• Tidak ada hasil yang ditemukan

APA KABAR DAYASAING BUAH KITA? M. Firdaus dan Yayah K. Wagiono 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APA KABAR DAYASAING BUAH KITA? M. Firdaus dan Yayah K. Wagiono 1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

APA KABAR DAYASAING BUAH KITA?

M. Firdaus dan Yayah K. Wagiono

1)

Dua bulan belakangan kita dipuaskan oleh suplai beragam jenis mangga, yang dapat diperoleh dengan harga sangat terjangkau. Sampai empat bulan ke depan kita masih akan disuguhi secara bergantian rambutan, manggis, durian dan mungkin duku. Seperti juga di Malaysia atau Thailand, pada enam bulan sepanjang tahun, misalnya konsumen dimanjakan oleh suplai durian dengan harga yang sangat murah, kurang dari seperempat harga durian di pasar kita. Dan tentu beragam jenis buah lain pada saat ayng berbeda.

Pada saat yang lain pemandangan di sepanjang pinggir jalan perkotaan mungkin banyak diisi oleh buah impor semacama lengkeng, pear dan apel. Meskipun data menunjukkan impor buah sekitar dua setengah persen dari total kuantitas buah yang dikonsumsi konsumen dalam negeri, namun penetrasi yang sudah menjangkau daerah-daerah terpencil menyebabkan kekhawatiran yang mendalam. Bila dikonversi ke rupiah, impor sebesar itu setara dengan sekitar delapan persen dari nilai produksi buah nasional. Dengan mudahnya buah impor ditemui baik di supermarket, pasar tradisional, toko-toko buah dan kios buah di sepanjang jalan. Selain itu laju perkembangan nilai impor buah mencapai lebih dari dua puluh persen selama pasca krisis.

Impor buah merupakan masalah??

Bahwa konsumen menginginkan variasi jenis buah yang dikonsumsi, dari buah-buahan tropik ke sub tropik ataupun konsumen sub tropik ke buah-buah-buahan tropik adalah hal yang wajar. Hal tersebut baru menjadi masalah bila proporsi konsumsi terhadap buah impor semakin lama semakin besar dan mendesak proporsi konsumsi buah nasional, yang akan berdampak menekan kemajuan industri perbuahan nasional.

Akhir-akhir ini pasar buah nasional mendapatkan tekanan buah impor; masuknya buah impor menjadi pesaing potensial karena adanya peluang pangsa pasar di Indonesia. Buah impor mempunyai karakteristik mutu yang seragam dan shelf-life lebih lama, yang menjadikan dayasaingnya di pasar lebih besar. Para importir buah

(2)

mendapatkan pasokan buah dari luar negeri dengan memanfaatkan beberapa kelemahan atribut buah tropik misalnya warna kurang menarik, ukuran tidak seragam, dan citarasa yang tidak konsisten.

Buah-buahan impor yang sebagian besar berasal dari daerah sub-tropik dengan tampilan fisik baik warna maupun keseragaman ukuran dan konsistensi rasa yang prima, segera dapat menarik konsumen, disukai pedagang karena memiliki shelf-life yang lama. Pada awalnya konsumen kurang berminat dalam mengkonsumsi buah- buahan impor karena harga yang mahal, namun akhir-akhir ini harga buah impor relatif murah. Jeruk, pear dan apel impor harganya relatif bersaing dengan harga buah-buahan nasional, oleh karena itu perkembangan permintaan untuk ketiganya sangat pesat. Tidak mengherankan apabila laju perkembangan total nilai buah impor sedemikian besar.

Besarnya potensi permintaan penduduk Indonesia untuk jeruk, pear, lengkeng, apel bahkan durian impor telah lama diantisipasi dan dikembangkan oleh negara-negara sub-tropik. Dayasaing yang tinggi dimungkinkan oleh dukungan sistem pengepakan, sistem distribusi dan kemudahan persyaratan pembayaran dari importir kepada eksportir di negara asal.

Target pasar buah impor awalnya adalah golongan berpendapatan menengah ke atas melalui supermarket dan gerai khusus buah, namun faktanya sekarang sudah masuk ke gerai pasar tradisional. Para importir buah-buahan sub-tropik umumnya pemodal kuat, sehingga mereka mempunyai fasilitas gudang penyimpanan yang berpendingin. Kondisi ini juga telah meningkatkan dayasaing buah impor, karena importir dapat mengatur kapan, kemana dan bagaimana cara pemasaran yang paling tepat untuk memperoleh tingkat keuntungan yang optimal.

Berlakunya perjanjian perdagangan bebas semisal AFTA, FTA Asean-China dan APEC akan merupakan fasilitas untuk mempermudah mendatangkan jeruk, pear dan apel impor serta jenis buah-buahan sub-tropik lainnya. Dalam jangka panjang keadaan ini dihawatirkan merupakan kendala besar bagi perkembangan industri hortikultura buah-buahan tropika Indonesia. Pengalaman pahit industri jagung yaitu pengadaan jagung impor untuk kebutuhan industri pakan lebih murah dan lebih praktis daripada industri dalam negeri sendiri janganlah terjadi pada industri buah-buahan.

(3)

Apa itu Dayasaing Buah?

Suatu bangsa dituntut untuk meningkatkan dayasaingnya secara terus-menerus. Secara agregat dayasaing dapat diukur dari pangsa pasar produk yang dihasilkan negara tersebut dari total keseluruhan produk yang diperdagangkan di pasar internasional. Lebih menyempit pada aras industri, dayasaing dapat diartikan ukuran kemampuan suatu produk untuk menempati suatu posisi tertentu dalam persepsi konsumen sehingga dapat terjual di pasar walaupun ada produk lain yang sejenis. Dengan demikian sistem produksi dan distribusinya dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan dinamika kualitas sesuai tingkat penerimaan konsumen.

Beberapa buah nasional tertentu seperti mangga dan jeruk sebenarnya sudah mempunyai posisi yang baik dalam benak konsumen, pedagang dan petani buah-buahan nasional. Bagi konsumen, untuk keduanya tidak ada masalah penerimaan dari sisi rasa. Disamping itu jeruk mudah dikonsumsi tanpa alat pengupas. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh volume penjualan mangga hampir di setiap musim panen bulan September sampai dengan Desember di tingkat retail dapat mengalahkan volume berbagai buah impor seperti apel dan anggur.

Dalam pandangan petani dan pedagang, posisi jeruk dan mangga sudah baik, tercermin dari adanya motivasi petani untuk membudidayakan jeruk dan mangga secara swadaya maupun mengikuti proyek pemerintah. Walaupun demikian masih perlu ditingkatkan proporsi produk yang berkualitas tinggi, antara lain melalui penerapan sistem jaminan mutu, untuk meningkatkan dayasaing kedua komoditas tersebut. Pada saat ini produk berkualitas tinggi diperoleh hanya sekedar dari seleksi terhadap buah yang diproduksi dengan sistem produksi tradisional. Idealnya, mutu buah yang tinggi seharusnya sudah dirancang pada setiap tahap proses produksi.

Untuk meningkatkan pasokan buah-buahan, Departemen Pertanian dengan berbagai proyek seperti telah melakukan perluasan areal tanam buah, termasuk mangga dan jeruk dalam skala yang luas. Diperkirakan produksi mangga dan jeruk dari proyek tersebut akan mencapai lebih dari 100.000 ton pada tahun 2007. Apalagi kalau ada program peningkatan kualitas dengan penerapan sistem jaminan mutu.

(4)

itu, di tingkat petani dan pedagang upaya meningkatkan dayasaing selain melalui peningkatan mutu produk juga dicapai dengan peningkatan produktivitas dalam rangka peningkatan volume pasokan untuk menekan harga, sehingga lebih mampu bersaing menghadapi buah impor dan tetap menguntungkan petani produsen.

Fakta tentang Dayasaing Buah Nasional

Perbaikan kualitas buah nasional merupakan suatu tuntutan, baik untuk memenuhi konsumsi domestik yang semakin ditantang oleh saingan buah impor, maupun untuk tujuan ekspor. Pemahaman terhadap konsep dayasaing dirasakan masih belum menyeluruh. Secara normatif bagaimana posisi dayasaing buah nasional sudah banyak dibicarakan, namun bagaimana posisi tersebut secara kuantitatif belum dikemukakan. Dayasaing secara langsung terkait dengan penerapan manajemen jaminan mutu, namun secara konseptual dan praktek belum diberi nilai yang baik.

Telah teridentifikasi bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut diantaranya adalah pertama, minimnya penerapan manajemen jaminan mutu (quality assurance management) baik di tingkat petani, pedagang pengumpul maupun eksportir. Akibatnya tidak jarang buah Indonesia mendapat penolakan pada saat diekspor ke luar negeri atau kalah bersaing di dalam pasar domestik. Sedangkan di dalam negeri, buah impor yang semula masuk mengisi permintaan spekulatif pada saat suplai buah unggulan nasional kurang, dan telah memiliki atribut-atribut yang sudah sesuai dengan keinginan konsumen akhirnya mampu menyaingi buah nasional.

Kedua adalah belum efisiennya sistem pemasaran dan adanya bias dalam beberapa kebijakan perdagangan. Beberapa upaya masih dapat dilakukan untuk menyempurnakan sistem pemasaran yang sudah ada. Kelemahan tersebut ada kaitannya dengan sistem produksi untuk hampir semua jenis komoditas buah-buahan tropik di Indonesia. Kelemahan subsistem produksi tersebut juga berlanjut kepada subsistem pemasaran di dalam negeri sampai ekspor.

Faktor ketiga terkait dengan aspek kemitraan antara pelaku pemasaran dengan para produsen. Selama ini beberapa model kemitraan telah dicobakan pada berbagai jenis buah-buahan namun kelihatannya masih kurang berhasil. Secara teoritis integrasi melalui kemitraan diharapkan dapat membawa beberapa hal positif, seperti petani

(5)

mempunyai jaminan pasar, suplai dapat dikelola dengan baik, skala usaha menjadi lebih besar serta pembentukan harga menjadi lebih transparan.

Studi Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB menunjukkan bahwa kekhawatiran rentannya buah nasional terhadap intrusi buah impor cukup beralasan, karena importir dengan mudah dapat mendatangkan berbagai jenis buah impor ke dalam negeri sepanjang waktu. Anggur sebagian besar didatangkan dari USA pada bulan Januari – September; sedangkan pada bulan September – Desember lebih banyak dari Australia. Demikian pula untuk jeruk, bulan Mei merupakan waktu puncak importir mendatangkan suplai dari Pakistan; diikuti kemudian bulan Juli, Agustus dan November dari Cina dan Australia. Dari data pasokan buah di supermarket dan Pasar Induk Kramatjati diketahui bahwa bulan Mei sampai dengan Agustus merupakan waktu yang paling rawan terhadap masuknya buah impor.

Dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu tingkat keterjualan produk di pengecer, fluktuasi harga dan kontinuitas suplai ke pasar, hasil studi menunjukkan urutan peringkat dayasaing buah nasional terhadap buah impor dengan mengambil kasus mangga dan jeruk di beberapa supermarket Bogor dan Pasar Induk Kramatjati. Mangga Arumanis berada pada peringkat keenam di supermarket untuk data sepanjang tahun, sedangkan jeruk Medan super berada pada peringkat keempat. Apel Royal Gala Perancis dan Jeruk Honey Murcott Australia masing-masing menempati peringkat pertama dan kedua. Namun posisi ini berubah pada saat musim mangga pada bulan September dan Oktober. Pada waktu tersebut, dayasaing mangga yang berkualitas baik naik ke peringkat kedua setelah Jeruk Honey Murcott Australia. Pengamatan di pasar induk menunjukkan mangga menempati peringkat dayasaing pertama untuk data sepanjang tahun.

Pengamatan yang lebih mendalam terhadap mutu buah nasional teridentifikasi beberapa masalah yang secara umum ditemukan baik di pasar modern maupun tradisional. Masalah menyolok adalah cacat kulit, memar, warna tidak seragam dan tidak merata, kematangan tidak tepat, ukuran tidak seragam, citarasa kurang sesuai, busuk dan kesan higienis yang rendah. Diduga masalah tersebut muncul karena kelemahan dalam aspek budidaya (produksi) dan pemasaran. Petani masih belum

(6)

bermutu, karena di tingkat petani (farm gate) mutu tidak menentukan harga; tengkulak membeli buah dari petani dengan sistem borongan tanpa melihat kualitas. Apabila ada beda harga berdasarkan mutu, petani akan terdorong pula untuk meningkatkan mutu buahnya. Misalnya pada kasus mangga Gedong di Majalengka, karena mangga Gedong berkualitas tinggi dibayar mahal oleh tengkulak, maka petani berusaha keras memperbaiki teknik budidaya mangga, agar produknya menjadi Gedong Gincu yang berkualitas tinggi. Kedua, petani tidak tahu atau tidak terbiasa dengan praktek budidaya pohon buah dengan baik. Banyak petani yang beranggapan bahwa tanpa pemeliharaanpun pohon buah mereka akan berproduksi. Hampir semua petani tidak tahu mengenai Sistem Jaminan Mutu pada buah-buahan, padahal pemeliharaan pohon yang baik memerlukan pengetahuan dan disiplin yang ketat. Ketiga, petani tidak mempunyai cukup uang untuk membeli sarana produksi (pupuk, pestisida) dan membayar upah tenaga kerja. Keempat, sebagian besar pohon buah-buahan seperti mangga adalah tanaman pekarangan yang bukan merupakan tanaman pokok, sehingga kurang mendapat perhatian.

Untuk aspek pemasaran, temuan terhadap berbagai aktivitas pedagang yang dianggap berpengaruh langsung terhadap dayasaing buah nasional terutama pada aktivitas petik, sortasi dan grading, pengemasan dan pengangkutan. Diduga penyebab masih rendahnya mutu buah nasional diakibatkan oleh praktek penanganan buah yang tidak tepat oleh pedagang. Sebagian besar pedagang melakukan pemetikan di kebun petani secara serentak, tanpa melihat derajat kematangan untuk keseluruhan buah, yang seharusnya pemanenan dilakukan secara bertahap. Cara panen juga tidak sempurna, misalnya waktu panen yang tidak selalu pada pagi hari; buah yang sudah dipanen seringkali dibiarkan terkena panas matahari tanpa peneduh dan ditumpuk sembarangan; cara sortasi dilakukan dengan tangan dan kemudian dilempar ke keranjang sesuai dengan kelompok gradenya dan pengemasan yang tidak handly, seperti dengan keranjang bambu bervolume 50 - 55 kg per kemasan. Selama proses pengangkutan, pedagang banyak yang suka duduk atau tiduran diatas muatan, hal ini menyebabkan besarnya volume produk yang rusak selama diangkut. Penanganan pasca panen seperti pencucian dan pelilinan hampir tidak dilakukan. Bahkan di pasar swalayan terkenal, produk mangga dan jeruk dijual dalam kondisi yang kotor, dan terkesan kurang higienis.

(7)

Apa yang Masih dapat Kita Lakukan?

Menghadapi tantangan intrusi buah impor dalam kondisi perdagangan dunia yang semakin bebas, perlu disusun beberapa alternatif strategi. Strategi ini berdasarkan analisis bahwa saat ini buah nasional masih merupakan market leader dalam pasar buah domestik dan harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan walaupun ada serbuan buah impor dimasa yang akan datang. Strategi diarahkan pada upaya bagaimana mempertahankan pangsa pasar, ekspansi pasar dan memperbesar ukuran pasar yang meliputi keempat bauran pemasaran yaitu strategi produk, harga, distribusi dan promosi. Dari sisi mutu, strategi ini mengarah pada catch-up strategy terhadap produsen buah impor yang telah sejak lama menerapkan strategi dalam “industri” perbuahan mereka. Strategi dapat dijabarkan dalam strategi produk, harga, distribusi dan promosi.

Untuk produk, ada dua strategi besar yang dapat dilakukan, yaitu perbaikan kualitas dan pengembangan produk. Pertama, memperbaiki kualitas buah pada tanaman-tanaman yang sudah menghasilkan, dengan teknologi budidaya dan teknologi pasca panen yang baik dan terpadu. Untuk mencegah terjadinya masalah mutu, bukan pekerjaan yang mudah; untuk itu diperlukan pelatihan pada petani dan pemantauannya. Banyak penyebab masalah mutu yang merupakan kejadian yang biasa dihadapi oleh petani, dan karenanya petani tidak menyadari hal itu merupakan masalah. Karena itu pelatihan teknik budidaya yang baik, dengan model sekolah lapangan PHT, sangat diperlukan. Aspek yang perlu dilatihkan tidak semata-mata teknik budidaya, tetapi juga pelatihan mental yang dapat menyadarkan bahwa praktek budidaya tersebut diperlukan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, pelatihan kedisiplinan dan pelatihan ketrampilan untuk melakukan aktivitas tersebut. Untuk itu pemberdayaan penyuluh hortikultura juga sangat diperlukan. Peran penyuluh hortikultura dalam peningkatan mutu buah-buahan sangat besar, padahal penyuluh pertanian yang ada pada saat ini semula disiapkan sebagai penyuluh tanaman pangan. Untuk itu peningkatan kemampuan penyuluh pertanian menjadi penyuluh hortikultura perlu dilakukan. Terkait hal tersebut untuk teknologi pasca panen, penyuluhan sebaiknya diberikan kepada para penebas serta para pedagang dan terutama pada tukang petik, karena mereka yang melakukan pemanenan dan penjualan kepada pedagang tingkat kecamatan dan tingkat

(8)

Kedua, pengembangan produk dilakukan antara lain dengan mengidentifikasi dan mendaftar tanaman yang menghasilkan kualitas yang baik yang akan dijadikan pohon induk untuk program perbanyakan tanaman. Selain itu juga perlu mengidentifikasi dan mendaftar tanaman yang berbuah lebih awal (early variety) dan berbuah lebih akhir (late variety), untuk digunakan sebagai pohon induk khusus. Pohon-pohon unggul tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan “entres” bagi top working untuk pohon-pohon yang jelek mutunya, dan memperpanjang suplai buah ke pasar. Hal ini dilengkapi dengan pengembangan teknologi produksi buah di luar musim. Sebagai contoh suplai mangga di pasar modern maupun pasar tradisional tersedia pada bulan Juni- Januari, dengan puncak panen pada bulan September - Desember. Jadi masih ada kekosongan dari bulan Februari sampai Mei. Dengan adanya teknologi produksi buah di luar musim kekosongan suplai mangga pada bulan-bulan tersebut diharapkan dapat diatasi tanpa menggantungkan teknologi penyimpanan dengan lemari berpendingin, karena biaya listrik yang relatif mahal. Diharapkan dalam tiga tahun apabila program ini dilaksanakan, maka suplai akan bertambah dan proposi buah berkualitas tinggi juga akan meningkat, dan waktu kosong di pasar memendek. Selain itu diperlukan identifikasi varietas buah nasional unggulan yang ada di daerah selain yang selama ini telah populer seperti jeruk Keprok Soe, mangga Gedong Sulungan dll. yang adaptif pada lokasi spesifik, dan segera dipopulerkan dengan keistimewaan yang dimilikinya. Ke depan strategi pengembangan produk dapat dilakukan dengan penelitian-penelitian tentang pemuliaan untuk mendapatkan buah nasional yang dengan kualitas buah yang ideal dengan produktivitas yang tinggi.

Untuk harga terdapat tiga alternatif strategi. Pertama dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas pohon, berarti memperbesar suplai sehingga harga turun. Diharapkan golongan konsumen yang jarang mengkonsumsi buah nasional menjadi mengkonsumsi lebih sering dan yang belum mengkonsumsi menjadi mengkonsumsi; sehingga walaupun harga turun petani masih memeperoleh peningkatan pendapatan. Kedua, biaya pengangkutan masih tinggi dan juga keuntungan ditingkat pedagang pengumpul tingkat desa dan tingkat kecamatan masih besar. Hal ini dapat dihindarkan dengan melaksanakan pasar lelang di sentra-sentra produksi pada saat-saat musim panen. Diharapkan pembentukan harga menjadi lebih transparan, sehingga harga di pasar berikutnya menjadi lebih murah. Pasar lelang ini dapat dikelola koperasi petani

(9)

dan apabila diperlengkapi dengan alat komunikasi yang memadai maka dia dapat berhubungan langsung dengan pedagang kabupaten atau pasar terminal semacam pasar induk, sehingga jalur pemasaran dapat diperpendek. Ketiga, strategi harga juga dapat dilakukan dengan penerapan grading. Ternyata di supermarket harga premium dikenakan pada produk-produk yang berlabel yaitu mangga yang berasal dari pekebun besar, sementara produk dari petani yang tidak berlabel harganya relatif murah. Seperti Gedong Gincu walaupun tidak berlabel dan seluruh produknya berasal dari petani harganya hampir bersaing dengan harga anggur Red Globe. Ini menunjukkan bahwa buah yang dipanen matang di pohon mendapat penghargaan dari konsumen dengan tingkat harga yang tinggi. Jadi apabila mangga yang diproduksikan petani dengan jaminan kualitas buah dan pemanenan yang tepat waktu dapat diberi label (jelas kualitas serta destination of origin-nya).

Perbaikan sistem distribusi dilakukan melalui dua alternatif strategi. Strategi distribusi dapat dilakukan dengan membina distributor yang mempunyai kemampuan untuk memindahkan produk, mencari pelanggan dan menerapkan sistem pembayaran dan pemesanan secara berkala. Calon pelanggan dari distributor adalah para kios buah di pinggir jalan yang ternyata merupakan gerai buah yang menyediakan buah kualitas baik dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pasar modern. Sistem distribusi yang selama ini dilakukan coca-cola dan diadopsi oleh semua minuman, sangat efektif untuk distribusi dalam rangka penyediaan produk tepat waktu dan tempat kepada konsumen. Program yang dilakukan hanyalah menyediakan kendaraan dan bekerjasama dengan pasar terminal, kemudian dengan pola distribusi tertentu menyampaikan produk kepada kios-kios pelanggan, contohnya yang sudah dilakukan pada duku palembang. Ini akan dengan cepat membantu menahan serangan buah impor di tingkat pengecer. Kedua, di tingkat retail terkait juga dengan strategi produk, perlu dilakukan pengembangan lini untuk display buah khususnya di supermarket. Buah nasional harus diupayakan lebih dari satu jenis berjejer dengan buah impor sehingga meningkatkan keterpaparan konsumen terhadap buah nasional yang dapat mempengaruhi keputusan pembeliannya

(10)

ekonomi bangsa, dan bersedia mengiklankan buah-buahan nasional. Biaya iklan relatif mahal apabila sepenuhnya harus dibayar swasta. Karena itu biaya iklan harus dibantu dari layanan masyarakat dari TV swasta dan TV pemerintah, serta radio-radio dan media cetak, dan billboard-billboard di jalan-jalan dan tempat-tempat yang strategis. Kedua, promosi yang berkaitan dengan pendidikan konsumen juga penting, seperti penyebaran informasi jenis-jenis buah yang lebih juicy atau crunchy, kandungan gizi dll. misalnya melalui layanan telpon bebas pulsa yang disponsori oleh institusi swasta dan pemerintah. Membangkitkan kesadaran kosumen akan industri buah nasional yang menyangkut hajat hidup petani perlu dilakukan misalnya melalui penyebaran tagline “Pastikan setiap rupiah yang Anda keluarkan menguntungkan petani Indonesia”. Ketiga, dikembangkannya data-base buah-buahan, yang mencakup semua aspek mengenai agribisnis buah-buahan, seperti tingkat produksi dan produktivitas, kualitas produk, penyebaran produk sepanjang tahun dan fluktuasi harga. Untuk meningkatkan manfaat data-base tersebut bagi pelaku usaha buah-buahan, perlu dikembangkan sistem informasi, baik melalui penyediaan fasilitas maupun pengembangan kelembagaan.

Penutup

Berbagai upaya di atas menuntut kerja keras. Pada saat yang bersamaan negara-negara produsen lain juga melakukan hal yang sama, bahkan sudah lebih jauh. Upaya peningkatan dayasaing memang sudah dikerjakan oleh berbagai instansi pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta. Namun berbagai upaya tersebut masih bersifat parsial. Untuk itu harus digarap bersama dan fokus.

Referensi

Dokumen terkait

Banyak ahli yang mendefinisikan tentang sosiologi sebagai ilmu, P.J Bouman misalnya, memberikan definisi sosiologi Adalah ilmu tentang kehidupan manusia dalam kelompok,

“Pengaruh Efikasi Diri Dan Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis USU”.. Putra,

Semakin tidak wajar opini audit yang diberikan menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan dari Pemda tersebut kurang baik yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja dari

1 Biaya Pemasangan Listrik Dihitung 1,000 unt.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendiskripsikan peningkatan partisipasi siswa secara keseluruhan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Tabel 5.11 merupakan hasil pengujian tes buta warna jenis short test oleh Sampel 19, berdasarkan tabel tersebut terdapat 1 jawaban benar yang sesuai dengan kolom Mata

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan audio visual terhadap pengetahuan kader tentang SADARI di Kecamatan

Nilai maximum variabel tata kelola perusahaan sebesar 91,91 yang berarti perusahaan dengan nilai perolehan skor CGPI paling banyak, diperoleh pada perusahaan PT Bank