• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai 15-20 m. Tanaman ini berumah satu atau monoeclous dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon.

Menurut Semangun, 2003 tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berkeping satu (monokotil) yang secara taksonomi dapat digolongkan sebagai berikut. Devisi : Spermatophyte Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Palmales Family : Palmae Sub-family : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimiliki sejak empat abad lalu (abad ke – 16) dan dilanjutkan pada abad-abad selanjutnya. Dalam dunia bonati , semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam indentifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diperoleh data dan informasi baru yang memungkinkan para ahli untuk mengadakan perubahan, penyesuaian, dan pembetulan.

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generative. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generative yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah (Semangun 2003).

(2)

5 2.1.1 Akar

Kelapa sawit merupakan tumbuhan berkeping satu (monokotil)yang system perakarannya adalah serabut. Bakal akar (radikula) yang muncul dari biji yang berkecambah terus memanjang ke arah bawah selama 6 bulan terus – menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Radikula selanjutnya akan mati dan digantikan akar serabut (radic adventives) yang tumbuh vertical ke dalam tanah dan horizontal ke samping, kemudian bercabang akar sekunder ke atas dan ke bawah, tertier dan kuarter. Kedalaman akar kelapa sawit mencapai 8 – 16 m secara horizontal (Wahyuni M, 2008).

2.1.2 Batang

Tanaman kelapa sawit umumnya berbatang lurus dan tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seeding) terjadi pembentukan batang yang melebar dan lebih gemuk, disebut bonggol dengan diameter 60 – 100 cm tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis.

Di dalam batang terdapat pangkal pelepah – pelepah daun melekat kukuh dan suka terlepass walaupun dauh sudah kering dan mati. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertutup pelepah yang belum ditunas. Kemudian batang mulai meniggi dengan kecepatan 35 – 70 cm/tahun. Pertumbuhan tinggi batang juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, tanah, iklim, pupuk, kerapatan tanaman, dan lain – lain (Wahyuni M. 2008). 2.1.3 Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki dau berupa daun tunggal dengan susunan tulang – tulang daun menyerupai bulu ayam dan burung. Tulang daun utama (rachis) yang sangat lebar di bagian bawah dan menempel pada batang dan berangsur – angsur menyempit dan menuju ujung daun mencapai 9 meter. Anak daun (pinnae) berderet disisi kiri dan kanan tulang daun dengan arah ke

(3)

6

atas dan ke bawah, dengan jumlah bervariasi antara (250-400) helai. Anak – anak daun yang ada di tengah lebih panjang, di pangkal memendek dan terdapat duri – duri daun. Tiap anak daun terdiri dari tulang daun (lidi) dan helai daun yang ada di kedua sisi lidi tersebut. Letak pelepah dilihat dari bekas tunas yang membentuk putaran – putaran spiral ke kiri dan ke kanan. Pada tanaman muda mengeluarkan 30 pelepah per tahun dan pada tanaman tua antara 18 – 24 pelepah per tahun (Wahyuni, 2008).

2.1.4 Bunga

Tanaman kelapa sawit termasuk tumbuhan berumah satu (monoceous) yaitu dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan dan bunga betina berada pada rangkaian terpisah, terkadang ditemui bunga banci yaitu dalam satu tandan terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong sedangkan bunga betina berbentuk bulat. Tanaman kelapa sawit mengalami penyerbukan silang (cross pollination) yaitu bunga betina dari pohon satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon lainnya dengan bantuan angin atau serangga penyerbuk (Elaedobius kamerunicus).

Dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan dan betina. Tanaman mulai berbunga pada umur 14 – 18 bulan. Bunga jantan terdiri dari 100-250 spikelet yang berduri, tersusun spiral pada tangkai tandan dan terbungkus seludang. Bunga betina terdiri dari 100-200 spiklet terdiri dari 500-1500 kuntum bunga sangat kecil berwarna putih kekuning-kuningan. Dalam satu tahun jumlah bunga jantan dan betina adalah 15-25 pada tanaman muda dan 8-15 pada tanaman dewasa (Wahyuni, 2008).

2.1.5 Buah

Buah kelapa sawit tersusun dalam satu tandan dan diperlukan waktu 5,5 – 6,0 bulan dari satu penyerbukan sampai matang panen. Dalam satu rangkaian terdapat ± 1800 buah terdiri dari buah luar, buah tengah dan buah dalam yang ukurannya kecil karena posisi terjepit. Berat satu buah bervariasi antara 15-30 gr, dengan panjang 3-5 cm dan buah matang yang terlepas disebut brondolan.

(4)

7

Buah kelapa sawit tersusun dari kuit buah yang licin dank eras (eksocarp), daging buah (mesocarp) yang mengandung minyak, kulit biji (endosperm) yang hitam satu lembaga (embrio). Embrio terdiri dari bakal batang (plumula) yang arah tegak lurus ke (fototropy) dan selanjutnya akan menjadi batang dan daun. Bakal akar (radicula) yang arah ke bawah (geotrophy) yang selanjutnya menjadi akar. Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat, semakin tua buahnya warna berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kekuningan (orange) buah mulai rontok dan berjatuhan (Wahyuni, 2008).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Lingkungan tumbuh kelapa sawit yang penting diperhatikan adalah iklim, keadaan fisik dan kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik dengan curah hujan optimum 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki deficit air dan hujan agak merata sepanjang tahun. Temperatur yang optimum bagi kelapa sawit adalah 24℃ – 28℃ . Akan tetapi, kelapa sawit masih dapat tmbuh dengan baik pada temperature terendah 18ᵒ C dan temperature tertinggi 32℃. Berdasarkan faktor-faktor ini, kelas kesesuaian lahan digolongkan menjadi 4 kelas S1 (Sangat Sesuai), S2 (Sesuai), S3 (Agak Sesuai), dan N1 (Tidak Sesuai, Bersyarat) yang disajikan pada table 1.

(5)

8

Tabel 2.1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit.

Uraian Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3 Kelas N1

Letak tempat 0-400 0-400 0-400 0-400

Bentuk wilayah

topografi Datar berombak

berombak-

bergelombang Berbukit Curam

Lereng (%) 0-15 16-25 25-36 >36

Drainase Baik Sedang Agak terhambat Terhambat

Tekstur tanah Lempung liat

berpasir Liat berpasir

Berpasir-berlempung, debu Liat berat, pasir Penghambat (%) >80 60-80 50-60 40-50 Kedalaman air tanah (cm) 5 4,5-5,0 4,0-4,5 >7,0 Curah hujan (mm) 2000-2500 1800-2000 1500-1800 <1500 Defisit air (mm) 0-150 150-250 250-400 >400 Temperatur (ᵒC) 22-26 22-26 22-26 22-26 Penyinaran 6 6 6 <6 Kelembapan (%) 80 80 80 80

Angin Sedang Sedang Sedang Sedang

Bulan kering 0 0-1 3-Feb >3

Sumber : Lubis, A. U. 2008 Ket. S1 : Sangat Sesuai

S2 : Sesuai S3 : Agak Sesuai N1 : Sesuai Bersyarat

2.3 Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Umur ekonomis tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya sampai 25 tahun. Pengelompokan umur tanaman 3-8 tahun (muda), 9-13 tahun (remaja), 14-20 tahun (dewasa), >20 (tua). Pengelompokan masa berbuah TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) 0-3 tahun dan TM (Tanaman Menghasilkan) >3 tahun. Berikut adalah table potensi produksi kelapa sawit.

(6)

9

Tabel 2.2 Potensi Produksi Tanaman Kelapa Sawit.

Umur S1 S2 S3 (tahun) TBS RBT RJT TBS RBT RJT TBS RBT RJT 3 9,0 3,2 21,6 7,3 3,1 18,1 6,2 3,0 17,9 4 15,0 6,0 19,2 13,5 5,9 17,6 12,0 5,3 17,4 5 18,0 7,5 18,5 16,0 7,1 17,3 14,5 6,7 16,6 6 21,1 10,0 16,2 18,5 9,4 15,1 17,0 8,5 15,4 7 26,0 12,5 16,0 23,0 11,8 15,0 22,0 10,0 15,7 8 30,0 15,1 15,3 25,5 13,2 14,9 24,5 12,7 14,8 9 31,0 17,0 14,0 28,0 16,5 13,1 26,0 15,5 12,9 10 31,0 18,5 12,9 28,0 17,5 12,3 26,0 16,0 12,5 11 31,0 19,6 12,2 28,0 18,5 11,6 26,0 17,4 11,5 12 31,0 20,5 11,6 28,0 19,5 11,0 26,0 18,5 10,8 13 31,0 21,1 11,3 28,0 20,0 10,8 26,0 19,5 10,3 14 30,0 22,5 10,3 27,0 20,5 10,1 25,0 20,0 9,6 15 27,9 23,0 9,3 26,0 21,8 9,2 24,5 20,5 9,1 16 27,1 24,5 8,5 25,5 23,1 8,5 23,5 21,8 8,3 17 26,0 25,0 8,0 24,5 24,1 7,8 22,0 23,0 7,4 18 24,9 26,0 7,4 23,5 25,2 7,2 21,0 24,2 6,7 19 24,1 27,5 6,7 22,5 26,4 6,6 20,0 25,5 6,0 20 23,1 28,5 6,2 21,5 27,8 5,9 19,0 26,6 5,5 21 21,9 29,0 5,8 21,0 28,6 5,6 18,0 27,4 5,1 22 19,8 30,0 5,1 19,0 29,4 5,0 17,0 28,4 4,6 23 18,9 30,5 4,8 18,0 30,1 4,6 16,0 29,4 4,2 24 18,1 31,9 4,4 17,0 31,0 4,2 15,0 30,4 3,8 25 17,1 32,4 3,9 16,0 32,0 3,8 14,0 31,2 3,6 Rata-rata 24,0 20,9 10,8 22,0 20,1 10,2 20,0 19,2 9,9 Sumber : PPKS

Ket. TBS : Ton TBS/ha/thn

RBT : Rata-rata berat tandan (kg) RJT : Rata-rata jumlah tandan/ph/th

Produktivitas tandan buah segar kelapa sawit meningkat dengan cepat dan mencapai produktivitas tertinggi diumur tanaman 8 – 13 tahun, kemudian produktivitas menurun secara perlahan-lahan pada umur 14 tahun ke atas karena tanaman semakin tua hingga umur ekonomis tanaman mencapai 25

(7)

10

tahun. Produktivitas tertinggi tandan buah segar kelapa sawit mencapai 24 – 32 ton/ha/tahun.

2.4 Panen dan Kriteria Matang Panen

Panen sawit biasanya dilakukan pada saat kelapa sawit mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya menjadi masak pada umur 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal.

Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) serta ke pabrik (Hartanto, 2011).

2.4.1 Kriteria Matang Panen

Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA) minimal. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh, yaitu jumlah brondolan yang jatuh ke tanah kurang lebih 10 butir.

2.4.2 Cara Panen

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA). Hal ini tentu akan banyak merugikan sebab pada buah kelapa sawit yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Selain itu, buah yang terlalu masak

(8)

11

lebih mudah terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah. Berdasarkan tinggi tanaman ada tiga cara penan yang dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

a. Tanaman yang tingginya 2 – 5 m digunakan alat panen yaitu dodos.

b. Tanaman dengan ketinggian 5 - 10 m digunakan alat panen yaitu kapak siam.

c. Tanaman dengan ketinggian di atas 10 m dipanen dengan menggunakan alat egrek.

2.4.3 Fraksi TBS dan Mutu Panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah kelapa sawit yang dipanen dan cepat tidaknya dilakukan pengangkutan buah kalapa sawit ke pabrik.

Berdasarkan jumlah brondolan yang lepas dari tandannya, derajat kematangan buah dapat dikelompokkan ke dalam fraksi – fraksi seperti yang tercantum pada tabel berikut ini :

Tabel 2.3 Fraksi Kematangan Panen

(9)

12 1 Mentah

0 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat Mentah 0 1 - 12,5% buah luar memberondol Mentah 2 Matang 1 12,5 - 25% buah luar membrondol Kurang Matang 2 25 - 50% buah luar membrondol Matang I 3 50 - 75% buah luar membrondol Matang II 3 Lewat Matang 4 75 - 100% buah luar membrondol Lewat Matang I 5

Buah dalam juga

membrondol, ada buah yang busuk

Lewat Matang II

Sumber : Zulkarnain, 2013

Derajat kematangan yang baik yaitu tandan – tandan yang dipanen pada fraksi 2, dan 3. Penentuan fraksi kematangan panen sangat mempengaruhi kandungan Crude Palm Oil (CPO) yang dihasilkan buah kelapa sawit. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan akan mengandung Asam Lemak Bebas (ALB) dalam presentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah kelapa sawit belum matang, maka rendemen minyak yang dihasilkan rendah.

2.5 Varietas Kelapa Sawit

Varietas Kelapa sawit digolongkan berdasarkan

1. Tebal tipisnya cangkang (endocarp): dikenal ada tiga varietas, yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera.

2. Warna buah : dikenal tiga tipe, yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens.

(10)

13

Berdasarkan tipe kelapa sawit didasarkan pada warna buah (kulit, esocarp) dan ketebalan cangkang. Pada spesies Elaeis guineensis Jacq, dikenal beberapa tipe kelapa sawit yang dibedakan berdasarkan warna buah dan ketebalan cangkang.

1. Berdasarkan Warna Buah

Berdasarkan warna buah, tipe - tipe kelapa sawit dibedakan sebagai berikut.

a. Tipe Nigrescens : Tipe ini memiliki ciri – ciri buah mentah berwarna ungu (violet) sampai hitam, sedangkan pangkalnya agak pucat. Setelah buah matang warna berubah menjadi merah – kuning. Tipe ini banyak dijumpai dimana – mana.

b. Tipe Virescens : Tipe ini meiliki buah mentah berwarna hijau. Setelah matang, buah menjadu merah – kuning (orange) tetapi bagian ujungnya tetap kehijau – hijauan. Tipe ini sudah jarang ditemukan di lapangan.

c. Tipe Albascens : Tipe ini memiliki ciri – ciri buah muda berwarna kuning pucat, sedangkan buah masak berwarna kuning tua karena mengandung karotein. Ujung buah berwarna ungu kehitam – hitaman. Tipe ini sudah sulit dijumpai dan kurang disukai untuk dibudidayakan (Djoehana Setyamidjaja, 2006)

Tabel 2.4 Varietas Kelapa Sawit Bedasarkan Warna Kulit Buah

Varietas Warna Buah Muda Warna Buah Masak Nigrescens Ungu kehitam -

hitaman Jingga kehitam - hitaman Virescens Hijau

Jingga kemerahan, tetapi ujung buah tetap hijau

Abescens Keputih - putihan Kekuning - kuningan dan ujungnya ungu kehitaman Sumber : Yan Fauzi, 2002

(11)

14

Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, dikenal tipe – tipe kelapa sawit sebagai berikut.

a. Tipe Dura

Tipe ini memiliki ciri – ciri daging buah (mesocrap) tipis, cangkang (endosarp) tebal (2 -8 mm), inti (endosperm) besar, dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35% - 60 % dengan rendemen minyak 17% - 18%. Adapun tipe Deli Dura adalah tipe yang berasal dari Kebun Raya Bogor ( aslinya dari Afrika yang dimasukkan tahun 1848), kemudian dikembangankan di Deli yaitu daerah sekitar Medan (dahulu kerajaan Deli). Dewasa ini tipe Deli Dura banyak digunakan dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit.

b. Tipe Pisifera

Tipe ini memiliki ciri – ciri daging buah tebal, tidak mempunyai cangkang, tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil sekali bila dibandingkan dengan Dura ataupun Tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyaknya tinggi. Bungan kelapa sawit tipe Pisifera biasanya steril. Kelapa sawit tipe ini hanya dipakai sebagai “pohon bapak” dalam persilangan tipe Dura/Deli Dura.

c. Tipe Tenera

Tipe ini merupakan hasil dari persilangan antara tipe Dura dan tipe Pisifera. Sifat Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini mempunyai tebal cangkang 0,5 – 4 mm, mempunyai cincin serabut walaupun tidak sebanyak Tipe Pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan daging buah terhadap buah 60% - 90%, rendemen minyak 22% - 24%. Jumlah daun yang terbentuk tiap tahun lebih banyak daripada tipe Dura, tetapi ukurannya lebih kecil (Djoehana Setyamidjaja, 2006).

(12)

15

Tabel 2.5 Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Varietas Deskripsi

Dura

Tempurung Tebal ( 2 - 8 mm )

Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung Daging buah relatif tipis, yaitu 35 - 50 % terdapat buah Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina

Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah Dura Daging biji sangat tipis

Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain

Dipakai sebagai pohon induk jantan

Tenera

Hasil dari persilangan antara Dura dengan Pisifera Tempurung tipis ( 0,5 - 4 mm )

Terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung Daging buah sangat besar ( 60 - 90% dari buah )

Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil Sumber : Yan Fauzi, 2002

2.6 Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengadung 80% perikarp (lapisan serat daging) dan 20% bauh yang dilapisi kulit yang tipis, minyak dalam perikarp sekitar 34 – 40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Titilk lebur minyak sawit tergantung pada kadar trigliseridanya. Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda.

Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon. Sehingga sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Jumlah asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dalam minyak sawit hampir sama. Komponen utama adalah asam palmitat dan oleat (Mangoensoekardjo. S. 2003 ).

(13)

16 2.7 Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya

Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, bunga matahari, dll.

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanyak dikonsumsi untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarine, vanaspati, lemak, dll), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, detergen, BBM, dll).

Kegunaan dari masing-masing produk tersebut adalah :

a. Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk keperluan pangan (minyak goreng, margarine, vanaspati, lemak, dll ) tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, detergen, BBM, dll). b. Inti sawit yang menhasilkan minyak inti digunakan sebagai bahan sabun,

minyak goreng, kosmetik, dan sebagainya.

c. Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. d. Tandan kosong dapat digunakan sebagai pupuk ( Hadi, 2004)

2.8 Rendemen

Rendemen merupakan banyaknya hasil yang didapat dari suatu pengolahan. Jika dalam pengolahan kelapa sawit, maka rendemen adalah banyaknya minyak dan inti yang diperoleh dari pengolahan buah kelap sawit yang biasanya dinyatakan dalam persen.

Ekstraksi atau pengutipan minyak dari buah kelapa sawit tidak akan pernah mencapai 100%. Kehilangan minyak pasti terjadi, tetapi harus diusahakan sekecil mungkin atau pada batas – batas yang ditolerir. Salah satu parameter untuk menentukan apakah suatu PKS dapat bekerja efektif dan efisien yaitu angka – angka kehilangan minyak dan inti yang sudah distandarkan sehingga

(14)

17

rendemen yang dihasilkan tinggi. Jika pada suatu proses pengolahan pabrik ternyata angka – angka kehilangan minyak yang terjadi melebihi dari ang – angka yang telah distandarkan maka dapat dikatakan pabrik tersebut kurang efisien dan efektif (Pahan, 2006).

Tabel 2.6 Tingkat Rendemen CPO dan ALB

No Kematangan Fraksi Rendemen Minyak (%) Kadar ALB (%)

1 Mentah 00 - - 0 16 1,6 2 Matang 1 21,4 1,7 2 22,1 1,8 3 22,2 2,1 3 Lewat Matang 4 22,2 2,6 5 21,9 3,8 Sumber : Lubis, 2008

Gambar

Tabel  2.1.  Kriteria  Kelas  Kesesuaian  Lahan  untuk  Tanaman  Kelapa  Sawit.
Tabel 2.2 Potensi Produksi Tanaman Kelapa Sawit.
Tabel 2.5 Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung  dan Daging Buah
Tabel 2.6 Tingkat Rendemen CPO dan ALB

Referensi

Dokumen terkait

Begitu pula guru harus senantiasa tetap menjaga kepercayaannya terhadap kepala sekolah ataupun terhadap sesama guru, mampu berkomunikasi secara jujur dan terbuka agar lebih

Hasil penelitian pada table.1 menunjukkan bahwa, masalah psikososial yang ditemukan melalui studi ini secara berurutan dari yang paling tinggi ke yang paling rendah adalah

KTSP Kurikulum 2013 2 jam pelajaran per minggu Jumlah jam pelajaran pendidikan jasmani 3 jam per minggu Proses dalam pembelajaran eksplorasi, elaborasi, dan

Begitulah imaginasi amat mendorong seseorang yang bukan sahaja merupakan penulis sepertimana ungkapan masyhur Albert Einstein bahawa, imagination is more important

wadah kritik dan saran pengguna yang bersifat membangun. Sehingga nantinya perpustakaan digital akan melakukan perbaikan layanan secara berkelanjutan. 5) Kualitas pelayanan

Tata rias pengantin sebagai bagian dari budaya dan tradisi erat hubungannya dengan adat istiadat dan berkaitan dengan sistem kepercayaan, memiliki nilai tinggi

Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan

Sementara itu, Hamdayama (2014: 230) mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut. Guru menyampaikan kompetensi