• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

452/UN.40.7/01/LT/2013 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Tinjauan Umum Perusahaan

Penelitian ini menggunakan 10 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berikut profil singkat dari 10 perusahaan pertambangan tersebut:

1. PT. Aneka Tambang Tbk

ANTAM didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara pada tahun 1968 melalui merjer beberapa Perusahaan tambang dan proyek tambang milik pemerintah, yaitu Badan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan Tambang Umum Negara, Perusahaan Negara Tambang Bauksit Indonesia, Perusahaan Negara Tambang Emas Tjikotok, Perusahaan Negara Logam Mulia, PT Nickel Indonesia, Proyek Intan dan Proyek-proyek Bapetamb. Perseroan didirikan dengan nama "Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" di Republik Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968. Pada tanggal 14 September 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1974, status Perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas ("Perusahaan Perseroan") dan sejak itu dikenal sebagai "Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang".

(2)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Untuk mendukung pendanaan proyek ekspansi feronikel, pada tahun 1997 ANTAM menawarkan 35% sahamnya ke publik dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1999, ANTAM mencatatkan sahamnya di Australia dengan status foreign exempt entity dan pada tahun 2002 status ini ditingkatkan menjadi ASX Listing yang memiliki ketentuan lebih ketat. (http://www.antam.com/)

2. PT Adaro Energy Tbk

Bermula dari tahun 1982 kontrak untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sumber daya batubara ditandatangani antara perusahaan eksplorasi dan analisis mineral pemerintah Spanyol dengan Pemerintah Indonesia. PKP2B berlaku sampai dengan tahun 2022. Tahun 1989 perjanjian disepakati antara New Hope (Australia) dan pemegang saham Indonesia untuk mengambil alih kepemilikan dan manajemen konsesi PT

Adaro Indonesia. Tahun 1991, PT Adaro Indonesia memperoleh merek

dagang internasional untuk Envirocoal karena kadar abu, sulfur dan nitrogen oksida yang sangat rendah.

PT Adaro Energy Tbk didirikan berdasarkan Akta Notaris Sukawaty Sumadi, S.H., Notaris di Jakarta, No. 25, tertanggal 28 Juli 2004. Pada bulan Juli 2008, Adaro melakukan Penawaran Umum Saham Perdana sebanyak 11.139.331.000 lembar saham yang merupakan 34,8% dari 31.985.962.000 modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh.

(3)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Penawaran kepada masyarakat tersebut dicatat di Bursa Efek Indonesia tanggal 16 Juli 2008. (http://www.adaro.com/)

3. PT ATPK Resources Tbk

Perseroan didirikan pada tahun 1988 di Medan dengan nama PT Anugrah Tambak Perkasindo. Pada tahun 2002, Perseroan melakukan Penawaran Umum Saham Perdana dan selanjutnya mencatatkan seluruh saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh pada Bursa Efek Jakarta (Company Listing) pada tanggal 17 April 2002. Keputusan RUPSLB Perseroan yang diselenggarakan pada tanggal 7 Juni 2006 menyetujui perubahan nama Perseroan semula dari PT Anugrah Tambak Perkasindo Tbk. menjadi PT ATPK Resources Tbk., perubahan domisili Perseroan dari Medan ke Jakarta, dan diversifikasi bidang usaha Perseroan ke bidang usaha pertambangan umum dan pembangunan infrastruktur. Keputusan RUPSLB Perseroan yang diselenggarakan pada tanggal 30 Nopember 2006 menyetujui penambahan kegiatan usaha utama Perseroan ke bidang pertambangan batu bara, pertambangan minyak dan gas bumi dan bidang industri pembangkit tenaga listrik swasta sebagai usaha turunannya. Perseroan memulai investasi pada bidang batubara dengan mengakuisisi PT Modal Investasi Mineral (MIM) dimana pada saat terjadinya investasi oleh Perseroan.

(4)

452/UN.40.7/01/LT/2013 4. PT Medco Energi Internasional Tbk

PT Medco Energi Internasional Tbk (Medco Energi Korporat/ Medco Energi/ Perseroan) didirikan pada 9 Juni 1980 berdasarkan hukum Republik Indonesia (Indonesia). Nama Perseroan telah berubah tiga kali, dari PT Meta Epsi Pribumi Drilling Company pada saat awal pendiriannya (1980) menjadi PT Medco Energi Corporation sebelum Penawaran Perdana saham ke Publik di tahun 1994 dan yang terakhir berubah menjadi PT Medco Energi Internasional Tbk pada tahun 2000, sebagai tindak lanjut dari selesainya restrukturisasi hutang pada akhir tahun 1999. Perseroan memulai usahanya sebagai perusahaan penyedia jasa anjungan pemboran dan merupakan kontraktor pemboran swasta Indonesia pertama.

Medco Energi adalah pertama Indonesia operasi perusahaan dalam eksplorasi migas dan usaha produksi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1994. Sekarang, MedcoEnergi telah mengubah dirinya dari perusahaan lokal menjadi perusahaan energi yang beroperasi di Indonesia dan luar negeri, dengan fokus tentang Minyak dan Gas Bumi, pembangkit listrik dan bahan bakar terbarukan.

(http://www.medcoenergi.com/)

5. PT Bukit Asam Tbk

PT Bukit Asam (Persero) Tbk, sekarang dikenal dengan sebutan PTBA, didirikan pada 2 Maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 1980. Perseroan terdaftar sebagai perusahaan publik di

(5)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan nama tagline PTBA, pada 23 Desember 2002. Perseroan tergabung dalam Asosiasi Produsen Batubara Indonesia (APBI) dan Indonesian Mining Asociation (IMA) serta tergabung ke dalam kelompok badan usaha milik negara (BUMN).

Pada awalnya Perseroan menjalankan usaha pertambangan batubara melalui 2 unit pertambangan, yakni Unit Pertambangan Tanjung Enim (UPT) dengan lokasi 200 km arah barat daya Palembang, dan Unit Pertambangan Ombilin (UPO) di Sawah Lunto, 90 km arah tenggara Kota Padang. Kini Perseroan juga beroperasi di dekat Samarinda (Kalimantan Timur).

Seiring dengan kebijakan pengembangan ketahanan energi nasional, Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara di Tanjung Enim - Sumatera Selatan, Natar - Lampung, dan Gresik di Jawa Timur, dan sejumlah anak perusahaan yang bergerak dalam usaha terkait batubara. Dengan demikian, kini Perseroan mengelola dua unit usaha operasional, yakni pertambangan batubara dan memproduksi briket. Perseroan mendistribusikan produk batubara kepada konsumen melalui pelabuhan utama di Lampung dan Palembang di Sumatera dan di Palaran, Samarinda (Kalimantan Timur). Sementara produk briket langsung didistribusikan kepada konsumen di sekitar unit-unit produksi terkait.

(6)

452/UN.40.7/01/LT/2013 6. PT Darma Henwa Tbk

PT Darma Henwa Tbk (dahulu PT HWE Indonesia) (DEWA) didirikan tanggal 08 Oktober 1991 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1996. Kantor pusat DEWA berlokasi di Gedung Bakrie Tower Lantai 8, Rasuna Epicentrum, Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan Jakarta, 12940 dan proyek berlokasi di Bengalon, Kalimantan Timur; Asam Asam, Kalimantan Selatan; Binungan Timur, Kalimantan Timur.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DEWA terdiri dari jasa kontraktor pertambangan, umum, serta pemeliharaan dan perawatan peralatan pertambangan. Pada saat ini DEWA baru berusaha di bidang jasa kontraktor pertambangan umum. Pada tanggal 12 September 2007, DEWA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DEWA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.150.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp335,- per saham dan disertai 4.200.000.000 Waran seri I dan periode pelaksanaan mulai dari 26 Maret 2008 sampai dengan 24 September 2010 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp340,- per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 26 September 2007.

(7)

452/UN.40.7/01/LT/2013 7. PT Bayan Resources Tbk

Pendiri Dato 'Low Tuck Kwong memulai bisnis di Indonesia pada tahun 1973 ketika ia mendirikan sebuah perusahaan konstruksi yang mengkhususkan diri dalam pekerjaan sipil umum, pekerjaan tanah dan konstruksi kelautan. Pengalaman yang luas perusahaan dan pengetahuan dalam teknik sipil memungkinkan untuk menjelajah ke kontrak pertambangan batubara pada tahun 1988. Setelah itu pada bulan November 1997, Dato 'Low mengakuisisi konsesi tambang pertamanya melalui PT. Gunungbayan Pratamacoal dan PT Dermaga Perkasapratama yang memiliki dan mengoperasikan Terminal Batubara Balikpapan pada tahun 1998. Sejak itu, sejumlah konsesi baru telah diperoleh dan diformalkan ke dalam struktur holding hukum melalui PT Bayan Resources. The Bayan Group, melalui berbagai perusahaan, memiliki hak eksklusif untuk menambang bawah lima Kontrak Batubara Pekerjaan (CCOW) dan tiga Kuasa Pertambangan yang (KP) yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia atas konsesi seluas 81.265 Ha, The Bayan Kelompok sumber daya batubara dan cadangan telah diverifikasi secara independen dan bersertifikat standar JORC internasional oleh konsultan pertambangan pihak ketiga.

(http://www.bayan.com.sg)

8. PT Elnusa Tbk

PT Elnusa Tbk didirikan sebagai PT Electronika Nusantara berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Indonesia Pendirian No.18 dan

(8)

452/UN.40.7/01/LT/2013

oleh 9 September 1969 dinamai PT Elnusa. Elnusa dimulai sebagai sebuah operasi pendukung perusahaan jasa gas PT Pertamina minyak dan milik negara. Layanan yang diberikan meliputi pemeliharaan dan perbaikan kapal kapal elektronik peralatan komunikasi Pertamina, peralatan navigasi dan sistem radar. PT Elnusa Tbk. secara resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 6 Februari 2008.

(http://www.elnusa.co.id/)

9. PT Indo Tambangraya Megah Tbk

Didirikan pada tahun 1987, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM) adalah perusahaan pemasok batubara terkemuka Indonesia untuk pasar energi dunia. Sejak berdiri, ITM telah dikenal sebagai produsen utama batubara dan telah membangun basis pelanggan yang beraneka ragam.

Indo Tambangraya Megah berdiri pada tahun 1987 sebagai Perseroan Terbatas, kemudian pada tahun 2007 diakuisisi oleh Grup Banpu Thailand dan selanjutnya pada bulan Desember 2007 menjadi perusahaan terbuka. Pada tahun 2008, saham PT Centralink Wisesa International dialihkan ke Banpu Minerals (Singapore) Pte. Ltd. Sebesar 73,72% dan porsi saham publik menjadi 26,28%. Pada tahun 2010, Banpu Minerals (Singapore) PTe. Ltd. Menjual sahamnya sebesar 8,72% kepada publik dan mempertahankan kepemilikan mayoritas sebesar 65% dan selebihnya dimiliki masyarakat dengan jumlah rendah lebih dari 5% masing-masing. (http://www.itmg.co.id/)

(9)

452/UN.40.7/01/LT/2013 10. PT Perdana Karya Perkasa Tbk

PT Perdana Karya Perkasa Tbk didirikan pada tanggal 7 Desember 1983 di Samarinda dengan tujuan untuk melaksanakan kegiatan usaha di bidang persewaan alat berat. Bidang usaha jasa konstruksi menyusul dioperasikan dua tahun setelah pendiriannya. Kemudian berturut-turut bidang usaha jasa pertambangan batubara dioperasikan sejak tahun 1996, dan aktivitas pertambangan batubara dijalani sejak tahun 2005. Sebelumnya secara resmi Perseroan terdaftar sebagai perusahaan jasa konstruksi. Pada akhir tahun 2006, bersamaan dengan pelaksanaan restrukturisasi dalam rangka persiapan Penawaran Umum, Perseroan menjadi perusahaan dengan bidang usaha utama pertambangan batubara. Pada tahun yang sama Perseroan juga mengakuisisi 80% kepemilikan saham PT Semoi Prima Lestari yang memiliki areal konsesi batubara seluas 3.557 ha berlokasi di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, yang selanjutnya menjadi Anak Perusahaan. Pada tahun 2007 Perseroan melakukan langkah penting menawarkan sebagian saham-sahamnya kepada kepemilikan publik, sekaligus mencatatkan seluruh saham-sahamnya pada Bursa Efek Indonesia.

(10)

452/UN.40.7/01/LT/2013 4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.2.1 Profitabilitas

Profitabilitas dihitung dengan indikator Return On Equity yang dianggap sebagai representasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemegang sahamnya. Formulasi perhitungannya adalah:

return on equity

=

%

Berikut ini adalah Return On Equity masing masing perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini:

Tabel 4.1

Return On Equity tahun 2009-2011

No Perusahaan Tahun

2009 2010 2011

1 PT Aneka Tambang Tbk 7,42% 17,57% 17,87%

2 PT Adaro Energy Tbk 25,03% 11,88% 22,91%

3 PT ATPK Resources Tbk -27,65% -29,62% -64,31%

4 PT Medco Energi Internasional Tbk 2,71% 10,57% 56,86%

5 PT Bukit Asam Tbk 47,84% 31,55% 37,79%

6 PT Darma Henwa Tbk -0,67% 0,17% -7,66%

7 PT Bayan Resources Tbk 5,64% 25,20% 32,46%

8 PT El Nusa Tbk 28,89% 3,35% 33,02%

9 PT Indo Tambangraya Megah Tbk 42,61% 28,31% 51,01%

10 PT Perdana Karya Perkasa Tbk 10,36% 4,21% -1,54%

Sumber: laporan keuangan perusahaan

Dari tabel 4.1, terlihat bahwa nilai Return On Equity (ROE) setiap perusahaan pertambangan berbeda-beda. Dimulai dari nilai ROE PT Aneka Tambang Tbk yang mengalami kenaikan dari tahun 2009 yang mempunyai nilai

(11)

452/UN.40.7/01/LT/2013

sebesar 7,42% menjadi 17,57% di tahun 2010 dan di tahun 2011 pun naik kembali menjadi 17,87% , hal ini dikarenakan laba bersih PT Aneka Tambang Tbk dari tahun 2009-2011 mengalami kenaikan. Tidak hanya laba bersih, nilai ekuitas dari tahun 2009-2011 pun meningkat sehingga nilai ROE pun mengalami peningkatan, meski terlihat kenaikan dari tahun 2010 ke tahun 2011 tidak terlalu signifikan.

Nilai ROE PT Adaro Energy Tbk dari tahun 2009-2011 berfluktuatif, yaitu 25,03% menjadi 11,88% dan kembali di nilai 22,91%, penurunan yang terjadi disebabkan oleh penurunan laba bersih akan tetapi ekuitas yang terus meningkat sehingga berakibat kepada persentase ROE. Pada 2011, laba bersih meningkat kembali sehingga nilai ROE pun meningkat.

Berbeda dengan dua perusahaan pertambangan sebelumnya, PT ATPK Resources Tbk mempunyai nilai ROE yang bernilai minus. Kegiatan operasional yang terkendala oleh karena adanya perubahan kebijakan prioritas pengembangan kegiatan usaha oleh manajemen Perseroan serta belum adanya investor yang berminat untuk kerjasama membuat PT ATPK Resources Tbk mengalami rugi bersih. Pada 2009 memiliki nilai ROE -27,65% karena perusahaan yang memiliki rugi bersih. Tahun 2010 meningkat menjadi -29,62%. Walaupun PT ATPK Resources Tbk sudah mampu meningkatkan laba kotor di tahun 2011 namun laba kotor ini masih belum bisa menutupi seluruh beban usaha selama tahun 2011 dan nilai ROE di tahun 2011 meningkat menjadi -64,31%.

Perkembangan nilai ROE PT Medco Energi Internasional Tbk memiliki kinerja baik, hal ini dibuktikan dengan kenaikan nilai ROE dua tahun berturut-turut dari tahun 2009-2011. Kenaikan nilai ROE tertinggi yaitu terjadi pada tahun

(12)

452/UN.40.7/01/LT/2013

2011 dari 10,57% menjadi 56,86%. Dengan kenaikan nilai ROE ini mengindikasikan bahwa laba bersih PT Medco Energi Internasional selama dua tahun mengalami kenaikan sedangkan dari sisi ekuitas pun meningkat meski dengan nilai yang tidak signifikan.

Pada tahun 2010 nilai ROE PT Bukit Asam Tbk mengalami kemerosotan laba yang diperoleh dan mengakibatkan persentase ROE pun menurun dari 47,84% (2009) menjadi 31,55% (2010). Pada tahun 2011, laba nya pun kembali naik dan mengakibatkan persentase ROE nya ikut naik pula yaitu menjadi 37,79%.

PT Darma Henwa Tbk mendapat kerugian pada tahun 2009 sehingga nilai ROE nya pun sebesar -0,67%. Tahun berikutnya PT Darma Henwa Tbk cukup mampu menaikan laba nya menjadi 0,17%. Namun, pada tahun 2011 nilai ROE PT Darma Henwa Tbk menurun cukup signifikan menjadi -7,66% karena kembali mengalami kerugian.

Pada PT Bayan Resources Tbk terjadi kenaikan nilai ROE dua tahun berturut-turut dari tahun 2009-2011 yang mengindikasi bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik dengan mendapat laba yang terus meningkat. Dengan kenaikan nilai ROE ini mengindikasikan bahwa laba bersih PT Bayan Resources Tbk selama dua tahun mengalami kenaikan.

Nilai ROE PT El Nusa Tbk sangat fluktuatif. Dimulai dari 28,89% pada tahun 2009 menjadi 3,35%, penurunan ini terjadi akibat adanya penurunan juga dalam laba bersih PT El Nusa Tbk. Pada tahun 2011, nilai ROE menjadi

(13)

452/UN.40.7/01/LT/2013

meningkat seiring dengan meningkatnya laba perusahaan dan melebihi ROE pada tahun 2009 yaitu 33,02%.

Tidak jauh berbeda dengan PT El Nusa Tbk, perkembangan nilai ROE di PT Indo Tambangraya Megah Tbk cukup fluktuatif. Diawali di tahun 2009 nilai ROE sebesar 42,61% dan mengalami penurunan menjadi 28,31% di tahun 2010. PT Indo Tambangraya Megah Tbk dapat meningkatkan laba di tahun 2011 sehingga nilai ROE pun meningkat menjadi 51,01%.

PT Perdana Karya Perkasa Tbk memiliki nilai ROE 10,36% pada tahun 2009. Terjadi penurunan laba bersih yang mempengaruhi nilai ROE di tahun 2010 menjadi 4,21%. Pada tahun 2011 PT Perdana Karya Perkasa Tbk belum mampu mempertahankan laba bersih nya sehingga terjadi kerugian dan berdampak kepada kinerja ROE yang turun juga menjadi -1,54%.

4.1.2.2 Leverage

Rasio yang digunakan dalam menghitung leverage adalah Debt to Equity untuk dapat mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang, dengan formulasi perhitungannya yaitu:

Debt to Equity Ratio =

Berikut ini adalah Debt to Equity masing masing perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini:

(14)

452/UN.40.7/01/LT/2013 Tabel 4.2

Debt to Equity Ratio tahun 2009-2011

No Perusahaan Tahun

2009 2010 2011

1 PT Aneka Tambang Tbk 0,21 0,28 0,41

2 PT Adaro Energy Tbk 1,43 1,18 1,32

3 PT ATPK Resources Tbk 0,34 0,69 1,89

4 PT Medco Energi Internasional Tbk 1,85 1,86 2,02

5 PT Bukit Asam Tbk 0,40 0,36 0,41

6 PT Darma Henwa Tbk 0,68 0,37 0,29

7 PT Bayan Resources Tbk 1,95 1,81 1,24

8 PT El Nusa Tbk 1,42 0,91 1,28

9 PT Indo Tambangraya Megah Tbk 0,52 0,51 0,46

10 PT Perdana Karya Perkasa Tbk 1,59 1,43 1,49

Sumber: laporan keuangan perusahaan

Dari tabel di atas, terlihat bahwa perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan berbeda, hal itu tergantung pada total debt (total liabilitas) berbanding dengan total equity. Nilai DER PT Aneka Tambang Tbk pada tahun 2009 sebesar 0.21 dan meningkat di tahun 2010 menjadi 0.28 dan 0,41 di tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh total debt yang semakin tinggi dan diimbangi dengan total ekuitas yang meningkat juga.

PT Adaro Energy Tbk mengalami hal yang berbeda jika ditinjau dari nilai DER. Pada tahun 2009, memiliki nilai 1,43 itu menunjukan bahwa total debt yang dimiliki lebih besar dari total ekuitas. Hal ini memunculkan kecenderungan bahwa sangat sedikit sekali jaminan ekuitas terhadap kewajiban jika perusahaan mengalami kerugian. Dua tahun berikutnya pun nilai DER tetap ada di kisaran lebih dari satu akan tetapi sempat mengalami penurunan menjadi 1,18 dan kembali naik menjadi 1,32 untuk tahun 2011.

(15)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Nilai DER pada tahun 2009 di PT ATPK Resources Tbk mencapai 0,34 di tahun 2009. Pada dua tahun berikutnya pun nilai DER semakin meningkat menjadi 0,69 dan 1,89. Hal ini sangat mengindikasikan bahwa total debt yang harus dibayar oleh PT ATPK Resources Tbk cukup tinggi dibanding dengan total ekuitas yang cenderung turun di tiap tahunnya.

Perkembangan nilai DER PT Medco Energi Internasional Tbk pun mengalami peningkatan dari 2009-2011 yaitu 1,85, 1,86 dan 2,02. Total debt yang dimiliki setiap tahunnya terus meningkat dan ini menambah resiko pelunasan debt tersebut mengingat total equity yang dimiliki bertambah dengan jumlah yang tidak signifikan.

PT Bukit Asam mempunyai nilai DER 0,40 di tahun 2009 dan sempat turun menjadi 0,36 di tahun 2010 tetapi naik kembali di 0,41. Perkembangan nilai DER berbeda dan bisa dikatakan masih dalam batas yang aman Karena masih ada di kisaran nilai kurang dari satu.

Berbeda dengan beberapa perusahaan yang sudah dibahas sebelumnya, PT Darma Henwa mengalami penurunan dalam nilai DER. Pada 2009 mempunyai nilai 0,68 kemudian menjadi 0,37 di tahun 2010 dan menjadi 0,29 di tahun 2011. Penurunan yang terjadi mengartikan bahwa total debt yang cenderung turun dibanding dengan total ekuitas yang mengalami sedikit kenaikan meski tidak terlalu berpengaruh.

Tahun 2009, PT Bayan Resources memiliki nilai DER 1,95 dan dua tahun berikutnya turun menjadi 1,81 di tahun 2010 dan 1,24 di tahun 2011. Meski nilai

(16)

452/UN.40.7/01/LT/2013

debt naik akan tetapi diimbangi dengan kenaikan total ekuitas sehingga nilai DER periode 2009-2011 turun.

Perkembangan nilai PT El Nusa dari tahun 2009-2011 fluktuatif. Pada tahun 2009 mempunyai nilai 1,42 dan ternyata mengalami penurunan menjadi 0,91 di tahun 2010. Perusahaan El Nusa tidak bisa menjaga kestabilan nilai DER sehingga terjadi peningkatan menjadi 1,28. Hal ini buka pertanda yang baik apalagi untuk para investor karena ini berkaitan dengan pengembalian utang dengan menggunakan ekuitas yang ada.

Suatu perkembangan nilai DER yang berbeda jika dibandingkan dengan beberapa perusahaan yang dibahas sebelumnya yaitu PT Indo Tambangraya Megah. Dalam kurun waktu dari 2009-2011, penurunan nilai DER terjadi berturut-turut yang pada tahun 2009 sebesar 0,52 dan menurun jadi 0,51 di tahun 2010. Ternyata tahun 2011 menjadi sebesar 0,46. Penurunan ini mengindikasi bahwa pengembalian utang atas ekuitas akan berlangsung cepat.

PT Perdana Karya Perkasa mempunyai nilai DER yang cukup tinggi, diawali nilai DER pada tahun 2009 sebesar 1,59 dan sempat mengalami penurunan menjadi 1,43 di tahun 2010 karena total debt nya menurun. Di tahun 2011, total debt kembali meningkat sehingga nilai DER pun kembali naik menjadi 1,49.

4.1.2.3 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pengukuran tingkat tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dengan melakukan perhitungan pada laporan tahunan perusahaan. Untuk menghitung

(17)

452/UN.40.7/01/LT/2013

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, penulis menggunakan teknik penentuan skor dengan dua angka yaitu angka 1 (satu) diberikan apabila suatu item diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan sampel dan angka 0 (nol) diberikan pada item yang tidak diungkapkan. Selanjutnya skor dari setiap item dijumlahkan untuk mendapat keseluruhan nilai. Jumlah pengungkapan tanggung jawab sosial ada 79 item dan dikategorikan dalam beberapa indikator yaitu:

1. Indikator kinerja ekonomi terdiri dari 9 item. 2. Indikator kinerja lingkungan terdiri dari 30 item. 3. Indikator kinerja tenaga kerja terdiri dari 14 item. 4. Indikator kinerja hak asasi manusia terdiri dari 9 item. 5. Indikator kinerja sosial/masyarakat sosial terdiri dari 8 item.

6. Indikator kinerja produk/tanggung jawab produk terdiri dari 9 item.

Untuk mengetahui tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial maka dilakukan perhitungan:

Keterangan:

CSRIy : Corporate Social Responsibility Indeks perusahaan y,

ΣXky :Dummy variable: 1 = jika item y diungkapkan; 0 = jika item y tidak

diungkapkan.

(18)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Berikut hasil perhitungan jumlah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada PT Aneka Tambang Tbk tahun 2009-2011.

Tabel 4.3

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PT Aneka Tambang Tbk tahun 2009-2011

KETERANGAN TAHUN

2009 2010 2011

A. Indikator Kinerja Ekonomi 7 9 9

B. Indikator Kinerja Lingkungan 11 30 30

C. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 12 14 14

D. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 7 9 9

E. Indikator Kinerja Sosial/Masyarakat Sosial 3 8 8

F. Indikator Kinerja Produk/Tanggung Jawab Produk 1 9 9

TOTAL 41 79 79

CSRI PT Aneka Tambang Tbk tahun 2009 %

CSRI PT Aneka Tambang Tbk tahun 2010

CSRI PT Aneka Tambang Tbk tahun 2011

PT Aneka Tambang Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang setiap tahunnya secara konsisten melaporkan laporan tahunan perusahaan dan melaporkan tanggung jawab sosial perusahaan. Ada sedikit yang berbeda dalam melaporkan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu dibuat terpisah dari laporan tahunan dan diulas dengan lebih lengkap pada laporan keberlanjutan perusahaan. Data-data yang diambil untuk menilai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada tahun 2009 adalah dari laporan tahunan sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 diambil dari laporan keberlanjutan.

Berdasarkan tabel 4.3 dan hasil perhitungan di atas dapat terlihat bahwa nilai pengungkapan tanggung jawab sosial PT Aneka Tambang Tbk makin lama

(19)

452/UN.40.7/01/LT/2013

makin meningkat. Hal ini dapat terlihat dengan kelengkapan item yang terus bertambah dan disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan GRI. Dalam rentang waktu tiga tahun ini PT Aneka Tambang Tbk telah mengungkap semua item tanggung jawab sosialnya dengan jelas dan rinci.

Selanjutnya adalah perhitungan mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial PT Adaro Energy Tbk dari tahun 2009-2011

Tabel 4.4

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PT Adaro Energy Tbk tahun 2009-2011

KETERANGAN TAHUN

2009 2010 2011

A. Indikator Kinerja Ekonomi 6 6 6

B. Indikator Kinerja Lingkungan 15 16 16

C. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 10 11 12

D. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 3 4 5

E. Indikator Kinerja Sosial/Masyarakat Sosial 5 5 5

F. Indikator Kinerja Produk/Tanggung Jawab Produk 7 8 8

TOTAL 46 50 52

CSRI PT Adaro Energy Tbk tahun 2009

CSRI PT Adaro Energy Tbk tahun 2010

CSRI PT Adaro Energy Tbk tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.4 yang berisi hasil kuantifikasi item pengungkapan tanggung jawab sosial sesuai GRI dari laporan tahunan yang dibuat oleh perusahaan PT Adaro Energi Tbk, maka didapatkan pula hasil perhitungannya yaitu 58,23% pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 63,29% di tahun 2010. Pada tahun 2011 pun mempunyai nilai 65,82%. Hal ini menunjukan adanya

(20)

452/UN.40.7/01/LT/2013

sosial perusahaan, dapat terlihat bahwa dalam kurun waktu tiga tahun meningkat terus menerus dengan hasil yang didapat lebih dari 50%.

PT ATPK Resources Tbk pun mengungkap tanggung jawab sosialnya dan telah dirinci dalam tabel di bawah ini

Tabel 4.5

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PT ATPK Resorces Tbk tahun 2009-2011

KETERANGAN TAHUN

2009 2010 2011

A. Indikator Kinerja Ekonomi 3 3 3

B. Indikator Kinerja Lingkungan 0 0 0

C. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 7 7 7

D. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 0 0 0

E. Indikator Kinerja Sosial/Masyarakat Sosial 0 0 0

F. Indikator Kinerja Produk/Tanggung Jawab Produk 0 0 0

TOTAL 10 10 10

CSRI PT ATPK Resources Tbk tahun 2009 CSRI PT ATPK Resources Tbk tahun 2010 CSRI PT ATPK Resources Tbk tahun 2011

PT ATKP Resources Tbk yang berdiri tahun 1988 dan baru listing di Bursa Efek Indonesia tanggal 17 April 2002 ternyata masih belum melaporkan tanggung jawab sosialnya dengan lengkap. Hal ini bisa terlihat dari hasil di tabel 4.5 yang berisi hasil kuantifikasi item pengungkapan tanggung jawab sosial sesuai GRI. Pada tahun 2009-2011 pengungkapan tanggung jawab sosial bernilai sama yaitu 12,65% dan itu hanya mengungkap 7 item yang terdapat dalam indikator kinerja ekonomi dan indikator kinerja tenaga kerja sedangkan indikator yang lainnya masih belum diungkapkan dalam laporan tahunan PT ATKP Resources

(21)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Laporan tahunan PT Medco Energi Tbk pun turut disimak untuk menilai kelengkapan dari pengungkapan tanggung jawab sosial, berikut hasilnya:

Tabel 4.6

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PT Medco Energi Tbk tahun 2009-2011

KETERANGAN TAHUN

2009 2010 2011

A. Indikator Kinerja Ekonomi 5 6 6

B. Indikator Kinerja Lingkungan 14 12 18

C. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 10 10 11

D. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 3 3 3

E. Indikator Kinerja Sosial/Masyarakat Sosial 4 4 4

F. Indikator Kinerja Produk/Tanggung Jawab Produk 2 2 2

TOTAL 38 37 44

CSRI PT Medco Energi Tbk tahun 2009

CSRI PT Medco Energi Tbk tahun 2010

CSRI PT Medco Energi Tbk tahun 2011

Penilaian item pengungkapan tanggung jawab sosial yang terdapat dalam laporan tahunan PT Medco Energi Tbk mempunyai hasil yaitu 48,10% pada tahun 2009 kemudian terjadi penurunan menjadi 46,84 pada tahun 2010. Penurunan disebabkan oleh adanya suatu item dalam indikator kinerja lingkungan yang diungkapkan ketika tahun 2009 tetapi tidak diungkapkan lagi dalam tahun 2010. Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun 2011 memiliki nilai pengungkapan yang jauh meningkat dari sebelumnya yaitu menjadi 55,70%. Hal ini karena pengungkapan dalam indikator kinerja lingkungan yang banyak diungkapkan dalam laporan tahunan PT Medco Energi Tbk tahun 2011.

(22)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Berikut hasil kuantifikasi pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan PT Bukit Asam Tbk:

Tabel 4.7

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PT Bukit Asam Tbk tahun 2009-2011

KETERANGAN TAHUN

2009 2010 2011

A. Indikator Kinerja Ekonomi 5 9 9

B. Indikator Kinerja Lingkungan 14 30 30

C. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 11 14 14

D. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 1 9 9

E. Indikator Kinerja Sosial/Masyarakat Sosial 3 8 8

F. Indikator Kinerja Produk/Tanggung Jawab Produk 3 9 9

TOTAL 37 79 79

CSRI PT Bukit Asam Tbk tahun 2009

CSRI PT Bukit Asam Tbk tahun 2010

CSRI PT Bukit Asam Tbk tahun 2011

PT Bukit Asam Tbk merupakan salah satu perusahaan yang memisahkan laporan tanggung jawab sosialnya dalam bentuk laporan keberlanjutan atau sustainability report dan itu terpisah dari laporan tahunan. Meski demikian, tetap saja nilai CSR PT Bukit Asam Tbk pada tahun 2009 hanya sebesar 48,84%, banyak sekali indikator kinerja yang dirinci per item yang tidak ditemukan disana. Hasil yang jauh berbeda adalah ketika mengecek laporan keberlanjutan pada tahun 2010 dan 2011, terdapat pemaparan yang sangat jelas dan rinci mengenai semua indikator yang disebutkan oleh GRI.

(23)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Rincian pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan PT Darma Henwa Tbk:

Tabel 4.8

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PT Darma Henwa Tbk tahun 2009-2011

KETERANGAN TAHUN

2009 2010 2011

A. Indikator Kinerja Ekonomi 5 6 6

B. Indikator Kinerja Lingkungan 6 6 6

C. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 11 11 11

D. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 1 1 1

E. Indikator Kinerja Sosial/Masyarakat Sosial 1 1 1

F. Indikator Kinerja Produk/Tanggung Jawab Produk 2 2 2

TOTAL 26 27 27

CSRI PT Darma Henwa Tbk tahun 2009

CSRI PT Darma Henwa Tbk tahun 2010

CSRI PT Darma Henwa Tbk tahun 2011

Nilai yang didapatkan oleh PT Darma Henwa Tbk cukup rendah jika dibandingkan dengan beberapa perusahaan tambang yang sebelumnya sudah dihitung mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan. Jika dirinci, pada tahun 2009 mendapatkan 32,91% dan meningkat menjadi 34,18% untuk tahun 2010. Selama tahun 2009-2010 jumlah pengungkapan tanggung jawab sosial PT Darma Henwa mengalami peningkatan karena ada pengungkapan mengenai prosedur penerimaan pegawai. Tetapi jika melihat pada tahun 2011, nilai pengungkapan tanggung jawab sosialnya memiliki nilai yang sama dengan nilai pengungkapan tanggung jawab sosial di tahun 2010 yaitu 34,18%.

(24)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Berikut hasil perhitungan tanggung jawab sosial perusahaan pada PT Bayan Resources Tbk:

Tabel 4.9

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PT Bayan Resources tahun 2009-2011

KETERANGAN TAHUN

2009 2010 2011

A. Indikator Kinerja Ekonomi 5 5 5

B. Indikator Kinerja Lingkungan 5 5 5

C. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 7 7 7

D. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 0 0 0

E. Indikator Kinerja Sosial/Masyarakat Sosial 1 1 1

F. Indikator Kinerja Produk/Tanggung Jawab Produk 2 1 1

TOTAL 20 19 19

CSRI PT Bayan Resources Tbk tahun 2009

CSRI PT Bayan Resources Tbk tahun 2009

CSRI PT Bayan Resources Tbk tahun 2009

Hasil perhitungan pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilihat dari laporan tahunan perusahaan PT Bayan Resources Tbk mempunyai nilai yang cukup rendah dibandingkan perusahan yang sebelumnya dibahas yaitu mendapat nilai sebesar 25,32% pada tahun 2009. Pada tahun 2010 justru nilainya semakin berkurang yaitu 20,45%, hanya ditemukan 19 item yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial yang diungkapkan di laporan tahunan. Sama seperti tahun sebelumnya, pengungkapan pada tahun 2011 pun memiliki nilai yang sama yaitu 20,45%.

(25)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Selanjutnya adalah perhitungan mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial PT Elnusa Tbk dari tahun 2009-2011:

Tabel 4.10

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PT Elnusa tahun 2009-2011

KETERANGAN TAHUN

2009 2010 2011

A. Indikator Kinerja Ekonomi 5 5 5

B. Indikator Kinerja Lingkungan 8 8 8

C. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 11 11 11

D. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 0 0 1

E. Indikator Kinerja Sosial/Masyarakat Sosial 2 2 2

F. Indikator Kinerja Produk/Tanggung Jawab Produk 1 4 5

TOTAL 28 30 32

CSRI PT Elnusa Tbk tahun 2009

CSRI PT Elnusa Tbk tahun 2009

CSRI PT Elnusa Tbk tahun 2009

Perusahaan berikutnya yang telah dihitung pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dari laporan tahunannya yaitu PT Elnusa. Berdasarkan tabel 4.10 maka dapat terlihat perkembangan dan kenaikan jumlah item tanggung jawab sosial yang diungkapkan di laporan tahunan. Berawal di tahun 2009 dengan pengungkapan hanya 28 item dari jumlah keseluruhan 79 item dan mendapat nilai sebesar 35,44%, lalu pada tahun 2010 menjadi 37,97% ada peningkatan dari sebelumnya dan mengalami peningkat kembali menjadi 40,51% tahun 2011.

(26)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Hasil perhitungan pengungkapan tanggung jawab sosial PT Indo Tambangraya Megah Tbk dari tahun 2009-2011 adalah:

Tabel 4.11

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PT Indo Tambangraya Megah Tbk tahun 2009-2011

KETERANGAN TAHUN

2009 2010 2011

A. Indikator Kinerja Ekonomi 5 5 5

B. Indikator Kinerja Lingkungan 6 7 8

C. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 9 9 9

D. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 1 1 1

E. Indikator Kinerja Sosial/Masyarakat Sosial 0 0 0

F. Indikator Kinerja Produk/Tanggung Jawab Produk 1 1 1

TOTAL 22 23 24

CSRI PT Indo Tambangraya Megah Tbk tahun 2009

CSRI PT Indo Tambangraya Megah Tbk tahun 2010

CSRI PT Indo Tambangraya Megah Tbk tahun 2011

PT Indo Tambangraya Megah memiliki nilai pengungkapan tanggung jawab sosial yang hampir sama dengan perusahaan perusahaan sebelumnya yaitu meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 4.11 menyatakan rincian jumlah item pengungkapan tanggung jawab sosial yang pada tahun 2009 memiliki nilai 28,85% dan meningkat menjadi 29,11% tahun 2010 serta kembali naik menjadi 30,38% di tahun 2011.

(27)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Rincian pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan PT Perdana Karya Perkasa Tbk dari tahun 2009-2011 yaitu:

Tabel 4.12

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial PT Perdana Karya Perkasa Tbk tahun 2009-2011

KETERANGAN TAHUN

2009 2010 2011

A. Indikator Kinerja Ekonomi 2 2 2

B. Indikator Kinerja Lingkungan 0 0 0

C. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 5 5 5

D. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 0 0 0

E. Indikator Kinerja Sosial/Masyarakat Sosial 0 0 0

F. Indikator Kinerja Produk/Tanggung Jawab Produk 1 1 1

TOTAL 7 7 7

CSRI PT Perdana Karya Perkasa Tbk tahun 2009 CSRI PT Perdana Karya Perkasa Tbk tahun 2010 CSRI PT Perdana Karya Perkasa Tbk tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.12, nilai pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaporkan di dalam laporan tahunan PT Perdana Karya Perkasa mempunyai nilai sebesar 8,86%. Dari semua indikator yang dicantumkan oleh GRI hanya dapat ditemukan tujuh indikator dalam laporan tahunan. Selama kurun waktu tiga tahun yaitu 2009-2011, pengungkapan tanggung jawab sosial mempunyai jumlah dan nilai yang sama yaitu diungkapnya tujuh indikator dan nilai sebesar 8,86%.

(28)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Dari semua data tabel diatas, maka dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel 4.13

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan tahun 2009-2011

No Perusahaan Tahun

2009 2010 2011

1 PT Aneka Tambang Tbk 51,90% 100,00% 100,00%

2 PT Adaro Energy Tbk 58,23% 63,29% 65,82%

3 PT ATPK Resources Tbk 12,65% 12,65% 12,65%

4 PT Medco Energi Internasional Tbk 48,10% 46,84% 55,70%

5 PT Bukit Asam Tbk 46,84% 100,00% 100,00%

6 PT Darma Henwa Tbk 32,91% 34,18% 34,18%

7 PT Bayan Resources Tbk 25,32% 24,05% 24,05%

8 PT El Nusa Tbk 35,44% 37,97% 40,51%

9 PT Indo Tambangraya Megah Tbk 27,85% 29,11% 30,38%

10 PT Perdana Karya Perkasa Tbk 8,86% 8,86% 8,86%

Dari tabel 4.13, dapat terlihat berbeda dan beragam jumlah pengungkapan indikator GRI dalam laporan tahunan perusahaan pertambangan. Hasil yang ditampilkan dalam bentuk presentase dan dapat terlihat jelas perbedaan dari tahun ke tahun. Diawali tahun 2009, perusahaan PT Adaro Energy memiliki nilai pengungkapan yang paling besar diantara 10 perusahaan yang menjadi sampel dan perusahaan PT Perdana Karya Perkasa memiliki nilai paling rendah dari semuanya. Kemudian tahun 2010, ada beberapa perusahaan yang mengungkap semua indikator GRI dalam laporan tahunannya yaitu PT Aneka Tambang dan PT Bukit Asam tetapi sebaliknya PT Perdana Karya Perkasa memiliki jumlah pengungkapan paling rendah. Tidak berbeda dengan tahun 2010, di tahun 2011 PT Aneka Tambang dan PT Bukit Asam tetap konsisten dalam pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan PT Perdana Karya Perkasa masih memiliki nilai terendah.

(29)

452/UN.40.7/01/LT/2013 4.1.3 Analisis Statistik dan Pengujian Hipotesis

4.1.3.1 Statistik Deskriptif

Tabel 4.14 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation profitabilitas 30 -,643 ,569 ,14130 ,255224

leverage 30 ,215 2,025 1,02063 ,620062

CSR 30 ,089 1,000 ,42580 ,279460

Valid N (listwise) 30 Sumber: Output SPSS 20

a. Variabel Independen (X1) yaitu profitabilitas yang diukur dengan Return On

Equity. Jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 30. Selama tiga tahun yaitu 2009-2011, dapat diketahui nilai Return On Equity yang terendah adalah -0,634 dan nilai tertinggi 0,569. Return On Equity mempunyai nilai rata-rata (mean) yang merupakan jumlah seluruh data dibagi dengan banyaknya data yaitu sebesar 0,14130. Nilai standar deviasi atau simpangan dari nilai rata rata (mean) yaitu sebesar 0,255224.

b. Variabel Independen (X2) yaitu leverage yang diukur dengan Debt to Equity

Ratio. Jumlah sampel yang diteliti adalah 30. Dari tabel 4.14 dapat diketahui nilai terendah Debt to Equity Ratio yaitu 0,215 dan nilai tertinggi 2,025 serta memiliki nilai rata-rata (mean) yang merupakan jumlah seluruh data dibagi dengan banyaknya data yaitu sebesar 1,02063. Nilai standar deviasi atau simpangan dari nilai rata rata (mean) yaitu sebesar 0,620062.

c. Variabel Dependen (Y) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial atau CSR. Sampel yang digunakan

(30)

452/UN.40.7/01/LT/2013

nilai terendah 0,089 dan nilai tertinggi 1,00. Dimana rata-rata nilai CSR (mean) yang dihitung dari jumlah seluruh data dibagi dengan banyaknya data adalah sebesar 0,42580. Nilai standar deviasi atau simpangan dari nilai rata rata (mean) yaitu sebesar 0,279460.

4.1.3.2 Uji Asumsi Klasik 4.1.3.2.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas mempunyai tujuan untuk menguji apakah antara model regresi variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Alat yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut mempunyai distribusi normal yaitu dengan menggunakan normal probability plot dan juga dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dalam hal ini akan diuji normalitas untuk variabel pengungkapan tanggung jawab sosial (Y) dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Kriteria Uji :

a. Jika angka signifikansi (SIG) > 0.05, maka Ho diterima b. Jika angka signifikansi (SIG) < 0.05, maka Ho ditolak

(31)

452/UN.40.7/01/LT/2013 Tabel 4.15

Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

profitabilitas leverage CSR

N 30 30 30

Normal Parametersa,b Mean ,14130 1,02063 ,42580 Std. Deviation ,255224 ,620062 ,279460 Most Extreme Differences

Absolute ,137 ,189 ,135

Positive ,063 ,189 ,135

Negative -,137 -,105 -,114

Kolmogorov-Smirnov Z ,749 1,037 ,738

Asymp. Sig. (2-tailed) ,628 ,232 ,648

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil output pada tabel 4.15 diatas diperoleh nilai signifikansi variabel profitabilitas sebesar 0,628 dan apabila dimasukan kriteria uji maka nilai Sig (0,232) > 0,05 maka Ho diterima. Kemudian variabel leverage mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,232 dan apabila dimasukan kriteria uji maka nilai Sig (0,232) > 0,05 maka Ho diterima. Variabel pengungkapan tanggung jawab sosial yang memiliki nilai signifikansi 0,648. dan apabila dimasukan kriteria uji maka nilai Sig (0,232) > 0,05 maka Ho diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

(32)

452/UN.40.7/01/LT/2013 Gambar 4.1

Kurva Uji Normalitas

Pada gambar grafik diatas data yang terlihat menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka data pada variabel penelitian dapat dikatakan normal.

4.1.3.2.2 Uji Linieritas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel (X dan Y) dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05.

Dengan bantuan software SPSS 20 IBM for Windows diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

(33)

452/UN.40.7/01/LT/2013 Tabel 4.16 Uji Linieritas ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. CSR * Profitabiltas Between Groups (Combined) 1,588 24 ,066 ,772 ,701 Linearity ,114 1 ,114 1,334 ,030 Deviation from Linearity 1,474 23 ,064 ,748 ,716 Within Groups ,429 5 ,086 Total 2,017 29 Sum of Squares df Mean Square F Sig. CSR * Leverage Between Groups (Combined) 1,897 27 ,070 1,170 ,563 Linearity ,008 1 ,008 ,142 ,007 Deviation from Linearity 1,888 26 ,073 1,210 ,551 Within Groups ,120 2 ,060 Total 2,017 29

Berdasarkan tabel 4.16, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,030 untuk variabel X1 yaitu profitabilitas. Karena nilai Sig (0,030) < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear antar variabel X1 dan variabel Y.

Tabel 4.15 menunjukan untuk variabel leverage mendapat nilai signifikansi sebesar 0,007. Karena nilai Sig (0,007) < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear antar variabel X2 dan variabel Y.

(34)

452/UN.40.7/01/LT/2013 4.1.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat scatter plot dengan menggunakan tingkat signifikasi 0,05 dengan uji dua sisi. Pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS 20 IBM for Windows diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar 4.5 tersebut diatas menunjukkan bahwa tidak terjadi suatu pola tertentu dalam scatter plot hasil pengujian dengan software SPSS 20 IBM for Windows. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut.

(35)

452/UN.40.7/01/LT/2013 4.1.3.2.4 Uji Autokorelasi

Menurut Imam Ghozali (2009) “Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya”. Untuk mendeteksi autokorelasi menggunakan pengujian statistik Durbin Watson (DW) hasil perhitungan dari SPSS. Kriteria yang dipakai dalam pengujian ini adalah

1. Jika nilai DW dibawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi positif

2. Jika nilai DW diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokorelasi 3. Jika nilai DW diantara 2,5 sampai 4 berarti ada autokorelasi negatif

Untuk model yang digunakan berdasarkan data yang diperoleh angka Durbin-Watson, terlihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.17 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1,715

a. Predictors: (Constant), leverage, profitabilitas b. Dependent Variable: CSR

Berdasarkan tabel 4.17 diperoleh nilai statistik Durbin Watson (DW) sebesar 1,715 dan menunjukan bahwa model terbebas dari masalah autokorelasi karena angka Durbin-Watson sebesar 1,715 masih berada di antara diantara 1,5 sampai 2,5 yang merupakan syarat sebuah mode regresi dikatakan terbebas dari autokorelasi.

(36)

452/UN.40.7/01/LT/2013 4.1.3.3 Analisis Regresi Multipel

Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Hipotesis yang akan diuji profitabilitas (X1) dan leverage (X2) terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial (Y), maka kita menggunakan analisis regresi linear multipel dengan menggunakan software SPSS 20 IBM for Windows. Hasil penghitungan regresi ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.18

Analisis Regresi Multipel

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) ,505 ,095 5,322 ,000 profitabilitas ,416 ,183 ,380 2,277 ,031 leverage -,135 ,075 -,300 -1,798 ,083 a. Dependent Variable: CSR

Berdasarkan hasil output software SPSS di atas, diperoleh model regresi

sebagai berikut :

Dari persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta a memiliki arti bahwa ketika profitabilitas dan leverage

bernilai nol atau pengungkapan tanggung jawab sosial (Y) tidak

dipengaruhi oleh profitabilitas dan leverage , maka pengungkapan

tanggung jawab sosial bernilai 0,505.

2. Koefisien regresi sebesar 0,416 memiliki arti bahwa jika profitabilitas meningkat sebesar satu persen (dengan asumsi variabel lainnya tetap), maka

(37)

452/UN.40.7/01/LT/2013

3. Sedangkan koefisien regresi sebesar 0,135 memiliki arti bahwa jika

leverage meningkat sebesar satu kali (dengan asumsi variabel lainnya tetap), maka pengungkapan tanggung jawab sosial akan menurun sebesar 0,135.

4.1.3.4 Uji Keberartian Regresi

Tabel 4.19 Uji F Statistik

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression ,579 2 ,290 4,638 ,019b

Residual 1,686 27 ,062

Total 2,265 29

a. Dependent Variable: CSR

b. Predictors: (Constant), leverage, profitabilitas Sumber: Hasil pengolahan SPSS 20

Uji F statistik ini digunakan untuk mengetahui keberartian regresi dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan taraf nyata 0,05, Untuk menguji

keberartian regresi dapat dilakukan dengan melihat hasil analisis tabel 4.18. Dari hasil analisis tabel 4.19 di atas diperoleh Fhitung sebesar 4,638. Jika

diambil taraf nyata 0,05 dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 27 (30-2-1), maka diperoleh Ftabel sebesar 3,35. Selanjutnya untuk uji keberartian regresi

diketahui bahwa Fhitung > Ftabel, yaitu 4,638 > 3,35, maka dapat dinyatakan bahwa

persamaan linier multipel menunjukan regresi yang berarti. Oleh karena persamaan tersebut berarti, maka dapat dilanjutkan uji hipotesis dengan melakukan uji t.

(38)

452/UN.40.7/01/LT/2013 4.1.3.5 Uji Keberartian Koefisien (Uji t)

Uji keberartian koefisien dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y. Berikut hasil perhitungan menggunakan software

SPSS 20 IBM for Windows

Tabel 4.20 Uji t Koefisien

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) ,505 ,095 5,322 ,000 profitabilitas ,416 ,183 ,380 2,277 ,031 leverage -,135 ,075 -,300 -1,798 ,083 a. Dependent Variable: CSR

1. Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, terlebih dahulu merumuskan hipotesis sebagai berikut:

= 0, Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

> 0, Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

Setelah merumuskan hipotesis langkah selanjutnya adalah dengan

menghitung besarnya yang terdapat pada tabel uji t koefisien. Nilai

(39)

452/UN.40.7/01/LT/2013

yang diperoleh dengan ketentuan derajat kebebasan (dk) = n-2 dan tingkat

signifikan α = 0,05, maka diperoleh sebesar 2,05.

Menentukan kriteria uji hipotesis:

Jika ≤ , maka Ho diterima dan ditolak

Jika > , maka Ho ditolak dan diterima.

Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh nilai > yaitu

2,277 > 2,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa koefisien dinyatakan berarti. Hal ini dapat diartikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

2. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, terlebih dahulu merumuskan hipotesis sebagai berikut:

= 0, Leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

< 0, Leverage berpengaruh terhadap negatif pengungkapan tanggung jawab sosial

Setelah merumuskan hipotesis langkah selanjutnya adalah dengan

menghitung besarnya yang terdapat pada tabel uji t koefisien. Nilai

(40)

452/UN.40.7/01/LT/2013

yang diperoleh dengan ketentuan derajat kebebasan (dk) = n-2 dan tingkat

signifikan α = 0,05, maka diperoleh sebesar 2,05.

Menentukan kriteria uji hipotesis:

Jika ≥ , maka Ho diterima dan H2 ditolak.

Jika < , maka Ho ditolak dan H2 diterima.

Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh nilai < , yaitu

-1,798 < 2,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa koefisien dinyatakan berarti. Hal ini dapat diartikan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mengukur tingkat keberhasilan dalam menghasilkan laba dengan rasio keuangan sebagai sebagai salah satu alat analisa. Banyak cara untuk mengukur profitabilitas dan yang dipakai dalam penelitian ini adalah return on equity atau perbandingan anatara laba bersih dengan total equity dinyatakan dalam bentuk persen. Return on equity tidak hanya untuk mengukur profitabilitas perusahaan, namun juga efisiensi perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki. Return on equity yang meningkat dapat diartikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan profit yang besar tanpa harus membesarkan modal.

(41)

452/UN.40.7/01/LT/2013

Berdasarkan hasil pengujian sebelumnya diketahui bahwa profitabilitas yang dihitung dengan menggunakan return on equity terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan demikian tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan dalam laporan tahunannya pada umumnya dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya profitabilitas, dengan kata lain semakin tingginya profitabilitas akan selalu diikuti dengan kenaikan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan dan semakin rendahnya profitabilitas tidak akan selalu diikuti dengan rendahnya tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan.

Hasil penelitian ini berhasil mendukung teori legitimasi yang menyatakan profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dilakukan perusahaan dalam upayanya untuk mendapatkan legitimasi dari komunitas dimana perusahaan itu berada. Legitimasi ini pada tahapan berikutnya akan mengamankan perusahaan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Lebih jauh lagi legitimasi ini akan meningkatkan reputasi perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut.

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih luas dalam laporan tahunan karena ingin menunjukan bahwa perusahaan berada dalam posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan berjalan efisien. Namun berbeda dengan perusahaan dengan profitabilitas rendah. Adanya pengungkapan

(42)

452/UN.40.7/01/LT/2013

tanggung jawab sosial memunculkan tambahan biaya baru yang akan mengurangi profit perusahaan sehingga dana yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan di waktu mendatang akan berkurang. Manajemen khawatir kondisi ini dapat membahayakan posisi perusahaan dengan kompetitornya. Maka perusahaan pun cenderung akan mengungkap tanggung jawab sosial yang lebih sempit dalam laporan tahunan.

Adapun penjelasan lain yang menyebabkan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) dan Anggraini (2006) yang menemukan tidak ada pengaruh profitabilitas yang terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, adalah periode penelitian, jumlah sampel dan jenis perusahaan yang diteliti berbeda. Berdasarkan penelitian ini, dapat terlihat sangat berfluktualitif nilai profitabilitas dari setiap perusahaan yang disebabkan faktor internal dan eksternal dari perusahaan. Akan tetapi hasil yang diperoleh ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nurkhin (2009) yang menemukan pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

4.2.2 Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Semakin tinggi leverage berarti semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan tersebut kepada krediturnya. Ketika perusahaan menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah dan visibilitas politis yang tinggi akan cenderung untuk mengungkapkan informasi pertanggungjawaban sosial. Jadi

(43)

452/UN.40.7/01/LT/2013

pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial berhubungan positif dengan kinerja sosial, kinerja ekonomi dan visibilitas politis dan berhubungan negatif dengan biaya kontrak dan pengawasan (biaya keagenan), (Belkaoui dan Karpik, 1989 dalam Anggraini, 2006).

Perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang pertambangan menyadari bahwa tanggung jawab sosial perusahaan beserta pengungkapan di dalam laporan tahunan merupakan hal yang tidak kalah penting dibanding dengan kewajiban untuk memenuhi hutang hutangnya, terutama karena aktivitas usahanya yang terkait langsung dengan sumber daya alam dan memodifikasi lingkungan dan dampak yang dihasilkan terhadap lingkungan sosial dan masyarakat khususnya yang berada di sekitar operasi.

Teori agensi memprediksi bahwa perusahaan harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya-biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya sehingga perusahaan dapat menyediakan laba yang lebih tinggi, dengan begitu perusahaan pun mampu membiayai kewajiban hutangnya kepada kreditur. Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Schipper, 1981 dalam Marwata, 2001 dan Meek, et al, 1995 dalam Fitriany, 2001).

Hasil pengujian sebelumnya diketahui bahwa leverage yang dihitung dengan menggunakan debt equity ratio terbukti berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Semakin tinggi leverage berarti semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan tersebut kepada krediturnya dan itu berarti perusahaan lebih banyak menggunakan utang dalam membiayai investasi perusahaan daripada

(44)

452/UN.40.7/01/LT/2013

modal yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Tingkat leverage yang tinggi akan membuat manajemen perusahaan semakin diawasi oleh pihak kreditur sehingga perusahaan cenderung mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para kreditur.

Hasil penelitian ini berhasil mendukung teori agensi akan tetapi penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dari Sembiring (2005), Anggraini (2006) dan Rosmasita (2007) yang tidak menemukan pengaruh leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Ada beberapa hal yang menyebabkan hasil penelitian ini berbeda diantaranya adalah periode penelitian, jumlah sampel dan jenis perusahaan yang diteliti berbeda serta dalam hal ini leverage yang dihitung dengan DER memiliki hasil yang berbeda beda di setiap perusahaannya hal ini terjadi karena total debt yang dimiliki pun berbeda.

Gambar

Tabel 4.14  Statistik Deskriptif
Tabel  4.15  menunjukan  untuk  variabel  leverage  mendapat  nilai  signifikansi  sebesar  0,007
Gambar 4.2  Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.17  Uji Autokorelasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Protein adalah biomolekul yang merupakan bahan pembangun dasar sel-sel tubuh, yang merupakan polimer dari asam amino. Asam amino adalah suatu turunan hidrokarbon

Dengan memperhatikan nilai absolut parameter teknis terhadap atribut kepuasan pelanggan sebagai pedoman utama dan interaksi antar parameter teknis, maka dapat

Fungsi masjid tidak akan bisa terlepas dari pengertiannya sebagai tempat sujud atau tempat shalat. Fungsi masjid juga tidak akan terlepas dari tradisi dan

Secara ringkasnya, kajian untuk mengenal pasti tahap sikap dan tingkah laku guru terhadap penggunaan peta pemikiran i-Think perlu dijalankan agar dapat mengenal pasti tahap

Pada jenjang sekolah dasar anak mempelajari banyak hal, salah satunya adalah matematika.Matematika bukanlah mata pelajaran yang mudah bagi kebanyakan anak, untuk memudahkan

Pada bagian belakang kemasan terdapat lambang/ikon yang menjelaskan keunggulan produk kepada konsumen, diantaranya yaitu logo Chocodot yang menunjukan nama merek

Seperti halnya dalam menafsirkan dialog antara masyarakat lemah dengan Zulkarnain yang sudah dijelaskan sebelumnya, dialog antara kamu Hawariyyin (pengikut Nabi Isa) dengan Nabi

Kualitas pelayanan yang baik dan berkualitas cenderung memberikan kepuasan dan loyalitas yang lebih kepada konsumen yang menggunakan jasa pada perusahaan tersebut.. Tanpa