbagai pembahasan dalam skripsi ini.

(23)

13

TINJAUAN HUKUM PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA A. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual merupakan konsep-konsep khusus yang diteliti

dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka konseptual sebagai berikut :

1. Pekerja dan Pemberi Kerja

Pengertian pekerja/buruh menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah “Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Sedangkan ketentuan di dalam Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa pemberi kerja adalah orang perorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Objek hukum dalam hubungan kerja adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Dengan kata lain yang melekat pada diri pekerja merupakan objek hukum dalam hubungan kerja.1

2. Hubungan Kerja

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 15 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Hubungan kerja adalah suatu hubungan hukum yang dilakukan minimal dua subjek hukum mengenai suatu pekerjaan. Subjek hukum yang melakukan hubungan kerja adalah pengusaha/pemberi kerja dengan pekerja/buruh. Hubunga kerja merupakan inti dari hubungan industrial. Hubungan antara buruh dan majikan berakibat timbulnya hak dan kewajiban antara buruh dan majikan.

1 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta : Sinar Grafika,

(24)

Menurut Darwan Prints, yang dimaksud hak disini adalah sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang, sedangkan kewajiban adalah suatu prestasi hak berupa benda atau jasa yang harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukan atau statusnya.2

3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Menurut Pasal 25 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubunga kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha.3

Dalam melakukan suatu pekerjaan, apabila seorang pekerja melakukan pelanggaran terhadap aturan perusahaan maka akan mendapatkan sanksi/hukuman, seperti pekerja yang melakukan kesalahan berat sehingga pada akhirnya akan diakhiri hubungan kerjanya karena dianggap telah merugikan perusahaan. Hal ini merupakan salah satu timbulnya pemutusan hubungan kerja dalam dunia pekerjaan. 4. Hubungan Industrial

Hubungan Industrial merupakan sistem hubungan yang menempatkan kedudukan pengusaha dan pekerja sebagai hubungan yang saling melengkapi dalam rangka mencapai tujuan bersama. Selain unsur di atas, dalam tatanan sistem ketenagakerjaan Indonesia terdapat pemerintah yang bersifat mengayomi dan melindungi para pihak. Pemerintah mengeluarkan rambu-rambu berupa aturan-aturan ketenagakerjaan demi terwujudnya hubungan kerja yang harmonis antara pengusaha dengan pekerjanya.

Sendjun H Manulang, memberikan pengertian tentang Hubungan Industrial adalah sistem hubungan yang terbentuk antara pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa (pekerja/buruh, pengusaha, dan

2 Darwan Prints, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti,

2000), h. 22-23.

3 Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2004), h.

(25)

pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi dari keseluruhan sila-sila dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang tumbuh dan berkembang diatas kepribadian bangsa dan kebudayaan nasional Indonesia.4

5. Penyelesaian Konflik dalam Hubungan Industrial

Salah satu wujud implementasi dari kebijakan pemerintah khususnya dibidang ketenagakerjaan dan penyelesaian perselisihannya terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubungan Industrial. Pada intinya pemerintah melalui kedua produk hukum tersebut ingin memberikan perlindungan bagi pekerja/buruh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

Upaya penyelesaian perselisihan terbaik yang dapat memberikan perlindungan bagi pekerja adalah bipartit, karena hanya melibatkan kedua belah pihak yang benar-benar mengetahui permasalahan dan dapat secepatnya diselesaikan tanpa membutuhkan waktu lama. Apabila dengan cara bipatrit tidak mencapai kesepakatan perdamaian, maka jalan yang ditempuh lainnya adalah pihak ketiga yang netral baik dalam bentuk mediasi, konsiliasi maupun arbitrase untuk mendamaikannya.

B. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis adalah konsep yang merupakan ekstrak dari hasil

pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.5 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka teori sebagai berikut :

4 Sendjun H Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1987), h. 145.

5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986)

(26)

1. Teori Keadilan

Keadilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, keputusan hakim itu berpihak kepada yang benar, berpegang pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.6 Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan pada norma-norma yang objektif, jadi tidak subjektif apalagi sewenang-wenang.

Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu adil bagi yang lainnya, kapan seseorang menegaskan bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum di mana suatu skala keadilan di akui. Bagi kebanyakan orang keadilan adalah prinsip umum, bahwa individu-individu tersebut seharusnya menerima apa yang sepantasnya mereka terima.7

Teori keadilan menurut John Rawls, berdasarkan buku John Rawls yang berjudul “ A Theory Of Justice”, terdapat 3 ide pokok penting sebagai komponen adanya teori keadilan John Rawls, yaitu:

1) Utilitarianisme Klasik, 2) Keadilan sebagai Fairness, 3) Dua prinsip keadilan.

Definisi teori keadilan menurut hukum adalah keadilan yang telah dirumuskan oleh hukum dalam bentuk hak dan kewajiban, dimana pelanggaran terhadap keadilan akan ditegakkan lewat proses hukum, umumnya oleh pengadilan.8

2. Teori Perlindungan Tenaga Kerja

6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008, Edisi Keempat), h. 10.

7 Muhammad Sadi Is, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 197.

(27)

Menurut Soepomo, perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi 3 (tiga ) macam, yaitu :9

a. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.

b. Perlindungan sosial, yaitu : perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.

c. Perlindungan teknis, yaitu : perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.

3. Teori Efektifitas Hukum

Efektifitas mengandung arti keefektifan pengaruh efek keberhasilan atau kemanjuran/kemujaraban, membicarakan keefektifan hukum tentu tidak terlepas dari penganalisisan terhadap karakteristik dua variable terkait yaitu: karakteristik/dimensi dari obyek sasaran yang dipergunakan.10

Ketika berbicara sejauh mana efektifitas hukum maka kita pertama-tama harus dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati, jika suatu aturan hukum ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya maka akan dikatakan aturan hukum yang bersangkutan adalah efektif.11

Efektif atau tidak efektifnya suatu aturan hukum secara umum juga tergantung pada optimal dan profesional tidaknya aparat penegak hukum untuk menegakkan berlakunya aturan hukum tersebut, mulai dari tahap pembuatannya, sosialisasinya, proses penegakan hukumnya yang mencakupi tahapan penemuan hukum (penggunaan penalaran hukum,

9 Abdul khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta : Citra Aditya

Bakti 2003), h. 61- 62.

10 Salim, H.S dan Erlis Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan Disertasi. Edisi Pertama, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 37.

11 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan VOL. 1 Pemahaman Awal,

(28)

interpretasi dan konstruksi) dan penerapannya terhadap suatu kasus konkret,

Efektif atau tidaknya suatu aturan hukum secara umum, juga dapat mensyaratkan adanya pada standar hidup sosio-ekonomi yang minimal didalam masyarakat. Dan sebelumnya ketertiban umum, sedikit atau banyak, harus telah terjaga, karena tidak mungkin efektifitas hukum akan terwujud secara optimal, jika masyarakat dalam keadaan tidak baik.

C. Pengertian dan Unsur-Unsur Perjanjian Kerja a. Pengertian Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara pengusaha dan

pekerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh termasuk syarat-syarat kerja, pengupahan, dan cara pembayarannya. Perjanjian kerja merupakan sarana yang paling baik karena memuat kesepakatan para pihak pada saat memulai hubungan kerja. Dengan adanya perjanjian kerja, timbul hak dan kewajiban dari masing-masing pihak (pekerja dan pengusaha) yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Perjanjian kerja waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.12

b. Unsur-Unsur Perjanjian Kerja

1. Adanya unsur Work atau Pekerjaan

Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (objek perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 1603 a yang berbunyi : “Buruh wajib melakukan sendiri

12 Sri Subiandini Gultom, Aspek Hukum Hubungan Industrial, (Jakarta: PT Hecca Mitra

(29)

pekerjaannya, hanya dengan seizin majikan ia dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya”.

2. Adanya Unsur Perintah

Pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Pada dasarnya unsur perintah memiliki peranan pokok, karena tanpa adanya perintah maka tidak adanya perjanjian kerja. 13

3. Adanya Upah14

Upah harus ada dalam setiap hubungan kerja, karena upah buruh merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM), dimana dalam konvenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya PBB yang telah diratifikasi oleh Indonesia disebutkan bahwa harus dapat digunakan untuk mencukupi kehidupan buruh dan keluarganya secara layak. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang atau bentuk lain sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah dilakukan.

D. Hak dan Kewajiban Pemberi Kerja dan Pekerja 1. Hak dan Kewajiban Pemberi Kerja

Pemberi kerja berhak atas:

13 Sehat Damanik, Outsourcing dan Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, (Jakarta: DSS Publishing, 2006), h. 39.

14 Trade Union Rights Centre, Advokasi Pengupahan di Daerah, (Jakarta: TURC, 2007), h.

(30)

ii. Keteraturan pelaksanaan pekerjaan yang diperintahkannya kepada buruh yang bersangkutan, bahwa buruh tersebut melakukan tugas pekerjaannya secara teratur menurut tempat, waktu, dan prestasi yang seharusnya.

iii. Perlakuan yang hormat, sopan, dan wajar serta sikap tindak dan tingkah laku yang sepantasnya dari buruhnya.

iv. Ketertiban kerja para buruh.15 Pemberi kerja berkewajiban untuk:

a. Membayar imbalan kerja si buruh secara penuh sejak ia mulai bekerha hingga berakhirnya hubungan kerja (Pasal 1602 a KUH Perdata/BW), meskipun tenaga si buruh itu tidak dimanfaatkan oleh si majikan secara efektif dan efisien. Mengurus pengobatan dan perawatan buruh yang sakit atau menderita kecelakaan (Pasal 1602 x KUHPer/BW). b. Memberikan surat keterangan atau surat pernyataan yang

menerangkan bahwa si buruh itu pernah bekerja padanya. Surat keterangan atau surat pernyataan (Verklaring) tersebut wajib diberikannya kepada si buruh yang bersangkutan pada waktu hubungan kerja berakhir.16

b. Hak dan Kewajiban Pekerja

Seorang pekerja berhak atas:

i. Imbalan kerja (gaji, upah, dan sebagainya) sebagaimana telah diperjanjikan bila ia telah melaksanakan kewajibannya.

15 A. Ridwan Halim, Hukum Perburuhan Dalam Tanya Jawab, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1985), h.46-47.

16 Rience G. Widyaningsih, Himpunan Materi Materi Penting Dalam Menunjang Keberhasilan Studi Hukum Kerja, (Bandung: CV Amriko, 1982), h. 12.

(31)

ii. Perlakuan yang adil dan seimbang antara dirinya dan kawan-kawannya, dalam tugas dan peghasilannya masing-masing dalam angka perbandingan yang sehat.

iii. Jaminan perlindungan dan keselamatan diri dan kepentingannya selama hubungan kerja berlangsung.

iv. Penjelasan dan kejelasan status, waktu, dan cara kerjanya pada majikan.

Seorang pekerja berkewajiban untuk:

a. Melaksanakan tugas dan pekerjaannya sebagaimana telah diperjanjikan sebelumnya menurut kemampuannya dan sebaik-baiknya (Pasal 1603 b KUHPer/BW).

b. Menaati segala peraturan kerja serta peraturan tata tertib yang berlaku di perusahaanya yang telah ditetapkan majikan berdasarkan undang-undang, perjanjian atau kebiasaan yang layak (Pasal 1603 b KUHPer/BW).

c. Menaati peraturan tata tertib dan tata cara yang berlaku dirumah majikan, bila ia bertempat tinggal di sana (Pasal 1603 c KUHPer/BW).

d. Melaksanakan tugas dan segala kewajibannya secara layak dalam arti menurut kepatutan dan kepantasan baginya untuk bertindak menurut keperluannya (Pasal 1604 d KUHPer/BW).17

E. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja dan Jenis-Jenis Pemutusan Hubungan Kerja

a. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja

Menurut Pasal 1 Angka 25 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketanagakerjaan bahwa PHK merupakan pengakhiran

17 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

(32)

hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan telah mengatur bahwa perusahaan tidak boleh seenaknya saja memPHK karyawannya, terkecuali karyawan/pekerja yang bersangkutan telah terbukti melakukan pelanggaran berat dan dinyatakan oleh pengadilan telah melakukan kesalahan berat yang mana putusan pengadilan tersebut dimaksud telah memiliki kekuatan hukum yang tetap.

b. Jenis-Jenis Pemutusan Hubungan Kerja

Secara teoritis, jenis pemutusan hubungan kerja dibagi menjadi 4,

yaitu:

1. Pemutusan Hubungan Kerja oleh Majikan/Pengusaha

Pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha merupakan PHK dimana berasal dari kehendak pengusaha karena adanya pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan oleh pekerja/buruh atau karena faktor-faktor lain, seperti pengurangan tenaga kerja, perusahaan tutup, perubahan status perusahaan, dan sebagainya.

b. Pemutusan Hubungan Kerja oleh Buruh/Pekerja

Buruh/pekerja berhak untuk memutuskan hubungan kerja dengan pihak pengusaha, karena pada prinsipnya buruh tidak boleh dipaksakan untuk terus-menerus bekerja bilamana ia sendiri tidak menghendakinya.

c. Hubungan Kerja Putus Demi Hukum

Hubungan kerja juga dapat putus/berakhir demi hukum, artinya hubungan kerja tersebut harus putus dengan sendirinya sehubungan dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian yang dibuat oleh majikan dan buruh.18

d. Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengadilan

(33)

Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan ialah pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan perdata biasa atas permintaan yang bersangkutan (majikan/buruh) berdasarkan alasan penting.19 Biasanya alasan pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan didasarkan pada alasan mendesak, karena keadaan pribadi atau bisa jadi karena perubahan keadaan pekerjaan. Pasal 1603 v KUHPerdata menyebutkan tiap pihak (buruh/majikan) setiap waktu, sebelum pekerjaan dimulai berwenang berdasarkan alasan penting mengajukan permintaan tertulis kepada pengadilan di tempat kediamannya yang sebenarnya untuk menyatakan perjanjian kerja putus. Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pengadilan atas permintaan pihak majikan itu tidak memerlukan izin dari P4D atau P4P.

F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dalam penelitian atau pembuatan skripsi ini, peneliti memiliki tinjauan (review) kajian terdahulu yang berkaitan dengan fokus penelitian tentang perlindungan hukum terhadap karyawan yang di PHK dari sejumlah kalangan, namun penelitian-penelitian tersebut memiliki perbedaan fokus penelitian dengan skripsi peneliti. Adapun sejumlah penelitian terdahulu yang peneliti temukan antara lain:

1. Jurnal ditulis oleh Sri Zulhartati.20 Jurnal ini membahas terkait alasan perusahaan dalam memberhentikan karyawan dan pengaruh pemberhentian karyawan terhadap perusahaan. Berbeda dengan peneliti yang nanti dalam tulisannya atau akan membahas tentang keabsahan atau kebenaran tata cara dari pemecatan karyawan di

19 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2006), h. 188.

20 Sri Zulhartati, Pengaruh Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Karyawan Perusahaan,

(34)

tokopedia apakah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku serta akibat dari terjadinya pemecatan tersebut bagi karyawan, dan perlindungan bagi karyawan yang di PHK.

2. Jurnal ditulis oleh Asri Wijayanti,21 Jurnal ini membahas syarat apabila pekerja/buruh bisa di PHK karena melakukan kesalahan berat sesuai ketentuan Pasal 158 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dimana dalam penelitian saya ini membahas tentang tata cara yang sesuai terkait dengan kasus Flash Sale Tokopedia, serta perlindungan hukum bagi karyawan dan akibat dari PHK tersebut bagi karyawan. 3. Jurnal ditulis oleh Erni Dwita Silambi,22 Dalam jurnal ini membahas

mengenai bagaimana perlindungan hukum terhadap para pekerja kontrak yang di PHK dalam masa kontrak studi kasus PT. Medco Lestari Papua, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti tentang perlindungan hukum terhadap karyawan atas PHK studi pada

flash sale Tokopedia.

4. Skripsi ditulis oleh Nauval Fathu Dzulfikar,23 Skripsi ini membahas tentang kedudukan hukum PHK yang dilakukan Perum Peruri, kesesuaian penerapan Peraturan Perundang-undangan berjalan baik atau terdapat persimpangan dalam praktiknya, serta langkah upaya hukum yang ditempuh buruh/pekerja demi mendapatkan hak-haknya. Dalam penelitian saya memiliki kesamaan seperti penelitian tersebut hanya saja beda dalam penelitian kasus. Penelitian tersebut

menganalisis studi kasus Putusan Mahkamah Agung. Penelitian saya mengambil kasus pada E-Commerce Tokopedia.

21 Asri Wijayanti, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Yang Di PHK Karena Melakukan Kesalahan Berat, (Surabaya, 2014).

22 Erni Dwita Silambi, Pemutusan Hubungan Kerja Ditinjau Dari Segi Hukum (Studi Kasus PT. Medco Lestari Papua), 2016.

23 Nauval Fathu Dzulfikar, Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Pelanggaran Berat Pekerja di Perum Peruri (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor. 536 K/Pet. Sus-PHI/2016), (Jakarta : Fakultas Syariah dan Hukum, 2018).

(35)

25

DATA GAMBARAN UMUM PIHAK TOKOPEDIA A. Pengertian Data

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) “Data adalah bukti yang ditemukan dari hasil penelitian yang dapat dijadikan dasar kajian atau pendapat”. Pendapat lain menyatakan bahwa “Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi”.1 Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa latin yang berarti “sesuatu yang diberikan”. Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra.

B. Profil Pelaku Usaha

1. Profil PerusahaanTokopedia

Tokopedia merupakan perusahaan perdagangan elektronik atau sering disebut toko daring. Sejak didirikan pada tahun 2009, Tokopedia telah bertransformasi menjadi sebuah unicorn yang berpengaruh tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara. Hingga saat ini, Tokopedia termasuk marketplace yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia.

Tokopedia turut mendukung para pelaku Usaha Mikro kecil dan Menengah (UMKM) dan perorangan untuk mengembangkan usaha mereka dengan memasarkan produk secara daring dengan Pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Salah satu program kolaborasi yang diinisiasi

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

(36)

oleh Tokopedia adalah acara tahunan MAKERFEST yang didakan sejak bulan Maret 2018.

2. Sejarah Perusahaan Tokopedia

Tokopedia resmi diluncurkan ke publik pada 17 Agustus 2009 di bawah naungan PT Tokopedia yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison pada 6 Februari 2009. Sejak resmi diluncurkan, PT Tokopedia berhasil menjadi salah satu perusahaan internet Indonesia dengan pertumbuhan yang sangat pesat. PT Tokopedia mendapatkan seed funding (pendanaan awal) dari PT Indonusa Dwitama pada tahun 2009. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, Tokopedia kembali mendapatkan suntikan dana dari pemodal ventura global seperti East Ventures , Cyber Agent Ventures, Netprice, dan Softbank Ventures Korea.

Pada tahun 2016, Tokopedia menghadirkan produk teknologi finansial. Produk fintech Tokopedia terdiri dari dompet digital, investasi terjangkau, kredit modal bisnis, kartu kredit virtual, produk proteksi, skoring kredit berdasarkan data untuk produk pinjaman, investasi, serta layanan keuangan lainnya.

Pada tahun 2017, Tokopedia meluncurkan jaringan Gudang Pintar bernama Toko Cabang di tiga kota yakni Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Layanan gudang ini bertujuan untuk membantu para penjual di marketplace tersebut dalam memenuhi pesanannya. Pada tahun yang sama, Tokopedia juga menghadirkan Tokopedia Salam, sebuah platform yang mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berbagai pilihan produk dan layanan yang baik. Tokopedia Salam juga memiliki fitur halal filter yang membantu pengguna untuk menemukan produk halal secara mudah.

Tokopedia adalah perusahaan internet yang memungkinkan setiap individu dan pemilik bisnis di Indonesia untuk mengembangkan dan mengelola bisnis online mereka secara gratis, sekaligus

(37)

memungkinkan pengalaman berbelanja online yang lebih aman dan nyaman. Tokopedia percaya bahwa marketplace adalah bisnis model paling indah di dunia, karena kesuksesan sebuah marketplace hanya dapat diraih dengan membuat orang lain menjadi lebih sukses.

3. Visi-Misi Tokopedia a. Visi

“Membangun Indonesia lebih baik, lewat internet”. b. Misi

Untuk terus berusaha memberikan kesempatan kepada setiap individu di Indonesia untuk memulai bisnis dengan mudah dan gratis di Tokopedia.

i. Selalu positif

- Keep positive attitude (selalu membangun dan memelihara sikap positif dan menjauhkan sikap negatif)

- Build Positive Teamwork (belajar dan bertumbuh bersama dan memperlakukan reka kerja seperti keluarga).

ii. Memecahkan masalah

- Solution Oriented ( menganalisa inti permasalahan dan kemudian mencari solusi terbaik untuknya).

- Think BIG (berpikir jauh ke depan untuk setiap langkah yang diambil).

- Set Your Standards Very Hig (jangan mudah puas dan selalu temukan target dan tantangan baru).

- Accepting Challenges, Embracing Mistakes (menerima tantangan dan belajar dari kesalahan).

iii. Menjadi yang terbaik

iv. Generasi Indonesia yang lebih baik

- Integrity (memelihara sikap jujur dan menjaga integritas yang baik).

(38)

- Character (membangun dan menjaga nilai-nilai karakter diri yang positif).

v. Fokus pada pelanggan

- Build Awesome Product (membangun produk yang bermanfaat).

- Give Best Service (selalu memberikan pelayanan yang terbaik).

4. Kronologi Kasus

Tokopedia pada akhir tahun 2018 melakukan pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap puluhan pekerjanya. Sebabnya para pekerja situs jual beli berbasis daring tersebut, di anggap melanggar kebijakan perusahaan. Salah satu yang di maksud kecurangan pekerja, ketika dimulainya promo “Flash Sale Tokopedia Spesial 9”. Agenda diskon barang dengan harga yang di mulai dari Rp9.999 hingga Rp999 Ribu itu di gelar dari tanggal 15 sampai 17 Agustus 2018. Dimana konsumen harus berebut barang diskon jam 9 pagi dan jam 9 malam dengan waktu 99 menit untuk memilih barang sekaligus membayarnya. Setiap satu nomor ponsel sekaligus satu identitas pribadi, hanya bisa melakukan transaksi untuk satu unit barang.

Muncul berbagai macam bentuk komplain dari para pemburu promo tersebut. Mereka mengeluhkan berbagai hal mulai dari

server yang mendadak error hingga barang tertulis masih tersedia

namun tak bisa dilakukan transaksi. Diduga saat itu beberapa pekerja Tokopedia melakukan kecurangan yang menyebabkan persaingan dengan konsumen menjadi tidak adil. Permasalahan baru diketahui perusahaan ketika di lakukan audit internal dimana mereka menemukan transaksi 49 produk yang dilakukan oleh pekerjanya sendiri, dengan cara melanggar prosedur. Akhirnya pada tanggal 24 Agustus puluhan karyawan Tokopedia yang bersangkutan di berhentikan akibat pelanggaran kebijakan perusahaan tersebut. PHK pekerja Tokopedia

(39)

karena dugaan kesalahan berat, karena menyangkut dugaan pidana penipuan.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat terjadi atas inisiatif dari pihak perusahaan/pengusaha ataupun buruh/pekerja. PHK yang dilakukan oleh pihak pengusaha kepada buruh/pekerja dapat disebabkan oleh berbagai macam alasan, seperti pengunduran diri, mangkir, perubahan status perusahaan, perusahaan pailit, dan atau karena pekerja telah melakukan kesalahan berat sebagaimana diatur dalam Pasal 158 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sering tidak dapat dielakkan dan ini disebabkan oleh keinginan perusahaan atau dapat pula karena keinginan pegawai. Pemutusan Hubungan Kerja baik karena keinginan pegawai maupun perusahaan tidak boleh dilakukan sewenang-wenang, melainkan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sehingga pemutusan hubungan kerja boleh dilakukan di setiap organisasi atau perusahaan asalkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan Undang-Undang Ketenagakerjaan, Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan (PP), atau PKB.

Undang-Undang Ketenagakerjaan tidak mengatur pengertian tentang kesalahan berat, sehingga sulit memastikan apakah suatu perbuatan yang dilakukan dalam situasi kerja merupakan kesalahan berat atau bukan. Muncul banyak penafsiran dalam hal terjadi perselisihan dalam hubungan industrial mengenai pemutusan hubungna kerja karena pekerja melakukan kesalahan berat. Perbedaan penafsiran tersebut setidaknya terjadi pada 3 (tiga) lembaga yaitu Pengusaha, Mediator, dan Pengadilan Hubungan Industrial. Hanya saja pada kasus ini, Tokopedia tidak melaporkan kesalahan berat pekerja ke polisi asalkan pekerja bersedia mengundurkan diri atau diakhiri hubungan kerjanya tanpa pesangon dan pengahargaan masa kerja

(40)

sehingga proses mediasi dan pengadilan hubungan industrial tidak dilakukan.

Pada dasarnya pemutusan hubungan kerja apapun alasan penyebabnya sangat merugikan bagi pekerja/buruh, oleh karena itu diperlukan perlindungan terhadap pekerja agar terhindar dari pemutusan hubungan kerja, perlindungan dapat dilakukan dengan membuat regulasi yang memproteksi pekerja dari potensi pemutusan hubungan kerja maupun melalui advokasi dari serikat pekerja yang ada di perusahaan dengan memperjuangkan agar sedapat mungkin tidak terjadi pemutusan hubunga kerja tetapi jika pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindarkan maka serikat pekerja.serikat buruh di dalam perusahaan harus memperjuangkan agar pekerja yang di putus hubungan kerja mendapatkan hak-haknya secara adil dan benar. Prosedur pemecatan yang simpang siur, membuat nasib pekerja tokopedia menjadi tidak jelas. Mereka kesulitan untuk bisa bekerja di situs belanja online yang lain. Perusahaan itu bukan pengadilan yang bisa memvonis orang melakukan perbuatan pidana. Kalaupun perusahaan menangkap basah si pekerja, maka perusahaan hanya memiliki opsi memproses secara hukum dengan melaporkan ke polisi.

(41)

31

MEKANISME SERTA PERLINDUNGAN HUKUM ATAS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA STUDI PADA FLASH SALE

TOKOPEDIA

A. Mekanisme Pemutusan Hubungan Kerja dalam Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan

1. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Pada prinsipnya, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan telah mengatur tentang apa saja keadaan dan bagaimana mekanisme Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Alasan pemberhentian pekerjaan bisa terjadi karena dari Undang-Undang, keinginan perusahaan, keinginan karyawan, meninggal dunia, maupun perusahaan mengalami dilikuidasi. Terjadinya PHK itu bisa menimbulkan dampak positif dan negatif bagi masing-masing pihak yaitu perusahaan dan karyawan.

Pasal 158 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja dengan alasan sebagai berikut:1

a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik perusahaan.

b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan.

c. Mabuk, meminum-minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan aditif lainnya di lingkungan kerja.

d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja.

1 Halili, Hubungan Kerja antara Majikan dan Buruh, (Bandung: Bina Aksara, 1987), h.

(42)

e. Menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja.

f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbutan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja.

i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya di rahasiakan, kecuali untuk kepentingan negara.

j. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara lima tahun atau lebih.

Kesalahan yang di jelaskan dalam Pasal 158 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 harus didukung dengan pembuktian sebagai berikut:

a. Pekerja atau buruh (sedang) tertangkap tangan. b. Ada pengakuan dari pekerja/buruh.

c. Ada bukti lain, laporan kejadian dari pihak yang berwenang di perusahaan yang bersangkutan (satpam) dan didukung oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi.2

Pasal 159 menjelaskan apabila pekerja/buruh tidak menerima pemutusan hubungan kerja dalam Pasal 158 Ayat (1) di atas, pekerja/buruh yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan ke Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Pasal 169 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa pekerja.buruh dapat mengajukan

2 Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja:Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,

(43)

permohonan pemutusan hubungan kerja kepada Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dalam hal pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut:

a. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja/buruh. b. Membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan

perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. c. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama

3 (tiga bulan berturut-turut atau lebih.

d. Tidak melakukan kewajiban yang telah di janjikan kepada pekerja/buruh.

e. Memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang di perjanjikan, atau

f. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan pekerja/buruh sedangkan pekerja tersebut tidak mencantumkan pada perjanjian kerja.

Pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan berikut:

a. Pekerja buruh sakit (sesuai surat keterangan dokter) selama dalam waktu 12 bulan secara terus-menerus.

b. Pekerja buruh memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (lihat penjelasan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1981 jo Pasal 93 ayat (2) huruf d.

c. Pekerja buruh menjalankan ibadah (tanpa pembatasan pelaksanaan ibadah yang keberapa, biasanya ibadah yang pertama upah dibayar penuh), lihat Pasal 93 Ayat (2) hruf e.

d. Pekerja buruh menikah (lihat Pasal 93 Ayat (2)).

e. Pekerja buruh (perempuan) hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya (lihat Pasal 93 Ayat (2) huruf c jo. Pasal 82 dan Pasal 83).

(44)

f. Pekerja/buruh mempunyai hubungan (pertalian) darah dan semenda, kecuali (terlebih dahulu) telah diatur dan ditentukan lain dalam PK dan PP/PB.

g. Pekerja/buruh mengadukan pengusaha (kepada yang berwajib) yang melaporkan mengenai suatu perbuatan tindak pidana kejahatan. h. Adanya perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit,

golongan, jenis kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan.

i. Pekerja/buruh cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja/hubungan kerja yang menurut keterangan dokter jangka waktu penyembuhannya tidak dapat di tentukan.

PHK karena alasan-alasan tersebut, adalah batal demi hukum (batal dengan sendirinya) dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/buruh yang bersangkutan. Pada prinsipnya, apabila terjadi PHK maka pengusaha diwajibkan membayar upah pesangon (UP) dan/atau uang penghargaan masa kerja (UPMK), dan uang penghargaan hak (UPH), yang seharusnya di terima.3

Sanksi atau hukuman bagi pemutusan hubungan kerja yang tidak beralasan, yaitu:

a. Pemutusan tersebut adalah batal dan pekerja yang bersangkutan harus di tempatkan kembali pada kedudukan semula.

b. Pembayaran ganti rugi kepada pekerja tersebut. Dalam hal ini pekerja berhak memilih antara penempatan kembali pada kedudukan semula. Pasal 155 ayat (2) Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan menjelaskan: “Selama putusan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial belum di tetapkan, baik pengusaha maupun pekerja harus melaksanakan segala kewajibannya.” Perjanjian kerja akan berakhir apabila pekerja meninggal dunia, berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja, adanya putusan pengadilan atau penetapan lembaga

(45)

penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, adanya keadaan atau kejadian tertentu yang tercantum dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

2. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubungan Industrial

Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang PPHI, perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang adanya perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan.4

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 Penyelesaian secara wajib harus dimulai dengan musyawarah mufakat antara pihak yang berselisih (bipartite). Kemudian, kalau tidak selesai baru dilanjutkan ke pegawai perantara di kantor yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan seterusnya ke panitia penyelesaian perselisihan perburuhan daerah dan pusat. Kalau juga tidak selesai, salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial. Selengkapnya akan di uraikan sebagai berikut:5

1. Penyelesaian di Luar Pengadilan a. Perundingan Bipartit

Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial (Pasal 1 Angka 10 UU PPHI). Perundingan bipartit dilakukan oleh para pihak secara langsung, baik di dalam maupun di luar perusahaan paling lama tiga puluh hari kerja. Sebagaimana di amanatkan dalam Pasal 3 Ayat (1) UU PPHI bahwa penyelesaian perselisihan hubungan

4 Supomo Suparman, Hukum Acara Peradilan Hubungan Industrial, (Jakarta: Jala Permata

Aksara, 2009), h. 15.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Adapun berdasarkan penelitian dari Sjahrir (1995), ia menemukan bahwa pelaku migrasi (penduduk Bejer) yang pergi ke Jakarta segera mendapatkan pekerjaan tanpa harus melalui

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: (1) Manfaat teoritis, dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang hukum tata negara, khususnya terkait

Transfer Se organik dari makanan induk ke telur dan jaringan embrio lebih efisien dibandingkan Se inorganik dan berperan memperbaiki pertahanan antioksidan anak

 Prediksi Curah Hujan Das II Agustus 2016 sebagian besar wilayah Indonesia pada kisaran rendah - menengah (20-75mm/Das), kecuali di Pesisir selatan Sumatera, sebagian Papua

Pengembangan Potensi Wisata Jayanti sebagai aset wisata Dalam pengembangan potensi wisata Jayanti tentunya ada upaya- upaya yang perlu dikembangkan oleh pemerintah

(6) Bandar udara intemasional angkutan kargo sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, merupakan bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar udara yang melayani angkutan kargo

Pupuk Kalimantan Timur dapat membuat tenaga kerjanya bekerja dengan lebih aman namun hal tersebut tidak berpengaruh signifi kan terhadap terciptanya peningkatan safe behavior

Sedangkan biomassa terbesar untuk tanaman utama koro benguk dihasilkan di perlakuan kelima dengan jumlah bahan kering sebesar 2.13 ton/ha dalam waktu 18 minggu, serta